3 CARA UNTUK TETAP BERADA DALAM TITIK KESEIMBANGAN



Sahabatku… Saat kita berbicara tentang keseimbangan, maka kita akan berbicara tentang berdiri di tengah kubu dan hanya mengambil porsi yang sama dari kedua sisinya. Artinya, tetap harus ada negative didalam positif dan tetap harus ada positif didalam negative.

Pertanyaannya sederhana : “Bagaimana caranya? Bagaimana agar porsi yang senantiasa kita ambil selalu seimbang, sehingga kita pun tetap hidup dalam titik keseimbangan yang abadi?” Melalui anugerahNYA izinkan kami menjawab.


1# Cara pertama adalah menghapus dualitas untuk diri sendiri

Sahabatku… Kebingungan diatas hanya akan terjadi saat kita menempatkan diri dalam dualitas hidup yang kental. Faktanya dualitas tidak bisa dihapus. Jadi sekarang semua tergantung dari bagaimana kita menghadapinya. Sebuah pilihan adalah aksi awal.

Saat kita memilih menghapus dualitas untuk diri sendiri, maka disaat itu kita bisa menentukan titik keseimbangan diri sendiri berdasarkan nilai-nilai yang didalam diri.

Berhenti melihat dan mendengar penilaian orang lain, lalu fokus hanya melihat dan mendengar diri sendiri adalah langkah pertamanya. Karena apa yang membuat diri kita seimbang belum tentu sama dengan apa yang membuat diri orang lain seimbang.

Kita sedang membicarakan diri bukan membicarakan yang diluar diri. Karena lagi-lagi apapun yang diluar diri hanya akan ditanggapi oleh yang di dalam diri. Jadi bagaimana keseimbangan hidup ini berlangsung 100% adalah tanggung jawab pribadi per-orangan. Kita adalah pemimpin, satu hal yang harus dipimpin adalah diri ini. Seorang pemimpin yang berhasil memimpin dirinya, kemungkinan besar akan berhasil memimpin yang lainnya juga.

Tapi apa itu keberhasilan? Keberhasilan adalah tingkat dimana titik keseimbangan bisa tercipta harmonis. Penilai keharmonisan ini hanyalah diri sendiri, bukan orang lain. Masing-masing kita akan membawa keharmonisan diri yang diciptakan oleh diri yang memahami apa itu keharmonisan bagi dirinya sendiri.

Sayangnya kita terbiasa melihat keluar dan menilai-nilai yang diluar, tapi lupa dengan diri sendiri. Akhirnya sulit menemukan titik keseimbangan diri yang sebenarnya. Karena apa yang dikeker adalah apa yang dibutuhkan orang lain, bukan apa yang dibutuhkan diri sendiri. Diri sendiri terlupakan dan sengaja dihempaskan ke pojokan.

Sahabatku… Move in adalah langkah awal sebelum Move on. Pastikan diri ini sempurna sebelum berharap menyaksikan kesempurnaan. Pastikan diri ini seimbang sebelum berharap menyaksikan keseimbangan. Pastikan diri ini harmonis sebelum berharap menyaksikan keharmonisan.

Kita bukan makhluk yang egois karena hanya berfokus pada diri sendiri. Kita justru adalah makhluk yang paham kalau semesta yang telah cukup menfokuskan dirinya akan mampu menfokuskan diri untuk memakmurkan semesta yang lainnya dengan ketulusan.

Kita bukanlah semesta yang mengemis kesempurnaan, keseimbangan dan keharmonisan. Namun kita adalah semesta yang menciptakannya dan membaginya kepada semesta. Persis seperti semesta yang tulus dalam gerakannnya, begitu juga diri ini tulus dalam gerakannya.


2# Cara kedua adalah menjadi logis dengan harapan

Sahabatku… Kita tahu persis kalau dua rasa tidak mungkin tercipta tanpa kubu yang lainnya. Begitulah keseimbangan bukan? Hanya masalahnya kita terlalu berharap untuk menikmati kubu positif tanpa kubu negative. Kita berharap sesuatu yang instant tanpa proses. Kita takut digojlok dalam negative hanya untuk keluar menjadi semesta yang penuh dengan kepositifan.

Solusi kedua untuk tetap berada dalam titik keseimbangan adalah menjadi logis dengan harapan. Kita tidak bisa berharap melihat matahari terbit tanpa melalui gelapnya malam. Kita pun tidak bisa melihat gemerlapnya bintang tanpa melalui teriknya matahari.

Selogis itu kita akan setiap langkah kita, maka akan sewaspada itu pula kita dalam menjaga keseimbangan diri. Hati dan akal kita akan menetap pada satu kubu yang sadar dengan apa yang sedang dan akan dilaluinya. Hasilnya kita tidak terombang-ambing. Kita bisa tetap berpijak ditengah keseimbangan.

