BAGIMU KEYAKINANMU DAN BAGIKU KEYAKINANKU – PENJELASAN SAINTIFIK



Sahabatku… Setelah membaca penjelasan saintifik dalam tulisan ini. Mungkin kita akan menjadi sedikit lebih bijaksana untuk membiarkan orang lain dengan keyakinannya sendiri. Tanpa pernah lagi menuduh kalau seseorang itu tersesat atau menyimpang.

Akhirnya, kita bisa setingkat lebih netral melihat perbedaan keyakinan apapun. Termasuk keyakinan yang sedang kita yakini sendiri.

Sebenarnya tulisan ini sangat penting untuk kita pelajari bersama-sama. Sehingga paham-paham fanatisme dan radikalisme bisa dikendalikan. Sebuah pengendalian dari dalam jauh lebih efektif, ketimbang menyiapkan hukuman untuk sebuah tindakan yang tidak pernah terpahami alasannya.

Sahabatku... Pernahkah Anda berpikir; kenapa tiap kita bisa memiliki keyakinan dalam hidupnya?

Salah satu kesalahpahaman terbesar yang sering dipahami adalah bahwa keyakinan merupakan konsep intelektual yang statis. Padahal Keyakinan adalah pilihan. Sebagai sebuah pilihan, pastinya ada banyak sebab-akibat yang mendasari sebuah pilihan. Sumber-sumber kepercayaan termasuk lingkungan, peristiwa, pengetahuan, pengalaman masa lalu, visualisasi bisa menjadi alasan kuat yang mendasari sebuah keyakinan dipilih.

Bayangkan begini. Bayangkan kalau dari kecil Anda diajarkan warna matahari adalah putih. Tapi teman Anda melihat matahari sebagai warna orange. Apabila teman Anda menyakini warna matahari yang dilihat berbeda dengan Anda, maka itu menjadi keyakinannya berdasarkan pengalaman dan pemahaman mendasar dia sebagai individu.

Apakah dia telah melakukan kesalahan? Secara bijak dan adil kita harus menjawab tidak. Karena itu adalah keyakinannya, begitulah cara dia mengelola informasi didalam dirinya. Sampai nanti dia memikirkan ulang tentang keyakinan yang dia pilih.

Setiap orang memiliki kekuatan untuk memilih keyakinannya. Kesadaran manusia mampu mengelola begitu banyak informasi. Lalu secara bebas, tanpa ketentuan apapun, kita mengkonsepkan keyakin menjadi kenyataan.

Itulah kenapa keyakinan seseorang selalu bisa berubah dan berkembang. Keyakinan bukanlah tatanan baku. Asalkan seseorang mau menjadi terbuka dan mau menerima informasi lainnya, maka keyakinannya bisa berubah.

Secara biologis, keyakinan adalah bagian integral dari operasi otak. Keyakinan terbentuk dari semburan neurotransmitter.

Neurotransmitter dapat diistilahkan dengan kata-kata yang digunakan otak untuk berkomunikasi dengan pertukaran informasi yang terjadi secara terus-menerus, yang dimediasi oleh pembawa pesan molekuler yang secara dramatis mempengaruhi biokimia otak.

Dengan kata lain, keyakinan adalah ikatan molecular yang bekerja dalam tubuh. Jadi sangat lumrah apabila sebagian mereka yang memiliki keyakinan, fanatik dengan keyakinannya. Karena ini adalah reaksi biokimia otak dan tubuh mereka. Itulah sebabnya kita merasa terancam atau bereaksi ketika keyakinan kita ditentang oleh seseorang.

Dan inilah alasan dasar yang membuat seseorang mampu bertindak radikal dan ekstrim terhadap keyakinan orang lain yang berbeda. Alasannya, karena biologis tubuhnya merasa terancam.

Keyakinan berhubungan erat dengan biokimia otak dan tubuh seseorang. Jadi kimia tubuh pun akan selalu memproses setiap inputan-inputan yang berhubungan dengan keyakinan.

