Alasan & Tujuan Kehidupan Manusia













“Apa tujuan sang pencipta penghidup ini?” Melalui anugerahNYA izinkan kami menjawab.

Di dalam suatu acara, dihadapan seluruh mahasiswanya, seorang kepala Universitas mengumumkan pemberitaan mendadak. Dia memberitahu kalau dia telah memilih satu mahasiswa diantara ratusan mahasiswanya untuk mengikuti perjalanan luar angkasa, tepatnya pergi ke planet Mars. Mengejutkannya, ternyata Anda lah yang terpilih untuk mengikuti perjalanan itu. Setelah terpilih, hari demi hari Anda mulai menjalani prosesnya. Dari mulai proses simulasi, sampai tiba saatnya Anda benar-benar duduk diatas rocket itu. Melewati atmosfir, melihat dan menyaksikan langsung diri Anda melintasi ratusan juta bintang, sampai akhirnya Anda berhasil menapakkan kaki diatas planet Mars.

Kenapa kepala Universitas itu memilih Anda? Tidak mungkin secara kebetulan terpilih, pasti ada alasan. Pertanyaan yang sama tentang kenapa perjalanan itu diadakan? Tidak mungkin juga secara kebetulan diadakan, pasti juga ada tujuannya.

Keajaiban tidak pernah diciptakan tanpa alasan. Keajaiban diciptakan untuk membuat keajaiban menjadi kenyataan. Begitu juga dalam kehidupan. Kehidupan ada karena SANG PEMBUAT ingin mempersilahkan kita menyaksikan dan menikmati keajaibanNYA. Dengan kata lain, kehidupan ini dibuat hanya agar kita BERSAKSI kepada SANG PEMBUAT itu sendiri.

Apakah ini pertanda kalau SANG PEMBUAT masih membutuhkan sesuatu dari buatannya. Bagaimana bisa? Kalau DIA membutuhkan, bukan hal yang sulit pastinya membuat seluruh semesta tunduk dalam kebersaksian kepadaNYA. Tapi apakah kenyataannya seperti itu? Jauh dari kenyataan. Berarti bukan DIA yang membutuhkan kebersaksian itu, melainkan kita lah yang membutuhkannya.
Kita lah yang butuh bersaksi untuk menyaksikan keajaiban-keajaiban buatanNYA. Hanya agar kita menyakini bahwa kita lah keajaibanNYA yang nyata itu. Tidak perlu jauh-jauh menuju angkasa raya, diri kita, proses kehidupan kita pun sudah menjadi keajaiban nyata yang besar.

Kehamilan adalah hasil dari sebab – akibat pembuahan sperma. Tapi perlu diingat, hanya satu sperma untuk satu sel telur. Sementara seorang pria dewasa yang sehat dapat melepaskan antara 40 juta sampai 1,3 miliar sel sperma dalam sekali ejakulasi. Bahkan para ilmuwan memperkirakan kemungkinan kita dilahirkan sekitar satu banding 400 triliun.

Sama seperti mahasiswa yang memiliki ratusan saingan, begitu juga diri kita. Dari yang 400 triliun itu, kita lah yang terpilih. Kita adalah pemenang bahkan sebelum kita mampu memenangkan apa-apa. Bukankah itu adalah keajaiban?

Hampir 99% tidak ada manusia yang benar-benar secara sadar memilih diri untuk dihidupkan diatas muka bumi ini. Tiba-tiba saja kita terlahir dan dari sana lah babak kehidupan kita dimulai. Boleh dibilang kehidupan kita hanyalah sebab – akibat dari suatu tindakan. Tapi jelas dan sangat jelas, orang tua kita juga tidak pernah memilih kita. Jadi kehidupan masing-masing manusia murni pilihan system SANG PEMBUAT.

