PERBEDAAN TAKDIR dan NASIB (MOHON DIBACA!)











Sahabatku… Ini adalah tulisan penting buat kita semua. Percayalah, kalau kita mampu membedakan apa itu takdir dan apa itu nasib. Maka visi kita untuk masa depan akan bergeser maju bukan mundur.

**Perspektif akan berubah karena pengetahuan. Sementara realita hidup selalu seiring dengan perspektif seseorang. Itulah kenapa manusia dibuatkan kemampuan untuk mencerna pengetahuan lebih tinggi ketimbang makhluk lainnya di muka bumi ini. Hanya agar kita mampu menciptakan realita terindah kita sendiri.**

Paragraph yang kami tandai dengan dua tanda bintang diatas akan menjadi sangat tabu, apabila kita tidak mampu membedakan takdir dan nasib. Inilah pentingnya tulisan kita kali ini. Kita harus memahaminya, agar kita benar-benar percaya bahwa dibalik kekuasaan SANG PENCIPTA, SANG PEMBUAT manusia juga diberi kesempatan yang adil untuk menentukan porsi hidupnya sendiri.

Dengan pengetahuan ini nantinya perspektif kita kepada SANG MAHA akan menguat pada jalur yang sebenarnya. Kita akan mengamini secara sadar bahwa SANG MAHA memang MAHA ADIL, MAHA PENYANYANG, MAHA MENGETAHUI, MAHA MEMBIMBING. Kita pun akan mengamini secara sadar bahwa kita telah sangat berburuk sangka selama ini, dan itu kita lakukan hanya karena pengetahuan kita yang minim. Baiklah mari kita mulai pelajaran ini bersamaNYA.
Sahabatku… Ada destiny ada fate. Ada takdir ada nasib. Bukan begitu?

FATE saat dialih bahasakan menjadi TAKDIR. Fate berasal dari kata bahasa latin, fatum, yang berarti sesuatu yang telah ditetapkan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kata takdir memiliki pengertian ketetapan dan ketentuan Tuhan.

DESTINY saat dialih bahasakan menjadi NASIB. Destiny juga berasal dari kata bahasa latin, destinare, yang memiliki arti, berupaya atau mewujudkan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kata nasib berarti sesuatu yang sudah ditentukan oleh Tuhan atas diri seseorang.

Jadi, bisa kita katakan secara singkat bahwa TAKDIR merupakan suatu ketetapan dari SANG PEMBUAT, sementara NASIB mengandung upaya yang dilakukan oleh manusia atau lebih tepatnya kita sebut sistem hukum sebab akibat.

Sahabatku… Semua kita percaya dengan takdir SANG PEMBUAT (ketetapan Tuhan). Tapi apa yang akan kami sampaikan, kemungkinan besar berbeda dengan versi yang kita pikirkan selama ini. Kami anjurkan untuk tidak mulai menilai terlebih dahulu sebelum mengetahui kebenarannya. Karena penilaian sekarang adalah wujud dari ketakutan, bahwa selama ini kita memang telah salah mengerti.

Percayalah, kita memang telah salah memahami apa itu takdir Tuhan selama ini. Kita menganggap apa yang kita kerjakan hari ini adalah takdir Tuhan. Apa yang kita terima hari ini adalah takdir Tuhan. Apa yang kita rasakan dan kejadian apapun yang menimpa kita hari ini adalah takdir Tuhan. Tidak! Itu bukanlah takdir Tuhan. Itu hanyalah pilihan-pilihan yang dengan sadar atau tidak sadar kita pilih sendiri. Hasil dari pilihan-pilihan itu adalah hukum sebab-akibat dari pilihan-pilihan itu sendiri. Hukum sebab- akibat ini berlaku dimanapun, kapanpun dan bagi siapapun. Ini merupakan sistem kehidupan yang telah dibuat oleh SANG PEMBUAT. Berjalan otomatis, sangat canggih, seimbang dan penuh keadilan.

Artinya, MANUSIA TERMASUK SELURUH SEMESTA MEMANG HIDUP DIDALAM PILIHAN NASIB-NYA SENDIRI. Bukan berarti takdir Tuhan itu tidak ada. TakdirNYA mutlak ada, tapi dengan pengertian dan porsi yang berbeda.

Karena yang selama ini kita sebut dengan takdir Tuhan tidak seperti itu. Takdir Tuhan tidak akan mengikut sertakan manusia. Takdir Tuhan itu adalah kehendak mutlak, yaitu suatu kehendak yang tidak lagi bisa di berpikirkan oleh manusia itu sendiri, tidak bisa direncanakan oleh manusia, bukan sistem sebab akibat dan itu pasti terjadi tanpa kompromi, tanpa pilihan, tanpa keinginan oleh manusia itu sendiri. Inilah ketetapan Tuhan yang sebenarnya. Inilah yang disebut TAKDIR SANG PEMBUAT.