Penelitian menunjukan bahwa ada tiga struktur otak yang terlibat sebagai respons terhadap penilaian ancaman dan pertahanan diri: daerah itu adalah korteks prefrontal, ganglia basal dan bagian dari sistem limbik.

Namun manusia selalu diberi pilihan. Reaksi berlebihan yang timbul dari keyakinan ini bisa dikendalikan apabila seseorang mau berpikir dengan AKAL. Dengan berpikir menggunakan akal, seseorang akan mengaktifkan secara penuh area neurocortex untuk mengendalikan, serta membuka diri untuk menerima masukan sensorik kedalam otak untuk merubah persepsi.

Masukan sensorik yang kita terima akan menjalani proses penyaringan saat mereka bergerak melintasi satu atau lebih sinapsis, yang akhirnya mencapai area pemrosesan yang lebih tinggi, seperti lobus frontal. Di sana, informasi sensorik diproses oleh otak kita secara sadar.

Dalam otak manusia reseptor pada membran sel bersifat fleksibel, yang dapat mengubah sensitivitas dan konformasi. Jadi kita bisa merubah mode kerja otak dari sadar, menjadi mode program dimana keyakinan tertanam disitu. Begitu sebaliknya.

Dengan kata lain, bahkan ketika kita merasa memiliki keyakinan yang kuat akan sesuatu hal, selalu ada potensi biokimia untuk perubahan. Itulah kenapa disebutkan diatas bahwa keyakinan bukanlah konsep intelektual yang statis. Keyakinan seseorang memang bisa berubah, selama dia memilih untuk mengubah pikirannya.

Jadi kita bisa memilih untuk mengikuti biokimia tubuh kita yang terancam, atau mencoba membuka diri untuk menerima informasi, agar sedikitnya perspektif kita menjadi flexibel. Sehingga otak dan tubuh kita tidak merasa terancam lagi dengan yang namanya perbedaan berkeyakinan.

Akal mampu melakukan penggeseran persepsi. Pergeseran persepsi adalah pra-syarat untuk mengubah keyakinan, yang karenanya mengubah biokimia tubuh kita secara menguntungkan.

Ketika kita secara sadar membiarkan persepsi yang lebih baru masuk ke otak dengan mencari pengalaman baru, mempelajari pengetahuan atau informasi baru dan mengubah perspektif, tubuh kita dapat merespons dengan cara-cara yang lebih baru.

Akhirnya kita tidak terancam apabila ada seseorang yang berbeda keyakinan dengan kita. Dan kita juga bisa menghargai keyakinan seseorang yang berbeda dengan berkata “Bagimu keyakinamu dan bagiku keyakinanku”

Sekarang mari kita menutup pembahasan ini dengan satu pertanyaan yang lebih seru. Pertanyaannya adalah “Apa itu kebenaran?”

Kalau keyakinan adalah hal yang selalu kita anggap benar. Tetapi, ternyata pada keniscayaannya, apapun hal paling benar yang kita yakini itu hanyalah ikatan-ikatan neuron yang bisa dirubah, dimodifikasi, dan dikendalikan. Lalu apa itu kebenarannya sahabatku…?

Apabila kita begitu percaya, kalau keyakinan kita yang selalu harus benar ini dibentuk oleh Dzat Maha. Namun ternyata Dzat Maha, pada keniscayaan bentukanNYA membentuk keyakinan seperti yang barusan kita pelajari. Lalu, apakah itu kebenaran?

Sahabatku… Biarkan pertanyaan ini untuk tetap menjadi pertanyaan. Maka itulah kebenaran.

Kebenaran tidak mengenal benar dan salah. Kebenaran melewati keduanya. Itulah kenapa kebenaran tidak bisa terbantahkan oleh keyakinan.

 

Salam Semesta

Copyright 2021 © www.pesansemesta.com

 Subscribe : https://www.youtube.com/c/pesansemesta

Lebih baru Lebih lama