TIGA LANGKAH UNTUK MENJADI PENGENDALI DIRI YANG NETRAL



Sahabatku… Mari kita belajar self control sebentar. Segala kebaikan butuh pengendalian. Manusia dihidupkan dengan kemampuan untuk mengendalikan. Misalnya saja, jasad kita dibuat untuk mampu mengendalikan molekul air didalam dirinya sendiri agar seimbang.

.

Tubuh butuh molekul air untuk sel. Tapi, saat tubuh tidak bisa mengatur kadar air didalam dirinya, maka akan terjadi overhidrasi. Kelebihan air dalam tubuh menyebabkan kadar garam tubuh turun dan sel membengkak. Jadi dalam diam, tubuh kita terus mengendalikan jumlah kebutuhan air yang bisa diserap oleh tubuh kita sendiri. Agar air bisa bergerak sesuai fitrahnya.

.

Bergerak sesuai fitrah – inilah fungsinya pengendalian. Fitrah sendiri hanyalah bentuk kebaikan asal. Segalanya adalah kebaikan kalau segala kebaikan itu mampu dikendalikan. Itulah fungsi diri sebagai khalifah. Pemimpin selalu mengendalikan, bukan melepas kendali, apalagi dikendali.

Self control adalah mengendalikan diri agar menjadi kebaikanNYA yang seimbang.

Jadi bukan berarti tidak dikendalikan tidak baik. Tetap secara wujud sesuatu yang tidak dikendalikan memiliki kebaikan. Contoh, air adalah baik, tapi air tetap harus dikendalikan agar kebaikannya bisa seimbang dan sesuai dengan fitrah atau kebaikan asal.

.

Oksigen adalah baik, tapi oksigen tetap harus dikendalikan. Lapar dan kenyang itu adalah baik, tapi tetap lapar dan kenyang itu harus dikendalikan. Fungsi pengendalian adalah supaya segala kebaikan yang sudah ada bisa bergerak sesuai fitrah yang baik.

.

Dalam pengendalian akan terbentuklah keteraturan dan keseimbangan. Saat kebaikan itu sudah teratur dan seimbang. Maka kebaikan itu bergerak sesuai fitrah. Dan saat segalanya sudah sesuai fitrah. Maka segalanya bisa kita kembalikan. Akhirnya kita bisa menjadi khalifah yang menjadi gerbang kebaikannya bagi semesta alam.

.

Pikirkan seperti ini sahabatku… Kalaulah diri ini adalah wujud kebaikanNYA yang ikhlas. Maka segala kebaikanNYA harus dikembalikan dengan ikhlas juga bukan?

.

“Ikhlas harus dibalas dengan ikhlas” dalam hidup ini kita sedang belajar untuk ikhlas menjadi kebaikanNYA untuk kebaikanNYA. Mari kita membuat mudah pelajaran ikhlas ini dengan belajar mengendalikan diri dalam kenetralan. Kenapa netral? Karena hanya dengan kenetralanlah kita bisa belajar ikhlas menerima dan ikhlas memberi.

.

Jadi mari kita belajar bagaimana cara menjadi pengendali diri yang netral?

.

Pertama: Kenalilah Diri Sendiri

Kenali manusia, yaitu diri sendiri. Kenali komponennya, cara kerjanya, sistemnya, sebab akibat yang diembannya. Kenalilah diri!

.

Seseorang tidak bisa mengendalikan yang tidak dikenalinya. Diri hanya bisa mengendalikan yang dikenalinya.

.

Tentunya ini akan merepotkan memang. Selama ini kita belajar untuk menjadi unggul. Tapi bukan untuk unggul mengenal diri.

.

Salah satu contoh kita bisa mengendalikan diri apabila mengenal diri adalah seperti ini :

Misalnya saat kita berbicara tentang alasan kebahagian, maka kita sering memikirkan alasan kebahagiaan sebagai konsep keadaan, harta benda, atau orang-orang dalam hidup kita. Padahal pada kenyataannya, kebahagiaan merupakan hasil dari pengalaman kimiawi.

.

Terdapat empat neurokimia utama, hormon, dan neurotransmitter yang dihasilkan dalam otak yang pada dasarnya bertanggung jawab untuk menciptakan sensasi dan emosi yang kita asosiasikan, termasuk kebahagiaan.

.

Artinya; apabila jasad tidak bisa mengolah pengalaman kimiawi ini, maka jangan harap diri akan merasakan kebahagiaan, meskipun diri memiliki segudang alasan untuk berbahagia. Begitu juga apabila diri berhasil memerintahkan jasad untuk mengolah kimiawi ini, maka diri bisa merasakan kebahagiaan instant, tanpa memiliki satu pun alasan untuk berbahagia.

.

Nah, dengan mengenal kinerja-kinerja diri yang seperti diatas. Maka kita akan MAMPU mengendalikan diri untuk tidak terjebak pada keadaan yang tidak baik. Lalu bergegas memilih bergerak dalam fitrah kebaikanNYA.

.

Sudah menjadi fitrah kebaikanNYA adalah kita mampu berbahagia dengan mengendalikan rasa syukur dalam diri tanpa menaruh syarat dari luar. Karena tahukan Anda kalau bersyukur adalah pikiran positif yang mampu meledakkan kadar dopamin tinggi di otak? 

.

