MEMBERI WAKTU BAGI DIRI UNTUK MENGAJARI EGONYA BELAJAR


Sahabatku… Pernahkan kita memberi waktu bagi diri untuk mengajari egonya sendiri?

Kalau belum, maka setelah ini kita bisa memulainya. Ini merupakan awal pelajar dasar sebelum diri mampu mengendalikan egonya sendiri. Mari kita bertanya dan belajar dari jawabannya.


#Pertanyaan pertama : SIAPA ITU ‘DIRI’ YANG MENGAJARI EGONYA BELAJAR ?

Sahabatku… Diri kita terdiri dari beberapa komponen yang saling bekerja untuk menghasilkan paket diri kita yang utuh. Salah satunya manusia memiliki ego, tapi manusia bukan sekedar ego. Sama seperti manusia memiliki jasad, tapi manusia bukan sekedar jasad. Manusia memiliki jasad, jiwa dan energy ruh yang menghidupi.

Manusia adalah miniatur semesta, karena itulah manusia terbentuk begitu kompleks. Tugas tiap kita adalah memahami kompleksitas diri sendiri terlebih dahulu. Itulah kenapa pada hari ini kita akan fokus untuk menjadi diri yang mampu mengajari egonya sendiri untuk belajar, sampai nanti diri ini berhasil mengendalikan egonya.

Sama seperti belajar menunggangi kuda liar. Menunggangi kuda liar bukan sekedar naik ke atas kuda itu, tapi belajar mengendalikan kudanya, agar kuda liar ini tahu arahan penunggangnya. Begitu juga dengan manusia, untuk mampu mengendalikan egonya, maka terlebih dahulu dia harus mengajari egonya sendiri.

Jadi ‘diri’ ini adalah pemimpin ego yang adalah ‘diri’ sendiri juga. Kita memiliki ego, tapi kita bukan sekedar ego.

 

#Pertanyaan kedua : BAGAIMANA MENGAJARI EGO BELAJAR ?

Kalau ego adalah diri dan diri memiliki ego, maka bagaimana mengajari ego belajar?

Jadi begini, ego adalah bagian terorganisir dari struktur kepribadian yang mencakup fungsi defensif, perseptual, intelektual-kognitif, dan eksekutif. Manusia tidak akan pernah terpisah dari egonya sendiri, tapi manusia mampu mengendalikan egonya sendiri atau terkendalikan oleh egonya.

Bagaimana bisa seperti ini adalah karena ego tersistem di dalam anggota jasad kita sendiri, tepatnya di wilayah otak. Sekali lagi jasad dan jiwa bekerja berbarengan. Ego bukan sekedar tentang bagaimana software kita bekerja namun juga tentang bagaimana jasad kita juga bekerja. Satu bagian khusus otak manusia yang bekerja mengatur sistem ego ini adalah basal ganglia (striatum) dan batang otak.

Bagaimana ego belajar adalah dengan mengajari kembali otak ego. Kita dapat mengatur ulang dan mengintegrasikan kembali otak kita untuk memahami pilihan terbaik yang seharusnya kita pilih. Jadi singkatnya sekarang kita mengajarkan otak ego kita untuk belajar

 

#Pertanyaan ketiga : BAGAIMANA OTAK EGO BELAJAR ?

Sudah diketahui kalau otak manusia tidak pernah bekerja sendiri perbagian-bagian. Setiap bagian otak kita adalah keterhubungan raksasa dengan bagian-bagian lainnya termasuk ke seluruh jasad manusia. Begitu juga basal ganglia (striatum) dan batang otak sangat terkait dengan korteks serebral serta beberapa area otak lainnya.

Neocortex adalah bagian dari korteks serebral (bersama dengan archicortex dan paleocortex - yang merupakan bagian kortikal dari sistem limbik). Korteks serebral boleh juga kita panggil otak logis, karena salah satu fungsi bagian otak ini adalah memproses kesadaran manusia.

Otak logis ini belajar berdasarkan tiap informasi yang berhasil dikelola oleh nalar akal pikiran. Hanya saja bukan berarti otak ego juga belajar dengan cara yang sama dengan otak logis. Bagaimana otak logis belajar ini tidak berlaku bagi otak ego manusia.

