KEMANAKAH HILANGNYA SUARA?

 


Seorang sahabat bertanya “Sampai saat ini saya masih belum mengerti atas pertanyaan yang datang dari diri saya sendiri yaitu: "KEMANAKAH HILANG/PERGINYA SUARA"? Mohon berkenan membantu untuk menjawabnya” Melalui izinNYA kami menjawab.

Sahabatku… Sungguh pertanyaan yang penuh essensi mendalam dari semesta yang hadir untuk mengingatkan dalam kelembutan rahmatNYA. Beruntungnya setiap semesta yang menemukan pertanyaan.

Coba bayangkan sejenak suara apa yang telah kita hilangkan jejaknya untuk mampu terdengar. Dalam hidup ini, bahkan dalam keheningan alam nyatanya kita begitu sedikit mendengar bukan?

Tidak perlu mengambil contoh yang terlalu jauh dan rumit selain itu adalah mendengar diri kita sendiri.

Detak jantung yang terasa berdetak ini sebenarnya menghasilkan suara dinamis yang seharusnya kita dengar selalu perubahannya. Desiran darah yang mengalir ini mampu menghasilkan suara tersendiri, meski desirannya masih terlalu sunyi untuk didengar. Gelombang otak memiliki sura yang menggeser disetiap perubahannya frekuensinya.

Intinya sahabatku… Setiap molekul yang bergesekan itu menghasilkan suara khas yang seharusnya kita dengar. Agar kita mampu pelajari perubahan-perubahan apa yang telah terjadi dalam diri kita, sehingga kita mampu bergerak dengan tepat untuk menyeimbangkannya.

Hanya saja meski keseimbangan diri itu penting, anehnya kita kehilangan suara itu bukan?

Kita kehilangan suara bahkan untuk suara yang ada didalam. Kalau yang didalam saja terlewat, lalu bagaimana dengan suara yang ada diluar. Setiap sel terdiri dari molekul-molekul yang atomnya senantiasa bergetar, gesekan getarannya menghasilkan suara.

Jelas suara itu tidaklah menghilang. Tetapi kitalah yang kehilangan diri untuk mau mendengarnya. Kehilangan diri untuk mau mendengar bukan berarti kita kehilangan kemampuan untuk mendengar.

Pada bagian telinga tengah yang normal gelombang suara apapun masuk ke telinga bagian dalam dan kemudian ke koklea. Koklea diisi dengan cairan yang bergerak sebagai respons terhadap getaran dari jendela oval. Saat cairan bergerak, 25.000 ujung saraf mulai bergerak.

Ujung saraf ini mengubah getaran menjadi impuls listrik yang kemudian berjalan di sepanjang saraf kranial kedelapan (saraf pendengaran) ke otak. Otak kemudian menafsirkan sinyal-sinyal ini, dan begitulah cara kita mendengar.

Jadi apapun getarannya, sebenarnya memang akan terdengar oleh telinga manusia normal.

Mungkin saat ini kita yang membaca artikel sederhana ini bertanya; Apakah begitu penting mendengar gesekan molekul? Apa manfaatnya dari mendengar gesekan molecular dan apa keuntungannya yang akan kita dapat?

Begitulah kita sahabatku… Kita kehilangan diri untuk mau mendengar. Kita hanya mau mendengar apa yang ingin kita dengar dan membuang sisanya yang tidak terlihat menguntungkan.

Bijaksananya, tidak terlihat bukan berarti tidak ada. Mari kita mencoba move in sebentar untuk mencari esensi dari semesta yang mengingatkan kita untuk mendengar suara-suaraNYA.

Sahabatku… Kami tidak sembarang saat mengucapkan kata suara-suaraNYA. Seharusnya ini adalah tauhid pertama yang harus kita pupuk dari awal. Bahwa apapun yang terdengar itu, apapun yang terlihat itu, sampai apapun yang terasa itu tidak akan ada tanpa ada yang membuat.

Mendengar itu bukan sekedar mendengar dan berlalu. Tetapi mendengar bagaimana dan untuk apa Sang Pembentuk membentukNYA.

Kebanyakan kita hanya sadar kalau hanya dengan penglihatanlah kita mengumpulkan informasi. Padahal dengan pendengaran kita juga mampu mengumpulkan informasi.

Seperti halnya penglihatan, pendengaran manusia mengumpulkan, dan mengirimkan informasi dari kedua belahan telinga menuju otak. Kedua telinga bekerja secara harmonis sebagai sistem yang terbagi antara berbagai sisi. Sama seperti mata kita yang menerima informasi dari kiri dan kanan, otak kita akan menghasilkan gambaran akustik serupa yang diterimanya dari telinga juga.

Kecerdasan pendengaran manusia mendefinisikan mekanisme rumit pemrosesan suara yang sebenarnya adalah gesekan molecular. Oleh karena itu, kualitas pendengaran kita merupakan faktor kunci kecerdasan lain yang jarang digali untuk dimaksimalkan.

Tuntunya setiap apa yang kita dengar ada berkat kecerdasan semesta yang mematuhi bentukan Sang Pembentuk. Jadi tidak ada bagian yang terlewat dari selain itu adalah kecerdasanNYA. Bagaimana kita mendengarnya juga adalah kecerdasanNYA.

Dengan kemauan kita untuk mendengar, maka kita masuk untuk menjadi saksi dari kecerdasan bentukNYA. Menyaksikan wujud ilmuNYA yang seharusnya selalu tersaksikan. Menerima hikmah dari hikmah yang seharusnya diterima. Sampai akhirnya kita bisa memanfaatkan apa-apa yang tidak dimanfaatkan untuk kemakmuran semesta.

Sahabatku… Bukankah ini adalah keuntungan bagi yang mau mendengar?

Akhir kata… Semoga saja jawaban ini mampu membawa kita yang membacanya kepada penyaksian yang lebih dalam lagi. Terimakasih bagi semesta untuk segala pertanyaan yang mendamaikan.

Nikmatilah apa yang seharusnya kita dengar sahabatku… Jangan terlalu memaksa mendengar tanpa menikmati. Karena tidaklah itu kecuali adalah moment kebersamaan kita dengan Dzat Maha Pembuat suara itu.

Pahamilah kalau tidak ada keheningan yang hening bagiNYA. Semuanya terdengar dan bersuara dalam gemaan yang apa adanya. Semesta ini adalah gemaan yang akan selalu terdengar kalau kita mau khusyu mendengar bersama pembentukNYA.

 

Salam Semesta

Copyright 2020 © www.pesansemesta.com

 

 

Lebih baru Lebih lama