7 Kekeliruan Yang Sering dilakukan Saat Menapaki Perjalanan Spiritual












Sahabatku… Spiritual adalah suatu pengalaman jiwa yang memang sulit dijelaskan dengan kata-kata. Bahkan boleh dikatakan spiritual bukanlah sesuatu yang definitif. Setiap jiwa adalah spiritual, namun bagaimana spiritual bermakna bagi jiwa tiap-tiap orang berbeda.  Masing-masing kita akan berada pada tingkat pemahaman jiwanya masing-masing. Begitu juga masing-masing jiwa akan berada pada tingkat pemahaman keTuhannya masing-masing. Tidak ada garis baku pencapaian diri yang bisa diseragamakan dalam spiritual, selain sebuah pencapaian khidmat yang luar biasa rasanya. Rasa khidmatnya pun juga berbeda-beda tergantung jiwa yang merasakan.

Hanya sahabatku… Kadang ke-khidmatan rasanya membuahkan satu atau beberapa hal yang keliru. Kami berusaha merangkum beberapa kekeliruan yang sering dilakukan saat sedang menapaki perjalanan spiritual. Tidak ada maksud kami untuk menyalahkan. Disini kami hanya bermaksud memperbaiki kekeliruan, agar perjalanan spiritual terus berada dijalannya yang suci dan khidmat bersamaNYA.


1# MENCARI TUJUAN AKHIR

Merupakan kekeliruan apabila kita berpikir kalau spiritual adalah sebuah proses jiwa yang berujung. Saat seseorang sudah mulai sadar dengan rasa spiritual yang sedang berlangsung didalam dirinya. Lalu dia mulai menapaki langkah demi langkah spiritualitas itu. Maka sering terlintas dibenaknya untuk bertanya proses spiritual ini akan berakhir dimana?

Sahabatku… Tidak ada tempat pemberhentian yang dituju dalam perjalanan spiritual seseorang. Seperti membuat lingkaran yang tidak bersudut. Dalam perjalanan spiritual kita hanya akan merasakan secara sadar, kalau ada yang telah berubah dan terus berubah dari dalam jiwa kita. Perubahan ini bersifat sangat pribadi dan sama sekali bukan pengalaman yang bisa di standarkan.

Perubahan disini juga sangat kompleks. Lebih ke arah perubahan paradigma, sehingga cara kita memandang kehidupan perlahan tapi pasti turut berubah.  Jadi bukan sekedar perubahan-perbahan yang bersifat style seperti; gaya berpakaian, gaya hidup dan lain-lain.

Perubahan-perubahan yang terjadi ini tidak akan berhenti pada tujuan akhir. Setiap perjalanan jiwa kita bersama SANG PEMILIK JIWA adalah perjalanan spiritual yang tidak memiliki akhir. Tingkatan kebersamaan adalah selalu membersamai tanpa sesuatu yang disebut akhir.


2# Membandingkan dan Menilai Diri Lebih Baik

Sahabatku… Penilaian kita ibarat boomerang. Kalau tidak tepat membidiknya, maka itu hanya akan menjadi senjata yang menyerang tuannya. Memang sekian lama perjalanan spiritual Anda terasah, maka hasilnya hanya akan membawa kepada diri yang semakin baik. Kebaikan diri hanya akan membawa kita menuju dua kepintaran; Pertama, pintarnya diri mengintrospeksi kedalam, yaitu diri sendiri. kedua, pintarnya diri menilai-nilai keluar, yaitu menilai orang lain.

Ini merupakan pilihan. Pahamilah, seorang spiritual tidak akan pernah merasa dirinya lebih baik dari orang lain. Dia akan sadar bahwa segala kebaikan dirinya bukan pencapaian yang dia raih dengan tangannya sendiri, melainkan sebuah anugerah dari SANG MAHA. Tidak perlu kesombongan rasa saat menerima anugerah. Anugerah tidak menjadi anugerah saat seseorang mulai membanding-banding dan menilai-nilai ciptaan SANG MAHA. 

Kalau memang kita ingin menilai seberapa spiritual seseorang. Maka lihat sajalah seberapa seseorang itu begitu bermakna bagi kehidupan, namun tetap menunduk dalam kerendahan. Inilah manusia yang level spiritualnya patut dicontoh. Bukan seseorang spiritual yang selalu membandingkan dan menilai-nilai orang lain.

Sayangnya ini menjadi kekeliruan yang sering muncul dan menjadi bumbu dalam perjalanan spiritual seseorang. Karena merasa lebih baik, maka seorang spiritual mulai membandingkan pemahaman spiritualnya dengan orang lain. Lalu mulai menilai-nilai sikap seseorang yang tidak se-spiritual dirinya.

