Ritual Ibadah Tanpa Spiritual Adalah Kejauhan










Setiap agama mengajarkan umatnya untuk beribadah. Yahudi, Nasrani, Islam, Budha, Kristen, Hindu dan agama-agama yang lain juga mengajarkan ibadah sebagai proses pendekatan kepada Tuhan. Hanya terdapat masalah yang dihadapi oleh mereka yang menjalankan ibadah. Masalahnya adalah ibadah-ibadah yang dilakukan, hanya dilakukan untuk sekedar pemenuhan kewajiban belaka. Akhirnya ibadah dilakukan secara terpaksa tanpa apapun yang disebut spiritualitas.

Sahabatku… Spiritual itu ibarat garam dalam sup, dan sup adalah ibadah. Ibadah tanpa rasa spiritual akan menjadi ibadah yang hambar bagi jiwa. Sembahyang tanpa spiritual hanya akan menjadi gerakan belaka. Doa tanpa spiritual hanya akan menjadi mantra belaka.

Tanda kalau kita mendatangkan spiritual didalam ritual ibadah adalah munculnya rasa khusyu, bukan sekedar pura-pura khusyu. Tapi kita benar-benar merasakan kekhusyuan yang luar biasa bersahaja dan khidmat. Bukan hanya khusyu, kita juga merasakan kedekatan denganNYA. Jiwa kita mampu merasakan ketunggalan bersama Sang MAHA. Terakhir tejadinya koneksi kebersamaan, seperti muncul energy timbal balik dalam setiap ritual ibadah yang kita lakukan. Sehingga kita makin dan makin merasakan selalu kebersamaan bersamaNYA.

Khusyu, kedekatan dan rasa kebersamaan adalah tiga hal yang hanya bisa didapat apabila kita mampu melakukan ibadah dengan spiritual. Kalaulah seseorang masih beribadah karena mengharap imbalan, maka imbalan terbaik adalah tiga rasa ini. Tapi jujur saja, apabila kita sudah mampu merasakan tiga hal ini. Maka seketika kita akan melupakan dan tidak memerlukan lagi sesuatu yang disebut imbalan.
Namun apabila kita belum merasakan ketiga hal ini, maka memang kita harus senantiasa melatih diri dan belajar, agar jiwa mampu kembali mendapatkan tempat spiritualnya. Karena sesuai judul diatas, ritual ibadah yang dilakukan tanpa spiritual akan menjadi membahayakan, kenapa?

Karena jiwa tidak mendapatkan manfaat apa-apa dari ritual yang dilakukan. Akhirnya jiwa kita tetap hampa, sikap kita tidak berubah, keburukan masih dilakukan, kedewasaan iman serta sikap diri kita kepadaNYA pun bukannya bertambah bagus tapi malah terkikis. Bagian yang terparah, kita kehilangan kesempatan untuk bisa merasakan apa itu rasa khusyu, kedekatan apalagi rasa kebersamaan. Bukankah ini membahayakan sahabatku? Seperti kita terus menggali kedalam tanah yang berisi magma, bukan yang berisi berlian.

Sahabatku… Seyogyanya ritual ibadah mampu menjauhkan manusia dari keburukan. Tapi Coba tengok negeri yang mengaku mayoritas beragama, apakah ibadah-ibadah yang mereka lakukan mampu mengendalikan amarah kebencian mereka, bahkan mereka pun belum bisa membawa kedamaian. Apakah ini salah agamanya? Akan lebih bijak kalau kita sebut ini kekeliruan ulah manusianya yang masih belum bisa melakukan ritual ibadah dengan spiritual. Mohon maaf sahabatku… Ini hanya gambaran real saja. Bukan maksud kami memojokkan. Tapi hanya ingin mengambil pelajaran.

Spiritual adalah akarnya jiwa yang senantiasa ingin mendekat kepadaNYA. Agar ritual ibadah kita memiliki spiritual, maka satu-satunya alasan (niat) kita melakukan ibadah adalah hanya untuk mendekat kepadaNYA. Bukan karena dosa atau pahala, bukan karena penilaian manusia, bukan karena penggugur kewajiban, bukan karena pencitraan diri, bukan juga karena ketakutan. Tapi murni hanya agar ingin mendekat kepadaNYA

Sahabatku… Spiritual dalam ibadah muncul dari ketulusan niat. Jadi sekarang waktunya kita berintrospeksi diri, melihat kembali ketulusan niat kita, memeriksa kembali alasan ritual ibadah yang kita lakukan, lalu mulai memperbaiki setiap ritual ibadah yang dilakukan, dan selalu ingat selalu untuk melakukan sesuatunya karena ingin mendekat.

Bukankah kalau kita mendekat satu langkah, maka DIA akan mendekat seribu langkah. Kalau begitu apa yang meragukan niat tulus kita sahabatku… Renungkanlah… Sesungguhnya DIA memanglah DEKAT.

Letakkan tangan Anda ke atas jantung. Anda kah yang mendegupkannya atau DIA? Perhatikan bulu di lengan Anda, Anda kah yang menumbuhkannya atau DIA? Letakkan tangan Anda diurat nadi. Andakah yang mendenyutkannya atau DIA? Selalu dan selalu-lah meresapi kedekatan Anda denganNYA. Resapilah kedekatan itu dan akan melihat ternyata DIA jelas lebih dekat dari urat nadi Anda.

Kalau begitu, tanpa ibadah apapun yang dilakukan kita dan DIA memang dekat. Spiritual adalah hal pribadi yang seharusnya setiap spirit (jiwa) memiliki spiritual. Karena spiritualitas adalah hubungan seseorang dalam memaknai Tuhan didalam dirinya.

Hadirkan spiritual kita sahabatku… Dan kita tidak akan mendapatkan rasa ibadah selain dari rasa khusyu, kedekatan dan rasa kebersamaan. Karena memang rasa-rasa inilah yang kita butuhkan. Kita tidak membutuhkan pahala dan dosa dari sebuah ibadah, karena kita tidak sedang mengambil keuntungan dariNYA dan DIA SANG MAHA PENYANYANG tidak membutuhkan ibadah apapun, apalagi menghukum. Ibadah hanyalah sarana agar kita merasa dekat dan selalu bersama, bukan untuk sebuah keuntungan melainkan sebuah kesadaran bahwa kita adalah DIA dan tidak ada ke-aku-an kita didalam hidup ini. Segala hal dalam hidup ini adalah anugerah DIA SANG MAHA PENYANYANG dan bukan karena setitik pun dari badah kita. 

Akhir kata sahabatku... Ritual ibadah tanpa spiritual adalah kejauhan. Namun ritual ibadah dengan spiritual adalah kedekatan. Pilihalah yang terakhir sahabatku... Bukankah segala aktifitas adalah ibadah. Karena memang bagian mana lagi kah dalam hidup ini yang bisa kita lakukan sendirian tanpaNYA? Hiduplah tanpa ada setitik apa pun rasa ke-aku-an didalam diri, termasuk didalam ibadah. Begitulah caranya kita hidup dalam kedekatan dengaNYA. 


Salam Semesta


Copyright © www.PesanSemesta.com

IG : @pesansemesta.ig   -  FB: pesansemesta.7
Lebih baru Lebih lama