Kabar buruknya sejak dibentuk adalah otak ego manusia tidak bisa belajar dari informasi yang terkelola langsung oleh akal pikiran.

Itulah kenapa gambar foto seburuk apapun yang disematkan pada sebungkus rokok tidak akan pernah berpengaruh apa-apa apabila ego seorang perokok sudah menjerit membutuhkan rokok. Itulah juga kenapa meskipun setiap manusia tahu kalau memaafkan adalah tindakan yang baik, namun tidak serta merta sebagian ego manusia mau memaafkan sampai memaafkan menjadi kebutuhannya.

Tapi dari fakta ini kami tidak mengatakan kalau berarti otak ego tidak bisa belajar sama sekali. Otak ego tetap bisa belajar, tapi dengan cara memasukkan informasi yang berbeda dari otak logis.  

Pahami rahasia kecil dibawah ini sahabatku…

Sejak dilahirkan, otak ego kita belajar dari segala kebutuhan kita. Otak ego belajar porsi makan yang membuat kita keyang. Otak ego belajar sikap orang lain yang membuat kita terabaikan dan bagaimana kita bersikap untuk memenuhinya. Otak ego belajar kata-kata yang membuat kita terhargai dan banyak hal lainnya. Yang mana kalau disimpulkan, apapun itu yang kita butuhkan, baik rohani atau jasmani maka otak ego akan belajar untuk memenuhinya.

Otak ego belajar dari urgensi pemenuhan kebutuhan diri. Kebutuhan diri sifatnya relatif dan berubah-ubah seumur hidup manusia, dan selama itu pula lah otak ego terus mempelajari kebutuhan diri yang berubah.

Itulah kenapa ego sering dihubungkan dengan sikap egoisme, karena memang satu-satunya fokus otak ego adalah diri. Mereka bergerak hanya untuk memenuhi kebutuhan diri. Tapi sekali lagi, diri ini bukan sekedar ego. Jadi seharusnya kita adalah pengendali dari ego kita sendiri, bukan sebaliknya.

 

#Pertanyaan keempat : KALAU BEGITU BAGAIMANA KITA MEMULAINYA ?

Sahabatku… Sebelum memulainya ingat satu hal besar ini “ Kita sedang belajar mengendalikan ego bukan menahan ego” untuk mengendalikan kita butuh untuk memaklumi.

Memaklumi artinya mengelola kesadaran kita untuk memahami apa yang sedang terjadi. Lalu menerima dan mengambil tindakan akan apa yang sudah dipahaminya dengan sadar dan konsekwen akan sebab dan akibat yang akan terjadi.

Jadi kita harus mengaktifkan korteks serebral (otak logis) untuk memahami diri kita sendiri. Kita perlu menganalisa diri dalam kenetralan yang senetral-netralnya tanpa memberi penilaian, melainkan hanya memberikan jatah bagi otak logis kita mencerna sebab akibat dari yang sedang kita aksikan.

Dari hasil analisa korteks serebral yang sengaja dibiarkan mengamati dan memahami dalam kenetralan, maka akan terkumpulah data yang akan kita gunakan untuk mengajari otak ego.

Contoh aplikasi sederhananya seperti ini : Cobalah mengambil moment jernih untuk menganalisa satu hal tentang ego Anda yang paling mengganjal. Satu saja dahulu, lalu coba tanyakan dengan metode 5 W (WHAT, WHO, WHERE DAN WHEN). Anda boleh menulis jawabannya ke dalam jurnal kalau diperlukan. Selanjutnya tanyakan +1 H (HOW)

Selama aplikasi ini, cobalah untuk santai dan tenang untuk menjawabnya secara jujur. Dari jawaban ini maka akan muncullah kebutuhan yang sesungguhnya.

Mari kita ambil contoh ringan kalau ego Anda sulit memaafkan diri sendiri. Lalu dari hasil analisa korteks serebral, Anda mendapati kalau sebenarnya Anda lebih membutuhkan kedamaian ketimbang menyimpan rasa bersalah akan diri sendiri.

