Sahabatku… Ini adalah tulisan
penting buat kita semua. Percayalah, kalau kita mampu membedakan apa itu takdir
dan apa itu nasib. Maka visi kita untuk masa depan akan bergeser maju bukan
mundur.
**Perspektif akan berubah karena
pengetahuan. Sementara realita hidup selalu seiring dengan perspektif
seseorang. Itulah kenapa manusia dibuatkan kemampuan untuk mencerna pengetahuan
lebih tinggi ketimbang makhluk lainnya di muka bumi ini. Hanya agar kita mampu
menciptakan realita terindah kita sendiri.**
Paragraph yang kami tandai dengan
dua tanda bintang diatas akan menjadi sangat tabu, apabila kita tidak mampu
membedakan takdir dan nasib. Inilah pentingnya tulisan kita kali ini. Kita
harus memahaminya, agar kita benar-benar percaya bahwa dibalik kekuasaan SANG
PENCIPTA, SANG PEMBUAT manusia juga diberi kesempatan yang adil untuk
menentukan porsi hidupnya sendiri.
Dengan pengetahuan ini nantinya
perspektif kita kepada SANG MAHA akan menguat pada jalur yang sebenarnya. Kita
akan mengamini secara sadar bahwa SANG MAHA memang MAHA ADIL, MAHA PENYANYANG,
MAHA MENGETAHUI, MAHA MEMBIMBING. Kita pun akan mengamini secara sadar bahwa
kita telah sangat berburuk sangka selama ini, dan itu kita lakukan hanya karena
pengetahuan kita yang minim. Baiklah mari kita mulai pelajaran ini bersamaNYA.
Sahabatku… Ada destiny ada fate. Ada takdir ada nasib. Bukan begitu?
FATE saat dialih bahasakan menjadi TAKDIR. Fate berasal dari kata bahasa
latin, fatum, yang berarti sesuatu
yang telah ditetapkan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kata takdir
memiliki pengertian ketetapan dan ketentuan Tuhan.
DESTINY saat dialih bahasakan menjadi NASIB. Destiny juga berasal
dari kata bahasa latin, destinare,
yang memiliki arti, berupaya atau mewujudkan. Menurut kamus besar bahasa
Indonesia, kata nasib berarti sesuatu yang sudah ditentukan oleh Tuhan atas
diri seseorang.
Jadi, bisa kita katakan secara
singkat bahwa TAKDIR merupakan suatu ketetapan dari SANG PEMBUAT, sementara NASIB
mengandung upaya yang dilakukan oleh manusia atau lebih tepatnya kita sebut sistem
hukum sebab akibat.
Sahabatku… Semua kita percaya
dengan takdir SANG PEMBUAT (ketetapan Tuhan). Tapi apa yang akan kami
sampaikan, kemungkinan besar berbeda dengan versi yang kita pikirkan selama
ini. Kami anjurkan untuk tidak mulai menilai terlebih dahulu sebelum mengetahui
kebenarannya. Karena penilaian sekarang adalah wujud dari ketakutan, bahwa selama
ini kita memang telah salah mengerti.
Percayalah, kita memang telah
salah memahami apa itu takdir Tuhan selama ini. Kita menganggap apa yang kita
kerjakan hari ini adalah takdir Tuhan. Apa yang kita terima hari ini adalah
takdir Tuhan. Apa yang kita rasakan dan kejadian apapun yang menimpa kita hari
ini adalah takdir Tuhan. Tidak! Itu bukanlah takdir Tuhan. Itu hanyalah
pilihan-pilihan yang dengan sadar atau tidak sadar kita pilih sendiri. Hasil
dari pilihan-pilihan itu adalah hukum sebab-akibat dari pilihan-pilihan itu
sendiri. Hukum sebab- akibat ini berlaku dimanapun, kapanpun dan bagi siapapun.
Ini merupakan sistem kehidupan yang telah dibuat oleh SANG PEMBUAT. Berjalan
otomatis, sangat canggih, seimbang dan penuh keadilan.
Artinya, MANUSIA TERMASUK SELURUH
SEMESTA MEMANG HIDUP DIDALAM PILIHAN NASIB-NYA SENDIRI. Bukan berarti takdir
Tuhan itu tidak ada. TakdirNYA mutlak ada, tapi dengan pengertian dan porsi
yang berbeda.
Karena yang selama ini kita sebut
dengan takdir Tuhan tidak seperti itu. Takdir Tuhan tidak akan mengikut
sertakan manusia. Takdir Tuhan itu adalah kehendak mutlak, yaitu suatu kehendak
yang tidak lagi bisa di berpikirkan oleh manusia itu sendiri, tidak bisa
direncanakan oleh manusia, bukan sistem sebab akibat dan itu pasti terjadi
tanpa kompromi, tanpa pilihan, tanpa keinginan oleh manusia itu sendiri. Inilah
ketetapan Tuhan yang sebenarnya. Inilah yang disebut TAKDIR SANG PEMBUAT.
