DIA DEKAT











Sahabatku… Apabila ada seseorang datang kepadamu dan bertanya “Dimanakah DIA berada?” maka jawablah “DIA DEKAT”.

Lantas orang tersebut akan meminta penjelasan, dan beginilah penjelasannya sahabatku…

Sahabatku… Sebuah keagungan apabila kita mampu menunjuk sebuah tempat didalam hidup ini, baik diatas, dibawah, didepan, dibelakang, dikanan, dikiri atau disudut manapun untuk berkata “Disanalah DIA berada”. Sungguh benar-benar keagungan, sayangnya kita belum-lah memiliki keagungan itu. Akhirnya ketika kita bertanya dimanakah DIA berada, kita hanya mampu menjawab “DIA DEKAT” dengan penjelasan yang sungguh-sungguh-sungguh sangat sederhana, karena memang kita sekecil ini untuk menjawab sesuatu yang MAHA BESAR.

Sahabatku… Dengan kelembutan coba letakkanlah telapak tangan diatas jantung kita sahabatku... Berdetakkah? Pastinya masih berdetak. Apakah kita yang mengatur, mensetting dan berkehendak atas detak jantung itu? Jawabannya tidak. Jelas setiap yang dihidupkan tidak bisa mengatur, apalagi mensetting, apalagi berkehendak atas detak jantungnya sendiri.

Lalu coba jawab sahabatku… Apakah tangan kita dekat dengan jantung kita? Jawabannya iya. Tapi mana yang lebih dekat tangan Anda yang merasakan detak jantung itu atau kulit, otot atau tulang rangka yang menyelimuti jantung itu? Jawabannya bagian jasad yang menyelimuti jantung itu yang lebih dekat, bukan begitu? Tapi faktanya bukan jantung saja yang hidup, tulang rangka, otot, kulit serta tangan itu pun dihidupkan olehNYA.

Jadi bagian mana yang paling dekat? Salahkah kalau kita menjawab DIA adalah dekat? Salahkah kalau kita menjawab DIA SANG PENGHIDUP, SANG PENCIPTA, SANG PEMBUAT adalah DEKAT? Begitu dekatnya sampai-sampai kita tidak mampu merasakan yang dekat dan mencari yang jauh.

Sahabatku… Mulai sekarang saat seseorang bertanya ‘Dimana DIA?’ maka cukup letakkanlah telapak tangan Anda keatas jantung dan jawablah “DIA lebih dekat dari ini”

Sahabatku… Dalam hidup ini kita selalu diajarkan bahwa DIA adalah keagungan yang tidak pantas mendapatkan tempat yang buruk. Akhirnya kita selalu menunjuk ketempat yang baik dan berkata DIA ada disana dan DIA tidak berada ditempat yang buruk. Ini terjadi hanya karena kita melihat itu adalah sesuatu yang buruk dengan penilaian penglihatan kita, dan itu membuat kita berkata  “Yang buruk datangnya dari manusia dan yang baik datangnya dariNYA”. Lalu akhirnya membuat kita lupa, bahwa di dalam keburukan yang menurut penilaian penglihatan kita buruk tetap ada pula yang dekat DIA SANG PENGHIDUP, SANG PENCIPTA, SANG PEMBUAT.

Sahabatku… Agar manusia mampu memiliki keagungan melihatNYA dan menunjuk disanalah DIA berada, maka terlebih dahulu kita harus mampu memiliki penglihatan sebagaimana DIA melihat.

Sayangnya DIA tidak melihat sebagaiman kita melihat, karena itu cobalah untuk melihat sebentar saja sebagaimana DIA melihat. Sekilas saja dan kita akan mampu melihat sungguh dimanapun di setiap inci hidup ini hanyalah DIA SANG PENGHIDUP, SANG PENCIPTA, SANG PEMBUAT. Disudut manapun, dijenis apapun, dikelompok siapapun. Dan saat kita mampu melihat yang seperti itu, sekilas saja. Kita tidak akan bertanya lagi dimana DIA berada, karena memang DIA berada dimana-mana, dan DIA terlalu dekat untuk kita sebut dekat.  

Sahabatku… DIA adalah dekat. Jangan lupakan kedekatan diri ini, bagaimana pun diri kita memanggilNYA. Tetaplah DIA dekat, bahkan meski manusia itu tidak pernah memanggilNYA sekalipun.


Salam Semesta

Copyright © www.PesanSemesta.com
IG : @pesansemesta.ig   -  FB: pesansemesta.7
Lebih baru Lebih lama