3 Bukti Yang Tersamarkan Tentang Sekolah









Sebelum Anda membaca tulisan dibawah ini, izinkan kami memberitahu terlebih dahulu. Bahwa tulisan berikut sama sekali tidak bertujuan untuk memprovokasi Anda agar tidak mengikuti sistem pendidikan sekolah. Kami hanya mencoba membuka wawasan kita bersama, bahwa sistem pendidikan sekolah bukanlah arti dari pendidikan manusia yang sebenarnya.

Alasan utama sistem pendidikan sekolah dibentuk adalah untuk  membatasai kreatifitas berpikir dan kecerdasan unik manusia. Bukti ini memang tersamarkan. Namun kalau kita mau bukti, mari kita teliti sejenak apa-apa saja yang telah kita lewati.


*Mata pelajaran sekolah adalah pengalihan*

Pernakah Anda memperhatikan buku mata pelajaran yang pernah Anda pelajari dahulu. Bukankah kalau diperhatikan, setiap tahun kita hanya mempelajari subject yang sama, lalu mengulang kembali subject yang sama di kelas berikutnya?

Sahabatku… Selama beberapa generasi melalui pendidikan sekolah, otak manusia memang sengaja diberi pengetahuan yang banyak, tetapi sedikit demi sedikit. Tanpa diberitahu kenapa dan mengapa pengetahuan itu harus dipelajari. Akibatnya terjadi penumpukan pengetahuan yang tidak berguna didalam otak kita.

Ambil contoh, dari SD sampai SMA kita mempelajari pelajaran sejarah, namun tema yang diajarkan hanya sekedar informasi-informasi kecil yang selalu diulang-ulang, bahkan kita sendiri tidak bisa membedakan mana yang fakta dan mana yang karangan. Yang kita tahu saat itu, semua yang bersekolah mempelajari subject yang sama, jadi kita hanya menerima saja setiap mata pelajaran yang masuk secara pasif. Bukan hanya mata pelajaran sejarah, tapi kita juga memiliki begitu banyak mata pelajaran lainnya.

Kalau dipikir-pikir untuk apa semua pelajaran-pelajaran itu? Untuk sebuah pengetahuan kah, atau untuk sesuatu yang disebut pengalihan?

Bagaimana kalau kami bilang semua mata pelajaran di sekolah adalah untuk mengalihkan manusia dari pengetahuan yang sebenarnya harus dipelajari.

Coba pikirkan untuk apa anak-anak umur belasan mempelajari matimatika, fisika, kimia, geografi, biologi, ketatanegaraan. Kumpulan pengetahuan yang bahkan belum bisa mereka aplikasikan dalam kehidupan mereka sehari-hari bukan? Padahal sebaik-baiknya pengetahuan adalah yang aplikatif. Karena menurut neurosciense, kalau manusia tidak bisa mengaplikasikan pengetahuannya dalam waktu kurang 47 jam, maka otak akan menganggap bahwa pengetahuan yang masuk bukanlah sesuatu yang penting dan secara otomatis menghapus memori tentangnya. Karena itu jangan salah, kalau anak-anak Anda, bahkan kita dahulu begitu mudah melupakan pelajaran sekolah.

Secara teori memang manusia memiliki kemampuan untuk mengingat segala hal yang terinput ke dalam otaknya. Hanya saja ada syaratnya agar manusia mampu mengakses memori itu. Syaratnya adalah dengan mempertajam akses memorinya, dan satu-satunya cara yang paling efektif adalah dengan mengaplikasikannya dalam kehidupan. Jadi bukan karena memori kita buruk, makanya kita lupa, hanya saja otak kita menganggap itu bukan hal yang penting untuk diingat.

Seorang anak remaja perempuan mampu mengingat nama tiap-tiap personil grup band K-pop nya. Tapi kalau dia berada di kelas ketatanegaraan dan gurunya menyuruhnya melist nama-nama menteri, bisa jadi dia akan kesusahan meski dia baru saja mempelajarinya seminggu yang lalu. Ini semua terjadi karena otak kita mengetahui prioritas pemiliknya sendiri.

Jadi untuk apa manfaat semua mata pelajaran sekolah itu, kenapa sampai sekarang sekolah kita masih terus mempelajari begitu banyak mata pelajaran, sementara kita melupakan bagaimana caranya memori kita sebenarnya bekerja. Bukankah kalau dipikir-pikir secara jujur, bahwa mata pelajaran sekolah hanyalah kesia-siaan dan pemborosan energi.  Baru terpikir sekarang, kenapa dahulu kita tidak mempelajari sesuatu yang lebih sesuai, sehingga bermanfaat buat diri kita sendiri?


*Pendidikan sekolah menghilangkan keunikan manusia*

Sahabatku… Apakah kita meng-amini, bahwa diri kita adalah unik, dan masing-masing kita memiliki kompleksitas dan prioritasnya sendiri-sendiri?

Kalau begitu Anda juga mang-amini, kalau tidak semua manusia harus jago dalam bidang mati-matika, sama juga tidak semua manusia harus jago dalam bidang bahasa atau kimia dan fisika. Tapi kenapa semua manusia yang notabennya unik dan terlahir dengan memiliki keunikan sendiri-sendiri, dipaksa untuk mempelajari semua pengetahuan-pengetahuan secara serempak dan bersamaan?

