APAKAH KITA ADALAH ORANG YANG SADAR?



Sahabatku… Kita boleh mengakui diri kalau saat ini kita adalah orang yang sadar. Kita hidup, kita bergerak, kita pun senantiasa beraktifitas. Sayangnya, sadar bukan hanya tentang bangun, bergerak dan beraktifitas. Lalu, apa itu orang yang sadar?

#Orang yang sadar adalah seseorang yang waspada akan pikiran, perasaan, dan tindakannya. Dia tahu apa yang dia lakukan dan mengapa dia melakukannya. Artinya, orang yang sadar selalu membiarkan segala tindakannya selalu bergerak berdasarkan akal yang berpikir.

#Orang yang sadar adalah orang yang mengenal dan memperhatikan diri sendiri lebih dari apapun. Karena inilah orang yang sadar mampu mengendalikan pikiran mereka sendiri. Artinya, orang yang sadar selalu mampu mengendalikan ego mereka dan membiarkan akalnya yang menuntun dirinya.
#Orang yang sadar selalu waspada dengan segalanya, dan terus berusaha meningkatkan kesadaran dirinya. Senantiasa mengajak dirinya menuju layar kesadaran yang berikutnya. Artinya, orang yang sadar selalu membiarkan dirinya bergerak dinamis, optimis dan penuh aksi.

Jadi sahabatku… Sadar itu bukan sekedar membuka mata, tapi bagaimana kita mengelola apa yang kita lihat. Bukan sekedar berbicara, tapi bagaimana kita mengelola apa yang kita ucapkan. Bukan sekedar mendengar, tapi bagaimana kita mengelola apa yang kita dengar. Bukan sekedar bergerak, tapi bagaimana kita mengelola apa yang kita gerakkan.

Intinya: Menjadi sadar itu bukan hanya tentang bagaimana fisik kita sadar, tapi bagaimana seluruh komponen manusia kita bekerja bersama-sama secara harmonis sebagaimana fungsi dan tugas awalnya diciptakan.

Mari kita berpikir sejenak, apakah sudah seluruh komponen kita bekerja bersama-sama secara harmonis sebagaimana fungsi dan tugas awalnya diciptakan?

Bagaimanapun juga manusia diciptakan sebagai makhluk tritunggal. Kemanapun kita pergi, bagaimanapun kita berpikir, seperti apapun kita beraksi. Tetap keberadaan kita saat ini terbentuk berkat keterhubungan jasad, jiwa dan ruh.

Ketiganya ini akan senantiasa terhubung untuk menciptakan KESADARAN. Dengan kesadaran ini kita membuka jendela kehidupan. Akhirnya kita memiliki pikiran (jiwa). Hanya saja pikiran tidak akan pernah bisa berpikir tanpa otak (jasad). Begitu juga otak tidak bisa berpikir sendirian tanpa pikiran.  Sementara ruh adalah energi penghidup bersifat netral untuk menghidupi jiwa dan jasad kita.

Pertanyaan rumitnya: Apakah kita sudah sadar?

Baiklah sahabatku…  Pertanyaan ini sulit untuk dijawab dengan benar-benar sampai kita memahami tingkat kesadaran diri kita sendiri.  Setiap manusia memiliki layar kesadarannya masing-masing.

Layar kesadaran sendiri bukanlah bentuk yang baku. Setiap manusia memiliki pilihan untuk membentuk kesadarannya menjadi seperti apa dan bagaimana. Begitu juga kita memiliki pilihan untuk menggeser layar kesadaran diri sendiri.

Jadi kalau boleh dibilang sebenarnya tidak ada yang disebut ketidaksadaran. Setiap manusia adalah sadar dan memiliki kesadaran. Hanya saja, tingkat kesadaran tiap kita berbeda-beda. Bukan berarti saat ini kita tidaklah sadar. Hanya saja, ternyata ada layar kesadaran yang lebih tinggi yang sedang menunggu untuk kita lampaui. Dan pastinya kita tidak akan melampaui kesadaran yang lebih tinggi itu kecuali kita menggunakan kesadaran yang sekarang.

Untuk memilih layar kesadaran yang lebih tinggi bukan seperti melepas jubah untuk diganti dengan jubah yang baru. Tapi secara sadar memperbaiki jubah yang sekarang menjadi lebih indah untuk secara terus menerus kita gunakan.

Tidak ada kesadaran baru, yang ada hanyalah kesadaran lama yang terbarukan. Pada detik kita membaca kalimat ini, sebenarnya kita memang sudah memegang layar kesadaran itu. Sekali lagi, setiap manusia memiliki kesadaran. Tidak ada yang namanya ketidaksadaran diri.

Jadi sahabatku… Genggamlah! Eratkanlah cengkramannya dan jangan lepaskan. Bersama-sama, secara perlahan kita akan membawa komponen ini untuk berjalan menuju layar kesadaran yang lebih tinggi sampai nanti kita menuju inti kesadaran diri. 

Apakah itu inti kesadaran diri? – semoga ada waktu untuk kita membahasnya. Lagi pula waktu hanya ada berkat adanya energi yang berfluktuasi dalam ruang. Fluktuasi energi dalam ruang ini menghasilkan waktu. Jadi, waktu akan selalu ada selama kita (energi) ini terus bergerak dalam kesadaran.

Berhati-hatilah! Dan teruslah beraksi agar kita tidak mensia-siakan kesadaran ini, sampai nanti kita menuju inti kesadaran diri. 

Ingat saja dahulu untuk menuju inti kesadaran diri, maka kesadaran harus bangun di dalam bangun, bergerak di dalam bergerak, dan beraksi di dalam beraksi. Dan tidaklah kita melakukan ini kecuali bersama-NYA. 

Salam semesta

Copyright 2020 © www.pesansemesta.com

Lebih baru Lebih lama