Siapa Saya Saat Kehilangan Label








Tulisan sederhana ini adalah persembahan bagi mereka yang masih mencari jati diri mereka, dan selalu bertanya ‘siapa saya?’ tapi belum juga mengerti siapa dirinya yang sebenarnya.

Siapa kita? Inilah saya! Saya seorang…… Pejabat, dokter, ustadz, pendeta,  guru, ibu rumah tangga, suami, atlet, dan lain sebagainya. Baiklah, memang ada begitu banyak label untuk disematkan kedalam diri kita. Lalu apakah label-label itu benar-benar bisa menjawab siapa kita sebenarnya? Secara tidak tepat, iya bisa. Secara tepat, tetap tidak bisa.

Label-label keduniawian tetap tidak akan bisa menjawab siapa diri kita, lalu memberi sebuah ketenangan jiwa.  Karena jiwa kita mengharapkan jawaban yang lebih dari sekedar label-label keduniawian. Bukan berarti label keduniawian itu hal yang tidak penting, sekali lagi bukan. Kita tetap harus berperan dalam hidup ini, dan label-label keduniawian adalah salah satu bukti peran kita dalam hidup ini.

Hanya yang ingin ditekankan disini adalah, sesibuk dan sefokus apapun diri ini dalam mencari-cari lebel keduniawian, tetap kita wajib meluangkan waktu bagi jiwa ini untuk menerima jawaban tentang siapa dia sebenarnya. Inilah proses pencarian jati diri. 

Baiklah mari kita mulai dengan mencari satu saja alasan, kenapa jiwa ini harus menemukan jawaban tentang siapa dirinya sebenarnya, terlepas dari label keduniawian yang sudah tersemat?

Satu alasan itu adalah karena label keduniawian adalah sesuatu yang tidak akan pernah abadi. Sekarang kita adalah pejabat, besok kita adalah mantan pejabat. Hari ini kita ustadz atau pendeta, besok bisa saja mereka tidak akan memanggil kita ustadz atau pendeta lagi. Boleh jadi kitasekarang adalah dokter, tapi kalau tiba-tiba kita melakukan kesalahan fatal, gelar dokter itu harus dicabut dari diri kita. Ibu rumah tangga bisa berpindah menjadi momprenure. Suami juga bisa menjadi mantan suami. Seorang atlet akan pensiun dan menjadi mantan atlet.

Jadi apapun label keduniawian tidak akan pernah abadi. Ada waktu kita terpaksa berhenti dari itu semua. Lalu saat menyadari bahwa label kita hilang, kita hanya memiliki dua cara untuk menerimanya. Pertama menerima dengan lapang dada. Kedua menerima dengan kegagalan, bahwa kita tidak lagi berlabel, kita hanyalah mantan dari label kita.

Akan menyakitkan bukan? Kalau sampai kehilangan label yang kita banggakan, label yang kita perjuangkan seumur hidup kita, label yang kita pikir bahwa itulah diri kita.

Inilah satu alasan kenapa manusia harus mengetahui jati dirinya yang sebenarnya, bukan sekedar mengetahui label keduniawian dirinya saja.

Jiwa kita akan kuat karena telah mengetahui siapa dia sebenarnya. Karena jiwa kita bisa menjadi keabadiaan yang akan kita bawa pulang, saat jasad kita terpaksa harus membusuk. 

Karena saat nanti kita pulang, seluruh label keduniawaian itu akan kita tinggal, tidak akan ada yang tersisa sahabatku, yang tersisa diatas bumi ini hanyalah kemakmuran yang kita bangun atau kebaikan yang kita  torehkan. Tidak ada memory dalam hidup ini yang tersisa untuk kita kenang kecuali DZAT MAHA menghendakinya begitu. 

Jadi bagaimana sahabatku… Maukah membiarkan jiwa kita menerima jawaban dari siapa dirinya sebenarnya? 

Kalau sekarang kita  belum tahu, kita pasti akan mengetahuinya. Kita sudah membuat pertanyaan, dan DZAT MAHA akan hadir membawa jawaban sebentar lagi. Bersiap-siaplah untuk menerimanya.


Salam Semesta

Copyright © www.PesanSemesta.com
IG : @pesansemesta.ig   -  FB: pesansemesta.7
Lebih baru Lebih lama