Menanam Kenetralan








Menjadi netral itu bukan menjadi seseorang yang tidak memiliki pendirian. Justru karena kenetralan itu adalah pendirian yang teguh, makanya mereka yang berhasil menjadi netral tidak terombang-ambing dengan yang namanya penilaian.

Mereka yang telah berhasil menjadi netral, mengerti betul bahwa tiap masing-masing makhluk ciptaan SANG PENGHIDUP memiliki dan membawa nilai diri masing-masing. Nilai diri ini tidak bisa disama ratakan, tidak bisa ditukar, dan sangat berarti bagi kehidupan.

Tidak ada kejahatan saat kita sudah berada didalam titik kenetralan. Begitu pula dengan kebaikan. Kebaikan bisa ada karena kejahatan ada. Tidak ada jahat kalau tidak ada baik. Malam bisa muncul karena siang muncul terlebih dahulu. Si cantik bisa menjadi cantik, karena ada si jelek. Mahal tidak pernah menjadi mahal, kalau murah tidak ada. Harga sebuah nilai tidak akan bisa berdiri tanpa pembandingnya. Lalu haruskan memilih mana yang terbaik, saat semua hanya bermuara pada titik keseimbangan?

DIA menciptakan nilai-nilai itu untuk sebuah keseimbangan hidup. Lalu dari sanalah kita belajar arti hidup yang sebenarnya. Pembelajaran, semua diciptakan hanya untuk pembelajaran bagi manusia yang berpikir.

Lalu siapa itu manusia yang berpikir?

Manusia yang berpikir adalah manusia yang mampu menyibak nilai-nilai yang dikemas oleh Semesta. Semesta itu ibarat the giant database, ke sisi manapun kita melihat, disana terdapat sebuah modul pembelajaran. Kebanyakan kita tidak bisa memetik modul pembelajaran itu karena kita tidak berhasil menyibaknya. Untuk menyibak pembelajaran-pembelajaran itu kita harus mengaktifkan dahulu kenetralan diri dan membiarkan diri hanya terkontrol oleh kenetralan.
Tidakkah kita ingin bertanya bagaimana? Bagaimana caranya membuat diri terkontrol oleh kenetralan?

Kenetralan adalah bunga putih yang sengaja kita tanam didalam jiwa. Dia hanya akan tumbuh didalam jiwa yang suci. Maka sucikanlah jiwa itu dahulu. Caranya adalah dengan menjadikan DIA sebagai petunjuk utama kita. Hadirkan DIA dan yakinilah, DIA akan berbicara didalam pikiran, menuntun kita ke arah kebenaran hidup. Biarkan DIA menjadi mata kita untuk memilihkan yang terbaik. Kepercayaan dan kepasrahan hidup hanya kepadaNYA adalah kunci utamanya.

Namun seberapa percaya kita denganNYA kalau kita masih mendiktenya bukan? Bukankah masih kita mendikteNYA dengan ego kita?

Salam Semesta

Copyright © www.PesanSemesta.com



Lebih baru Lebih lama