MENGGAPAI LEVEL KEBAHAGIAAN MURNI




Kita tidak akan tahu rasanya kenyang tanpa rasa lapar. Kita juga tidak akan tahu rasanya lelah tanpa rasa santai. Begitulah sahabatku… Itulah hidup… Kita harus tahu gagal tanpa menang, untuk benar-benar menang.

Senang memiliki sedih, menang memiliki gagal, kenyang memiliki lapar, kanan memiliki kiri. Semua begitu seimbang. Inilah sistem keseimbangan hidup, segalanya diciptakan berpasang-pasangan. Hanya ada satu rasa yang tidak memiliki pasangan, yaitu rasa berbahagia.

Tapi kenapa berbahagia tidak memiliki pasangan? Karena pasangannya adalah segalanya. Saat kita mampu menjadikan segala rasa sebagai sebuah kebahagiaan, maka kitalah pemenang sejati kehidupan. Kita akan menjalani alur kehidupan sebagaimana sebab akibat yang kita torehkan, tapi kita tidak akan terombang-ambing karenanya.

Sekali lagi segala rasa adalah kebahagiaan, dan inilah yang kami maksud dengan kebahagiaan murni. Dimana kebahagiaan yang terasa tidak mengenal syarat apa-apa yang dibawa dari luar kedalam. Hanya dari dalam keluar.

Disaat kita mengenal rasa kebahagiaan murni itulah kita bisa benar-benar berterimakasih. Matur nuwun gusti bukan sebuah keharusan hanya saat kita menerima kebaikan, tidak ada yang mewajibkan kita untuk berterimakasih kepadaNYA. Ini hanya bagian dari keindahan kebersamaan kita bersamaNYA. Bagian dari pemahaman kita kalau segalanya memang nikmatNYA. Dan matur nuwun gusti adalah hasil dari kebahagiaan murni.

Sahabatku… Apalagi yang kita harapkan selain rasa yang berbunga-bunga karena rasa terimakasih yang membahagiakan? Bukankah begitu? Bagian apa lagi yang lebih indah dalam menjalani kehidupan ini selain saat susah tidak lagi memiliki nilai susah. Saat sedih tidak memiliki nilai sedih. Saat merana tidak lagi memiliki nilai merana. Saat segala nilai-nilai hanyalah kebahagiaan murni?

Tidak masuk akal memang. Namun hati kita akan berbunga-bunga selamanya tanpa syarat apa-apa dari dunia, karena kita telah menggenggamNYA. Kita hanya menjadikan genggaman itu sebagai satu-satunya syarat kebahagiaan kita. Sementara kita tahu kalau genggaman ini tidak pernah putus. Kita hanya akan senantiasa menggengamNYA dalam segala sebab akibat yang kita torehkan.

Kita tentu ingin seperti ini sahabatku… Pasti kita ingin seperti ini! Kita ingin kebahagiaan tanpa syarat, kebahagiaan tanpa alasan, kebahagiaan murni yang tidak terputus. Kita ingin menjadi berbahagia, tapi bagaimana caranya?

Sahabatku… Dzat Maha tidak akan merubah sebuah kaum, kecuali kaum itu merubah dirinya sendiri. sebuah perubahan butuh pelajaran, kita butuh senantiasa belajar untuk berubah.

Lalu apa yang harus kita pelajari untuk menggapai level kebahagiaan murni?

TIGA PELAJARAN UTAMA KITA AGAR MENGGAPAI KEBAHAGIAAN MURNI ADALAH : BELAJAR MERASA CUKUP, BELAJAR HANYA BERAKSI & BELAJAR TIDAK MENDIKTE.

Manusia yang cukup adalah manusia yang mengingat kebaikan yang diterimanya sangat banyak. Sama seperti juga dia mengingat bahwa kebaikan yang akan diterimanya sangat banyak.

Manusia yang cukup percaya bahwa cukup Dzat Maha-lah sumber kebaikan hidupnya, dan dia memang sudah selalu bersamaNYA. Jadi karenaNYA dia sudah merasa cukup.

Jadi tugas kita bukan menunjuk keluar dan berkata “hal itu, hal itu dan hal itu akan membuat saya berbahagia” Tidak lagi sahabatku… Mulai sekarang tunjuklah diri kita sendiri dan ucapkanlah “Hari ini dan seterusnya saya percaya dan menyakini bahwa pemilik diri inilah sumber segala rasa berbahagia saya. Cukuplah DIA bagi saya”

Hanya kita memiliki masalah klasik disini. Masalah utama kita adalah, kita masih melihat segala hal sebagai baik dan buruk, dan kita memilih salah satunya. Pastinya kita memilih baik, meski kita belum memiliki cukup alasan untuk menerima baik. Hasilnya sudah pasti adalah kehampaan. Jadi kita harus belajar satu pelajaran lagi, yaitu belajar hanya beraksi.

Sahabatku… Sudah menjadi kodratnya, manusia menjadi makhluk yang bergelimang keinginan dan pengharapan. Ini tidak akan hilang, karena kita memang ditakdirkan menjadi manusia yang senantiasa ber-DOA. Sementara ‘D’ dalam DOA adalah DINAMIS.

