BENARKAH KITA MELIHAT SEMESTA MELALUI MATA KITA?



Sahabatku… Jutaan sel syaraf di dalam mata bertanggung jawab untuk mengirimkan pesan ke otak, bagaikan kabel yang mentransfer data tanpa henti. Cahaya yang dipantulkan dari sebuah benda melewati lensa di dalam mata dan menimbulkan citra bayangan dengan posisi terbalik pada retina yang terletak di belakang bola mata. Setelah terjadi proses kimiawi yang ditimbulkan oleh sel-sel kerucut dan batang di retina, penglihatan ini pun berubah menjadi impuls listrik.

Impuls listrik ini dikirimkan melalui sambungan-sambung di dalam sistem syaraf ke belakang otak. Otak lalu mengonversi aliran ini menjadi sebuah penglihatan tiga dimensi yang penuh makna.  Nyatanya fisiologi penglihatan adalah sebuah proses kerja jasad yang luar biasa. Tanpa pernah gagal, cahaya dikonversikan menjadi sinyal-sinyal listrik.

Kita hanya menyaksikan berkat adanya aliran listrik, menakjubkan bukan? Langit biru yang sama-sama kita saksikan, buku yang kita baca ini, kekasih yang kita kagumi bisa terlihat hanya karena jasad ini mampu menterjemahkan aliran-aliran listrik super cepat ini.

Kita bersama-sama memandang semangkok besar buah-buahan di bawah ini dengan warna yang berlainan. Begitu juga dengan satu vas bunga-bungaan disampingnya. Kita melihat warna-warni semesta yang berlainan. Kita juga meniru warna-warni semesta dan membuat pewarna kimiawinya, ratusan pigmen untuk pewarna industry telah kita buat.

Tapi lagi-lagi apa itu warna? Warna-warna terbentuk di dalam otak kita. Otak kita menterjemahkan gelombang-gelombang elektromagnetik yang memiliki berbagai amplitude (panjang gelombang) dan frekuensi. Yang sampai dan dikelola oleh otak kita adalah energy dari berbagai gelombang elektromagnetik.

Selama ini kita menyebutnya cahaya, tapi lagi-lagi cahaya itu adalah energy. Apa yang kita sebut cahaya terdiri dari gelombang-gelombang elektromagnetik dan partikel-partikel energy yang disebut atau photon.  Ketika photon ini mencapai retina, maka kita mulai bisa menangkap apa itu yang disebut cahaya.
Jadi cahaya adalah suatu bentuk energy yang di inputkan mata seseorang. Ketika energy itu sampai kedalam visual cortex, maka kita pun melihat dunia yang berawarna. Saat cahaya memenuhi retina, proses penglihatan dimulai.

Sekitar 60 tahun yang lalu, para ilmuwan menemukan bahwa bidang reseptif setiap sel penglihatan diaktifkan ketika cahaya mengenai daerah kecil di tengah lapangan dan terhambat ketika cahaya mengenai daerah di sekitar pusat. Jika cahaya menutupi seluruh bidang reseptif, sel merespons dengan lemah.

Penglihatan dimulai dengan cahaya yang melewati kornea dan lensa, yang bergabung untuk menghasilkan gambar yang jelas dari dunia visual pada selembar fotoreseptor yang disebut retina. Seperti dalam kamera, gambar pada retina terbalik: Objek di atas proyek tengah ke bagian bawah dan sebaliknya. Informasi dari retina - dalam bentuk sinyal listrik - dikirim melalui saraf optik ke bagian otak yang lain, yang pada akhirnya memproses gambar dan memungkinkan kita untuk melihatnya.
Dengan demikian, proses visual dimulai dengan membandingkan jumlah cahaya yang menyerang daerah kecil retina dengan jumlah cahaya di sekitarnya. Informasi visual dari retina diteruskan melalui nukleus geniculate lateral thalamus ke korteks visual primer - selembar jaringan tipis (kurang dari sepersepuluh inci tebal).

