KENAPA KITA TIDAK MEMILIKI KEKUATAN SUPER?
September 27, 2021
Pernah berpikir kenapa kita tidak
bisa melihat peristiwa tanpa kehadiran fisik? Melihat dimensi yang tidak
terlihat? Memahami suara binatang? Memprediksi pergerakan bumi? Mengetahui apa yang
dirasakan oleh orang lain atau membaca pergerakan pikiran mereka? Atau kenapa
kita tidak memiliki kemampuan pengetahuan tanpa batas secara instant tanpa
berpikir?
Buat sebagian kita ini semua
hanya khayalan komik belaka. Namun padahal sebenarnya apa yang tadi kami
sebutkan diatas dalam dunia medis, dikenal sebagai Extrasensory Perception
(ESP) yaitu kemampuan dasar manusia yang terbukti ada, tapi tidak berkembang.
Jadi, dahulu pada saat kita masih
balita kemampuan ESP ini berkembang sangat pesat. Namun seiring waktu kita tumbuh,
justru kemampuan ini berkurang drastis.
Dimana saat kita beranjak dewasa
Extrasensory Perception (ESP) kekuatannya akan berkurang sebanyak 60-75%
lantaran berbagai macam faktor salah satunya yang paling umum adalah lingkungan
yang berpikir itu merupakan ketidaknormalan yang tabu untuk dipertahankan.
Selain pandangan yang
mendegradasi kemampuan tubuh. Ada juga beberapa alasan yang memang turut
mendowngradekan kesempurnaan manusia itu sendiri.
Kalau sekarang kita bertanya
kenapa kita tidak memiliki kemampuan-kemampuan normal dan wajar seperti diatas,
alasannya adalah karena beberapa hal :
1# Jasad yang kemampuannya terus
menurun
Sahabatku… Harus diakui, kalau
selama beberapa generasi. Jasad kita merosot dan ber-evolusi ke bentuk yang
lebih buruk. Alasannya terlalu jelas; Makanan dan minuman yang diolah buruk,
udara yang buruk, tanah yang kehilangan kualitasnya, kimia yang sengaja
diciptakan untuk keuntungan, pola hidup dan keseimbangan jiwa yang tidak
terarah.
Ini semua membuat kita merosot.
Saat jasad kita merosot dalam kualitas, jangankan untuk melatih ESP bahkan
memaksimalkan panca indra lahiriah pun akan susah. Mata yang merabun.
Pendengaran yang melemah. Indra pengecap yang terkontaminasi dan indra perabaan
yang kurang akurat.
Solusinya saat ini adalah, dengan
mencoba perbaiki jasad ini ketahap normal yang seharusnya terlebih dahulu.
Normalnya jasad kita adalah jasad
terbaik. Begitu juga dengan jiwa yang mengoperasikan jasad, harusnya jiwa kita
adalah jiwa yang terbaik juga. SANG PEMBUAT pada awalnya tidak memberikan dan
membuatkan kita apa-apa selain kebaikan.
2# Anggota dan komponen jasad yang tidak dikuasai
dan tidak dilatih
Jujur saja, pengetahuan kita akan
jasad sendiri masih terlalu minim, atau bahkan sangat minim. Dan jujur saja ini
sangat wajar. Karena dalam masa belajar di sekolah kita hanya belajar untuk
mendapatkan nilai A di bidang biologi atau fisika. Dan bukan untuk paham dan
memanfaatkan kepahaman. Kalaupun paham, sebagian kita hanya menjual kepahaman
kita untuk berlembar-lembar uang bukan kemakmuran.
Kemakmuran disini adalah
kemakmuran jasad kita sendiri. Akhirnya, beginilah kita. Ibarat seseorang yang
mengendarai mobil tanpa mengenal apa itu bedanya dan kapan menggunakan gigi 1-5
dan 6. Sehingga mobil yang kita tunggangi itu meluncur bebas dalam kebingungan
arah dan tujuan.
Sahabatku… Kita semua harus
belajar kembali untuk memakmurkan jasad ini. Lalu perlahan-lahan kita melatih
kembali jasad ini agar kembali kedalam wujud terbaik yang dibuatNYA.
Extrasensory Perception (ESP) dalam diri seseorang akan perlahan tertutup
dan mati apabila terbengkalai dan tidak pernah dilatih untuk diaktifkan.
3# Penilaian manusia yang salah
Apa itu mistis? Apakah bagi kita
beberapa jenis utama Extrasensory Perception (ESP) yang kami singkat diatas
adalah ke-anehan, sesuatu yang berhubungan dengan jin, sesuatu yang syirik,
sesuatu yang tabu?
Sahabatku… Kita sering menilai
sesuatu yang berbeda karena kita bahkan tidak mengetahui informasi apa-apa
terhadap apa yang kita nilai.
Sebenarnya ini karena kita tabu
untuk sesuatu yang tidak sama dengan diri kita. Padahal perbedaan adalah
keniscayaan yang diciptakan. Akhirnya kita tidak netral dengan penilaian kita.