Tolong jangan diartikan secara salah. Selama ini kita berpikir kalau kita hidup dengan pengendalian penuh. Iya betul, kita masih hidup dalam pengendalian hukum sistem sebab-akibat atau nasib. Tapi nasib atau hukum sebab akibat itu hadir dari diri kita sendiri. Kita lah yang mengendalikan diri ini, meski tidak secara penuh. Meski ketetapan Tuhan tetap berjalan dan alur Universe tetap ada. Tapi kita mendapat porsi besar untuk membentuk diri kita sendiri. Melalui pilihan-pilihan yang dibuat oleh SANG PEMBUAT lalu di pilih oleh manusia.

Hukum sistem akibat atau kita sebut nasib itu dibuat oleh SANG PEMBUAT. Jadi SANG PEMBUAT membuatkan kita begitu banyak-banyak-banyak pilihan-pilihan yang siap di pilih oleh manusia. Setiap pilihan-pilihan yang dipilih akan menuju ke banyak cabang pilihan-pilihan lain juga.

TIDAK ADA MANUSIA YANG INGKAR TAKDIR. Saat Anda memilih belok kanan itu adalah pilihan yang Anda pilih, artinya Anda memilih nasib Anda. Siapa yang membuat nasib Anda? SANG PEMBUAT. Tapi SANG PEMBUAT telah membekali manusia dengan tiga komponen dahsyat jasad, jiwa (dimana didalamnya terdapat kesadaran, akal dan hati), serta ditiupkannya ruh. Nah, berbekal ketiga komponen ini kita dipersilahkan untuk memilih nasib kita sendiri.

DIA sudah membuatkan panas dan dingin, bukan hanya itu. DIA juga membuatkan sebab akibatnya, kalau panas maka kita akan keringetan – terbakar – melepuh, kalau dingin maka kita akan menggigil – membeku – hipotermia dan lain sebagaianya.

Jadi tinggal bagaimana kita memilih. Mau dimanakah kita berada? Kita memilih senang, kalau begitu pilihlah terus senang. Tapi, kenapa Anda memilih hal yang membuat Anda sedih, sementara Anda menginginkan senang. Disinilah AKAL manusia berguna. Itulah kenapa manusia diberikan akal, yaitu AGAR MANUSIA TIDAK MENG-INGKARI AKALNYA SENDIRI. TIDAK MEMILIH NASIB BURUKNYA SENDIRI.

AKAL itu adalah takdir SANG PEMBUAT setiap manusia diberi akal untuk berpikir. SANG PEMBUAT juga membuat nasib manusia menjadi; berpikir dengan akal, atau berpikir dengan ego, atau sama sekali tidak berpikir. Setiap nasib ini akan menentukan nasib-nasib berikutnya. Kalau Anda mengerti bahasa pemrograman, mungkin Anda bisa membandingkan sistem sebab akibat dengan logika bahasa IF, THEN-ELSE. Persis seperti itu logikanya. Jadi sekarang tergantung dengan apa yang Anda pilih.

Anda bisa memilih memiliki suami ganteng, suami jelek, atau sama sekali tidak bersuami. Anda bisa memilih kaya, miskin, melarat, bangkrut. Anda bisa memilih meratap, tertawa, menangis, marah. Apapun bisa Anda pilih. Karena yang Anda pilih adalah nasib Anda sendiri. Sementara manusia tidak membuat nasibnya, manusia hanya memilih nasibnya. Tetap yang membuat nasib adalah SANG PEMBUAT, Tuhan yang kita sembah, kalau memang kita menyembahNYA.

Berbicara tentang pilihan-pilihan, berarti kita sedang berada di posisi, dimana kita memilih untuk bertindak. Bisa diartikan, bahwa pilihan-pilihan = tindakan-tindakan yang akan kita kerjakan. Jadi selama ini, apa yang kita yakini sebagai nasib ternyata hanyalah kumpulan dari tindakan-tindakan yang kita kehendaki. Kita memilih mau bertindak seperti apa dan bagaimana, itu adalah nasib kita. Kitalah penentunya.

Mengejutkan memang. Tapi ini yang harus kita terima. Karena memang ini adalah kebenarnnya. Kami akan terus mengungkapkan kebenaran tanpa perlu meminta persetujuan terlebih dahulu. Kami hanya menyampaikan apa yang perlu disampaikan dariNYA.

