4 Kondisi Pikiran Yang Menjadi Musuh Dan Solusinya








Sahabatku… Pikiran manusia bisa menjadi teman terbaik atau musuh terburuk. Lalu bagaimana kita mengetahui kapan itu kondisinya berlangsung. Kapan pikiran menjadi musuh yang buruk bagi kita?


1# PIKIRAN MENJADI MUSUH SAAT KITA BERPIKIR UNTUK MENYERAH TERLALU CEPAT.

Baiklah ini adalah musuh pertama yang sering muncul dari diri kita. kita sering berkata “kita tidak bisa melakukannya lebih baik lagi” tepatnya pikiran kita yang mengatakan ini.

Penelitian menunjukkan bahwa ketika kita beralih ke pola pikir pertumbuhan (growing mindset), kita menemukan dorongan baru untuk terus berjalan ketika segala sesuatu menjadi sulit – kita terus meningkatkan pengetahuan yang kita miliki dan terus mengeluarkan usaha ekstra untuk mencapai tujuan hidup yang lebih baik. Tapi ini semua kembali lagi tentang bagaimana seseorang itu berpikir tentang dirinya dengan apa yang ingin dia raih. Apakah tujuan hidup malah membuat dia menyerah untuk berhenti mencoba, ataukah dia merasa tertantang untuk mencoba lebih baik lagi.

Sahabatku… Apabila seseorang memilih menyerah untuk berhenti mencoba melakukan hal-hal yang lebih baik dalam hidupnya, berarti seseorang itu masih menyimpan musuh didalam pikirannya. Musuh yang masih mengekangnya untuk terus belajar lalu berkembang.
Solusinya adalah kita harus mengubah secara perlahan mindset kita tentang kegagalan. Belajar hanyalah proses mengalami kegagalan berkali-kali, sampai akhirnya tidak gagal sama sekali.

Sayangnya selama ini kita dibesarkan dengan mindset bahwa kegagalan adalah ketidakmampuan, padahal dengan gagal-lah kita memahat kemampuan kita. Secara psikologis memang seseorang akan merasa malu untuk mengakui ketidakmampuan, akhirnya beberapa orang lebih memilih untuk tidak berbuat sama sekali. Lalu mengakui diri bahwa dirinya tidak bisa berbuat lebih baik lagi.

Padahal itu hanyalah wujud dari pola pikir pesimistis dan pola pikir tidak berdaya. Solusinya memang kita harus terlebih dahulu merubah mindset tentang kegagalan. Karena faktanya kita harus gagal untuk terus belajar. Sama seperti dahulu kita pertama kali belajar berjalan. Entah berapa kali kita gagal melangkah. Bedanya dahulu kita masih netral menilai kegagalan, akhirnya kita masih terus berani belajar. Cobalah sekarang kita menetralkan diri seperti dulu.


2# PIKIRAN MENJADI MUSUH SAAT KITA TERUS MENERUS MEMIKIRKAN PENILAIAN ORANG LAIN.

Apabila kita secara terus-terusan mengkhawatirkan penilaian orang lain, dengan terus menrus mengkhawatirkan penilaian diri dimata orang lain, maka sudah waktunya kita berhati-hati. Karena itu adalah musuh yang menyusup secara perlahan. Membuat kita selalu memerlukan cermin. Sayangnya cermin itu kita letakkan menghadap keluar diri bukan kedalam diri.

Sahabatku… Setiap orang melihat dengan persepsi yang berbeda sesuai dengan paradigmanya masing-masing. Hal yang terbaik adalah kita berhenti menghadapkan cermin keluar dan mulai menetapkan nilai-nilai yang didalam.

Solsinya adalah dengan mencoba berlatih welas asih. Kapan terakhir kali kita memberi diri kesempatan untuk menutup diri dari cermin-cermin yang diluar? Biarkan diri kita menjadi dirinya sendiri. Ada begitu banyak tekanan di luar sana yang mengharapkan kita untuk selalu menjadi sempurna dan selaras dengan kehidupan yang orang lain nilai. Tapi belum tentu apa yang mereka nilai selaras, selaras juga bagi diri kita. Itulah kenapa kita harus berwelas asih terhadap diri sendiri. Caranya adalah dengan netral menilai diri sendiri. Cobalah menilai diri kedalam diri sendiri secara jujur. Berilah penghargaan diri terbaik kepada diri sendiri. Cintai diri Anda lebih dari apapun. Kalau pun kita ingin berubah, tetapkanlah perubahan itu sesuai dengan nilai-nilai diri, bukan nilai-nila orang lain.


3# PIKIRAN MENJADI MUSUH SAAT KITA TERUS MENERUS MEMIKIRKAN MASA DEPAN DAN MELUPAKAN MASA SEKARANG.

Saat berbicara mengenai masa depan. Maka, masa depan adalah hal gaib. Saat kita berbicara mengenai masa lampau. Maka, masa lampau adalah hak yang sudah bukan milik kita lagi. Jadi, yang kita miliki adalah sekarang. Kata-kata waktu sekarang pun masih tetap berbatas dan hanya SANG PENCIPTA yang mengetahui batasannya.