Dinamis adalah kita senantiasa bergerak dalam perubahan ke arah yang lebih baik. Ini terjadi karena memang sudah tugas kitalah sebagai penyampai-penyampai kebaikan Dzat Maha Baik. Melalui aksi-aksi kita lah kebaikan Dzat Maha Baik terpancar dan tersebar diseluruh alam semesta raya ini. Kebaikan yang utama adalah aksi sekecil apapun.

Sahabatku… Mulai sekarang jangan menjadikan doa sebatas mantra-mantra agar DIA mengabulkannya tanpa kita melakukan apa-apa. Berdoa artinya dinamis, dengan kata lain penuh dengan harapan-harapan menuju perbaikan. Berdoa bukan sekumpulan bait-bait mantra yang hampa. Tapi sekumpulan harapan yang hidup.

Harapan yang hidup adalah harapan yang di-aksikan. Mana yang lebih hampa; orang yang menyerahkan harapannya didepanNYA begitu saja, atau mereka yang menempatkan harapannya ditempat yang benar dan terus beraksi bersamaNYA untuk mewujudkan harapan-harapan itu ?

Dzat Maha membiarkan kita membuat harapan-harapan bukan untuk membiarkan kita berdiam diri dalam kesendirian. Tapi untuk menemani kita mewujudkannya. Membantu kita memunculkan sifat optimis didalamnya. Memberikan ide-ide aksi tentangnya. Lalu membuat kita tersenyum dan berkata “Terimakasih telah telah menemaniku dalam berharap, menemaniku dalam beraksi, lalu membuat harapan-harapanku menjadi nyata. Aku sangat ber-bahagia

Sahabatku… Tidak ada kebahagiaan yang lebih berbahagia lagi kalau kita mampu merasakan kebersamaanNYA dalam tiap aksi-aksi yang kita aksikan. Hanya memang saat beraksi kita memiliki satu musuh yang terus mengintai. Musuh itu adalah ego yang terus mendikte. Karena inilah kita harus juga belajar untuk tidak mendikte.

Kami yakin Dzat Maha hanya akan tersenyum melihat sikap mendikte kita. Sebuah bentuk pemahaman, betapa manusia sangat tidak sabaran dengan harapan dan keinginanannya sendiri. Dzat Maha sangat mengerti akan sikap kita yang seperti ini, hanya kita yang tidak mengerti dengan sikapNYA.

Sahabatku… Sebenarnya kita hanya harus berproses tanpa pendiktean apa-apa. Terus saja ikuti alur proses itu, meski hasil akhir sama sekali belum tampak. Alasan betapa banyak orang yang senantiasa mengulang pendiktean harapan dan keinginan mereka setiap hari, adalah karena sebenarnya mereka malas untuk mengikuti proses. Padahal proses yang mereka jalani adalah pengabulan doa dariNYA.

Percayalah! Energi yang kita curahkan sepenuhnya dalam proses tanpa pendiktean, akan semakin mendekatkan diri kepada wujud utuh pengabulan doa. Kita hanya perlu mematuhi alurnya untuk menerima hasilnya.

----------------------------------------------------------

Sahabatku…. Bukankah pelajaran kita untuk berbahagia adalah banyak?

Jangan lupa juga untuk berbahagi saat susah menghinggapi proses pelajaran kita.. Karena saat itu Dzat Maha hanya ingin melihat kita belajar. Tidak ada yang mustahil bagiNYA, Dzat Maha bisa saja langsung menghadirkan harapan kebahagiaan kecil kita itu. Tapi segala sesuatu tetap harus melalui alurnya. Karena didalam alur ini kita menjadi manusia yang terpelajar.

Hidup di bumi adalah pelajaran bagi mereka yang mau mengambil pelajaran. Harapan dan keinginan yang muncul adalah salah satu gerbang pembelajaran. Lalu ‘proses’ itu adalah pembelajaran itu sendiri. Semakin kita terfokus kepada proses, semakin kita banyak belajar.

Dengan berproses kita akan mengenal kemampuan diri dengan baik. Mengetahui kelemahan yang harus diperbaiki. Lalu menghargai tiap titik pencapaian diri. Inilah yang ingin diajarkan oleh Dzat Maha, yaitu pelajaran dan pengalaman berharga yang akan terlewat begitu saja, kalau kita berhenti berproses.

Memang susah pasti akan menghinggapi. Tapi tidaklah kita belajar kecuali karenaNYA dan bersamaNYA. Kesempurnaan pelajaran kita adalah kesempurnaanNYA. Hasil pelajaran kita pun adalah hasil dariNYA.

Akhir kata, lagi-lagi jujur kita butuh spiritualitas untuk belajar MERASA CUKUP, BELAJAR HANYA BERAKSI & BELAJAR TIDAK MENDIKTE.

Spiritualitas bukanlah sebait DOA yang kita panjatkan setiap hari mendikte Dzat Maha agar kita berbahagia. Melainkan sebuah keterikatan batin antara kita dengan-NYA. Dimana kita merasa selalu bersamaNYA. Dimana kita merasa tidak perlu membutuhkan apapun selain diriNYA. Dimana kita percaya harapan kita adalah harapanNYA. Dimana kita menyakini bahwa DIA-lah sumber kebahagian kita. DIA-lah alasan kita tersenyum dan DIA-lah alasan kita terus hidup.

Renungkanlah dan pelajarilah sahabatku… dan kebahagiaan murni akan senantiasa menyertai nafas kita.

Salam Semesta

Copyright © www.PesanSemesta.com

Lebih baru Lebih lama