Padahal penilaian kita itu adalah pengkerdilan diri kita sendiri. Kita
mengkerdilkan kemampuan SANG PEMBUAT untuk membuat yang Maha Sempurna dan yang
Maha Baik.
Sahabatku… Bukankah kita memang
mengimani kalau Dzat Maha menciptakan kita dalam sebaik-baik rupa dan bentuk?
Lalu apa itu penilaian-penilaian kita?
4# Kehilangan arah untuk mengenal
diri dan jati diri yang sebenarnya
“Siapa yang tidak mengenal
dirinya maka tidak mengenal Tuhannya” bukankah kita terbiasa mendengarnya dan
tetap saja menenggelamkan diri dalam aroma ketidakmengertian akan diri dan ketidakmengenalan
akan jati diri.
Pertanyaannya menjadi sederhana:
Bagaimana kita bisa mengetahui sebuah keagungan kalau kita jauh dari sumbernya?
Akhir kata sahabatku…
CARA MENGAKTIFKAN KEKUATAN SUPER MANUSIA
pada jasad adalah dengan kembali mengenal jati diri, mempelajari jasad,
mengendalikan nafsu, mengendalikan pikiran dan ketenangan jiwa, meningkatkan
spiritualitas dengan senantiasa membenahi iman dan ketakwaan diri, tidak menebar
kebencian dan penilaian, membersihkan hati nurani dengan mengingat kembali
keagungan penciptaan diri, terakhir mentafakurkan serta mentadaburkan kembali
semesta yang ada didalam diri sambil merasakan kebersamaan bersamaNYA.
Anugerah Extrasensory Perception
(ESP) sejak kita lahir sudah ada dalam diri kita tanpa perlu dicari keluar.
Hanya perlu waktu untuk diri kita menemukan diri kita sendiri dan menerima diri
atas apa yang seharusnya kita miliki.
Setiap manusia mempunyai proses
dan mempunyai pilihan juga apakah akan terus berproses atau berhenti berproses.
Peningkatan jasad adalah sebuah pilihan, kita bebas memilihnya.
Cukup pastikan kita memilih dalam
kenetralan. Kita memilih untuk kembali menjadi super human bukan karena sebuah
cap SUPER melainkan untuk sebuah manfaat yang bisa kita sebar sebagai semesta.
Kalaulah kesempurnaan jasad ini
adalah anugerahNYA kepada seluruh manusia agar bisa menyempurnakan tugasnya
sebagai khalifah diatas muka Bumi, maka bagian mana lagi yang akan kita
dustakan dari anugerahNYA ini?
Salam Semesta
Copyright © www.pesansemesta.com
RAHASIA AGAR SETIAP ILMU BER-MANFAAT SEHINGGA BISA MENJADI AMAL YANG DITINGGALKAN
September 21, 2021
Seorang sahabat bertanya “Bagaimana caranya meninggalkan
ilmu agar bisa bermanfaat?”
Caranya, adalah dengan mensyukuri setiap ilmu yang ter-terima
dan janganlah pernah setitik pun menyombongkannya.
Kesombongan itu muncul dari rasa kepemilikan yang tinggi.
Saat seseorang merasa begitu memiliki ilmunya. Maka ilmunya akan menjadi
gerbang kesombongan yang besar.
Sahabatku… Tulisan ini merupakan sebuah jawaban yang halus
dan juga keras.
Dikatakan halus, karena setiap saat seseorang akan
senantiasa ber-ilmu. Dalam semesta ini, ilmu itu tidak pernah ditemukan.
Melainkan segalanya adalah ilmu. Kita yang berjalan dilautan ilmu ini, adalah
seorang pelajar.
Jadi setiap kita hidup sebagai seorang pelajar. Setiap pelajar
memiliki pilihan untuk belajar atau tidak belajar. Itulah kenapa, memang manusia
akan terus ditakdirkan menjadi manusia yang ber-ilmu selama dirinya belajar.
Pertanyannya; Saat kita mulai menjadi ber-ilmu, maka akan di-apa-kan
keilmuan itu? Inilah bagian kerasnya, yaitu sebuah aplikasi. Dalam aplikasinya
setiap yang ber-ilmu memiliki dua pilihan; Pilihan pertama, ilmu itu dijadikan
pintu ke-syukuran. Pilihan kedua, ilmu itu dijadikan pintu ke-sombongan.
Lalu, apa saja itu tanda manusia telah memilih menyombongkan
ilmunya :
#Tanda pertama: Ilmu
dipakai untuk membenarkan diri
Sahabatku… Ilmu itu akan senantiasa berubah. Dimana ilmu itu
tidak pernah utuh. Bagaimana pun utuhnya dan sempurnya ilmu. Tetap ada masa-nya
ilmu itu harus ditingkatkan, diupdate dan direvisi terus-menerus dari generasi
ke generasi.
Menggunakan ilmu untuk pembenaran akan menjadi kendala pada
keniscayaan ilmu itu sendiri. Itulah kenapa kita harus berendah diri untuk
tidak menggunakannya sebagai sebuah pembenaran. Apalagi untuk membenarkan
kelompok dan diri sendiri.