Tolong jangan diartikan secara
salah. Selama ini kita berpikir kalau kita hidup dengan pengendalian penuh. Iya
betul, kita masih hidup dalam pengendalian hukum sistem sebab-akibat atau
nasib. Tapi nasib atau hukum sebab akibat itu hadir dari diri kita sendiri.
Kita lah yang mengendalikan diri ini, meski tidak secara penuh. Meski ketetapan
Tuhan tetap berjalan dan alur Universe tetap ada. Tapi kita mendapat porsi
besar untuk membentuk diri kita sendiri. Melalui pilihan-pilihan yang dibuat
oleh SANG PEMBUAT lalu di pilih oleh manusia.
Hukum sistem akibat atau kita
sebut nasib itu dibuat oleh SANG PEMBUAT. Jadi SANG PEMBUAT membuatkan kita
begitu banyak-banyak-banyak pilihan-pilihan yang siap di pilih oleh manusia. Setiap
pilihan-pilihan yang dipilih akan menuju ke banyak cabang pilihan-pilihan lain
juga.
TIDAK ADA MANUSIA YANG INGKAR
TAKDIR. Saat Anda memilih belok kanan itu adalah pilihan yang Anda pilih, artinya
Anda memilih nasib Anda. Siapa yang membuat nasib Anda? SANG PEMBUAT. Tapi SANG
PEMBUAT telah membekali manusia dengan tiga komponen dahsyat jasad, jiwa
(dimana didalamnya terdapat kesadaran, akal dan hati), serta ditiupkannya ruh. Nah,
berbekal ketiga komponen ini kita dipersilahkan untuk memilih nasib kita
sendiri.
DIA sudah membuatkan panas dan
dingin, bukan hanya itu. DIA juga membuatkan sebab akibatnya, kalau panas maka kita
akan keringetan – terbakar – melepuh, kalau dingin maka kita akan menggigil – membeku
– hipotermia dan lain sebagaianya.
Jadi tinggal bagaimana kita
memilih. Mau dimanakah kita berada? Kita memilih senang, kalau begitu pilihlah
terus senang. Tapi, kenapa Anda memilih hal yang membuat Anda sedih, sementara
Anda menginginkan senang. Disinilah AKAL manusia berguna. Itulah kenapa manusia
diberikan akal, yaitu AGAR MANUSIA TIDAK MENG-INGKARI AKALNYA SENDIRI. TIDAK
MEMILIH NASIB BURUKNYA SENDIRI.
AKAL itu adalah takdir SANG
PEMBUAT setiap manusia diberi akal untuk berpikir. SANG PEMBUAT juga membuat
nasib manusia menjadi; berpikir dengan akal, atau berpikir dengan ego, atau
sama sekali tidak berpikir. Setiap nasib ini akan menentukan nasib-nasib
berikutnya. Kalau Anda mengerti bahasa pemrograman, mungkin Anda bisa
membandingkan sistem sebab akibat dengan logika bahasa IF, THEN-ELSE. Persis seperti
itu logikanya. Jadi sekarang tergantung dengan apa yang Anda pilih.
Anda bisa memilih memiliki suami
ganteng, suami jelek, atau sama sekali tidak bersuami. Anda bisa memilih kaya,
miskin, melarat, bangkrut. Anda bisa memilih meratap, tertawa, menangis, marah.
Apapun bisa Anda pilih. Karena yang Anda pilih adalah nasib Anda sendiri. Sementara
manusia tidak membuat nasibnya, manusia hanya memilih nasibnya. Tetap yang
membuat nasib adalah SANG PEMBUAT, Tuhan yang kita sembah, kalau memang kita
menyembahNYA.
Berbicara tentang
pilihan-pilihan, berarti kita sedang berada di posisi, dimana kita memilih
untuk bertindak. Bisa diartikan, bahwa pilihan-pilihan = tindakan-tindakan yang
akan kita kerjakan. Jadi selama ini, apa yang kita yakini sebagai nasib ternyata
hanyalah kumpulan dari tindakan-tindakan yang kita kehendaki. Kita memilih mau
bertindak seperti apa dan bagaimana, itu adalah nasib kita. Kitalah penentunya.
Mengejutkan memang. Tapi ini yang
harus kita terima. Karena memang ini adalah kebenarnnya. Kami akan terus
mengungkapkan kebenaran tanpa perlu meminta persetujuan terlebih dahulu. Kami hanya
menyampaikan apa yang perlu disampaikan dariNYA.
