Manusia yang Berpuasa Harus Memiliki 4 Ciri-Ciri Berikut :










Sahabatku… Kenapa puasa disebut sebagai ibadah untukKU, sementara ibadah-ibadah yang lain tidak? Adalah karena memang penilai utama seseorang telah berpuasa itu adalah DIA, SANG PEMBUAT itu sendiri. Manusia bisa melihat dan menilai ibadah-ibadah yang lain, sementara puasa adalah ibadah yang tersembunyi. Tapi sebenarnya kita juga bisa ikut menilai apakah diri kita telah berpuasa atau diri kita hanya menahan haus lapar saja. Dengan membandingkan ciri-ciri dibawah ini, diharapkan kita mampu ikut berintrospeksi kedalam diri. Tujuan akhirnya dari introspeksi ini adalah, agar kita mampu berpuasa bukan mampu menahan haus lapar saja.


1# Menghargai orang yang tidak berpuasa

Hidup ini memang sudah terbalik, sekarang dimana-mana orang selalu berupaya semaksimal mungkin untuk menghargai mereka yang berpuasa. Warung makan ditutup dengan tirai-tiai. Mereka yang haus, minum sambil sembunyi-sembunyi. Mereka yang lapar terpaksa menunda makan. Kenapa ini harus mereka lakukan? Jujur, sebenarnya ini adalah bentuk toleransi yang tidak perlu dilakukan oleh mereka yang tidak berpuasa kepada mereka yang berpuasa.

Sahabatku… Mereka yang benar-benar berpuasa akan mempersilahkanlah mereka yang tidak berpuasa untuk tetap melakukan aktifitas-aktifitas mereka. KENAPA?

Karena orang yang benar-benar berpuasa sudah memiliki kekuatan jiwa. Ciri manusia yang berpuasa, adalah manusia yang sudah memiliki kekuatan untuk tidak tergoda, jadi egonya sudah tidak terganggu lagi kalau hanya melihat orang lalu lalang keluar masuk restoran. Egonya tidak terganggu lagi kalau melihat teman kantornya membuat kopi pada jam 4 sore. Egonya tidak terganggu lagi saat melewati pedagang sate yang buka pada jam 5 sore.

Mereka yang berpuasa memiliki kekuatan jiwa yang besar untuk menghargai mereka yang tidak berpuasa. Karena itu mereka yang benar-benar berpuasa tidak pernah berteriak dan berkata “Tolong! Hargai yang berpuasa”. Karena manusia yang berpuasa adalah manusia yang sudah bisa mengendalikan nafsunya. Ego adalah bagian dari nafsu.

Sebagai renungan kedalam diri sahabatku… Kalaulah kita menyebut diri sebagai orang yang berpuasa, lalu kenapa kita masih terganggu saat ego-ego kita di ganggu? Apakah betul kita berpuasa atau kita hanya menahan mulut kita dari makan dan minum saja?


2# Tidak Menilai

Sahabatku… Manusia yang berpusa adalah manusia yang jauh dari penilaian. Mereka memiliki hati yang netral dan pikiran yang positif. Sehingga sikap mereka adalah sikap memaklumi. Memaklumi sikap perbuatan orang lain. Memaklumi masalah yang datang. Memaklumi situasi kondisi yang sedang dihadapi.

Ciri manusia yang berpuasa adalah mereka tidak menilai apapun kecuali itu sebagai sebuah pembelajaran. Karena mereka penuh dengan kenetralan dan kepositifan, mereka akhirnya mampu menerima dan menjalani pembelajaran-pembelajaran itu untuk peningkatkan diri. Jadi sebenarnya pemakluman mereka yang berpuasa adalah hasil dari diri yang sudah meningkat.

Sebagai renungan lagi sahabatku… Kalaulah kita menyebut diri sebagai orang yang berpuasa, lalu kita percaya bahwa puasa adalah sebuah proses panjang pembelajaran. Lalu kenapa kita masih menilai-nilai mereka yang tidak berpuasa, menilai-nilai kelompok lain, menilai-nilai sikap orang lain yang tidak sesuai dengan diri? Padahal apabila kita tidak menilai dan mulai menerima dengan kenetralan dan sikap yang positif, maka kita akan mampu memetik sebuah pembelajaran yang berharga, yang mampu menjadikan diri kita menjadi manusia yang penuh pemakluman.


