TIGA CARA MUDAH MEMBENTUK FREKUENSI YANG BAIK

Sahabatku… Dalam hidup ini tidak ada kebaikan yang berdiri sendiri kecuali keburukan selalu ikut menyertainya. Seperti sepasang teman sejati yang saling menurut, mereka selalu bergandeng tangan.

Hanya saja meski baik dan buruk adalah poros keseimbangan. Tapi cobalah untuk senantiasa memenangkan kebaikan. Saat dimenangkan keburukan tidak akan hilang memang, tapi paling tidak bisa terganti.

Karenanya cobalah untuk tetap membentuk frekuensi yang baik dari dalam diri, untuk diri dan planet ini. Putihkan selalu frekuensi kita yang abu-abu meski kita tahu mungkin besok akan kembali abu-abu.

Anggaplah satu-satunya kebaikan tidak bisa menjadi abadi, adalah karena kita harus selalu bergerak untuk menjadi pemantul kebaikanNYA. Jadi tidak apa kalau frekuensi kebaikan kita harus naik dan turun, yang terpenting adalah kita menyadari diri saat frekuensi kita buruk untuk kembali membentuknya baik.

Lalu, bagaimana caranya membentuk frekuensi yang baik?

 

Pertama: Berbicalah yang baik kepada diri sendiri

Kata-kata mengandung unsur getaran, yang memainkan peran vital dalam skema agung semesta. Semakin baik kalimat maka semakin tinggi frekuensinya. Sebaliknya, semakin buruk kalimat maka semakin rendah frekuensinya.

Inilah yang menjadi alasan kenapa setiap kalimat memiliki frekuensi tersendiri dan mampu mengubah molecular.

Jadi sahabatku… Selalu hindari self talk (berbicara kepada diri) yang tidak baik. “Berkatalah yang baik atau diam” tapi berhati-hatilah juga dalam diam, karena self talk tidak harus bersuara.

Self talk bisa berasal dari getaran pikiran. Dalam keseharian sel-sel otak secara konstan menerima informasi tentang lingkungan kita. Lalu melalui cara kita mengelola informasi itulah kita membentuk getaran pikiran.

Setiap getaran pikiran selalu bergetar melalui sistem saraf dan dibaca oleh tubuh sebagai sebuah instruksi, yang oleh otak kemudian dibuatkan representasi nyata perubahan kimia yang kompleks melalui berbagai jenis neuron dan neurotransmiter.

Artinya, tubuh kita berubah tergantung bagaimana kita berkomunikasi dengannya. Hasil komunikasi ini akan memancar menjadi frekuensi diri sendiri. Lalu frekuensi internal ini akan terus menarik frekuensi eksternal yang sesuai.

Jadi sahabatku… Kalau kita ingin terjebak dalam frekuensi yang baik, maka salah satu caranya adalah dengan terus membentuk frekuensi yang baik melalu self talk yang baik.

 

KEDUA : TERIMALAH APAPUN YANG ADA DI HADAPAN

Penolakan adalah frekuensi yang buruk. Jadi apakah kita harus selalu menerima yang tidak kita suka? Jawabannya adalah iya. Terimalah untuk nanti merubah kondisinya, atau minimal terimalah untuk merubah emosi negatifnya.

Dalam rasa penerimaan seseorang akan membentuk welas asih terhadap diri sendiri. Kalau dihitung dalam angka getaran frekuensi welas asih bergetar dalam frekunsi 540-600 MHz, sangat tinggi!

Sahabatku…  Cara kedua ini tidak semudah cara pertama. Dalam cara kedua ini kita harus benar-benar dalam kondisi pengendalian diri yang penuh, yaitu kita mengendalikan diri untuk memaklumi. Memaklumi apa yang diluar agar tidak menggangu yang didalam, dan tidak menggangu yang diluar.

Jadi begini, penelitian dasar menunjukkan bahwa informasi yang berkaitan dengan keadaan emosi seseorang dikomunikasikan ke seluruh tubuh melalui medan elektromagnetik jantung.

Itulah yang menyebabkan pola detak jantung berirama, berubah secara signifikan menyesuaikan tiap emosi yang berbeda.

Saat kita mengalami emosi negatif pola detak jantung menjadi tidak menentu, tidak teratur, dan tidak koheren dalam ritme jantung.  Sebaliknya, saat mengalami emosi positif, seperti cinta atau kedamaian, pola detak jantung yang terjadi lebih halus, teratur, dan koheren dalam aktivitas ritme jantung.

Jadi pola detak jantung manusia memang berubah-rubah sesuai struktur medan elektromagnetik yang dipancarkan oleh jantung.