Lalu bagaimana kita mengajarkan otak ego dari hasil analisa otak logis kita diatas?

Caranya adalah dengan memberikan gambaran yang jelas. Otak ego tidak mengenal data seperti otak logis, melainkan otak ego hanya mengenal gambar yang jelas. Sekarang tinggal bagaimana kita menginputkan gambaran yang jelas kedalam otak ego sesuai dengan solusi nalar akal pikiran?

Nah, sebenarnya aplikasinya sangat sederhana. Otak mengerti gambar sebagai informasi, gambar itu tidak harus selalu berbentuk nyata, karena otak manusia tidak bisa membedakan kenyataan atau tidak kecuali kesadaran kita memikirkannya.

Jadi disini Anda akan bermain dengan visualisasi sederhana. Izinkan otak ego Anda untuk menerima gambaran dari betapa butuhnya Anda untuk merasa damai. Sama saja seperti sebagian kita yang membutuhkan kopi di pagi hari. Kita tidak pernah melewatkan kopi di pagi hari, karena kita merasa itu adalah kebutuhan. Bangun tidur, kita merasa butuh menghirup wangi dan hangatnya kopi.

Mengajari ego benar-benar memang sesimpel itu, yang sulit adalah mengajari ego untuk memilih kebutuhan-kebutuhannya yang baik.

Sebenarnya sulit karena sebagian kita masih belum mau mengaktifkan akalnya untuk memperhatikan dan mengamati dalam kenetralan.

Coba bayangkan, bagaimana kalau kita mampu mengajarkan list kebutuhan akan hal-hal baik dalam hidup ini sebagai pilihan bagi ego untuk memenuhinya?

Tentunnya list kebutuhan itu kita buat dari hasil olah akal yang jernih dan netral. Bukan dari ego yang buta akan akalnya sendiri. Inilah arti dari mengendalikan ego, yaitu dimana ego kita masih bekerja tapi bekerja berdasarkan kesadaran akal pikiran kita.

 

#Pertanyaan akhirnya sahabatku… KENAPA KITA HARUS MENGENDALIKAN EGO?

Ego kita tidak mengerti apa itu baik dan apa itu buruk. Ego kita hanya bergerak memenuhi kebutuhan kita, apapun itu ego akan menggerakan jasad dan kesadara kita hanya untuk memenuhi kebutuhannya.

Jadi apabila kita sudah mampu menggunakan akal ini untuk menganalisa baik dan buruk berdasarkan porsi diri kita sendiri. Lalu dari data itu kita mendidik ego untuk hanya memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang baik, maka tanpa energy besar ego pun akan secara suka rela memenuhinya.

Karena memang ego bergerak hanya untuk memenuhi kebutuhan diri, baik itu diri yang mampu menganalisa ataupun yang tidak. Inilah kenapa memang sudah seharusnya kita menjadi pengendali dari ego kita sendiri, bukan sebaliknya. Sudah seharusnya kita menjadi satu-satunya kesadaran yang mampu memilih kebaikan buat dirinya sendiri berdasarkan kejernihan akalnya.

Akal manusia harus berada diatas egonya. Bukan untuk menahan ego, melainkan hanya untuk mengendalikan menuju kebaikan menurut akalnya sendiri.

Dari pelajaran ini kita bisa melihat wujud sifat Dzat Maha Adil dimana Dzat Maha tidak pernah menyamaratakan segalanya, bahkan menyamaratakan kebaikan. Karena kebaikan adalah segala yang seimbang sesuai dengan porsinya masing-masing.

Dia-lah satu-satunya Dzat Maha Penyeimbang, maka hubungkanlah selalu diri kita ini denganNYA, agar kita senantiasa terbimbingi oleh Dzat Maha Pengatur Keseimbangan.

Sahabatku… Renungkanlah, bukankah kalau akal ini sudah mengetahui takarannya, maka segalanya akan pas, meski segalanya tidak pernah sama?

 

Salam Semesta

Copyright 2020 © www.pesansemesta.com

 



Lebih baru Lebih lama