Kebenarannya adalah, takdir yang kita
percayai selama ini hanyalah nasib, yaitu kumpulan dari pilihan-pilihan kita
sendiri. Kita bertindak lalu menerima hasil penuh untuk setiap tindakan kita. Wujud
akhir dari tindakan-tindakan kita, adalah hukum sebab-akibat. Karena secara
sadar kita telah memilihnya, bukan SANG PEMBUAT.
Apakah SANG PEMBUAT menyediakan
kita berbagai macam pilihan. Iya betul seperti itu. Tapi apakah SANG PEMBUAT
memilihkannya untuk kita? Tidak, tidak seperti itu. SANG PEMBUAT hadir untuk
membimbing kita, menuntun kita menuju kebenaran memilih. Tapi bukan untuk
memilihkan. Karena itulah, kenapa kita harus menemukanNYA dan hidup bersamaNYA.
Agar apapun yang kita pilih, kita memilih dengan kebenaran dan untuk kebenaran,
berdasarkan bimbinganNYA. Bukan berdasarkan ego manusia kita, yang memang ego
kita juga dibuat olehNYA.
Apabila pemahaman tentang ego
masih kurang jelas silahkan klik link ini https://www.facebook.com/pesan.semesta.7/posts/158607191973064
Sahabatku… Kami mengerti kebenaran
ini sangat mengejutkan. Karena kita tidak menyadari ini dari awal. Mungkin saat
ini Anda masih terkaget-kaget dan tidak percaya, itu tidak apa. Anda butuh
waktu untuk berpikir dan menerima.
Itulah kita, selama ini kita
memang tersetting untuk berpikir secara terbalik dan salah mengirim pertanyaan.
Selama ini kita bertanya kepada langit, mempertanyakan “Kenapa hidup saya, selalu tidak berjalan sesuai dengan apa yang saya
inginkan? Kenapa saya selalu gagal? Kenapa Tuhan tidak mau bekerjasama dengan
saya? Kenapa saya seperti ini? Kenapa? Kenapa? dan kenapa?“. Ternyata sebelum kita sukses mewujudkan sebuah
keinginan. Kita telah sukses mengirim pertanyaan-pertanyaan ke tempat yang
salah. Lalu bagaimana keinginan kita bisa tercapai, kalau kita sendiri telah
gagal mengirim pertanyaan. Harusnya pertanyaan itu kita kirim ke diri sendiri,
bukan kepada pemilik langit.
Sebut saja kita hendak membeli
sebuah handphone merek A. Saat berjalan menuju mall kita disuguhi dengan
berbagai macam merek handphone, dari mulai A, C dan Z. Muncul banyak pilihan
dan pertimbangan. Akhirnya kita memutuskan untuk membeli merek C. Padahal niat
awalnya kita ingin membeli merek A. Selang beberapa bulan handphone C kita
rusak. Sementara teman kita yang membeli merek A handphonenya masih bagus,
meski dia membelinya lebih dahulu dari kita. Di moment itu kita menyesal telah
memilih merek C lalu kita menghibur diri dengan berkata “mungkin memang sudah takdirnya kita beli merek C”. Maju beberapa
bulan setelahnya, kita bertemu teman kerja yang memakai handphone merek C. Dari
ceritanya dia telah memakai handphone itu selama dua tahun, dan tidak ada
masalah dan masih berfungsi bagus sampai sekarang. Di moment ini kita menghibur
diri lagi “mungkin memang sudah takdirnya
handphone C yang kita beli cepet rusak”.
Lihatlah, bagaimana kita dahulu
dengan remehnya memandang bahwa sesuatu itu adalah takdir. Padahal itu adalah
hasil sistem sebab-akibat dari tindakan-tindakan, nasib yang kita pilih
sendiri. Bagaimana bisa selama ini kita berpikir ini semua adalah takdir? Dan
dengan bangganya kita berpikir bahwa ini adalah sebagian dari iman kita kepada
Tuhan?
Mari kita telaah bersama agar ini
terdengar logis buat Anda :
Kenapa kita merubah dari merek A
ke merek C ? Karena, kita disuguhi berbagai macam pilihan oleh toko-toko
handphone. Akhirnya karena rayuan-rayuan penjual kita memilih merek C. Jadi,
pada saat itu sebenarnya kita telah terjebak dengan pilihan orang lain yang
bukan pilihan kita sendiri. Padahal kita berdasarkan intuisi dan penelaahan
sendiri sudah memilih merek A. Karena, kita sudah mempertimbangkannya secara
matang sebelumnya. Kita telah membaca review dan spesifikasi yang jelas tentang
merek A. Tapi karena keteguhan pendirian terhadap pilihan sendiri kurang,
akhirnya kita berpindah pilihan.