Tentunya medan elektromagnetik ini berpengaruh 100% pada hasil resonasi frekuensi tubuh normal kita. Tapi tidak hanya sampai disini saja. Elektromagnetik manusia dan geomagnetik Bumi juga ternyata saling terhubung dan saling memberi pengaruh.

Hasil percobaan menunjukkan, ketika orang menyentuh atau berada dekat dengan sesuatu atau seseorang, terjadi pemindahan energi elektromagnetik yang dihasilkan oleh jantung. Ini adalah bukti kuat penelitian yang menunjukan bahwa kita memang satu dengan semesta dan isinya. Sementara semesta yang paling dekat dengan kita adalah bumi ini.

Jadi tanpa terlalu kita sadari ektromagnetik kita memiliki andil yang cukup besar dalam mempengaruhi geomagnetic Bumi.

Frekuensi baik dari welas asih yang sengaja kita bentuk bukan hanya untuk diri kita sendiri. Namun untuk semesta alam yang luas. Bukankah ini adalah rahmatNYA bagi semesta alam?

 

KETIGA : MAKAN DAN MINUMLAH YANG BAIK-BAIK

Meski ini terkesan sangat sepele, namun pastikan apa yang kita makan dan minum benar-benar menunjang keseimbangan frekuensi tubuh bukan malah sebaliknya.

Karena tahukah kita bahwa makanan memiliki frekuensi juga? Ini benar! Sama seperti materi yang kita anggap hidup. Seluruh materi yang kita anggap mati juga seperti makanan atau segelas minuman pun, kalau diukur akan mengeluarkan elektromagnetik dengan berbagai ukuran angka.

Apa yang kita makan atau minum masing-masing memiliki frekuensi dan tentunya setiap frekuensi memiliki dampak yang mampu mempengaruhi frekuensi pada tubuh kita juga. Jadi apabila kita masih bisa memilih yang baik-baik, maka pastikan diri untuk memilihnya.

Pilihan baik disini sifatnya relatif. Harus ada penyesuaian agar tercipta keseimbangan yang harmonis. Masalahnya siapa yang paling tahu seperti apa keseimbangan dirinya selain dirinya sendiri, bukan?

Kebaikan itu butuh keseimbangan. Sistem operasi jasad kita sendiri sudah paham betul akan hal menjaga keseimbangan ini. Dalam tubuh kita terdapat racun dan penawaran yang selalu ditakar untuk seimbang.

Buktinya, tubuh butuh kolesterol. Salah satu lapisan luar sel tubuh manusia dibuat oleh kolesterol untuk melindungi sel-sel tubuh kita. Tapi jumlahnya harus seimbang karena kalau terlalu banyak kolesterol akibatnya akan berbeda. Begitu juga dengan hormon kortisol, terlalu banyak atau terlalu sedikit jumlah kortisol bisa menyebabkan masalah bagi kesehatan.

Saat kita berbicara tentang keseimbangan, maka kita akan berbicara tentang berdiri di tengah kubu dan hanya mengambil porsi yang sama dari kedua sisinya. Artinya, tetap harus ada negatif didalam positif dan tetap harus ada positif didalam negatif.

Karena itu, kenalilah diri sendiri. Dengan mengenali diri sendiri kita akan mengenali kebutuhan jasad kita dan menyeimbangkannya dengan harmonis. Jadikan alasan utama kita makan serta minum adalah karena kita mencintai jasad ini, dan bukan sekedar karena alasan pemenuhan keinginan.

Alasan adalah getaran pikiran. coba pikirkan, kalau sebuah alasan sudah dibentuk baik, maka apakah getaran itu tidak bisa membentuk frekuensi yang baik?

Pastinya, iya bukan. Tidak terlihat, tapi bukan berarti tidak ada yang bekerja. Meski mata ini buta untuk melihat cara kerja frekuensi membentuk sebab-akibat, tetap jangan biarkan akal ikutan buta. Karena, inilah salah satu makna kita dianjurkan untuk berdoa sebelum makan atau minum yang sebenarnya, kalau benar-benar mau memikirkannya lebih dalam.

----

Akhir kata sahabatku… Frekuensi baik butuh penyeimbang frekuensi buruk. Dalam frekuensi buruk kita memiliki pilihan untuk membentuk frekuensi baik. Begitu juga dalam frekuensi baik, kita bisa membuat pilihan untuk membentuk frekuensi buruk.

Hidup adalah dinamika yang akan terus terjadi sesuai dengan pilihan. Belajar membentuk frekuensi baik akan selalu berujung pada pilihan. Nikmatilah proses kita belajar memilih. Frekuensi kebaikan selalu dibentuk dalam pilihan yang dinikmati.

 

Salam Semesta

Copyright © www.PesanSemesta.com

Subscribe : https://www.youtube.com/c/pesansemesta 


Lebih baru Lebih lama