LEVEL TERENDAH KESADARAN



LEVEL TERENDAH KESADARAN
.
Selamat datang dalam zaman dimana kesadaran akan menjadi harga paling mahal. Barang langka yang dipertaruhkan kehadirannya. Zaman dimana kesadaran harus terus dipelihara agar tidak turun pada level terendahnya.
.
Level terendah kesadaran adalah saat kesadaran kehilangan kemurniannya. Lalu, apa itu kesadaran yang murni?
.
Sahabatku… Kita dahulu terlahir dengan kesadaran yang murni. Dahulu kita menjadi satu dengan diri kita sendiri. Kita tidak menuntut keinginan, tapi kita hanya memenuhi kebutuhan. Kita tidak menilai nilai apapun, kita hanya mengamatinya. Kita rendah diri dan tidak sombong dengan harapan-harapan.
.
Masa telah berlalu, dan sekarang inilah kesadaran kita. Kesadaran kita saat ini adalah sisa-sisa jati diri yang kita bentuk dan kita jaga. Serpihan-serpihan kemurnian yang kita abaikan. Itulah kesadaran kita saat ini.
.
Mohon pertama-tama pahamilah kalau tulisan ini tidak untuk menyindir seseorang yang level kesadarannya rendah. Tulisan ini hadir untuk memampukan diri melihat kedalam dirinya sendiri.
.
Tujuannya adalah mampukah kita mengakui kalau saat ini KITA sedang berada pada zaman dimana level kesadaran yang kita miliki sangat-sangatlah rendah?
.
Dimana Sahabatku....
.
Kesadaran kita saat ini tidaklah lagi menjadi satu dengan dirinya sendiri. Kita sama sekali tidak memahami diri, apalagi itu semesta. Semua pengetahuan tentang ini hanya tentang ilmu yang terkomersialisasi, bukan ilmu yang terpahami.
.
Kesadaran kita saat ini selalu mengagungkan keinginan diri untuk menghempas kebutuhannya sendiri. Sampai-sampai kita menjadi manusia yang berani mendikte Dzat Maha untuk memenuhi segala keinginan diri sendiri dan kelompok.
.
Kesadaran kita tidak pernah senetral fitrah awalnya. Dimana kita sekarang hanyalah pudaran jati diri yang sama sekali tidak terlihat maknanya. Itulah kenapa kita senantiasa menilai-nilai segalanya dan apapun. Jangankan bisa netral dalam menilai, pikiran ini bahkan berlari liar dengan penilaian yang dibiarkan lewat tanpa terlebih dahulu diamati akal.
.
Bagian terburuknya sahabatku…
.
Kesadaran kita tidak lagi merendah diri didepan Tuhan yang disembahnya. Kita bahkan tidak lagi malu untuk memperbudak Dzat Maha untuk membuat nyaman ego kita. Kita paksa-paksa Dzat Maha menyembah ego kita dengan mengatasnamakan diriNYA. Menipu yang tidak bisa ditipu itulah kesadaran kita.
.
Sahabatku… Mampukah detik ini kesadaran kita melihat level terendah dari kesadarannya sendiri?
.
Kalau seorang manusia tertarik mencari area jihad (perjuangan) untuk mendapatkan surga, maka inilah area jihad manusia yang sebenarnya.
.
Perjuangan kita meraih surga adalah dengan memperjuangkan serpihan-serpihan kesadaran murni buatanNYA yang masih tersisa agar tidak menghilang. Lalu berjuang membentuknya kembali seperti sedia kala Dzat Maha Membentuknya.
.
INGATLAH! Dzat Maha Pembentuk membentuk kesadaran, dan memberi setiap kesadaran kesempatan untuk membentuk kembali apa yang telah dibentukNYA. Semua ajaran murni selalu mengajarkan manusia untuk memahami ESENSI besar ini.
.
ESENSI yang mengajarkan bahwa bagaimana lavel kesadaran manusia bukanlah takdir, melainkan nasib yang dia bentuk sendiri. Kaum tidak akan berubah, kecuali kaum merubah dirinya sendiri.
.
Jadi memang dibutuhkan yang namanya membentuk kesadaran. Hanya saja kalau memang kita bisa membentuk kesadaran, maka perkara awalnya adalah kita harus mampu mengakui level kesadaran terlebih dahulu bukan?
.
Sederhananya, bagaimana bisa seseorang membentuk bagus kalau dia tidak mampu mengakui buruk?
.
Akuilah sahabatku… Akuilah kesadaran diri yang sedang terkoyak dalam level terendah ini sebagai awal kembali membentuk kesadaran murni bersamaNYA.
.
BersamaNYA? Iya, betul bersamaNYA, karena dengan SIAPA lagi?
Kalaupun kita ragu dan bertanya; Bukankah Dzat Maha justru akan mengutuk kita yang sedang terendam dalam kesadaran rendah ini?
.
Siapa yang tahu? Karena bagaimana mungkin Tuhan Semesta Alam mengutuk bentuk yang dibentuknya sendiri? Atau sekedar menyuruh sebagian bentukanNYA untuk mengutuk sebagian bentukanNYA yang lain saja.

Jujur akal kita memang akan sedikit terjebak saat mencoba memahami kenetralan Dzat Maha Pembentuk. Ternyata Dzat Maha memang netral. Jangan-jangan apa yang terjadi sekarang hanya tentang kita yang salah mentafsirkan kenetralanNYA Yang Maha Netral.

Itulah kenapa jihad (perjuangan) manusia memang bukan untuk membela Dzat Maha Netral, justru perjuangan manusia adalah untuk membentuk diri menjadi senetral pembentuk diriNYA.

Tapi bagaimana pun juga sebelumnya mari kita akui dan mari kita membentuk kembali kesadaran ini bersamaNYA sahabatku…

Kalau kesadaran ini sudah sadar kalau ‘apapun dan siapapun’ itu kita memang selalu bersamaNYA, maka tidak akan ada bagian yang terlewat dari hidup ini kecuali itu adalah kemurnianNYA. Hitam atau putih akan tetap murni, semurni pembuatNYA.
.
.
Salam Semesta

Copyright 2020 © www.pesansemesta.com
https://www.facebook.com/pesan.semesta.7
@pesansemesta.ig
Lebih baru Lebih lama