Berpikir Holographic






Otak hanyalah wadah terbentuknya pola pikir, otak hanyalah bentuk fisik. Bagian terpenting, adalah bagaimana kita memprogram otak agar bekerja sesuai dengan cara yang sesungguhnya. Intinya, otak tidak mengendalikan kita, tapi kitalah yang mengendalikan otak. Karena otak berada didalam jasad, dan jasad adalah tiga komponen utama yang diberikan SANG PENCIPTA. Kedua lainnya adalah ruh dan jiwa. Tanpa ruh dan jiwa otak hanyalah seonggok daging lunak yang sama sekali tidak memberi manfaat apa-apa. Otak kita berharga? Iya, otak kita berharga. Namun kita yang menggerakan otak itu yang lebih berharga.

Berpikir holographic adalah cara untuk memaksimalkan kinerja otak, selama ini kita jarang sekali memaksimalkan otak. Kita malah membagi–bagi prosesnya menjadi beberapa bagian, padahal otak kita memiliki kesatuan yang tidak terpisahkan. Jadi apabila kita menjalankan otak itu secara benar untuk satu tujuan tertentu, misalnya memikirkan goal, maka kita harus mengkonsentrasikan pemikiran kita hanya pada goal tersebut dan melihat secara keseluruhan.

Keseluruhan yang terlihat itu adalah pilihan-pilihan. Tapi, itu saja belum cukup, kita harus memikirkan dan menyusun ulang kumpulan pilihan-pilihan itu berdasarkan urgensi yang diperlukan dan ini dibutuhkan ketelitian dan kecermatan untuk bisa melihat sebab-akibat dari tiap susunan prioritas, inilah yang disebut skala prioritas.

Cara berpikir kita saat ini sangat-sangat ditentukan oleh pola pikir kita dari kecil. Hanya masalahnya, dari kecil kita selalu diberi pengetahuan bukan memikirkan pengetahuan itu sendiri. Coba perhatikan! Apa yang diajarkan oleh guru-guru TK adalah menyanyi, menari, mewarnai, makan bersama, bermain bersama, hormat kepada guru, ber-ibadah.

Pernahkan ibu guru TK kita membawa kucing kedepan kelas. Bertanya kepada murid-muridnya : Binatang apa ini? Kenapa dia bisa ada? Bagaimana coraknya? Bagaimana kucing bisa berjalan dengan empat kaki? Kenapa telinganya memanjang keatas? Kenapa dia suka menjilati tubuhnya sendiri? Kenapa dia disebut pemalas? Apa fungsi keberadaannya? Kenapa dia banyak ditemui disekitar lingkungan kita? Kenapa dia suka mencuri makanan didapur? Kenapa banyak kucing-kucing berkeliaran dijalan-jalan dengan penampilan yang miris dan kenapa kita diam saja melihatnya? Siapa yang menciptakan kucing? Kenapa Dia menciptakan kucing? Adakah pelajaran yang bisa kita petik dari kehidupan kucing? Jawabannya TIDAK PERNAH.

Selama ini apa yang dilakukan guru TK hanyalah bersifat perintah bukan pengetahuan. Mereka menyuruh anak-anak sempurna itu menyanyi dan menari. Saat menari pun anak-anak sempurna itu harus sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh gurunya. Saat mewarnai, ibu gurunya bilang tidak boleh keluar garis. Saat makan bersama, ibu gurunya bilang tidak boleh berantakan. Saat bermain bersama, ibu gurunya pun tetap memerintah, tidak boleh lompat-lompat, jangan berisik, jangan lari-lari.

Selama disekolah mereka didoktrin untuk menjadikan guru sebagai kehormatan, guru adalah sosok yang tidak pernah salah. Lalu saat ibadah anak-anak istimewa itu dihafalkan ayat-ayat, disuruh berdiri yang baik, disuruh membasuh yang baik. Namun, tidak diajarkan makna dari itu semua, tidak diajarkan tentang apa ayat-ayat itu, tidak diajarkan tentang apa arti dari berdirinya, tidak diajarkan apa esensi dari apa yang dibasuh itu.

Apakah mereka disuruh berpikir? Apakah kita dahulu disuruh berpikir? Jangan mengelak dengan berkata “ahh mereka kan masih anak TK, belum bisa berpikir?” Mereka memang belum bisa berpikir matang saat ini. Tapi nanti, beberapa tahun kedepan mereka adalah pribadi-pribadi yang tidak akan pernah bisa berpikir. Kalau mereka tidak pernah diajarkan bagaimana berpikir itu sebenarnya.

Selama ini sistem pendidikan kita hanya mengajarkan cara mencocokan jawaban. Bukan berpikir. Menurut sekumpulan anak-anak sempurna yang sedang bersekolah sekarang, berpikir adalah saat ada ulangan, berpikir adalah saat ada pertanyaan, beripikir adalah saat ada tugas rumah. Itu pun kalau mereka sadar telah berpikir. Padahal yang mereka lakukan masih jauh dari berpikir yang sebenarnya.

Sistem pendidikan kita NOL BESAR dalam mendidik cara berpikir. Ibu guru yang membawa kucing ke dalam kelas itulah berpikir sebetulnya. Itulah berpikir holographic yang dimaksud. Mencerna sesuatu dari berbagai sudut tanpa melakukan penilaian benar atau salah, yang ada adalah keseimbangan yang membentuk harmonisasi. Bukan lembar ujian. Harmonisasi apa? Harmonisasi antara hidup kita dengan alam semesta dan penciptaNYA. Itulah yang harusnya diberpikirkan oleh anak-anak sempurna itu.

Seharusnya sistem pendidikan kita hanya mengajarkan dua hal; perhatikan dan berpikirlah. Perhatikan apa yang terjadi didalam planet bumi ini. Isinya, sistemnya, kehidupannya, masalahnya. Perhatikan dengan seksama lalu berpikirlah! Hanya itu. Simpel bukan hidup ini?

Tidak ada lembar ujian, tidak ada masalah-masalah, tidak ada kompetensi. Tapi yang ada adalah kedamaian, harmonisasi, kebersamaan dalam memperhatikan dan berpikir. Hasilnya adalah kesadaran majemuk dan solusi hidup bersama. Bukan kompetensi egoisme, sehingga membenarkan segala cara untuk bertahan hidup sebagai individu maupun kelompok. Bukan untuk seluruh umat.

Bisakah ini tercapai? Bisa! Selama kita mau mencapainya, dari kita untuk dunia. Anda cukup mempraktekannya saja sekarang. Cobalah memulai dengan berpikir, berpikir dan berpikir.

Salam Semesta


Copyright © www.pesansemesta.com

IG : @PesanSemesta.ig . FB : PesanSemesta.7
Lebih baru Lebih lama