STOP! Jangan Didik Anak Anda Untuk Dinilai











Dua manusia identik yang sama persis belum ditemukan secara utuh dimuka bumi ini. Sampai sekarang, manusia dihidupkan dengan keunikannya masing-masing dan dengan kompleksitas yang tidak pernah bisa sama persis satu sama lain, serta peran tugas yang beragam. Intinya, dalam hidup ini tiap pribadi bertanggung jawab penuh dengan fitrah mereka masing-masing.

Fitrah keunikan yang DIA buat untuk tetap dipertahankan berbeda, bukan untuk disamakan rata, kenapa? Karena individu-individu yang berbeda ini akan menjalani kompleksitas hidup yang berbeda pula. Lalu akhirnya, mereka akan berperan dan bertugas berdasarkan keunikan mereka masing-masing, untuk saling melengkapi satu sama lainnya.

Masalah rumitnya, fitrah kita ini tidak berbanding lurus dengan pendidikan yang kita terima. Para orangtua lebih suka membawa anak-anak mereka ke sekolah untuk menerima pendidikan. Akhirnya kebanyakan kita harus terpaksa hidup untuk di sama ratakan di sekolah.

Ini terjadi karena sistem pendidikan sekolah tidak bisa menyesuaikan diri dengan kompleksitas fitrah manusia. Sekolah tidak mampu menampung keunikan manusia, dan memperlakukan manusia sesuai keunikan fitrahnya masing-masing.

Jadi harus diakui bahwa sistem pendidikan sekolah jauh dari kebutuhan fitrah manusia itu sendiri. Apapun yang dibicarakan seorang guru didepan kelas adalah apa yang tertuang didalam buku pedoman. Buku itu sama sekali tidak memecahkan masalah siapapun didalam kelas itu, bahkan masalah gurunya sendiri.

Karena sekolah memang tidak akan bisa mengatasi kompleksitas hidup, baik yang berat ataupun yang ringan sekalipun. Sekolah justru hanya menyamaratakan keunikan dan kompleksitas tiap-tiap individu dalam satu kelas demi mendapatkan sebuah buku berisi angka per-semesternya.

Inilah prioritas kita selama bersekolah, yaitu untuk mendapatkan nilai. Jadi sebenarnya sekolah hanya membelokkan fokus kita dari prioritas pendidikan yang sebenarnya. Padahal prioritas pendidikan si anak sebenarnya adalah mengenal fitrah dan keunikannya, sehingga dia mampu mengenali bakat serta passionnya lebih awal untuk nanti mengasah dan berperan dengannya.

Jadi untuk memahaminya seperti ini : Anda adalah unik, dia adalah unik, dan dia-dia yang lain adalah unik. Lalu manusia-manusia yang masing-masing unik ini dikumpulkan dalam satu ruangan, diberi satu set buku pedoman untuk diajari. Yang mana buku-buku itu sama sekali tidak beruhubungan dengan masalah apapun yang dihadapi oleh manusia-manusia yang ada diruangan itu, bahkan oleh yang mengajari sekalipun. Lalu selama bertahun-tahun manusia-manusia itu mempelajari masalah-masalah itu untuk satu prioritas yang di samakan dan di anggap penting, yaitu demi mendapatkan angka-angka yang tertulis di sebuah buku. Dengan iming-iming siapa yang paling tinggi angkanya, dialah yang paling cerdas.

Coba pikirkan sejenak. Kira-kira apa yang akan terjadi dengan manusia-manusia itu nantinya setelah keluar dari ruangan. Apakah mereka sudah mampu memecahkan masalah hidupnya? Apakah mereka akan mengenal keunikan mereka, passion mereka, bakat mereka? Lalu Apakah mereka sudah mendapatkan kunci jawaban untuk memecahkan apa itu peran hidupnya sendiri? JAWABANNYA : SAMA SEKALI TIDAK !

Karena pada kenyataannya selama diruangan itu manusia-manusia itu sama sekali tidak memecahkan masalah-masalah dalam dirinya sendiri. Mereka fokus memasukkan masalah-masalah baru dalam hidupnya yang sama sekali bukan masalahnya, dan menjadikan angka-angka dalam sebuah kertas sebagai prioritasnya. Bukan kah ini kesalahan?

Pada moment ini kebanyakan yang terdiam dan memahami betapa sebenarnya kita berlari terlalu jauh dari diri kita yang sebenarnya. Hanya karena membiarkan diri untuk dinilai. Dengan sengaja kita telah mempertaruhkan diri kita untuk arti pendidikan yang salah. 

Pendidikan itu bukan IQ tinggi atau mampu menjawab seribu soal dengan tepat. Pendidikan itu bukan untuk mempersilahkan diri dinilai dan dibandingkan. Pendidik itu bukan kompetensi. Pendidikan itu adalah belajar untuk kembali kepada fitrah. Karena manusia adalah kecerdasan yang tidak terbatas.

Salam Semesta

Copyright © www.pesansemesta.com

IG : @PesanSemesta.ig . FB : PesanSemesta.7
Lebih baru Lebih lama