Resep Membuat Manusia Narsis










Secara singkat narsis bisa disebut sebagai gangguan psikologis, di mana seseorang menganggap dirinya sangatlah penting dan memiliki kebutuhan untuk dikagumi. Manusia narsis bukan saja sangat percaya diri, namun juga tidak menghargai perasaan atau ide-ide serta cenderung mengabaikan kebutuhan orang lain. Bagi orang narsis hanya ada satu pemeran yang wajib diperhatikan dalam dunia ini, yaitu dirinya seorang.

Namun beda diluar, beda didalam. Sebenarnya apa yang terjadi dibalik manusia narsis adalah keterbalikan dari apa yang mereka tunjukkan diluar. Di dalam, manusia narsis berusaha berjuang dengan super egonya. Manusia narsis memiliki cedera psikologis yang sulit diakui, tapi butuh pelampiasan. Karena mereka memang butuh pelampiasan, maka sikap narsis lah pelampiasan mereka. Narsis itu seperti rasa perih. Memang ada luka yang membuat rasa perih itu muncul.

Sikap narsis seseorang adalah hasil pelampiasan sesuatu yang tidak beres dari diri mereka sendiri. Karena sebenarnya setiap manusia terlahir narsis. Anak-anak adalah manusia yang narsis. Mereka  hidup di alam narsis karena mereka belum bisa membedakan antara ego, kepentingan atau kebutuhan. Sehingga yang mereka tahu, apapun perasaan mereka itu adalah perasaan mereka.

Pada saat perkembangan itulah orang tua harus membimbing anak mereka agar mampu membedakan antara diri mereka dan diri yang diluar mereka. Sehingga mereka belajar empati dan kepedulian terhadap dunia diluar diri mereka. Sehingga tidak hanya fokus kepada diri mereka seorang.

Anak-anak menganut konsep bawaan “Me, My self and I” yang sangat kental. Karena itu anak-anak akan terus menjadi semakin narsis apabila tidak menerima arahan dari orang tua mereka. Jadi pada masa kecil, setiap manusia wajib belajar untuk tidak tumbuh menjadi manusia dewasa narsis.

Sayangnya proses pembelajaran diri ini sering di gagalkan oleh para orang tua. Kebanyakan orang tua mengabaikan anak mereka dan membiarkan anaknya untuk mengajar diri mereka sendiri, tanpa memberi arahan. Akhirnya anak hanya mengandalkan dirinya sendiri dan ini menjadi situasi patologis di mana, meskipun mereka bertambah tua dan mendapatkan kecerdasan dan pengalaman orang dewasa, emosi dan ego tidak pernah matang. Anak-anak yang narsis adalah sifat alamiah anak-anak. Sementara manusia dewasa yang narsis adalah ketidak beresan, karena orang tuanya tidak melaksanakan perannya untuk mendidik dan memberi arahan sewaktu mereka kecil.

Sahabatku… Secara fitrah anak akan terus menjangkau orang tua untuk bimbingan, cinta, validasi atau persetujuan. Intinya anak memiliki kebutuhan-kebutuhan psikologis yang harus dipenuhi. Kebanyakan anak menjadi sangat labil apabila kebutuhan psikologis mereka tidak terpenuhi atau terpenuhi tapi dengan cara yang tidak tepat. 

Saat kebutuhan psikologis anak tidak terpenuhi atau terpenuhi dengan cara yang tidak tepat, maka anak mulai percaya ada sesuatu yang salah dengan diri mereka dan inilah awal dari bencana. 

Kami sebut bencana, karena anak mulai membuat belief (keyakinan yang tertanam di alam bawah sadar) bahwa mereka telah diabaikan dan ditolak oleh orang tua mereka sendiri. Lalu karena itu pula lah akhirnya mereka menanam kepercayaan, bahwa diri mereka tidak berharga, dan tidak sempurna untuk dicintai. Kemudian muncullah rentetan kata-kata superego yang menusuk mereka dari dalam, terkubur tapi terus tumbuh sampai mereka dewasa. 

