Tidak Marah Adalah Proses Untuk Memperkuat Jasad dan Pikiran










Sahabatku… Pernahkah membaca quot yang mengatakan “Kemarahan adalah perasaan yang membuat mulut Anda bekerja lebih cepat dari pada pikiran Anda” ada juga quot yang mengatakan “Anda marah, maka Anda bodoh” Quot-quot yang bagus bukan? Mari kita membahasnya secara ilmiah dan spiritual.  

Belum lama ini muncul berita tentang pedagang pecel lele yang dikeroyok oleh salah satu konsumennya hanya karena pelayanannya dianggap lelet. Baiklah kita tidak akan membahas berita ini, karena detailnya memang masih samar. Namun yang axkan kita ambil pelajaran adalah memang benar saat marah logika kita seakan menghilang. Mungkin kalau pelakunya ditanya sekarang “Pak, apakah Anda tidak menyesal karena terpaksa masuk bui, hanya gara-gara seporsi pecel lele?” Kami yakin pasti jawabannya adalah “Iya”, kalau memang otaknya masih bekerja normal.

Otak yang bekerja normal, ini point pertama yang akan kita garis bawahi sekarang. Seperti emosi lainnya, ada dua hal yang diserang saat kemarahan terjadi, yaitu jasad dan pikiran. Kemarahan adalah sesuatu yang kompleks sahabatku… Mari kita bahas bersama.  

*Pertama akan kita bahas tentang apa yang dialami jasad kita saat kemarahan muncul*

Emosi marah di mulai di dalam amigdala. Amigdala adalah bagian dari otak yang bertanggung jawab untuk mengidentifikasi ancaman terhadap kenyamanan manusia, dan untuk mengirim alarm ketika ancaman teridentifikasi.

Amigdala sama sekali bukan bagian jasad yang negatif, karena amigdala memang diciptakan untuk sesuatu yang positif. Kemungkinan besar akan terjadi kekacauan yang tidak normal kalau kita tidak memiliki si amigdala ini. Mungkin kita akan menyebrang jalan tanpa menengok kanan-kiri terlebih dahulu. Atau kita akan mengangkat panci air panas dengan tangan kosong. Atau kita akan melewati singa lapar begitu saja tanpa mempertimbangkan resikonya.

Intinya, amigdala diciptakan untuk sesuatu yang positif dan amigdala memang sesuatu yang dibutuhkan manusia untuk keberlangsungan hidupnya. Karena amigdala bertujuan agar membuat kita mampu mengambil langkah-langkah untuk melindungi diri kita sendiri.

Sahabatku… Amigdala sangat efisien untuk memperingati kita tentang segala ancaman, sehingga membuat kita bereaksi sebelum korteks (bagian otak yang bertanggung jawab atas pemikiran dan penilaian) mampu memeriksa kewajaran reaksi kita. Dengan kata lain, otak kita terhubung sedemikian rupa sehingga mempengaruhi kita untuk bertindak sebelum kita dapat benar-benar mempertimbangkan konsekuensi dari tindakan kita.

Meski faktanya seperti ini, tidak menjadi alasan bagi kita untuk berperilaku buruk, karena selain manusia dapat bertindak otomatis agresif, manusia juga bisa mengendalikan impuls agresif mereka. Sebenarnya tulisan kita sekarang hanya menyambungkan sebagian kecil fungsi amigdala yang berhubungan dengan emosi, karena amigdala bukan hanya bertanggung jawab tentang emosi marah, namun emosi-emosi lainnya juga. Lain kesempatan akan kita bahas kelanjutannya. Kembali lagi menuju topik amigdala dan amarah.

Saat Anda menjadi marah, otot-otot tubuh Anda menegang. Di dalam otak Anda, bahan kimia neurotransmitter yang dikenal sebagai katekolamin dilepaskan, menyebabkan Anda mengalami ledakan energi yang berlangsung hingga beberapa menit. Pada saat yang sama, detak jantung Anda meningkat, tekanan darah Anda naik, dan laju pernapasan Anda juga meningkat. Wajah Anda mungkin memerah ketika peningkatan aliran darah memasuki anggota jasad sebagai persiapan untuk tindakan fisik. Perhatian Anda menyempit dan menjadi terkunci pada target kemarahan Anda. Terakhir dalam hitungan cepat, neurotransmiter otak melepaskan hormon tambahan (di antaranya adrenalin dan noradrenalin) yang memicu keadaan gairah. Akhir kata Anda sekarang siap bertarung… Anda sudah marah sahabatku!

Meskipun emosi Anda mungkin tidak terkendali, tidak serta merta semua bagian diri Anda menjadi tidak terkendali. Ada bagian jasad yang bernama korteks prefrontal otak, dia masih tetap sadar dan dapat menjaga emosi Anda dalam proporsi normal. Boleh dibilang korteks prafrontal berperan eksekutif untuk menjaga hal-hal di bawah kendali.

Jadi kalau dilihat dari sisi jasad saat kemarahan muncul, tetap jasad Anda memiliki pilihan, apakah dia harus lanjut marah, atau tidak marah. Tapi pilihannya sekarang sangat tergantung dengan Anda. Untuk mampu memilihnya, mari kita lanjut ke pembahasan yang kedua.


*Kedua akan kita bahas tentang apa yang dialami pikiran kita saat kemarahan muncul :*

Mengontrol kemarahan sama saja dengan mempelajari cara-cara untuk membantu korteks prefrontal Anda mengatasi amigdala Anda, sehingga Anda memiliki kendali atas bagaimana Anda bereaksi terhadap emosi marah.

