BACALAH SAAT DIRI GUNDAH GULANA DENGAN KEADAAN

 




Seorang sahabat bertanya "Mohon solusi yang harus dilakukan saat gundah gulana karena keadaaan?" BersamaNYA kami menjawab.

Sahabatku… Hidup adalah sebab akibat. Sebuah kondisi tertentu akan selalu mengakibatkan hasil tertentu. Lalu dalam pergerakan sebab-akibat ini, kadang kita harus berada dalam kondisi tertentu untuk menerima hasil yang tidak sesuai keinginan.

Ketidaksesuaian keinginan dengan hasil memang akan selalu membuat diri gundah gulana, dan ini rasa yang wajar. Manusia selalu butuh sebab yang tepat untuk hasil yang tepat.  Kalau manusia tidak bisa merubah sebab, maka jangan mengharapkan hasil berubah. Karena ini jelas akan terus membuat kegundahan.

Kenapa?

Karena kegundahan harus hadir sebagai respon pemicu agar diri, supaya mau merubah sebab yang ada, untuk menghasilkan akibat yang sesuai keinginan. Itulah kenapa kegundahan jangan pernah ditolak.

Kebanyakan kita menolak kegundahan. Padahal seharusnya tidak! Kegundahan hadir tidak untuk ditolak. Tetapi untuk dinikmati. Dengan menikmati kegundahan, maka kita akan mengobati hidup kita, memperbaikinya untuk menepatkannya dalam posisi yang lebih baik dan kuat.

Kenapa? Karena justru kegundahan itu bisa menjadi alasan terbesar bagi diri untuk mampu membentuk sebab terbaik. Kita harus menggaris bawahi kata membentuk sebab. Karena disinilah kita akan belajar hidup.

Manusia sering berpikir kalau segalanya dalam hidupnya sudah terbentuk untuk dirinya begitu saja. Akibatnya mereka sering menempatkan diri mereka sebagai korban. Padahal dirinya hanyalah pemain yang sengaja menempatkan dirinya sebagai korban.

Sahabatku… Hidup adalah sebab akibat yang kompleks dan besar. Apapun sebabnya selalu ada, begitu juga apapun akibatnya selalu ada. Pertanyaannya: Akibat apa yang Anda inginkan sahabatku? Apapun itu, maka bentuklah sebabnya.

Sementara dalam membentuk sebab kita akan selalu berbenturan dengan dua rasa yang harus kita kendalikan :

Rasa Pertama Adalah Rasa Takut

Jadi begini, meski manusia itu makhluk yang paling pintar membentuk keinginan. Namun kita adalah makhluk yang penakut untuk mewujudkan keinginannya sendiri. Kita berharap situasi berubah untuk keinginan kita. Tapi kita sendiri takut untuk merubah situasinya.

Sebenarnya rasa takut ini muncul karena diri sudah mulai melihat tantangan-tantangan yang terbayang dipikiran mereka sendiri. Disini kami tidak bilang rasa takut ini buruk. Justru rasa takut ini sangatlah baik kalau bisa dikendalikan.

Untuk mengendalikan rasa takut, maka izinkan kami memberi satu rahasia kecilnya “Untuk mengendalikan rasa takut tidak dibutuhkan keberanian”.

Ada dua gunung yang terpisah jurang. Dua gunung ini terhubung dengan seutas tali. Keinginan Anda berada di jurang yang harus Anda lewati. Biasanya seseorang akan menunggu keberanian hadir. Namun tidak dengan Anda.

Anda tidak akan menunggu yang tidak akan datang. Tapi Anda akan mewaspadai diri Anda untuk melangkah. Anda akan mengendalikan diri untuk melangkah perlahan-lahan dan teratur. Anda akan mengendalikan diri untuk tidak melakukan gerakan yang sembrono. Anda akan mengendalikan rasa panas yang terasa saat Anda harus istirahat melangkah. Anda akan mengendalikan diri saat angin menampar. Anda juga akan mengendalikan rasa gembira karena Anda semakin mendekat. Sampai akhirnya Anda sampai pada keinginan Anda sambil disambut oleh keberanian.

Sahabatku… Kita butuh mengendalikan rasa takut bukan untuk berani, tetapi untuk waspada. Rasa takut yang terwaspadai akan menghadirkan keberanian.