Untuk mengerti hal ini mari kita mengambil contoh :  Orang tua Putri tidak pernah di rumah. Mereka bekerja sepanjang waktu. Putri sering merajuk meminta perhatian orang tuanya sepulang kantor. Tetapi orang tua Putri terlalu lelah untuk memenuhi perhatian Putri. 

Ketika orang tua Putri tidak bekerja, mereka tidur atau mencoba untuk bersantai karena mereka sangat lelah dan tidak ingin diganggu. Ketika Putri mulai mengeluh dan merajuk lagi, orang tua Putri mencoba memberitahu bahwa pekerjaan itu sangat penting untuk kelangsungan hidup mereka. Putri yang masih anak-anak belum mengerti hal ini, yang Putri tahu bahwa orang tuanya menyangkal perasaannya dan mengatakan kepadanya bahwa dia kurang penting dari pada pekerjaan orang tuanya.

Untuk menembus kesalahan alih-alih benar-benar menghabiskan waktu bersama anaknya, orang tua Putri mencoba menebusnya dengan selalu memberikan Putri apa pun yang dia inginkan setiap kali mereka bersamanya, terlepas dari bagaimana Putri berperilaku. Itu mereka lakukan, karena mereka terlalu lelah untuk berurusan dengan emosi anak mereka, jadi bagaimanapun Putri bersikap, Putri pasti akan selalu mendapatkan apa yang dia mau.

Akhirnya Putri mulai menyamakan diberi sesuatu dengan cinta. Padahal sesuatu yang diberikan itu bukanlah kebutuhan psikologis Putri yang sebenarnya. Cedera psikologis Putri akan tetap sama dan tidak terobati. Justru mungkin akan terus bertambah, karena Putri tidak pernah dididik atau dibantu untuk menjadi dewasa dan belajar untuk memahami dirinya sendiri. Akhir kata orang tua Putri sukses menciptakan seorang narsis berkat pengabaian mereka.

Sahabatku… Jadi resep untuk membuat manusia narsis hanya satu, yaitu pengabaian. Kita mengabaikan kebutuhan bimbingan anak dan mengabaikan kebutuhan psikologis anak. Dari sini dapat kita simpulkan, bahwa cara terbaik untuk tidak menciptakan manusia narsis adalah dengan menjadi ibu yang baik dan ayah yang baik. Habiskan waktu bersama anak-anak Anda. Dengarkan mereka. Bimbing mereka. Dan jangan mencoba membujuk mereka keluar dari perasaan mereka dengan memberikan benda. Cukup penuhi kebutuhan lahir batin mereka.

Terakhir, hargai sifat narsis bawaan mereka sambil terus memberi pengertian, bahwa didalam hidup ini. Manusia adalah satu yang bergabung menjadi kesatuan, karena manusia adalah kesatuan, jadi manusia memang saling menghargai dan merasakan. “Kalau ade butuh istirahat mama sama ayah juga butuh istirahat. Kalau dede sakit mama sama ayah juga sakit. Kalau ade kangen mama sama ayah juga kangen”.

Sahabatku… Satu alasan kenapa kita terlahir narsis adalah agar kita belajar untuk tidak narsis. Begitulah perjalanan hidup. Kehidupan adalah guru bagi siapapun yang mau belajar. Bagian terindah dari parenting adalah bagian dimana kita memang harus belajar menjadi orang tua. Hasil dari pelajaran kita tidak lain adalah kehidupan itu sendiri. Jadi kalau sekarang ke-narsisan menjadi hal yang lumrah, maka itu juga adalah hasil pelajaran para orang tua juga. Tinggal kita diberi pilihan, apakah kita mau membiarkan anak-anak kita mengisi tempat yang lumrah itu atau tidak. Tapi tentunya kita semua akan memilih tidak. Karena Anda adalah orang tua bijaksana yang memang mau terus belajar menjadi orang tua.


Salam Semesta

Copyright © www.PesanSemesta.com




Lebih baru Lebih lama