SOLUSI AGAR IBADAH DAN BACAAN MAMPU MENGHASILKAN FREKUENSI OTAK GAMMA


 

Sahabatku... Kita sudah membahas sebelumnya kalau frekuensi gelombang otak gamma akan bergerak karena akal yang berpikir dan kenetralan batin yang terjaga.

Jadi sebenarnya mudah sekali menilai apakah ibadah atau bacaan keagamaan yang kita lakukan itu berdampak atau tidak memiliki dampak sama sekali?

Kuncinya adalah dengan menilai akal dan batin kita. Caranya sederhana; Jawab saja dua pertanyaan dibawah ini:

Pertama; Apakah akal kita sudah mulai tergerak untuk mempertanyakan ibadah atau bacaan yang sedang kita lakukan? Ataukah kita hanya melakukannya karena ketakutan atau karena sekedar mematuhi norma-norma keagamaan saja?

Kedua; Apakah batin kita sudah mampu membentuk diri yang netral dengan ibadah dan bacaannya sendiri? Dengan kata lain, apakah ibadah atau bacaan kita sudah membuat kita tentram, damai, bergerak tanpa kebencian, tanpa keraguan, tanpa ketakutan dan tanpa mendikte Sang Maha yang sedang kita sembah itu sendiri?

Kita bisa menemukan dan menjawab dua pertanyaan ini masing-masing sahabatku…

Dari dua pertanyaan yang kita disini kita bisa tahu, apakah ibadah atau bacaan yang sedang kita lakukan memiliki efek atau tidak memiliki efek sama sekali.

Kami tidak akan menjawab kalau ibadah atau bacaan-bacaan itu adalah kesia-siaan. Hidup ini adalah pilihan yang selama pilihan itu ada, maka selama itu kita harus menghargai setiap pilihan. Setiap pilihan akan membawa hasil sesuai persis dengan sebab akibat.

Saat kita berbicara efek, kita akan berbicara tentang ‘Hasil’ dan bukan angka pahala, apalagi itu level keimanan. Karena apabila efeknya saja sudah tidak terasa, maka bagaimana keimanan mampu diakui.

Begitu juga tentang pahala, seharusnya sebagai orang-orang yang mentuhankan Sang Maha yang diakui telah dituhankan, setiap manusia yang beribadah dan membaca atas namaNYA tidak lagi pernah mendikte pahala.

Itu karena kebaikan (pahala) dari setiap ibadah atau bacaan seharusnya langsung terasa. Segala sesuatu dalam hidup ini senantiasa selaras. Jadi kalau kita menyelaraskan sebab dengan akibatnya, maka kita pasti akan sampai pada hasilnya.

Jadi, apabila kita yang beribadah atau yang membaca tidak merasakan hasil apa-apa, maka sebenarnya itu bukan tentang ibadah atau bacaannya.

Misalkan saja tentang mensetting gelombang gamma. Kenapa kita belum sampai untuk membentuk gelombang otak itu saat melakukan Ibadah atau membaca bacaannya?

Jawabannya adalah karena kita belum melakukan sebabnya. Saat melakukan ibadah kita belum membawa akal yang memikirkan ibadahnya sendiri. Saat membaca kita tidak membawa akal yang mau memikirkan apa yang dibacanya sendiri.

Akhirnya otak kita yang sedang beribadah dan membaca hanya memutar neuron yang sama. Sama sekali tidak terjadi aktifitas thalamus yang aktif, otak justru menon-aktifkan thalamus karena tidak membutuhkannya.

Sekali lagi, sering kami ulang. Otak itu bekerja untuk selalu men-saving energi pemiliknya, Otak manusia butuh energi yang lebih kalau mereka harus terus menerus harus memikirkan hal-hal yang mereka biasa lakukan secara sadar.

Otak tidak akan membuang-buang energi untuk hal yang tidak Anda lakukan secara sadar. Semua ibadah dan bacaan yang kita lakukan dari kecil, sudah tersetting dalam pikiran bawah sadar.

Seseorang harus mengaktifkan akalnya saat melakukan ibadah atau bacaan untuk mengaktifkan frekuensi gelombang gamma. Karena frekuensi gelombang gamma hanya aktif dalam keadaan pikiran sadar seseorang.

Tanpa pikiran sadar, maka tidak aka nada gelombang gamma, semuanya hanya akan menjadi program yang terulang-ulang. Semoga bisa terpahami. Jadi solusinya pertama agar ibadah atau bacaan mampu menghasilkan frekuensi gamma adalah dengan mengaktifkan akal yang berpikir sadar.

Solusi kedua adalah kenetralan batin yang diaktifkan. Sahabatku… Seharusnya memang saat kita melakukan ibadah atau membaca bacaan batin menjadi netral dan hati menjadi tenang.  Tapi sayang harus diakui kalau itu tidak selalu terjadi. Kenapa?

Jawabannya adalah karena kekhusyuaan tidak dibawa. Apabila setiap ibadah dan setiap bacaan dibaca dengan kekhusyuan maka setiap ibadah dan bacaan akan sampai pada frekuensi gelombang otak gamma.

Bukankah sampai di solusi kedua ini pelajarannya akan selalu ada? Begitulah semesta, kita disini hanya untuk belajar dan melanjutkan pelajaran.

Pastinya sekarang kita butuh belajar untuk membentuk sepaket diri yang lengkap dengan kekhusyuan sejatinya sebelum melakukan ibadah atau bacaan agar segalanya bisa membawa hasil yang bermanfaat, dan bukan sekedar ketakutan atau pendiktean pahala, bukan begitu?

Hanya saja, apa itu kekhusyuan sejati dan bagaimana kita membentuknya?

Sahabatku… Anggap saja kalau satu pertanyaan diatas adalah babak baru dalam setiap ibadah yang masih dilakukan. Kita akan membahasnya nanti, sungguh sebuah jawaban yang manis dari semesta yang senantiasa mengajari.

Terimakasih untuk pertanyaan yang membawa pelajaran…

 

Salam Semesta

Copyright 2020 © www.pesansemesta.com

Lebih baru Lebih lama