Pastinya SANG PEMBUAT tidak mungkin sekedar memilih secara acak tanpa alasan dan tujuan yang jelas. Pastinya ada alasan dan tujuan dari kehidupan kita. Sudah jelas sekarang alasan kita hidup hanya untuk menyaksikan dan menikmati keajaibanNYA. Sama seperti mahasiswa yang terpilih pergi ke luar angkasa, setiap kita memang telah sangat seberuntung itu. Pertanyaan terpentingnya sekarang adalah “Mampukah kita menyadari diri, kalau kita terpilih hanya untuk menikmati dan menyaksikan keajaiban-keajaibanNYA?”

Sahabatku… Untuk mampu menikmati dan menyaksikan keajaibanNYA yang nyata, maka berhentilah membandingkan kehidupan Anda dengan kehidupan manusia yang lain. Masing-masing manusia hidup dengan membawa keajaiban nyataNYA masing-masing. Untuk menikmati dan bersaksi kepadaNYA bukan untuk sekedar melihat keluar, tapi juga melihat kedalam.

Lalu bagaimana dengan tujuannya? Sebagai bagian semesta tentunya kita memiliki fungsi untuk turut berperan dalam keseimbangan semesta, dan inilah tujuan kehidupan, yaitu untuk berfungsi sebagai bagian semesta.

Memang kita perlu menyadari diri, kalau cara kita menfungsikan diri didalam kehidupan ini masih sangat sempit. Padahal kita memiliki fungsi yang lebih dari apa yang kita jalani sekarang, dan fungsi itulah tujuan kehidupan kita. Sayangnya kita tidak mengetahui. Akhirnya kita hidup hanya untuk tumbuh dewasa, memiliki keturunan, menua lalu mati.

Padahal fungsi kesemestaan itu sudah kita bawa dari awal kehidupan. Belatung dibuat untuk me-recycle. Atmosfir dibuat untuk melindungi bumi. Paru-paru berfungsi untuk bernafas. Semua semesta bergerak sesuai dengan fungsinya. Semua memiliki fungsi dalam hidup ini. Karena semua adalah satu. Kesatuan selalu saling menfungsikan. Itulah kenapa segala yang hidup harus mencari fungsi kenapa ia dihidupkan. Mencari fungsi adalah mencari tujuan SANG PEMBUAT yang sudah dibawa dari awal kehidupan.

Sebagai langkah awal, untuk mulai menyadari fungsi kehidupan kita, bagaimana kalau kita belokkan sedikit pertanyaannya. Dari “Apa tujuan SANG PENCIPTA menciptakan kehidupan?” menjadi “Kenapa kita terpilih untuk hidup di dalam kehidupan?”

Dari pertanyaan ini, kita akan mulai tergerak untuk MOVE IN. Masuk kedalam diri untuk menemukan jawaban-jawaban dari; Apa fungsi kehidupan saya yang belum saya temukan? Apakah saya sudah maksimal dalam menjalankan peran fungsi kehidupan saya? Apa fungsi kehidupan saya yang belum saya laksanakan? Dan mungkin banyak pertanyaan lainnya. Percayalah… Kita pasti akan diarahkan untuk menemukan jawabannya. Siapa yang lagi yang mengarahkan kalau bukan SANG PEMBUAT itu sendiri.

Sahabatku… Setiap kehidupan memiliki alasan dan tujuan. Alasan itu adalah untuk menyaksikan dan menikmati keajaiban-keajaibanNYA. Tujuan itu adalah untuk berfungsi sebagaimana fungsi masing-masing kehidupannya.  

Hanya masalahnya sekarang, kita sama sekali tidak mau menyaksikan sedikit pun keajaiban-keajaiban yang telah kita terima. Dan kita pun belum mengetahui fungsi kehidupan kita sendiri.  Akhirnya kita masih bertanya tentang kesadaran SANG PENCIPTA menciptakan segalanya.

Akhir kata sahabatku… Mampukah diri kita bertanya lagi tentang tujuanNYA. Sementara diri kita masih jauh dari jawaban yang telah dianugerahiNYA?


Salam Semesta

Copyright © www.PesanSemesta.com


Lebih baru Lebih lama