Ini memerlukan latihan, salah satunya Anda harus mempelajari emosi Anda sendiri. Butuh waktu untuk mempelajari emosi, dan mempelajari emosi tidak akan bisa Anda lakukan saat Anda masih dalam zona marah. Karena didalam zona marah Anda adalah amarah Anda. Jadi langkah awal saat Anda berada didalam zona marah, adalah dengan mengambil alih kembali pikiran Anda. Betul memang Anda adalah amarah Anda. Tapi ingat! Kita masih bisa mengendalikan pikiran kita.

Di antara banyak cara untuk mengendalikan pikiran terjadi, cara paling simpel Anda bisa mencoba dua teknik ini :


1# Teknik relaksasi.

Teknik ini berfungsi untuk mengurangi gairah Anda dan mengurangi aktivitas amigdala Anda. Ada banyak teknik relaksasi, diantara yang paling efektif adalah dengan pernafasan. Kenapa? Karena saat marah otak kita kekurangan oksigen, itulah kenapa disebut ‘Anda marah Anda bodoh’. Karena memang otak kita tidak bisa bekerja secara proposional saat marah, akibat dari supplay oksigen yang memang sengaja dibatasi. Jadi dengan olah pernapasan, bisa membuat otak Anda perlahan-lahan bekerja normal kembali. Sehingga Anda bisa mulai berpikir dengan lebih sistematis dan positif.


2# Teknik kognitif

Penggunaan teknik kontrol kognitif membantu Anda berlatih untuk menggunakan penilaian Anda untuk mengesampingkan reaksi emosional Anda. Teknik kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan rasional (akal) yang dimiliki oleh manusia yang marah itu sendiri. Salah satu faktor yang mempengaruhi kognitif adalah spiritualisme seseorang yang dia bangun sebelumnya.

Ada hal yang ingin kami garis bawahi dan lurusi disini. Sesuatu yang berhubungan dengan apa yang sering kita lakukan sebagai aksi yang spritual, tapi tidak terlalu kita sadari dimana letak spiritualitasnya. Sebelumnya kami meminta maaf, mohon jangan tersinggung, ini hanya pelurusan makna agar kita berintrospeksi.

Jadi begini sahabatku… Sering saat marah, kita diingatkan untuk mengingatNYA dengan lafadz tertentu tergantung agamanya. Ketahuilah, apapun itu lafadznya itu sama sekali tidak akan membuat Anda berhenti dan sadar untuk tidak marah. Kecuali Anda mengingat maknanya juga. Artinya bukan lafadzNYA yang harus diucapkan, tapi makna dari lafadz itu yang harus Anda resapi. Karena disitulah letak spiritualitasnya berada, dan didalam spiritualitas itulah terdapat koneksi Anda denganNYA.

Jadi sahabatku mohon dimengerti kalau ini bukan penilaian atau kritisasi. Tapi introspeksi agar apapun lafadz yang kita ucapkan, tidak hanya menjadi sekedar mantra-mantra belaka, melainkan ada sebuah pemahaman dan ikatan yang sampai kedalam pikiran dan jiwa kita.


Sahabatku… Ada baiknya dua teknik diatas kita kuasai dalam hidup ini, yaitu teknik bagaimana kita mampu merelaksasi diri dan teknik dimana kita mampu secara sadar menguasai rasionalisme diri. Memang  sulit sekali untuk merasa relaks pasca marah. Efek adrenalin selama kemarahan bisa berlangsung sangat lama, berjam-jam atau terkadang berhari-hari. Tergantung dari bagaimana kontrol kognitif kita bekerja.  

Sahabatku… Kita akui ada begitu banyak hal yang bisa memicu amarah kita dalam hidup ini. Manusia berpikir memusnahkan hal-hal yang memicu amarah adalah jalan keluar terbaik. Tapi sebenarnya tidaklah harus begitu. Dunia ini memang akan selalu dipenuhi oleh alasan-alasan amarah manusia, karena manusia pula lah alasan amarah itu muncul.

Maka biarkanlah dunia dengan amarahnya, tapi diri kita dipenuhi dengan kesadaran. Bahwa emosi marah hanyalah proses yang harus kita jalani untuk membuat kita bertambah kuat. Betul memang saat seorang bijak mengatakan, kekuatan Anda bukan terletak dari seberapa kuat Anda marah, tapi seberapa kuat Anda menahan amarah itu.

Anda sudah mengerti sahabatku, bahwa untuk tidak marah diperlukan kekuatan untuk mengontrol apa yang sedang berlangsung didalam jasad dan pikiran. Bukankah sebuah kekuatan kalau Anda bisa mengontrol apa yang sedang berlangsung itu?

Tersenyumlah sahabatku… Amarah datang tidak lain sebagai alasan bagi Anda untuk belajar menjadi lebih kuat. Begitulah DIA mengajari hambaNYA dengan kasih sayang yang tersembunyi. Ego kita tidak akan mengakui, kalau ternyata didalam amarah terdapat kasih sayangNYA bukan? Itu hanya karena DIA memang tidak membutuhkan pengakuan itu. Karena DIA sudah menjadi ke-MAHA-an tanpa menunggu kesadaran kita sadar tentang ke-MAHA-anNYA.

Jadi mulai sekarang, ingatkan diri Anda saat Anda marah, bahwa diri Anda hanya sedang berproses untuk menjadi lebih kuat dengan memilih tidak marah. Siapa lagi yang mengajak Anda berproses kalau bukan DIA SANG MAHA PEMILIK KEKUATAN itu sendiri. Percayalah Anda memang akan sekuat itu, karena DIA sedang mempercayai Anda.

Salam Semesta


Lebih baru Lebih lama