Apabila ini terjadi, maka alangkah baiknya agar segera dihentikan. Semua adalah pilihan, begitu juga untuk memilih tidak pintar dalam membandingkan dan menilai orang lain. Lagi pula spiritual tidak bisa dinilai, karena hanya SANG PEMILIK JIWA lah sejatinya penilai. Jadi sebuah kekeliruan kalau kita ikut membandingkan untuk memberi penilaian.


3# Menghubungkan spiritual dengan benda, kejadian atau kegiatan supranatural

Spiritual adalah hubungan jiwa seseorang dengan SANG MAHA PEMILIK JIWA. Bukan dengan crystal, binatang spirit (spirit animal), kartu tarot atau benda apapun. Spiritual adalah kembalinya jiwa yang menyatu dengan SANG MAHA PEMILIK JIWA. Sama sekali tidak berhubungan dengan bintang jatuh, kupu-kupu yang datang, super moon atau pun air doa. Spiritual juga tidak akan membuat seseorang mampu melihat aura, telepati, telekinetic, membaca pikiran. Karena kebisaan-kebisaan ini, adalah kebisaan dasar manusia yang energinya cukup. Bisa dipelajari dan ditingkatkan, tanpa terlebih dahulu melalui perjalanan spiritual. Terakhir spiritual bukanlah supranatural. Supranatural sama sekali tidak ada hubungannya dengan segala hal yang bersifat spiritual. Manusia yang energinya cukup akan mampu melihat dimensi lain. Dengan kemampuan penglihatan itu jelas dia bisa melihat makhluk-makhluk yang hidup dimensi lain dan berkomunikasi dengan mereka, tanpa sedikitpun menjadi spiritual.

Jadi merupakan kekeliruan, apabila kita berpikir satu ton Kristal mampu membangun hubungan kita denganNYA. Atau kita berpikir apabila kita menjadi spiritual maka secara otomatis kita bisa membuat jasad lebih super. Kekeliruan yang sama, saat percaya kedatangan kupu-kupu, super moon adalah tanda-tanda kedekatan kita denganNYA. Sama kelirunya juga dengan menghubungkan aktifitas-aktifitas supranatural dengan spiritual.

Untuk mencapai spiritual hanya diperlukan satu hal; yaitu jiwa bersih yang netral dan rindu ingin kembali bersama SANG PEMILIK JIWA. Kembali disini bukan dalam artian meninggal. Tapi kembali membangun hubungan dengaNYA.


4# Meminta Penghormatan

Sahabatku… Apakah kita bisa menghormati SANG PEMILIK JIWA dengan sehormat-hormatnya? Apakah kita telah melakukan penghormatan yang sehormat-hormatnya kepadaNYA? Lalu apa itu yang terbersit didalam hati kita, saat seseorang tidak memberikan rasa hormatnya?

Pahamilah, spirutal memang hanya akan membuat kita baik dan bertambah baik. Pemahaman yang meningkat, ilmu yang bertambah, kehidupan yang makin mudah, dan pastinya kedekatan denganNYA yang makin terasa tidak berjarak. Kekeliruan apabila kita membawa kebaikan ini dan menggunakannya sebagai baju yang dipakai. Lalu kita mengharap orang lain menghormati baju yang kita pakai.  

Pesan kami kepada para spiritual… Tataplah diri Anda sebagai sebuah anugerah yang tidak akan pernah terbayarkan dengan apapun. Jangan membiarkan penghormatan dan pujian orang lain membayar anugerah itu dengan murah. SANG PEMILIK JIWA yang memiliki semua baju-baju kemuliaan telah mencontohkan, kalau penghormatan terbaik adalah dengan tidak membutuhkan penghormatan.


5# Masih Meminta-Minta  & MENDIKTE

Dari kecil Roni memiliki sahabat bernama Agus. Selama bertahun-tahun mereka bersahabat dan saling membersamai. Sampai Agus terpilih menjadi seorang presiden. Betapa bangganya Roni memiliki sahabat yang sekarang menjadi presiden. Dalam perjalanan kepresidenannya sahabat Agus pun bertambah. Banyak sekali yang mendekati Agus karena sekarang dia adalah presiden. Selesai masa kepresidenannya, Agus pun banyak kehilangan sahabat-sahabat barunya, sementara Roni tetap menjadi sahabatnya, meskipun Agus tidak lagi menjabat sebagai presiden.

Sahabatku… Kita memang memiliki segudang keinginan. Tapi apakah kita akan menjadikan spiritual hanya sebagai sarana agar doa-doa keinginan kita terkabul. Apakah kita membiarkan jiwa ini mendekatinya hanya karena ingin meminta-minta kepadaNYA. MendikteNYA dengan segala keinginan-keinginan kecil kita?

