Cara mendidik anak agar mampu memiliki nilai-nilai kehidupan









Sahabatku... Para orang tua yang bijak, ketahuilah bahwa nilai-nilai kehidupan tidak akan didapat oleh si anak, apabila kita masih meminta mereka untuk menerima nilai tinggi diatas kertas rapotnya. Nilai-nilai kehidupan tidak akan bisa didapat oleh si anak, apabila kita masih memaksa mereka untuk takut kepada kita dan gurunya. Nilai-nilai kehidupan tidak akan bisa didapat oleh si anak, apabila kita masih menanamkan arti cita-cita sebagai sebuah pekerjaan bukan sebuah dedikasi.

Apa yang kita tanamkan kepada anak, itulah yang nantinya akan mereka miliki. Sampai nanti mereka mampu mengembangkan sayap kesadaran mereka sendiri.

Lalu apa itu nilai-nilai kehidupan? Nilai-nilai kehidupan adalah ajaran semesta untuk menjalani hidup yang saling berdedikasi untuk sebuah keharmonisan. Kehidupan adalah sebuah kesatuan. Kesatuan berarti kemajemukan. Menjadi hidup artinya menjadi siap untuk saling memakmurkan sesuai dengan fitrah dan nilai diri masing-masing.

Namun, sudahkah kita sebagai orang tua mengerti hal ini? Kalau belum, berarti sekarang bukan waktunya mencari cara mendidik anak agar mampu memiliki nilai-nilai kehidupan. Tapi mencari cara agar kita, para orang tua-lah untuk paham dan mencapai nilai-nilai kehidupan itu terlebih dahulu. Dan satu-satunya cara adalah kembali belajar kepadaNYA, bukan kepada nilai-nilai manusia.

Sahabatku... Selama ini secara sadar, kita membuat toleransi yang sangat besar untuk tidak memprioritaskan nilai diri sendiri, melainkan nilai-nilai dari luar diri. Mari kita kembali melihat cara kita menilai diri selama ini. Apakah kita meng-amini, bahwa diri kita adalah unik dan masing-masing kita memiliki kompleksitas serta prioritasnya sendiri-sendiri?

Mungkin lebih jelasnya seperti ini. Untuk apa kita menikah? Untuk apa kita bekerja? Untuk apa kita menjadi kaya? Untuk apa kita memiliki anak? Untuk apa anak kita menjadi pintar? Harus diakui, kita melakukan itu semua untuk memenuhi nilai-nilai yang dibuat oleh sesama manusia.

Kita harus jujur. Kalau kita tidak menikah, maka kita akan dibilang tidak menarik. Kalau kita tidak bekerja, maka kita akan dibilang pengangguran. Kalau kita miskin, harga diri kita akan jatuh dimata manusia. Kalau kita tidak memiliki anak, maka kita akan dibilang mandul. Kalau anak kita tidak sekolah, maka mereka akan menilai anak kita bodoh.

Seumur hidup ini, kita selalu menempatkan diri didalam kotak kaca transaparant dan mempersilahkan siapa saja untuk lewat dan menilai isinya. Apapun kita lakukan agar penilai-penilai yang lewat senang dan bangga dengan apa yang mereka lihat. Posisi kita tidak pernah tergerak untuk merumuskan dan melakukan segala sesuatunya berdasarkan nilai diri kita sendiri. Secara sadar kita membiarkan hidup berjalan hanya untuk mendapatkan nilai ‘normal’ dimata manusia yang lain.

Jadi sekalinya kita memprioritaskan sesuatu dalam hidup, sesuatu yang kita prioritaskan bukan untuk nilai diri kita sendiri. Namun untuk nilai-nilai orang lain. Itulah kenapa, meski merasa telah memiiki prioitas, tapi kita tidak berbahagia dengan hasilnya. Ada kekosongan didalam jiwa yang masih mencari-cari. Kekosongan itu terasa, karena kita belum berfungsi sebagaimana kita dibuat. Setiap kehidupan memiliki fungsi, karena setiap kehidupan adalah semesta itu sendiri. Jadi karena kita adalah bagian semesta, maka kita memiliki fungsi didalam semesta. Selama kita menuruti nilai-nilai manusia, selama itu fungsi kita belum akan jelas terlihat. 

Lalu bagaimana kita bisa mengajarkan anak-anak kita nilai kehidupan, apabila diri para orang tuanya sendiri masih butuh mengerti apa itu nilai dirinya sendiri. Apakah mungkin orang tua yang belum mengerti ini mengajarkan pemahaman yang belum mereka pahami? Lalu siapa yang seharusnya belajar sekarang, anak-anak itu ataukah para orang tua?

Sahabatku... Edisi kelanjutan bumi ini memang akan kita serahkan kepada anak-anak kita. Jadi satu-satunya cara agar anak memiliki nilai-nilai kehidupan adalah dengan menanamkan kepada mereka apa itu nilai-nilai kehidupan, lewat contoh dan perbuatan yang tulus. Bukan kata-kata nasihat atau puluhan lembar soal.

Nilai-nilai kehidupan yang kita contohkan, akan menjadi nilai-nilai kehidupan mereka juga nanti. Jadilah contoh terbaik buat anak-anak Anda. Mereka akan menjadi cerminan Anda kelak. Anak adalah jejak yang kita tinggalkan dibumi ini saat nanti kita tidak lagi berpijak diatasnya. Karenanya, sahabatku... Jadilah cermin terbaik untuk Anak kita. Kelak mereka akan bisa mencari hartanya sendiri. Namun sulit bagi mereka untuk melihat cerminan diri mereka selain kepada kita (para orang tua).


Salam Semesta

Copyright © www.PesanSemesta.com

IG : @PesanSemesta.ig . FB : PesanSemesta.7
Lebih baru Lebih lama