Keberanian adalah hadiah bagi mereka yang berhasil mewaspadai rasa takut. Jadi jangan pernah mengharapkan keberanian kalau diri tidak pernah mau mengendalikan rasa takut.

Sekali lagi, untuk mengendalikan rasa takut tidak dibutuhkan keberanian, tetapi dibutuhkan kewaspadaan. Waspada itu bukan berarti berhenti. Waspada itu berhenti untuk sampai.

 

Rasa Kedua adalah rasa terburu-buru

Iya, itulah kita. Kita begitu ingin keinginan ini buru-buru terwujud. Saking buru-burunya kita selalu menempatkan keinginan sebagai keinginan. Sampai akhirnya keinginan tetap menjadi keinginan. Kegundahan pun tetap menjadi kegundahan.

Jasad pun mulai terkikis, jiwa pun semakin melemah, energy pun hanya terbuang percuma. Itukah kita sahabatku…? Kalau bisa jangan. Jangan menempatkan diri untuk terburu-buru dalam proses.Karena salah satu tanda kalau sebuah doa terwujud adalah, diri menjadi khidmat dan khusyu pada proses.

Hidup di bumi adalah pelajaran bagi mereka yang mau mengambil pelajaran. Harapan dan keinginan yang muncul adalah salah satu gerbang pembelajaran. Lalu ‘proses’ itu adalah pembelajaran itu sendiri. Semakin kita terfokus kepada proses, semakin kita banyak belajar.

Dengan berproses kita akan mengenal kemampuan diri dengan baik. Mengetahui kelemahan yang harus diperbaiki. Lalu menghargai tiap titik pencapaian diri. Inilah yang ingin diajarkan oleh DIA, yaitu pelajaran dan pengalaman berharga yang akan terlewat begitu saja, kalau kita berhenti berproses.

Jadi sahabatku… Proses, proses dan proses. Terus saja ikuti alur proses itu, meski hasil akhir sama sekali belum tampak. Pahami kalau alasan betapa banyak orang yang senantiasa mengulang harapan dan keinginan mereka setiap hari, adalah karena sebenarnya mereka malas untuk mengikuti proses. Padahal proses yang mereka jalani adalah pengabulan doa dariNYA.

Percayalah! Energi yang kita curahkan sepenuhnya dalam proses, akan menguatkan jasad dan jiwa. Kita pun akan semakin mendekatkan diri kepada wujud utuh pengabulan doa.

Saat ini kita hanya perlu mematuhi alur kalau DOA itu adalah Dinamis, Optimis dan Aksi. Dengan kata lain doa itu adalah proses. Kalau Anda berproses berarti Anda sudah menjadi DOA Anda sendiri. DOA tidak berada diluar Anda tetapi bersama Anda. Sehingga Anda mulai bisa menempatkan diri bersamaNYA yang sudah mengabulkan segala doa.

 

Akhir kata sahabatku…

Saat kita gundah gulana dengan alasan apapun. Maka pahami kalau kegundahan hanyalah alarm yang mengingatkan posisi kita. Seperti cermin, kegundahan itu adalah pantulan dari apa yang harus diperbaiki. Satu hal yang harus diperbaiki adalah justru diri yang masih merasakan kegundahan itu.

Jadi pertanyaan yang harus kita tanyakan ke dalam diri adalah “Kenapa masalah/kondisi/sikap ini masih membuat saya gundah?”

Coba tanyakan, dan dalam kondisi netral cobalah menerima jawabannya. Mohon jujurlah, dan janganlah membuat pembenaran. Terima segala alasan kekurangan diri saat jawaban itu terjawab.

Mungkin butuh beberapa hari atau musim untuk menerima jawabannya. Namun semesta itu baik, pertanyaan itu pasti akan terjawab. Kalau sudah, maka terimalah.

Apakah kalau sudah diterima, maka kegundahan hilang? Tidak! Kegundahan itu tidak hadir dari kondisi yang diluar. Kegundahan itu hadir dari diri Anda sendiri. Kegundahan tidak akan hilang sampai Anda merubah alasannya.

Tapi itu dahulu, sekarang kita akan merangkak untuk TIDAK menjadi korban. Anda sudah menerima jawabannya bukan? Kalau begitu, mari kita menikmatinya lagi.

 

 

Salam Semesta

Copyright 2021 © www.pesansemesta.com

Lebih baru Lebih lama