Neuroscience telah menemukan hubungan antara pikiran positif dan aktivasi neurotransmitter tertentu. Jadi dengan memusatkan perhatian pada hal-hal yang disyukuri memaksa perubahan jasad ke fase yang lebih positif. Karena tindakan sederhana ini mampu merangsang lebih banyak neurotransmiter di otak kita, khususnya dopamin dan serotonin, yang meningkatkan perasaan puas. Inilah sebabnya mengapa dopamin dan serotonin sering disebut sebagai "bahan kimia bahagia."

Bukankah ini hanya bisa terjadi dengan pengendalian?

.

kedua : jadilah waskita terus menerus

Waskita terus menerus artinya selalu waspada tanpa putus. Seseorang tidak bisa mengaplikasikan kewaspadaan kalau tidak sengaja memilih hidup dalam mode pikiran sadar (conscious).

Pikiran sadar melibatkan semua hal yang saat ini kita sadari dan pikirkan. Harusnya kesadaran kita tentang diri dan dunia di sekitar sudah menjaid bagian dari kesadaran kita. Sayangnya hidup dengan mode conscious penuh tidak terlalu mudah.

Itulah kenapa para peneliti lebih sering berkata kalau kita hanya mengakses pikiran sadar 5% dan mengakses pikiran bawah sadar 95%. Mereka juga berkata pikiran sadar mirip dengan memori jangka pendek dan terbatas dalam hal kapasitas. Padahal kewaskitaan terletak dalam mode ini.

Karena saat manusia hidup dalam pikiran bawah sadar yang 95% maka sebenarnya manusia itu tidak mengendalikan apa-apa. Karena yang mengendalikan dirinya adalah program bawaan yang mungkin saja bukan program otentik dirinya. Bisa jadi itu program dari lingkungan dan pengalaman-pengalaman yang bukan fitrah utama dirinya.

 

.

 

Jadi singkatnya untuk mengendalikan seseorang harus waspada. Kewaspadaan hanya aktif dalam mode sadar. Sementara untuk merubah dari mode pikiran bawah sadar menuju pikiran sadar, seseorang harus melakukan hal ketiga dengan netral.

.

 

KETIGA : GUNAKAN AKAL UNTUK BER-AKAL

.

Sahabatku… Apakah kita ber-akal? Kalau kami lanjut membahas ini, pastinya akan seru. Namun agak melebar. Jadi akan kami bahas jawaban ini pada kesempatan lainnya. Secara saintifik sendiri kenapa menggunakan akal untuk ber-akal bisa membuat waskita adalah seperti ini.

.

Akal yang kami maksud disini adalah fungsi dari kehadiran pikiran. Kita memiliki aliran pikiran tapi belum tentu kita memiliki akal yang berfungsi disitu. Akal adalah kecerdasan yang hadir didalam pikiran. Nah, sayangnya manusia lebih mudah kehilangan akal dibanding kehilangan pikiran.

.

Kita tidak perlu jauh-jauh menyebut kata gila untuk menyimpulkan kehilangan akal. Karena kehilangan akal pada level yang sederhana itu bukan gila, melainkan tidak menggunakan atau menfungsikan akal itu sendiri untuk membangun kesadaran diri untuk waskita.

.

Ingat! Menggunakan akal berbeda hal dengan menggunakan pikiran. Akal kita berpikir, tapi pikiran tidak berpikir. Pikiran adalah informasi energetic yang tertangkap oleh kesadaran. Sementara akal adalah milik kesadaran itu.

.

Itulah kenapa meski kita banyak pikiran kita tetap tidak pernah setingkat lebih cerdas dari semua pikiran itu, sampai akhirnya kita mau menggunakan akal untuk memikirkan semuanya.

.

Salah satu tanda kalau akal yang berpikir, maka kita tidak akan memikirkan semuanya. Karena akal kita tahu persis bagaimana memilah pikiran. Akal kita tahu pikiran mana yang harus difokuskan dan mana yang tidak. Akal tahu persis kalau ini adalah pikiran sampah yang tidak perlu diberpikirkan, sementara yang ini dan itu adalah hidayah, solusi, ide, awal perubahan, dan perlu di berpikirkan.

.

Tidak hanya mampu memberpikirkan aliran pikiran, akal juga tahu dengan sangat cerdas bagaimana caranya memberlakukan aliran pikiran yang berharga itu. Disinilah kewaspadaan aktif untuk membentuk pengendalian dimulai.

.

Kalau Anda sampai membaca sampai paragraph ini, maka bergembiralah. Kita telah belajar mengenal diri. Kita telah berhasil menjadi sadar dengan memikirkan pelajaran. Dan karenanya kita mengaktifkan kewaspadaan untuk mulai mau bergerak sesuai fitrahNYA.

.

Bagian sakralnya, kita menjadi tahu kalau kebaikan butuh pengendalian agar menjadi seimbang. Seimbang itu bukan berarti baik, bukan juga berarti buruk. Seimbang itu seperti sepotong sama yang diletakan dalam waktu yang sama.

.

Dari sini semoga kita bisa melihat kalau kebaikanNYA itu selalu berwujud netral. Jadi memang kita harus mengendalikannya juga secara netral.

.

Pengendali diri yang netral adalah diri yang bergerak sesuai fitrahnya Sang Pembentuk. Resapilah dengan netral sahabatku… Karena ini sungguhlah pelajaran seumur hidup yang mempesona.

.

Salam Semesta

Copyright 2021 © www.pesansemesta.com

 

 


Lebih baru Lebih lama