Sekali lagi mohon dimengerti, kalau keseimbangan adalah paket didalam diri bukan diluar diri.


3# Cara ketiga pahami kalau kita ini sudah sempurna

Sahabatku… Kita tidak akan menunggu sempurna untuk menikmati titik keseimbangan diri ini. Energy adalah energy. Tidak ada energy yang sempurna. Semua energy adalah sempurna. Kita adalah energy yang sempurna. Baik itu dalam keminimalan sekalipun. Baik itu nilainya positif ataupun nilainya negative, keduanya adalah sempurna.

Artinya?

Kita tidak bergerak untuk menjadi sempurna atau mencapai kesempurnaan. Tapi kita adalah kesempurnaanNYA yang bergerak.

Kita hidup bukan untuk menjadi sempurna namun untuk menyaksikan kesempurnaan. Itu hanya karena diri kita sudah bersama kesempurnaan Maha Sempurna. Kesempurnaan yang kita sakiskan didalam diri akan menjadi pemersatu yang indah dan disitulah letak keistimewaan hidup, yaitu untuk menyaksikan kesempurnaan.

Lalu apa hubungan ini dengan titik keseimbangan???

Sahabatku… Kita mungkin tidak akan sanggup berlari menggapai kesempurnaan untuk terus berada di titik keseimbangan yang kita impikan. Tapi kita sangat mungkin untuk membuka jiwa dan menyaksikan kesempurnaan. Saat kita mampu menyaksikan kalau segalanya telah sempurna, maka bagian mana yang tidak akan seimbang.

Anggap bagi kita bayangan titik keseimbangan adalah keluarga yang bahagia, harta yang melimpah, kesehatan yang prima, karir yang gemerlap, pribadi yang cemerlang. Masalahnya berapa lama waktu yang kita butuhkan untuk sekedar merasakan rasanya keseimbangan seperti itu? Padahal bukankah sebelum titik keseimbangan itu tercapai kita pasti harus belepotan dan babak belur dahulu? Lalu di titik mana kita akan menempatkan diri kita yang belum seimbang itu?

Sahabatku… Kalau kita mampu melihat sedih sebagai sebuah kesempurnaan dan mampu melihat senang sebagai sebuah kesempurnaan, maka dititik mana pun hidup ini adalah seimbang. Kita tidak kehilangan control apapaun, tapi jiwa kita telah sukses mengontrol segalanya. Jadi sebelum bayangan keseimbangan kita terbentuk kita telah terlebih dahulu berada rapi di titik yang seimbang. Apabila bayangan keseimbangan kita telah terbentuk, maka kita tinggal merapihkan sudut yang telah rapih saja.

Bukankah ini sangat ideal?

Sahabatku… Cara ketiga ini akan kita dapat kalau kita mau membersamaiNYA. Kebersamaan bersamaNYA adalah pelajaran terindah untuk menyaksikan kesempurnaan.
Saat Dzat Maha mengajari kita kesempurnaan maka kita akan paham, kalau kesempurnaan bukan tujuan tapi sebuah penyaksian. Kita akan mengambil porsi yang sama didalam negative ataupun didalam positif. Karena keduanya sama-sama sempurna didalam penyaksian kita bersamaNYA. Apakah ini bukan seimbang namanya, tentu ini sangat ideal bukan?

---------

Sahabatku… Semoga tiga cara diatas bisa kita praktekkan. Dalam praktek kita yang apa adanya, ingatlah selalu kalau kita telah sempurna – kita hanya akan menyaksikan kesempurnaan. Ingatlah kalau harapan kita akan menjadi nyata kalau kita mematuhi alur logisnya. Ingatlah pula kalau dulitas bisa dihapus, meski hanya untuk diri sendiri.
Kalau cara diatas belum begitu jelas, maka cobalah memperjelas dahulu niatnya. Niat adalah hubungan yang sangat halus, niat akan membangunkan sebuah pelajaran yang bahkan kita sendiri tidak paham bagaimana.

Titik keseimbangan adalah titik persimpangan paling ramah yang sering kita lewati karena kita tidak paham bagaimana caranya menjadikan titik ini sebagai titik yang abadi.

Titik abadi adalah titik konstan dimana kita paham kalau kita hidup didalam keabadiaan. Sementara keabadiaan adalah melewati hidup dan mati. Niat akan menarik pemahaman tentang ini, meski kita tidak pernah tahu kapan waktunya.


Salam Semesta

Copyright 2020 © www.pesansemesta.com



Lebih baru Lebih lama