Ambil contoh, Lia adalah seorang anak remaja introvert yang tidak suka tampil dimuka umum, apalagi untuk membacakan sebait puisi. Hari ini dia terpaksa harus tampil didepan kelas untuk membacakan tugas puisi dari guru bahasa, sudah bisa dibayangkan bagaimana penampilan lia, sangat buruk. Lia pun harus puas dengan nilai C- untuk tugas bahasa. Kasihan Lia, dia pulang sekolah dengan mood yang kurang baik, mendadak dia merasa sama sekali tidak pintar. Padahal dua hari yang lalu dia mendapatkan nilai A+ untuk project fisika, dan berhasil masuk seleksi sebagai utusan untuk mengikuti olimpiade fisika dari sekolahnya.

Coba pikirkan kembali apakah sekolah mampu menerima keunikan dan menjawab kompleksitas kecerdasan Anda?

Sahabatku… Wajar kalau tidak. Karena sistem pendidikan sekolah jauh dari kebutuhan fitrah manusia itu sendiri. Fitrah manusia yang memang sengaja diciptakan masing-masing unik. Karena manusia memang diciptakan untuk berperan dengan keunikannya masing-masing, demi menjaga keseimbangan dan harmonsasi kehidupan itu sendiri.


*Sekolah hanya memprioritaskan angka*

Sampai sini, mau tidak mau kita harus mengakui bahwa memang sekolah hanyalah tempat untuk menyamaratakan keunikan dan kompleksitas tiap-tiap individu demi mendapatkan sebuah buku berisi angka per-semesternya. Inilah prioritas kita selama bersekolah, yaitu untuk mendapatkan nilai. Bukan begitu?

Kalau memang untuk mendapatkan kecerdasan, sudah bisa dipastikan semua kita yang bersekolah sudah menjadi ahli dari apa yang telah kita pelajari disekolah. Namun nyatanya tidak, hanya sedikit dari pengetahuan yang bisa kita pakai dari sekolah, dan sisanya semua tersimpan diatas kertas sebagai angka yang berderet. Akhirnya hanya itulah gunanya ilmu pengetahuan manusia, yaitu untuk mengisi kolom kosong dengan deretan angka. Kalau memang angka-angka itu adalah sebuah prioritas, maka apalah gunanya lagi ilmu yang telah kita pelajari? Bukankah prioritasnya telah tercapai?

Sampai detik ini, kita masih beranggapan bahwa nilai-nilai itu adalah nilai kecerdasan manusia. Padahal nilai kecerdasan manusia dapat kita ukur dari seberapa bermanfaat ilmu yang dia miliki demi kemakmuran bersama.

Kemakmuran bersama, itulah prioritas yang sebenarnya. Namun sayangnya itu tidak diingatkan kepada mereka yang masih belajar di sekolah. Mereka hanya diingatkan untuk selalu giat belajar agar mendapatkan nilai yang bagus, karena angka yang bagus di dalam raport atau ijazah, akan memudahkan mereka untuk mendapatkan pekerjaan.

Akhirnya selepas mereka sekolah, prioritas mereka hanyalah memakmurkan diri mereka masing-masing, bukan lagi kemakmuran bersama. Sistem pendidikan sekolah menjadikan manusia tidak bisa berpikir secara majemuk dan hanya memiliki dorongan yang kuat untuk menjadi buruh atau pekerja. Pola ini pun mengajarkan untuk mengubah target pendidikan menjadi hanya sekedar angka sebagai suatu kebanggan akan makna kecerdasan yang salah.

Sahabatku… cukup 3 point saja yang kita bahas kali ini, cukup 3 point untuk membuat diri kita termenung. Ternyata kita telah di didik dengan pendidikan yang kurang tepat. Hasilnya kita menganggap kecerdasan adalah suatu nilai yang bisa kita tukar, agar bisa menerima kesenangan duniawi semata.

Sahabatku… Apabila tulisan ini membuat Anda menjadi ragu dengan langkah yang sedang Anda ambil saat ini. Itu tidak masalah. Hidup hanyalah kumpulan pilihan-pilihan. Kita hanya harus bijak dalam memilih apapun dalam hidup ini. Selalu tersenyum dan berdirilah dengan tegap, meski pilihan Anda tidak sesuai dengan kenormalan yang berlaku. Kita adalah pilihan kita.

Bersekolah atau tidak bersekolah hanyalah sebagian kecil dari pilihan yang akan kita pilih dalam hidup ini. Sementara tiap pilihan hanyalah sebuah pembelajaran, dan itulah arti pendidikan. Pendidikan adalah kemampuan untuk mencerna segala sesuatu dari berbagai sudut tanpa melakukan penilaian, yang ada adalah keseimbangan yang membentuk harmonisasi antara hidup kita dengan Semesta dan penciptaNYA. Sehingga manusia mampu memilih yang terbaik bagi dan menurut dirinya sendiri.


Salam Semesta

Copyright © www.PesanSemesta.com
IG : @pesansemesta.ig   -  FB: pesansemesta.7
Lebih baru Lebih lama