Kenapa Aku Dihidupkan ?



Pernahkan Anda merasakan kehampaan hidup. Anda merasa bosan, sangat jenuh. Merasa sama sekali tidak berdaya. Merasa galau tentang diri Anda sendiri. Tidak mengerti kenapa Anda ada disini. Tidak paham tentang apa yang sebenarnya Anda cari. Langkah Anda tersesat, terasa berat dan sangat malas. Jangankan untuk membuat sebuah goal, arah hidup Anda saja mengalir dengan sangat tidak jelas.

Kalaulah ilustrasi diatas adalah versi diri Anda saat ini. Maka mohon sadarlah, bangunlah, tegakkan badan Anda sekarang juga. Bukalah mata bulat Anda dengan utuh. Bukalah hati Anda selebar-lebarnya. Lakukanlah. Tanyakanlah sekarang! Kenapa aku dihidupkan?

SANG PENCIPTA memberikan kita kehidupan bukan untuk disia-siakan, namun untuk dijalani dengan sebaik-baiknya. Cara kita memberlakukan hidup dengan tidak menghargainya, tidak melakukan kebaikan untuknya, terus menerus membuat keburukan baginya, adalah sebuah pelanggaran. Kita telah melanggar kesepakatan hidup denganNYA.

Kenapa kita dihidupkan adalah karena SANG PENCIPTA menyanyangi kita dengan sangat tulus. DIA memilih kita untuk sesuatu yang besar, yaitu hidup kita sendiri. Selama ini kita meremehkan hidup ini. Padahal, kesempatan kita dipilih dan dihidupkan adalah sangat kecil. Kita adalah pemenang, sebelum kita memenangkan apapun. Kita adalah pemenang kehidupan.

Kenapa kami mengajak Anda untuk mempertanyakan ini. Karena bagaimana hidup bisa berfungsi, kalau kita tidak pernah tahu dengan ‘alasan’ apa kita dihidupkan. Pastinya, selama ini DIA tidaklah membuat kita tanpa alasan. Pastilah kita hadir dengan alasan agung. Hanya saja selama ini kita belum memahami alasanNYA.

Tidak usah ditanya lagi kenapa kita tidak paham. Karena masalah esensial seperti ini tidak pernah ditanyakan langsung dibangku sekolah. Murid-murid TK hanya diajak bermain-main dan bernyanyi. Murid-murid SD hanya diajak fokus membaca dan berhitung. Murid-murid SMP hanya diajak fokus menjawab soal-soal matematika dan IPA. Murid-murid SMA hanya fokus menghadapi soal-soal ujian untuk masuk ke perguruan tinggi favorit. Mahasiswa-mahasiswa diajak fokus untuk menghadapi skripsi, pekerjaan dan lanjut mencari pasangan.

Apabila ada seorang anak datang kepada ibunya, dengan satu pertanyaan “mama, sebenarnya kenapa sih aku hidup?” Si ibu akan langsung menyangkal “nak, kamu itu ngomong apa sih? Udah yaa, jangan ngomong macem-macem! Pertanyaan paling esensial dibilang hal yang macem-macem. Padahal ini adalah pertanyaan penting! Bagaimana sesuatu bisa berfungsi dengan utuh dan semestinya kalau alasan sesuatu itu ada saja kita tidak tahu. Bukankah begitu? Syukurlah sekarang kita telah tahu.

Alasan kita hidup adalah untuk menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri. Selama ini kita tersudut dipojok hidup karena tidak bisa menjadi versi terbaik dari penilaian orang lain. Itu tidak penting lagi sekarang. Karena sekarang kita menyadari, alasan kita dihidupkan hanya untuk menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri.

Saat kita berbicara mengenai ketulusan SANG PENCIPTA dalam menghidupkan. Maka kata “tulus” yang bersandar kepadaNYA tidak bisa didefinisikan dengan kata ‘tulus’ versi manusia. Saat manusia berkata tulus, sebagian kecil alam bawah sadarnya masih mengharapkan ucapan terimakasih. Ini tidak berlaku bagi SANG PENCIPTA. Tidak ada imbalan apapun dalam tiap kehidupan, SANG PENCIPTA tidak butuh apa-apa dari makhlukNYA. SANG PENCIPTA tidak butuh penyembahan, dan tidak butuh pengakuan atas apa yang telah DIA KARUNIAKAN. Jadi, alasan kita dihidupkan murni hanya untuk menjadi sebaik-baiknya manusia dimuka bumi.

Kita tidak dihidupkan untuk menjadi super hero penyelamat dunia, tapi untuk menjadi penyelamat diri kita sendiri. Tugas kita hanyalah untuk belajar bagaimana caranya menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri.

Sudahkah Anda menyadari Kenapa Anda dihidupkan? Pikirkan kembali, sebelum Anda melanjutkan kehidupan ini.


Salam Semesta


Copyright © www.pesansemesta.com 


Lebih baru Lebih lama