Sahabatku… Dalam hidup ini tidak
ada kebaikan yang berdiri sendiri kecuali keburukan selalu ikut menyertainya. Seperti
sepasang teman sejati yang saling menurut, mereka selalu bergandeng tangan.
Hanya saja meski baik dan buruk
adalah poros keseimbangan. Tapi cobalah untuk senantiasa memenangkan kebaikan. Saat
dimenangkan keburukan tidak akan hilang memang, tapi paling tidak bisa terganti.
Karenanya cobalah untuk tetap membentuk
frekuensi yang baik dari dalam diri, untuk diri dan planet ini. Putihkan selalu
frekuensi kita yang abu-abu meski kita tahu mungkin besok akan kembali abu-abu.
Anggaplah satu-satunya kebaikan
tidak bisa menjadi abadi, adalah karena kita harus selalu bergerak untuk
menjadi pemantul kebaikanNYA. Jadi tidak apa kalau frekuensi kebaikan kita
harus naik dan turun, yang terpenting adalah kita menyadari diri saat frekuensi
kita buruk untuk kembali membentuknya baik.
Lalu, bagaimana caranya membentuk
frekuensi yang baik?
Pertama:
Berbicalah yang baik kepada diri sendiri
Kata-kata mengandung unsur
getaran, yang memainkan peran vital dalam skema agung semesta. Semakin baik
kalimat maka semakin tinggi frekuensinya. Sebaliknya, semakin buruk kalimat
maka semakin rendah frekuensinya.
Inilah yang menjadi alasan kenapa
setiap kalimat memiliki frekuensi tersendiri dan mampu mengubah molecular.
Jadi sahabatku… Selalu hindari
self talk (berbicara kepada diri) yang tidak baik. “Berkatalah yang baik atau
diam” tapi berhati-hatilah juga dalam diam, karena self talk tidak harus
bersuara.
Self talk bisa berasal dari
getaran pikiran. Dalam keseharian sel-sel otak secara konstan menerima
informasi tentang lingkungan kita. Lalu melalui cara kita mengelola informasi
itulah kita membentuk getaran pikiran.
Setiap getaran pikiran selalu
bergetar melalui sistem saraf dan dibaca oleh tubuh sebagai sebuah instruksi, yang
oleh otak kemudian dibuatkan representasi nyata perubahan kimia yang kompleks melalui
berbagai jenis neuron dan neurotransmiter.
Artinya, tubuh kita berubah
tergantung bagaimana kita berkomunikasi dengannya. Hasil komunikasi ini akan
memancar menjadi frekuensi diri sendiri. Lalu frekuensi internal ini akan terus
menarik frekuensi eksternal yang sesuai.
Jadi sahabatku… Kalau kita ingin
terjebak dalam frekuensi yang baik, maka salah satu caranya adalah dengan terus
membentuk frekuensi yang baik melalu self talk yang baik.
KEDUA : TERIMALAH APAPUN YANG ADA
DI HADAPAN
Penolakan adalah frekuensi yang
buruk. Jadi apakah kita harus selalu menerima yang tidak kita suka? Jawabannya
adalah iya. Terimalah untuk nanti merubah kondisinya, atau minimal terimalah untuk
merubah emosi negatifnya.
Dalam rasa penerimaan seseorang
akan membentuk welas asih terhadap diri sendiri. Kalau dihitung dalam angka getaran
frekuensi welas asih bergetar dalam frekunsi 540-600 MHz, sangat tinggi!
Sahabatku… Cara kedua ini tidak semudah cara pertama.
Dalam cara kedua ini kita harus benar-benar dalam kondisi pengendalian diri
yang penuh, yaitu kita mengendalikan diri untuk memaklumi. Memaklumi apa yang
diluar agar tidak menggangu yang didalam, dan tidak menggangu yang diluar.
Jadi begini, penelitian dasar
menunjukkan bahwa informasi yang berkaitan dengan keadaan emosi seseorang
dikomunikasikan ke seluruh tubuh melalui medan elektromagnetik jantung.
Itulah yang menyebabkan pola
detak jantung berirama, berubah secara signifikan menyesuaikan tiap emosi yang
berbeda.
Saat kita mengalami emosi negatif
pola detak jantung menjadi tidak menentu, tidak teratur, dan tidak koheren
dalam ritme jantung. Sebaliknya, saat
mengalami emosi positif, seperti cinta atau kedamaian, pola detak jantung yang
terjadi lebih halus, teratur, dan koheren dalam aktivitas ritme jantung.
Jadi pola detak jantung manusia
memang berubah-rubah sesuai struktur medan elektromagnetik yang dipancarkan
oleh jantung.