Kenapa handphone C cepat rusak
saat kita gunakan dan tidak di teman kita yang lain? Perhatikan cara kita
memakainya dan bagaimana kita menggunakannya. Dan kemungkinan handphopne C yang
kita beli kualitas produksinya tidak sama dengan yang dibeli teman kita.
Kalau hasil penelaahan kita
seperti diatas. Lalu kenapa kita masih meng-atas namakan takdir SANG PEMBUAT
untuk hal yang seremeh ini? Anda ingin tahu kenapa? Sebelum kami menjawabnya, kami
ingin Anda menggaris bawahi satu hal.
Saat ini kami bukan sedang
membuat Anda tidak mempercayai SANG PEMBUAT atau boleh Anda sebut Tuhan kalau
Anda memang mentuhankan-NYA. Tulisan ini tidak sedang mengajarkan Anda untuk
menjadi KAFIR. Tapi hendak membuat Anda memposisikanNYA di tempat yang
sebenarnya. Tempat yang sebenarnya adalah, tempat dimana kita tidak
menyalahkanNYA untuk kebodohan tindakan kita sendiri.
Menyalahkan adalah cara
pelampiasan emosi yang paling wajar. Karena itu diajarkan. sedari kecil kita
selalu diajarkan untuk menyalahkan segala sesuatu yang terjadi. Sampai dibangku
sekolah pun kita selalu diajarkan untuk menyalahkan atau disalahkan. Akhirnya
menyalahkan menjadi hal yang paling wajar untuk dilakukan sebelum berpikir, dan
lagi-lagi ini terbalik. Efek dari kebiasaan menyalahkan ini sangat dahsyat.
Sampai-sampai, akhirnya kita bisa mendikteNYA dengan meng-atas namakan takdir,
lalu menyalahkanNYA dengan sadar! Tapi tidak berani mengakuinya.
Masih mengelak? Kita memang akan
sangat tidak mau mengakui hal ini, karena ini memang sangat tidak pantas
dilakukan. Namun, pernahkah Anda melepaskan perkataan yang mungkinsenada dengan
ini “mungkin memang sudah takdirnya...”
Apa arti dari kalimat ini? Pembuktian keimanan kepadaNYA atau menyalahkanNYA secara
halus?
Kita masih senang mempertahankan
pendapat, bahwa pilihan-pilihan kita adalah takdir Tuhan. Lalu kalau kegagalan
muncul, kita masih senang menyalahkan Tuhan terlebih dahulu, dengan meng-atas
namakan takdirNYA. Lalu kita senang untuk berhenti berpikir tentang ini dan
terus mendikte-dikte Tuhan, lagi dan lagi. Sungguh keajaiban kalau kita bisa mendikte
SANG PEMBUAT. Pikirkan sekali lagi! Sungguh keajaiban, kalau kita bisa mendikte
Tuhan. Kami janji akan membahas ini di dalam tulisan terpisah nanti. Agar
menjadi jelas, apa yang kami maksud dengan mendikte Tuhan.
Sampai disini apabila tulisan
diatas terlalu panjang untuk diingat, maka ingat sajalah paragraph dibawah ini
:
NASIB MANUSIA DIBUAT OLEH SANG
PEMBUAT DAN DIPILIH OLEH MANUSIA. TAKDIR MANUSIA DIBUAT OLEH SANG PEMBUAT UNTUK
MENJADI KETETAPAN MANUSIA YANG TIDAK BISA DIPILIH, DIBERPIKIRKAN, DIRENCANAKAN,
BUKAN SISTEM SEBAB AKIBAT DAN PASTI TERJADI TANPA KOMPROMI, TANPA PILIHAN ATAU
KEINGINAN OLEH MANUSIA ITU SENDIRI. DAN INI ADALAH PENGERTIAN TAKDIR YANG
SEBENARNYA.
Jadi sahabatku… Mulai sekarang,
belajarlah membedakan apa itu nasib dan takdir. Dan belajarlah untuk memilih
nasib terbaik Anda melalui akal & hati yang telah dianugerahiNYA. Saat berbicara
akal& hati, berarti Anda juga harus belajar untuk mampu memilah, mana akal
& hati Anda, dan mana itu ego Anda.
Ternyata pelajaran kita masih
banyak bukan? Hidup memang pelajaran. Lucunya kita ini ibarat anak TK yang
dituntun dan tidak pernah ditinggalkan. DIA selalu menemani dan menuntun.
Pilihlah ini menjadi nasib Anda sahabatku…
Salam Semesta
Copyright © www.PesanSemesta.com