3 CARA TERMUDAH MEMULAI PERUBAHAN DIRI



Panas didalam secangkir kopi itu pasti akan segera berubah mendingin bahkan sebelum diminum. Api yang berkobar bisa berubah menjadi asap. Es yang menggunung bisa berubah menjadi cair. Gelapnya malam pun pasti beranjak berubah menjadi terangnya pagi.

Sahabatku… Dalam hidup ini kita banyak menyaksikan sebuah perubahan. Jasad berubah, dunia berubah, semesta berubah bahkan benda-benda itu berubah. Perubahan hadir seperti sebuah kewajiban yang nyata. Adakah yang tidak berubah dalam hidup ini? Sulit menjawab tidak. Perubahaan adalah keniscayaan yang tidak tertepikan, meski ini tidak terasa merata.

Bagi sebagian kita mungkin ada yang merasa sedang terkurung didalam lingkaran yang sama. Tidak ada perubahan sama sekali. Aliran hidup terasa sangat sama dan semakin sesak. Goal tidak pernah tercipta apalagi teraih. Jiwa seperti terjeruji didalam pikiran dan dimensi yang sama. Dinamika adalah kata positif yang masih sulit dimulai apalagi dijalani.

Sahabatku… Itukah diri kita? Diri yang sedang meratapi dirinya yang tidak berubah. Diri yang sedang lelah memutar roda tanpa pernah berpindah. Diri yang sedang bosan setengah mati menunggu kapan memulai perubahan diri? Kalau iya, semoga ini membantu kita.

Seorang bijak pernah berkata : “Kenali dirimu sendiri; cintai dirimu sendiri; jujurlah pada dirimu sendiri.”

Sahabatku… Begitulah cara kita berubah. Tidakkah ini mudah? Kalau belum, mari mempelajarinya sebentar agar ini terasa mudah. Kesulitan adalah gerbang kemudahan.  


Pertama : Kenalilah dirimu sendiri

Dirimu atau diri kita adalah tiga komponen yang tidak terpisah. Mengenal diri dimulai dari mengenal jasad, jiwa dan ruh. Cara paling mudah adalah dengan membuat sebuah pertanyaan sederhana :
Siapakah nafas ini? Apakah getaran jantung ini? Bagaimana aliran pikiran ini terangkai? Apa itu dibalik sel-sel tubuh ini?

Tataplah kaca itu, tanyakan lagi : Dimanakah diri ini? Apakah diri adalah seluruh yang terlihat itu? Siapakah yang sedang sadar menatap semua yang terpantulkan di cermin itu?

Coba baringkan diri diatas kasur empuk itu. Angkat satu tangan keatas, tanyakan lagi : Dengan apa tangan itu bisa terangkat ke atas? Dengan apa aliran pikiran yang memerintahkan tangan untuk naik ke atas itu bergerak?

Sahabatku… Pertanyaan adalah gerbang jawaban. Kita butuh jawaban dalam kebenaran yang melewati benar dan salah untuk mengenal diri, dan itu hanya akan didapat kalau kita mau membuat pertanyaan. Dzat Maha Guru sudah begitu dekat untuk memberi jawabanNYA.

Kalau kita bertanya, apa hubungannya mengenal diri dengan perubahan, maka jawabannya sangat jelas sahabatku… Apa yang dirubah kalau bahkan yang mau dirubah pun tak dikenali?

Ironisnya memang kita berlagak sangat mengenal diri, padahal yang kita kenali bukan diri tapi ego diri. Keinginan, hasrat, kebutuhan, impian adalah ego diri. Akhirnya kita hidup bukan untuk mengenal diri tapi memenuhi ego diri. Padahal ego diri ini hanya akan tercukupi dan tunduk kalau kita sudah mengenal diri.

Jujur kita telah membalik posisinya, dan agar perubahan menjadi mudah. Kita harus mengembalikan posisinya ke tempatnya semula.


kedua : cintai dirimu sendiri

Apa yang kita cintai dalam hidup ini? Mungkin kita bisa menulis urutannya diatas selembar kertas. Dan diurutan keberapa kita akan menulis diri sendiri?

Mencintai dirimu artinya menghormati dirimu, menghargai dirimu, melindungi dirimu dan melakukan yang terbaik bagi dirimu. Harap dimengerti kalau mencintai diri bukan mencintai ego diri, tetapi mengendalikan ego diri, karena kadang diri malah tersakiti dan tidak tercintai justru karena ego diri.

Jadi sudahkah kita mencintai diri?

Kalau sudah, berarti perubahan diri akan menjadi sangat mudah. Karena diri pasti hanya akan mau bergerak diposisi dia ditakdirkan untuk bergerak. Dan tidaklah dia bergerak kecuali diposisi yang terhormat, terhargai, terlindungi dan terbaik bagi dirinya sendiri, menurut dirinya sendiri.

Apakah ini egois? Tidak pernah sahabatku, justru ini sangat social. Bayangkan kalau di satu ruangan berkumpul manusia yang masing-masing mencintai dirinya sendiri. Mereka pasti akan sangat memanusiakan manusia. Karena mereka sadar akan posisi gerakannya.

Fakta manusia yang tidak memanusiakan manusia sekarang adalah karena manusia tidak bergerak di posisi yang mencintai diri mereka sendiri, justru malah sebaliknya. Sedikit yang mencintai diri dan membagi cinta tulus ini kepada manusia.

Padahal cinta tulus ini adalah anugerah Dzat Maha Pencinta. Manusia adalah semesta. Sementara semesta adalah keterhubungan abadi. Mencintai diri adalah mencintai semesta untuk semesta. Kita seharusnya menjadi penyampai cinta tulus Dzat Maha Pencinta.


keTIGA : jujurlah pada dirimu sendiri

Sahabatku… Pada paragraph diatas kita berkata “…menurut dirinya sendiri” maka pada cara ketiga ini mari kita bertanya : menurut dirinya sendiri siapa?

Karena bahkan diri sendiri tidak mengenal dirinya, bahkan diri sendiri tidak mencintai diri tapi hanya mencintai ego diri… Jadi kita harus jujur bukan kalau wajar perubahan itu tidak pernah tercipta.

Sahabatku… Jujurlah pada dirimu sendiri. Berhentilah membohongi diri kalau diri kita baik-baik saja lalu mengalihkan diri. Panggilan perubahan adalah panggilan paling sunyi yang bergema diluar. Namun  terdengar sangat keras didalam. Itu karena Dzat Maha berbicara dari dalam tiap-tiap jiwa yang sudah jujur pada dirinya sendiri.

Akhir kata sahabatku… Kenalilah dirimu, cintailah dirimu dan jujurlah pada dirimu sendiri, maka perubahan itu akan menjadi nyata dan mudah.


Salam Semesta

Copyright 2020 © www.pesansemesta.com

Lebih baru Lebih lama