Kebenarannya adalah, takdir yang kita percayai selama ini hanyalah nasib, yaitu kumpulan dari pilihan-pilihan kita sendiri. Kita bertindak lalu menerima hasil penuh untuk setiap tindakan kita. Wujud akhir dari tindakan-tindakan kita, adalah hukum sebab-akibat. Karena secara sadar kita telah memilihnya, bukan SANG PEMBUAT.

Apakah SANG PEMBUAT menyediakan kita berbagai macam pilihan. Iya betul seperti itu. Tapi apakah SANG PEMBUAT memilihkannya untuk kita? Tidak, tidak seperti itu. SANG PEMBUAT hadir untuk membimbing kita, menuntun kita menuju kebenaran memilih. Tapi bukan untuk memilihkan. Karena itulah, kenapa kita harus menemukanNYA dan hidup bersamaNYA. Agar apapun yang kita pilih, kita memilih dengan kebenaran dan untuk kebenaran, berdasarkan bimbinganNYA. Bukan berdasarkan ego manusia kita, yang memang ego kita juga dibuat olehNYA.  
Apabila pemahaman tentang ego masih kurang jelas silahkan klik link ini  https://www.facebook.com/pesan.semesta.7/posts/158607191973064

Sahabatku… Kami mengerti kebenaran ini sangat mengejutkan. Karena kita tidak menyadari ini dari awal. Mungkin saat ini Anda masih terkaget-kaget dan tidak percaya, itu tidak apa. Anda butuh waktu untuk berpikir dan menerima.

Itulah kita, selama ini kita memang tersetting untuk berpikir secara terbalik dan salah mengirim pertanyaan. Selama ini kita bertanya kepada langit, mempertanyakan “Kenapa hidup saya, selalu tidak berjalan sesuai dengan apa yang saya inginkan? Kenapa saya selalu gagal? Kenapa Tuhan tidak mau bekerjasama dengan saya? Kenapa saya seperti ini? Kenapa? Kenapa? dan kenapa?“. Ternyata sebelum kita sukses mewujudkan sebuah keinginan. Kita telah sukses mengirim pertanyaan-pertanyaan ke tempat yang salah. Lalu bagaimana keinginan kita bisa tercapai, kalau kita sendiri telah gagal mengirim pertanyaan. Harusnya pertanyaan itu kita kirim ke diri sendiri, bukan kepada pemilik langit.

Sebut saja kita hendak membeli sebuah handphone merek A. Saat berjalan menuju mall kita disuguhi dengan berbagai macam merek handphone, dari mulai A, C dan Z. Muncul banyak pilihan dan pertimbangan. Akhirnya kita memutuskan untuk membeli merek C. Padahal niat awalnya kita ingin membeli merek A. Selang beberapa bulan handphone C kita rusak. Sementara teman kita yang membeli merek A handphonenya masih bagus, meski dia membelinya lebih dahulu dari kita. Di moment itu kita menyesal telah memilih merek C lalu kita menghibur diri dengan berkata “mungkin memang sudah takdirnya kita beli merek C”. Maju beberapa bulan setelahnya, kita bertemu teman kerja yang memakai handphone merek C. Dari ceritanya dia telah memakai handphone itu selama dua tahun, dan tidak ada masalah dan masih berfungsi bagus sampai sekarang. Di moment ini kita menghibur diri lagi “mungkin memang sudah takdirnya handphone C yang kita beli cepet rusak”.

Lihatlah, bagaimana kita dahulu dengan remehnya memandang bahwa sesuatu itu adalah takdir. Padahal itu adalah hasil sistem sebab-akibat dari tindakan-tindakan, nasib yang kita pilih sendiri. Bagaimana bisa selama ini kita berpikir ini semua adalah takdir? Dan dengan bangganya kita berpikir bahwa ini adalah sebagian dari iman kita kepada Tuhan?

Mari kita telaah bersama agar ini terdengar logis buat Anda :

Kenapa kita merubah dari merek A ke merek C ? Karena, kita disuguhi berbagai macam pilihan oleh toko-toko handphone. Akhirnya karena rayuan-rayuan penjual kita memilih merek C. Jadi, pada saat itu sebenarnya kita telah terjebak dengan pilihan orang lain yang bukan pilihan kita sendiri. Padahal kita berdasarkan intuisi dan penelaahan sendiri sudah memilih merek A. Karena, kita sudah mempertimbangkannya secara matang sebelumnya. Kita telah membaca review dan spesifikasi yang jelas tentang merek A. Tapi karena keteguhan pendirian terhadap pilihan sendiri kurang, akhirnya kita berpindah pilihan.

