KENAPA HARUS ADA KEBENCIAN KALAU KITA DITAKDIRKAN SEBAGAI PENYEBAR RAHMAT?



Seorang sahabat bertanya “Jika kita diciptakan untuk menyebarkan cinta ke seluruh alam, untuk apakah sang pencipta menganugrahkan kebencian yang energinya juga besar pada kita?” Melalui cintaNYA yang netral kami menjawab.

Sahabatku… Iya betul Dzat Maha membentuk seluruh semesta untuk menjadi penyebar rahmatNYA bagi semesta yang lainnya. Sebagai Dzat Maha Pembentuk tentunya akan sangat mudah bagiNYA menghapus seluruh nilai kebencian dari atas muka semesta, apalagi kalau itu hanya diatas muka planet Bumi.

Tetapi, kenapa Dzat Maha tidak melakukannya –  Kenapa kita harus dibuat repot-repot memilih cinta kasih sayang dan mati-matian membentuknya untuk menyebarkannya – Kalau memang Dzat Maha bisa mencabut seluruh kebencian  diatas muka Bumi ini dengan mudah dan membuat kita utuh sebagai penyebar rahmatNYA tanpa seluruh kerepotan ini, lalu kenapa tidak dilakukanNYA?

Begitu bukan pertanyaan kita sahabatku…?

Tidak mudah memang mencari alasan dari kenapa Tuhan semesta alam membuat segalanya seperti ini. Tapi bukan berarti pertanyaan kita tidak bisa terjawab. Mari kita hadirkan sedikit kenetralan untuk memahami alasanNYA yang Maha Netral. Dari alasan yang terpahami ini akan muncul sepercik rahmatNYA yang terbentuk sempurna sebegitu adanya seluruh energi semesta terbentuk.

Sebagai energi kita memiliki pilihan untuk membentuk seperti apa energi kita. Dalam hidup ini ada yang namanya takdir dan ada yang namanya nasib. Dengan takdir semesta lah kita akhirnya membentuk nasib. Kita membentuk nasib berdasarkan tiap pilihan yang kita pilih.

Contoh sederhananya, dalam dimensi planet Bumi ini sudah ditakdirkan kalau makan dan mium akan membuat kenyang – tidak makan dan minum akan membuat lapar dan haus. Contoh-contoh seperti inilah yang disebut dengan keniscayaan. Andaikan kita memilih makan minum maka kita akan terbebas dari lapar dan haus. Inilah yang disebut sebab akibat dari keniscyaan yang kita pilih.

Sistem dalam semesta ini harus mendukung kebutuhan kita dalam memilih dengan memberikan kita kemudahan tools untuk memilih. Makanya itu dalam hidup ini dirancanglah yang namanya nilai. Ada baik dan buruk, ada panas dan dingin, ada terang dan gelap, ada pendek ada tinggi, ada cinta ada benci. Segalanya hampir memiliki dua nilai berseberangan yang kita sebut dualitas.

Dualitas adalah kebutuhan yang mendasari manusia untuk memilih. Bayangkan saja; bagaimana kita bisa memilih baik kalau buruk tidak ada? Apabila menjadi cinta dan kasih sayang adalah kebaikan dan menjadi penyebar kebencian adalah keburukan. Maka bagaimana AKAL kita bisa memilih kebaikan saat kita tidak bisa membandingkannya dengan keburukan?

Akal butuh informasi yang dengan pengelolaan informasi itu terciptalah pilihan. Jadi kalau kita bertanya; untuk apa Dzat Maha membuat kebencian, maka jawabannya adalah untuk membentuk keseimbangan agar akal kita mampu BELAJAR memilih.

Sahabatku… Saat kita berbicara tentang keseimbangan, maka kita akan berbicara tentang berdiri di tengah kubu dan hanya mengambil porsi yang sama dari kedua sisinya. Artinya, tetap harus ada negatif didalam positif dan tetap harus ada positif didalam negatif. Atom-atom pebentuk jasad kita pun beroperasi dengan keseimbangan yang sama untuk terus mempertahankan bentuk material jasad kita.