3# Mampu Menggunakan Akal

Sahabatku… Puasa itu artinya mengendalikan diri dari godaan-godaan nafsu. Sementara nafsu selalu mengajak kepada sesuatu yang buruk. Jujur saja buruk dan baik itu adalah pembahasan yang relatif. Untuk mengetahui apakah hal itu baik atau buruk, kita bisa melihat dari sisi kebermanfaatannya untuk sesama. Coba perhatikan sebelum bertindak, apakah tindakan kita bermanfaat untuk diri sendiri, untuk dia atau untuk mereka, kalau memang tidak bermanfaat, maka kendalikanlah diri kita untuk tidak melakukannya.

Jadi ciri manusia yang berpuasa adalah mereka yang sudah bisa menggunakan akalnya untuk melihat kebermanfaat dari setiap tindakannya, baik itu untuk dirinya sendiri dan untuk sesama. Jadi mereka yang berpuasa tidak akan melakukan hal-hal yang merugikan dirinya dan sesama.

Ambil contoh kecil saja, mereka yang berpuasa mampu menggunakan akalnya saat berbicara, akhirnya mereka hanya berbicara yang dianggap bermanfaat dan perlu dibicarakan. Mereka yang berpuasa menggunakan akalnya saat bertindak, akhirnya mereka memilih untuk melakukan hanya aksi-aksi yang bermanfaat untuk dilakukan. Mereka yang berpuasa mampu menggunakan akalnya untuk dirinya sendiri, akhirnya mereka tidak melakukan hal-hal yang tidak bermafaat bagi dirinya sendiri, baik itu dari apa yang dimakan, diminum, dipikirkan, dirasakan dan diperbuat.

Sahabatku… Tidak ada kesia-siaan bagi mereka yang selalu menggunakan akalnya. Karenanya alangkah baiknya, kalau kita mampu untuk selalu menjadi berakal sebelum berbuat.


4# Tidak Menahan Tapi Mengendalikan

Sahabatku… Berpuasa artinya mengendalikan jasad dan jiwa dari sesuatu yang menurunkan lavel kebaikannya. Bukan menahan! Karena menahan jauh berbeda dari mengendalikan. Nafsu yang didalamnya ada ego, adalah salah satu komponen penggerak hidup kita.

Manusia yang menahan hawa nafsu, ibarat menjadi bendungan, dan nafsu adalah airnya. Karena dibangun pada aliran air, maka bangunan bendungan harus dipastikan kuat dan bertahan dengan berbagai kondisi. Tapi bukan berarti bendungan tidak bisa jebol. Beberapa faktor eksternal yang melebihi kemampuan bendungan juga dapat membuat bendungan jebol.

Begitu juga manusia yang berupaya menahan seluruh nafsu-nafsunya. Pertama yang harus dia siapkan adalah tameng terkuat untuk menahan godaan nafsu egonya sendiri, yang pada akhirnya tidak ada artinya pula tamengnya itu. Apabila tamengnya tidak lebih kuat dari godaannya.

Berbeda dengan manusia yang mampu mengendalikan nafsunya. Mengendalikan nafsu adalah mengarahkan nafsu menuju pilihan terbaiknya. Saat nafsunya berkata iya untuk yang buruk, dia berkata tidak. Saat nafsunya berkata tidak mungkin untuk yang baik, dia berkata iya bisa. Saat nafsu mengajaknya terlena dengan yang buruk, dia mengajak untuk beranjak. Apapun hal buruk yang dikehendaki nafsu dia alihkan menuju kebaikan.

Jadi, ciri terakhir manusia yang berpuasa adalah dia mampu mengendalikan nafsu dirinya tanpa merasa tertekan dan terpaksa. Tapi, berdasarkan kesadaran penuh. Inilah kemenangannya atas diri sendirinya. Saat kemenangan ini datang, maka kita mulai bisa berpikir secara mendalam tentang seluruh hal yang kita pilih dalam hidup ini. Inilah point yang terpenting dari berpuasa, yaitu kemampuan diri mengendalikan nafsunya sendiri, bukan sebaliknya.


Sahabatku… Semoga ke empat ciri-ciri diatas mampu melekat kedalam diri kita. Tentunya saat ini kita sedang berproses. Proses ini tidak akan berhenti sampai hasil akhir muncul. Jadi berpuasa memang dilakukan selamanya, bukan selama satu bulan saja. Karena berpuasa berbeda dari sekedar menahan lapar haus saja. Ada banyak hal penting yang harus kita perjuangkan, sehingga kita pantas berkata kalau diri ini adalah manusia yang berpuasa, bukan manusia yang sekedar tidak makan dan tidak minum.  

Salam Semesta

Copyright © www.PesanSemesta.com
IG : @pesansemesta.ig   -  FB: pesansemesta.7
Lebih baru Lebih lama