Tentunya medan elektromagnetik
ini berpengaruh 100% pada hasil resonasi frekuensi tubuh normal kita. Tapi tidak
hanya sampai disini saja. Elektromagnetik manusia dan geomagnetik Bumi juga
ternyata saling terhubung dan saling memberi pengaruh.
Hasil percobaan menunjukkan, ketika
orang menyentuh atau berada dekat dengan sesuatu atau seseorang, terjadi
pemindahan energi elektromagnetik yang dihasilkan oleh jantung. Ini adalah
bukti kuat penelitian yang menunjukan bahwa kita memang satu dengan semesta dan
isinya. Sementara semesta yang paling dekat dengan kita adalah bumi ini.
Jadi tanpa terlalu kita sadari
ektromagnetik kita memiliki andil yang cukup besar dalam mempengaruhi
geomagnetic Bumi.
Frekuensi baik dari welas asih
yang sengaja kita bentuk bukan hanya untuk diri kita sendiri. Namun untuk
semesta alam yang luas. Bukankah ini adalah rahmatNYA bagi semesta alam?
KETIGA : MAKAN DAN MINUMLAH YANG
BAIK-BAIK
Meski ini terkesan sangat sepele,
namun pastikan apa yang kita makan dan minum benar-benar menunjang keseimbangan
frekuensi tubuh bukan malah sebaliknya.
Karena tahukah kita bahwa makanan
memiliki frekuensi juga? Ini benar! Sama seperti materi yang kita anggap hidup.
Seluruh materi yang kita anggap mati juga seperti makanan atau segelas minuman
pun, kalau diukur akan mengeluarkan elektromagnetik dengan berbagai ukuran
angka.
Apa yang kita makan atau minum
masing-masing memiliki frekuensi dan tentunya setiap frekuensi memiliki dampak
yang mampu mempengaruhi frekuensi pada tubuh kita juga. Jadi apabila kita masih
bisa memilih yang baik-baik, maka pastikan diri untuk memilihnya.
Pilihan baik disini sifatnya
relatif. Harus ada penyesuaian agar tercipta keseimbangan yang harmonis.
Masalahnya siapa yang paling tahu seperti apa keseimbangan dirinya selain
dirinya sendiri, bukan?
Kebaikan itu butuh keseimbangan.
Sistem operasi jasad kita sendiri sudah paham betul akan hal menjaga
keseimbangan ini. Dalam tubuh kita terdapat racun dan penawaran yang selalu
ditakar untuk seimbang.
Buktinya, tubuh butuh kolesterol.
Salah satu lapisan luar sel tubuh manusia dibuat oleh kolesterol untuk
melindungi sel-sel tubuh kita. Tapi jumlahnya harus seimbang karena kalau
terlalu banyak kolesterol akibatnya akan berbeda. Begitu juga dengan hormon
kortisol, terlalu banyak atau terlalu sedikit jumlah kortisol bisa menyebabkan
masalah bagi kesehatan.
Saat kita berbicara tentang
keseimbangan, maka kita akan berbicara tentang berdiri di tengah kubu dan hanya
mengambil porsi yang sama dari kedua sisinya. Artinya, tetap harus ada negatif
didalam positif dan tetap harus ada positif didalam negatif.
Karena itu, kenalilah diri
sendiri. Dengan mengenali diri sendiri kita akan mengenali kebutuhan jasad kita
dan menyeimbangkannya dengan harmonis. Jadikan alasan utama kita makan serta
minum adalah karena kita mencintai jasad ini, dan bukan sekedar karena alasan
pemenuhan keinginan.
Alasan adalah getaran pikiran.
coba pikirkan, kalau sebuah alasan sudah dibentuk baik, maka apakah getaran itu
tidak bisa membentuk frekuensi yang baik?
Pastinya, iya bukan. Tidak
terlihat, tapi bukan berarti tidak ada yang bekerja. Meski mata ini buta untuk
melihat cara kerja frekuensi membentuk sebab-akibat, tetap jangan biarkan akal
ikutan buta. Karena, inilah salah satu makna kita dianjurkan untuk berdoa
sebelum makan atau minum yang sebenarnya, kalau benar-benar mau memikirkannya
lebih dalam.
----
Akhir kata sahabatku… Frekuensi baik
butuh penyeimbang frekuensi buruk. Dalam frekuensi buruk kita memiliki pilihan
untuk membentuk frekuensi baik. Begitu juga dalam frekuensi baik, kita bisa
membuat pilihan untuk membentuk frekuensi buruk.
Hidup adalah dinamika yang akan
terus terjadi sesuai dengan pilihan. Belajar membentuk frekuensi baik akan
selalu berujung pada pilihan. Nikmatilah proses kita belajar memilih. Frekuensi
kebaikan selalu dibentuk dalam pilihan yang dinikmati.
Salam Semesta
Copyright © www.PesanSemesta.com
Subscribe : https://www.youtube.com/c/pesansemesta