Renungkanlah sahabatku… Dimana letaknya hubungan jiwa kita dengan SANG MAHA PEMILIK JIWA kalau hubungan ini hanya berlandaskan keinginan kita yang masih meminta-minta? Harusnya spiritual membuat kita mampu menghilangkan keinginan-keinginan, karena kita sudah menyerahkan segalanya kepadaNYA. Kita percaya DIA MENGETAHUI segala yang tersirat. Kita berhenti meminta-minta bukan karena kita ragu DIA tidak mampu memenuhi. Namun hanya karena kita sangat malu kepadaNYA. Malu karena anugerahNYA kepada kita sudah jauh lebih banyak ketimbang apa yang akan kita minta. 


6# Merasa Melakukan Hal Baik

Dalam dunia spiritual tidak ada yang namanya perbuatan baik. Karena perbuatan baik hanya akan menjadi baik, kalau ada perbuatan jahat sebagai penyeimbangnya. Dalam dunia spiritual kebaikan adalah sebuah kewajaran. Misal saat kita mendapat bangku di dalam kereta, sementara ada seorang manula yang berdiri. Lalu kita mempersilahkan manula itu untuk duduk dibangku kita.

Maka saat menjadi spiritual yang sebenarnya, rangkaian hal yang telah kita lakukan ini tidak akan terasa sebagai kebaikan, melainkan sebuah kewajaran. Seseorang diluar diri kita bisa melihat itu sebagai sebuah kebaikan yang telah kita lakukan. Namun bagi diri kita sendiri itu sama sekali bukan kebaikan.

Artinya; jiwa seseorang yang spiritual adalah jiwa bersih yang senantisa melakukan kebaikan sebagai sebuah kewajaran dalam hidupnya. Jadi merupakan kekeliruan apabila seorang yang merasa sedang melakukan perjalanan spiritual, namun masih merasa melakukan hal-hal yang baik. Apalagi sampai men-ceremonikan kebaikannya.

Sahabatku… Kita ini tidak pernah melakukan kebaikan. Karena kebaikan kita adalah kebaikan NYA yang  melalui kita. Kita hanyalah penyampai kebaikanNYA.


7# Mencari tingkatan

Sahabatku… Spiritual adalah perjalanan dinamis yang terus berproses tergantung dari porsi spiritual masing-masing jiwa. Tidak ada tingkatan dalam spiritualitas. Tidak ada pula tingkatan yang akan dimenangkan dalam perjalanan spiritual seseorang.

Jadi tujuan akhir spiritual tidak pernah untuk melampaui atau mengikuti. Misalkan seseorang menjalani spiritual dengan tujuan akhir agar bisa melampaui atau mengikuti gurunya. Ini sama sekali keliru. Dalam spiritualitas seorang murid bisa melesat jauh diatas gurunya.

Guru spiritual hanyalah suri tauladan, bukan tingkatan. Guru spiritual hanya memberikan contoh-contoh untuk diikuti. Bagaimana nantinya penilaian SANG MAHA itu adalah ranah pribadi. DIA menilai melalui mata yang berbeda dari mata manusia menilai. Ada dua orang yang mengangkat dua ember air ke atas bukit. Keduanya pun berhasil. Apakah nilai keduanya sama? Menurut mata penilaian manusia mungkin IYA. Tapi siapa yang mampu mengetahui penilaian SANG MAHA MENILAI? Tidak ada yang mengetahuinya.

Spiritual adalah hubungan pribadi jiwa dengan SANG MAHA PEMILIK JIWA. Jadi wajar kalau penilaianya sangat pribadi. Sangat keliru apabila kita memberikan tingkatan-tingkatan kelas pada perjalanan spiritual. Ini menjadi pengingat juga bagi mereka yang sudah digelari ‘guru spiritual’. Sebaiknya gelar itu tidak dijadikan kelas atau tingkatan. Kita tidak memiliki gelar apa-apa dalam spiritual, semua adalah anugerah SANG MAHA. Merupakan sebuah tanggung jawab bagi yang sudah mengetahui untuk menyampaikan kepada yang belum mengetahui. Baik itu melalui ilmu pengetahuan atau suri tauladan.


Akhir kata sahabatku… Hanya sedikit yang bisa kami sampaikan disini. Maafkan segala kekeliruan kami, bukan maksud kami untuk menilai-nilai perjalanan spiritual kalian semua. Apabila salah satu dari yang atas pernah kita lakukan. Maka jangan lah pernah berputus asa atas RAHMAT SANG MAHA RAHIM. Kekeliruan manusia sedikit pun tidak akan pernah menyebabkan kemurkaanNYA. Karena kasih sayangNYA meliputi segalanya. Kekeliruan dalam spiritual adalah pendekat bagi manusia untuk senantiasa belajar kepada SANG MAHA ALIM. Memohon bimbingan SANG MAHA MEMBIMBING. Berguru hanya kepada SANG MAHA GURU.


Salam Semesta

Copyright © www.PesanSemesta.com

Lebih baru Lebih lama