Kesadaran pikiran manusia tentang waktu sangat esensial. Ia mengingatkan kita dalam menyusun strategi hidup. Bukankah manusia cenderung menunda-nunda kebaikan. Salah satu cara paling efektif untuk menunda-nunda adalah dengan terus memikirkan masa depan dan melupakan masa sekarang. Ini adalah musuh yang paling mematikan. Karena pada kenyataannya hidup adalah detik ini juga. Hari esok adalah milikNYA dan hari kemarin sudah bukan milik kita lagi.

Manusia hanya menyimpan memori akan masa lalu. Tapi, sudah tidak memiliki waktunya. Bagaimana dengan masa depan, bukankah kita bisa memprediksi dan merencanakan masa depan? Iya betul. Pikiran kita mampu menvisualisasi dan mampu membangun rencana masa depan. Tapi waktunya belum lah milik kita. Masa depan hanyalah sepotong pikiran tanpa waktu.

Manusia membutuhkan unsur waktu dan ruang untuk mewujudkan rencana. Tanpa waktu dan ruang yang ada hanyalah kehampaan. Dengan terus menerus memikirkan masa depan dan melupakan masa sekarang, berarti kita telah membuang jatah hidup kita dengan sia-sia.

Sahabatku… Solusi untuk ini adalah dengan terus beraksi dan beraksi. Ingat saja, segalanya adalah sebab akibat. Siapkan saja sebab terbaik untuk akibat terbaik. Cobalah untuk tetap mengalir dalam berbuat aksi-aksi kebaikan, tanpa mendikte hasilnya kepada semesta. Biarkan segala sesuatu mengalir secara alami ke depan dengan cara apa pun yang semesta suka, yang penting kita tetap melakukan yang terbaik.

Jangan beri makan musuh kita yang satu ini. Apa itu makanannya? Makanannya adalah kecemasan dan ketidak percayaan. Mari kita belajar untuk berserah diri sambil terus beraksi. Jadi menjadi sebaik-baiknya sekarang adalah pilihan yang terbaik. Karena sebaik-baiknya sekarang akan menentukan sebaik-baiknya masa depan. Sebaik-baiknya masa depan juga ditentukan dari sebaik-baiknya sekarang.


4# PIKIRAN MENJADI MUSUH SAAT KITA TERUS MENERUS MEMIKIRKAN KEBERUNTUNGAN ORANG LAIN.

Sahabatku… Kalau Anda terus-menerus memikirkan betapa orang lain sangat bahagia, sangat kaya, sangat harmonis, sangat damai, sangat pintar dan sangat-sangat lainnya. Sementara diwaktu yang bersamaan Anda sama sekali tidak mampu memikirkan hal yang ‘sangat-sangat’ diorang lain itu ada di diri Anda, maka dengan sedih hati, harus diberi tahu bahwa Anda sedang membawa musuh yaitu pikiran Anda sendiri.

Mereka yang tidak menghargai apa yang mereka miliki tidak akan menghargai kenaikan yang mereka terima. Banyak orang yang sebenarnya istimewa, tapi menyia-nyiakannya keistimewaan diri mereka sendiri, karena pola pikir mereka yang memandang tidak ada yang penting atau cukup istimewa dari diri mereka untuk benar-benar mereka hargai. Mereka cenderung "Lebih" menghargai apa yang dimiliki oleh orang lain.

Sahabatku… Syukur adalah satu-satunya alasan, agar segala yang kita terima bertambah. Bukan hanya kuantitas namun juga kualitasnya. Memang logikanya segala sesuatu tidak akan pernah bermanfaat kalau tidak dimanfaatkan.

Solusi untuk ini adalah dengan belajar memikirkan tiga hal yang bisa kita syukuri dari diri sendiri. Ini kita lakukan setiap kali kita memikirkan keberuntungan yang diterima oleh orang lain. Kita bisa mensyukuri mata kita yang masih melihat dengan normal. Jasad sehat kita yang tidak sakit. Anak-anak kita yang menyenangkan dll. Intinya kita mampu melihat nikmat SANG PENCIPTA yang didalam diri, tidak melulu yang diluar diri.


Sahabatku…Pikiran manusia tidak memiliki batas. Tapi bukan berarti kita membiarkan pikiran kita berubah menjadi musuh yang terus mengalir kedalam pikiran kita dan mesabotase hidup kita dari dalam. Satu solusi general untuk ke-empat musuh diatas adalah dengan senantiasa mencoba menghadirkan SANG PENCIPTA, SANG PEMBUAT ditiap lintasan pikiran kita. Ini akan menjaga pikiran kita untuk senantiasa menjadi teman terbaik, bukan musuh terburuk.


Salam Semesta

Copyright © www.PesanSemesta.com  



Lebih baru Lebih lama