Kenapa handphone C cepat rusak saat kita gunakan dan tidak di teman kita yang lain? Perhatikan cara kita memakainya dan bagaimana kita menggunakannya. Dan kemungkinan handphopne C yang kita beli kualitas produksinya tidak sama dengan yang dibeli teman kita.

Kalau hasil penelaahan kita seperti diatas. Lalu kenapa kita masih meng-atas namakan takdir SANG PEMBUAT untuk hal yang seremeh ini? Anda ingin tahu kenapa? Sebelum kami menjawabnya, kami ingin Anda menggaris bawahi satu hal.

Saat ini kami bukan sedang membuat Anda tidak mempercayai SANG PEMBUAT atau boleh Anda sebut Tuhan kalau Anda memang mentuhankan-NYA. Tulisan ini tidak sedang mengajarkan Anda untuk menjadi KAFIR. Tapi hendak membuat Anda memposisikanNYA di tempat yang sebenarnya. Tempat yang sebenarnya adalah, tempat dimana kita tidak menyalahkanNYA untuk kebodohan tindakan kita sendiri.

Menyalahkan adalah cara pelampiasan emosi yang paling wajar. Karena itu diajarkan. sedari kecil kita selalu diajarkan untuk menyalahkan segala sesuatu yang terjadi. Sampai dibangku sekolah pun kita selalu diajarkan untuk menyalahkan atau disalahkan. Akhirnya menyalahkan menjadi hal yang paling wajar untuk dilakukan sebelum berpikir, dan lagi-lagi ini terbalik. Efek dari kebiasaan menyalahkan ini sangat dahsyat. Sampai-sampai, akhirnya kita bisa mendikteNYA dengan meng-atas namakan takdir, lalu menyalahkanNYA dengan sadar! Tapi tidak berani mengakuinya.

Masih mengelak? Kita memang akan sangat tidak mau mengakui hal ini, karena ini memang sangat tidak pantas dilakukan. Namun, pernahkah Anda melepaskan perkataan yang mungkinsenada dengan ini “mungkin memang sudah takdirnya...” Apa arti dari kalimat ini? Pembuktian keimanan kepadaNYA atau menyalahkanNYA secara halus?

Kita masih senang mempertahankan pendapat, bahwa pilihan-pilihan kita adalah takdir Tuhan. Lalu kalau kegagalan muncul, kita masih senang menyalahkan Tuhan terlebih dahulu, dengan meng-atas namakan takdirNYA. Lalu kita senang untuk berhenti berpikir tentang ini dan terus mendikte-dikte Tuhan, lagi dan lagi. Sungguh keajaiban kalau kita bisa mendikte SANG PEMBUAT. Pikirkan sekali lagi! Sungguh keajaiban, kalau kita bisa mendikte Tuhan. Kami janji akan membahas ini di dalam tulisan terpisah nanti. Agar menjadi jelas, apa yang kami maksud dengan mendikte Tuhan.

Sampai disini apabila tulisan diatas terlalu panjang untuk diingat, maka ingat sajalah paragraph dibawah ini :

NASIB MANUSIA DIBUAT OLEH SANG PEMBUAT DAN DIPILIH OLEH MANUSIA. TAKDIR MANUSIA DIBUAT OLEH SANG PEMBUAT UNTUK MENJADI KETETAPAN MANUSIA YANG TIDAK BISA DIPILIH, DIBERPIKIRKAN, DIRENCANAKAN, BUKAN SISTEM SEBAB AKIBAT DAN PASTI TERJADI TANPA KOMPROMI, TANPA PILIHAN ATAU KEINGINAN OLEH MANUSIA ITU SENDIRI. DAN INI ADALAH PENGERTIAN TAKDIR YANG SEBENARNYA.

Jadi sahabatku… Mulai sekarang, belajarlah membedakan apa itu nasib dan takdir. Dan belajarlah untuk memilih nasib terbaik Anda melalui akal & hati yang telah dianugerahiNYA. Saat berbicara akal& hati, berarti Anda juga harus belajar untuk mampu memilah, mana akal & hati Anda, dan mana itu ego Anda.

Ternyata pelajaran kita masih banyak bukan? Hidup memang pelajaran. Lucunya kita ini ibarat anak TK yang dituntun dan tidak pernah ditinggalkan. DIA selalu menemani dan menuntun. Pilihlah ini menjadi nasib Anda sahabatku…


Salam Semesta

Copyright © www.PesanSemesta.com

Lebih baru Lebih lama