Dari sini kita bisa mau memahami kalau Dzat Maha sengaja membentuk benci untuk menyeimbangi nilai cinta kasih sayangNYA bagi semesta raya. Sebegitu netralNYA memang diriNYA membentuk segalanya. Sebuah bukti besar kalau DiriNYA tidak butuh apapun dari apapun. DiriNYA hanya memberi tanpa meminta balik keuntungan. DiriNYA hanya menjadi rahmat dari setiap pilihanNYA.

Kita yang hidup ini adalah pilihanNYA, sekarang apa yang akan kita pilih sahabatku…?

Meskipun awalnya kita dibentuk untu dipilih agar menjadi penyebar rahmatNYA, namun Dzat Maha adalah Maha Netral. Dengan segala komponen yang dibentuk olehNYA Dzat Maha memberi makhlukNYA segala kesempatan untuk memilih dan membentuk energi semau apapun kesadaran mereka mau membentuknya. Itulah kenapa dua nilai sengaja dibuat agar kita mampu memilih dengan akal.

Sahabatku… Kalau begitu bagaimana tentang meningkatkan kesadaran diri agar kita senantiasa mampu memilih pilihan yang terbaik. Agar diri kita tidak terjebak pada pilihan yang buruk, melainkan hanya terus berada pada yang terbaik dalam yang terbaik.

Kebencian dan cinta kasih sayang adalah sentimen biologis yang kompleks. Saat manusia berbicara tentang keduanya ini maka kita tidak sekedar berbicara tentang keduanya sebagai perasaan. Melainkan sebagai gerakan molecular jasad yang tergerakkan oleh energi kesadaran yang mana setiap gerakan molecular menghasilkan frekuensi.

Sudah menjadi kodratnya setiap frekuensi akan saling mempengaruhi frekuensi. Jadi frekuensi kebencian memang akan mempengaruhi frekuensi cinta kasih sayang. Keduanya diramu oleh sistem biologis yang sama, jadi wajar kalau mereka saling mempengaruhi.

Disinilah letak pentingnya kesadaran yang terus belajar memilih, yaitu agar kesadaran mampu menggerakan molecular untuk memilih membentuk frekuensi yang terbaik diantara dua frekuensi yang akan terus saling mempengaruhi.

Adilnya, keduanya tidak akan tertukar. Karena baik itu kebencian maupun cinta kasih sayang masing-masing akan menggema dalam frekuensi yang berbeda dan akan menarik frekuensi yang berbeda pula.

RAHMAT-NYA tidak akan tertukar dengan kebencian. Frekuensi tidak bisa dimanipulasi dengan tipuan-tipuan kesadaran yang berusaha menipu. Tidak ada yang bisa kita tipu dari semesta, karena semesta tahu persis apa yang telah terpilih.

Sahabatku… Kesadaran itu lebih halus dari niat, kemanapun dan bagaimanapun kitalah kesadaran itu. Seseorang masih bisa memanipulasi niatnya. Tapi seseorang tidak bisa memanipulasi kesadarannya sendiri.

Menjadi rahmatNYA bagi semesta alam jelas adalah pilihan dari kesadaran yang sadar akan siapa Pembentuk dirinya sebenarnya. Kebencian adalah pilihan kesadaran. Cinta kasih sayang juga pilihan kesadaran.

Lalu apa yang akan kita pilih sahabatku…? Inilah akhir renungan kita setelah mengetahui alasanNYA. Selamat memilih dalam sisa hidup ini. Berusahalah menetralkan setiap pilihan sebagaimana diriNYA membuat pilihan-pilihan itu.

Kalau masih terasa tidak mungkin, maka pahami saja kalau ketidakmungkinan hanyalah jarak yang memisahkankan kita kepada kemungkinan tak terbatas. Hilangkanlah jaraknya dan kita akan mendekat.

 

Salam Semesta

Copyright 2020 © www.pesansemesta.com

Lebih baru Lebih lama