Korteks visual adalah daerah kortikal utama otak yang menerima, mengintegrasikan, dan memproses informasi visual yang disampaikan dari retina. Letaknya di lobus oksipital korteks serebral primer, yang berada di wilayah paling posterior otak.

Otak mengekstrak informasi yang relevan secara biologis pada setiap tahap dan mengaitkan pola penembakan populasi neuron dengan pengalaman masa lalu.

Bagaimana jasad ini memahami dan menterjemahkan energy memang masih terlalu canggih untuk dipahami. Bagaimana jutaan sel-sel yang terlalu kecil ini menyatu dan membuat seperangkat organ canggih ini. Sekumpulan organ yang bekerja seperti sihir yang mampu menyulap semua energy semesta menjadi makna yang sungguh memang sangat bermakna.

Tapi lagi-lagi kalau kita mampu mengakui kalau seperangkat organ penglihatan terbentuk dari jutaan sel, berarti kita juga sudah siap mengakui kalau sel-sel itu hanyalah energy. Kita adalah energy yang melihat dengan menggunakan energy. Sungguh segalanya hanyalah energy SANG PENCIPTA.

Bagaimana tidak sahabatku…. Pertanyaan pembukanya: Dari manakah asalnya semua blok-blok molekul ini???

Setelah keadaan muncul dari ketiadaan yang mana memunculkan energy dan waktu yang terus berfluktuasi dalam ruang, maka energy terus berfluktuasi, bergerak tanpa henti sampai memunculkan molekul-molekul berlainan dan beraneka rupa. Molekul-molekul yang diciptakan oleh gerakan energy inilah yang nantinya membuat dan membentuk seluruh materi semesta.

Jadi singkatnya semesta ini adalah molekul-molekul hasil bentukan energy. Setiap bentukan pasti harus ada yang membentuk atau membuatnya terbentuk bukan? Harus ada SANG PEMBUAT. Kalau segalanya adalah energy, lalu dari energy ini bermunculan molekul-molekul primordial berarti memang harus ada yang merancang segala molekul-molekul itu agar membentuk kehidupan yang bermakna. 

Secara canggih molekul membentuk materi yang beragam bentuk dengan beragam campuran. Ini menunjukkan kepada kita seni yang paling agung mengagumkan yang ajaib. Kenapa ajaib karena molekul adalah atom. Semua molekul dibangun dari blok atom. Apel yang kita lihat apel hanyalah tersusun dari atom. Kenapa kita tidak melihat apel sebagai atom hanya karena atom sangat-sangat kecil.

Kita adalah susunan molekul, jasad ini dan apa yang diinput – proses dan outputkan adalah juga molekul. Secara canggih molekul membentuk materi yang beragam bentuk dengan beragam campuran. Ini menunjukkan kepada kita seni yang paling agung mengagumkan yang ajaib. Kenapa ajaib karena molekul adalah atom. Semua molekul dibangun dari blok atom. Atom tersusun dari subatomic partikel. Dan partikel terbentuk dari energi. Inilah semesta yang kita lihat.

Lalu benarkah kita melihat semesta melalui mata kita? atau kita hanyalah semesta yang melihatNYA. Bukankah yang kita lihat adalah energi dan dengan energi?

Selama ini kita percaya dengan penglihatan kita. Detik ini juga kita sedang membaca dengan melihat. Tidak ada yang salah dengan penglihatan kita, yang ada mungkin kita tidak menyadari bagaimana kita melihat, dengan apa kita melihat dan atas SIAPA kita melihat.

Akhir kata sahabatku... Mulailah menyadari apa , bagaimana dan siapa dibalik penglihatan ini. Tidakkah itu adalah kesempurnaan yang indah. 


Salam Semesta

Copyright 2019 ©www.pesansemesta.com

Lebih baru Lebih lama