MENGHAPUS KARMA



“Bagaimana kalau kita terlanjur menoreh karma buruk dalam hidup ini? Apa yang harus kita lakukan? Apakah karma bisa dihapus ataukah karma akan terus dipikul begitu saja seumur hidup?” Melalui anugerahNYA izinkan kami menjawab.

Apa itu Karma? Karma adalah kata dalam bahasa Sansekerta untuk tindakan. Ini setara dengan hukum Newton tentang 'setiap tindakan harus memiliki reaksi'. Ketika kita berpikir, berbicara, atau bertindak, kita memulai kekuatan yang akan bereaksi sesuai dengannya. Kekuatan yang kembali ini mungkin dimodifikasi, diubah atau ditangguhkan sesuai dengan kadarnya, tetapi kebanyakan orang tidak akan dapat memberantasnya.

Hukum sebab akibat ini bukanlah hukuman, tetapi sepenuhnya untuk pendidikan atau pembelajaran. Karma itu bukan dendam dari semesta yang dibawa, hanya sebab akibat dari setiap pilihan yang dipilih. Baik dengan unsur kesengajaan ataupun dengan unsur ketidaksengajaan.

Contoh seseorang yang menebar kebencian maka hidupnya pun akan dilingkupi dengan kebencian. Ini merupakan karma. Sayangnya kadang karma ini tidak dirasakan dan dialami oleh perorangan. Efeknya terbawa juga oleh lingkungan diluar. Kenapa demikian adalah karena setiap orang adalah energy yang memancar dan mempengaruhi. Baik seseorang itu menyadarinya atau tidak, demikianlah diri kita beroperasi.

Ketidaktahuan tentang hukum bukan alasan apakah hukum itu luput atau tidak. Karena itu kita harus selalu waspada dan awas dengannya.

Tapi bagaimanapun karma tidak hadir untuk menakut-nakuti manusia. Karma hanya hadir untuk membuat manusia setingkat lebih waspada dan awas dengan segala pilihan dan konsekwensi yang didapat dari pilihanya sendiri. Yang tidak kalah penting juga adalah, manusia juga harus menyadari betul bahwa konsekwensi itu kemungkinan tidak hanya akan dirasakan oleh dirinya sendiri, namun juga oleh orang-orang disekitarnya.

Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana kalau kita terlanjur menoreh karma buruk dalam hidup ini? Apa yang harus kita lakukan? Apakah karma bisa dihapus ataukah karma akan terus dipikul begitu saja seumur hidup?

Sahabatku… sekali lagi kami ingatkan karma itu bukan dendam SANG PENCIPTA. Karma hanyalah hukum sebab akibat. Hukum sebab akibat adalah hukum terlogis dari tiap tindakan manusia. Dia tersusun berdasarkan kehendakNYA. Sistem agung yang menjadikan kehidupan didalam semesta ini seimbang.

Kalau kita menyentuh air panas kita akan kepanasan, air dingin kita akan kedinginan, air hangat kita akan nyaman, air sejuk kita akan nyaman. Tapi segalanya hanya akan bersifat relatif. Nah, hukum sebab akibat mampu membaca lavelnya dan menghasilkan akibat sesuai dengan level sebabnya.
"Ketika manusia menabur, demikian juga manusia akan menuai"

Jadi perinsip dalam hidup ini sebenarnya sangat simpel; hindari sebabnya kalau tidak mau merasakan akibatnya. Manusia harus mampu melihat segala tindakan dan kejadian dalam sudut pandang hukum sebab akibat. Namun kenyatannya sekarang terbalik. Manusia kebanyakan menghindari akibatnya dan tetap melakukan sebabnya.

Akhirnya kebanyakan orang tidak selalu siap untuk menerima karma dari tindakannya sendiri. lalu saat menerima karma manusia langsung berpikir kalau ini adalah hukuman SANG PENCIPTA. Padahal kalau dipikir-pikir bagaimana bisa SANG MAHA menghukum – kemanakah KASIH SAYANGNYA?

Akal kita mengingkari kalau kasih sayang SANG MAHA bisa hilang dan menjadi kemurkaan. Sayangnya kita besar dengan doktrin itu. Kita terdoktrin untuk menakuti hukuman SANG MAHA. Padahal hukuman itu bukanlah hukuman langsung, melainkan sebuah pelajaran hidup agar manusia lebih waskita.


Sekarang bagaimana caranya menghapus karma?

Kalau kita terlanjur melakukan sebab yang mengakibatkan karma yang buruk maka satu-satunya jalan adalah membersihkan karma. Membersihkan karma artinya berhenti melakukan sebab dan memperbaiki sebab yang sudah terlanjur dibuat untuk memperbaiki akibat. Sehingga sistem bergulir terbalik.

Sahabatku…

SANG MAHA membuatkan kita akal untuk menentukan tindakan apa yang akan kita perbuat. Inilah gunanya akal itu hadir, dimana dengan akal kita belajar membuat keputusan dan menentukan. Menentukan adalah memilih. Lebih tepatnya memilih pilihan-pilihan yang sudah diperhatikan dan diberpikirkan secara mendalam terlebih dahulu. Menentukan berbeda dengan menetapkan. Menetapkan adalah tugasnyaNYA. Sementara menentukan itu masih tugasnya manusia.

Kita diberi akal pikiran untuk mampu menentukan mana yang baik dan mana yang buruk.  Kita diberi akal pikiran untuk mampu mengolah dan memikirkan hasil akhir dari sebuah tindakan. Kita diberi akal pikiran untuk mampu memilih pilihan yang baik dan meninggalkan pilihan yang buruk.

Setiap kita menginginkan karma kebaikan dan bukan karma keburukan, karena kita memang terlahir dengan fitrah kebaikan. Fitrahnya SANG PENCIPTA. Biarkan akal dan jiwa kita benar-benar memahami hukum sebab akibat dari segala tindakan yang akan kita aksikan. Gunakanlah akal kita bukan ego kita untuk memilah segala pilihan yang akan diberaksikan.

Apabila kita terlanjut menoreh karma yang buruk dalam hidup ini percayalah pada kasih sayangNYA yang tidak terbatas. Percayalah kalau ini hanyalah pelajaran kehidupan. Kita belajar dari setiap karma, baik itu karma baik ataupun karma buruk. Karma bukanlah hukuman, karma hanyalah pelajaran yang belum kita pelajari.

Sahabatku… Ada banyak jalan untuk memahami pelajaran. Jalan itu tidak perlu dinilai baik atau buruk. Namun hanya perlu dilalui. Kita lalui untuk menjadi lebih baik dalam hidup ini.

Akhir kata, kita memang akan selalu menerima pelajaran. Karena itu jangan terlalu percaya diri atau mencibir mereka yang sedang menerima pelajaran. Kita tidak pernah lebih baik dari mereka yang sedang menerima pelajaran dan mereka tidak pernah lebih buruk.

Salam semesta

Copyright © www.pesansemesta.com

Lebih baru Lebih lama