Pilihan ini sebenarnya sangat spiritual. Kalau lah semesta
ini adalah ilmuNYA Dzat Maha Ilmu dan ilmuNYA Dzat Maha Benar. Maka memang
tidak ada yang sanggup membatasi keduanya kecuali Pemiliknya sendiri bukan?
Jadi, memendam diri untuk tidak mencoba menjadi sang maha
benar dalam keilmuan apapun, akan menjadi pilihan jiwa yang merendah diri
dihadapan Sang Pemilik ilmu.
Ini penting sahabatku… Karena apabila, seseorang belum mampu
merendah diri dihadapan Dzat Yang Membentuk dirinya sendiri. Maka seseorang itu
akan sulit merendah dihadapan manusia. Hasilnya, dirinya akan senang untuk
menggunakan ke-ilmuannya untuk memperdebatkan pemahaman. Dan inilah tanda
kesombongan yang kedua.
#Tanda kedua: Ilmu
dipakai untuk memperdebatkan pemahaman
Sahabatku… Dalam perdebatan selalu harus ada kubu yang
menang. Jadi memang debat hanyalah tentang menang atau kalah. Boleh bisa kita
berkata di awal kalau debat ini tentang pertukaran keilmuan.
Tapi kalau boleh jujur sahabatku… Haruskah keilmuan
dimenangkan atau dikalahkan? Haruskah kita merasa menang diatas keilmuan
seseorang yang masih cetek? Haruskah kita tersenyum diatas seseorang yang
dikerdilkan keilmuannya? Jawaban sopannya tetap tidak.
Kehidupan adalah kesempatan bagi tiap pelajar untuk belajar.
Hasilnya adalah tiap kita menerima ilmuNYA Dzat Maha. Itulah kenapa kita memang
sudah harusnya menghargai keilmuan seseorang dan bukan mendebatkannya. Karena perdebatan
yang paling baik adalah pembuktian aksi.
Kita adalah semesta. Kita adalah bagian semesta. Kontribusi
kita sebagai semesta adalah dengan amal perbuatan. Bukan sekedar ribuan
kata-kata perdebatan. Karena tanpa butuh perdebatan kita ini adalah ilmu-NYA
bukan? Sesungguhnya Dzat Maha telah menganugerahkan dan mengatur hidup kita
tanpa perdebatan, melainkan hanya aksi nyata.
Semesta ini terbentuk tanpa perdebatan. Jantung ini berdetak
tanpa perdebatan. Matahari terbit dan terbenam tanpa perdebatan.
Maka itu, silahkan perdebatan itu dimulai dengan satu aksi
kecil, bukan satu kata besar. Satu aksi kecil adalah ketundukan, karena telah
melakukan sesuatu dengan apa yang telah dianugerahkan-NYA, yaitu ilmuNYA.
#Tanda ketiga: Ilmu tidak
ditukar untuk kemakmuran semesta
Kemakmuran diperoleh oleh satu aksi, yaitu memakmukan. Me-makmur-kan
adalah memfungsingkan diri untuk kehidupan, bukan untuk keuntungan. Kita
memakmurkan kalau kita sudah bisa berperan untuk kehidupan semesta, bukan
sekedar berperan untuk mencari keuntungan bagi diri sendiri.
Kalau sinar matahari menyinari seluruh wajah manusia. Maka
begitulah kita harus juga bersinar untuk seluruh wajah manusia, tanpa mengenal
kata imbalan.
Jelas kemakmuran adalah satu kata besar yang butuh
pembuktian nyata. Dan inilah fungsi ilmu dan ber-ilmu, yaitu untuk memakmurkan.
Saat membicarakan me-makmur-kan, bukan membicarakan hak,
melainkan kewajiban. Ilmu itu selalu tentang kewajiban sahabatku... Bukan lagi
mana hak yang akan saya terima dari ilmu ini? Tapi apa kewajiban saya dengan
ilmu ini?
Ilmu itu sendiri sudah menjadi hak yang sudah kita terima,
dan sekarang tinggal kewajiban kita saja, yaitu untuk menggunakannya untuk
kemakmuran. Perhatikanlah, bukankah sekarang polanya sudah dibalik. Berbondong-bondong
kita menimba ilmu untuk menerima hak. Bahkan disaat hidup pun kita masih
berpikir hak apa yang akan kita dapat nanti setelah meninggal dari manfaatnya ilmu ini.
Akuilah sahabatku… Tidak apa, kita memang masih begitu sibuk
mencari hak yang diterima. Akhirnya masing-masing kita hanya sibuk mengumpulkan
keuntungan. Bahkan saat meninggal pun kita masih sibuk mengais keuntungan dari
apa yang telah kita tinggalkan, bukan begitu?
Pasalnya, kemakmuran tidak untuk mencari keuntungan pribadi,
kelompok atau golongan. Kemakmuran adalah kehidupan untuk kehidupan.
Karena seluruhnya ada dalam kehidupan SANG PENCIPTA maka
merupakan keniscayaan semesta untuk bergerak sesuai penciptanya, yaitu kehidupan
untuk kehidupan. Dan inilah yang kita lupakan sahabatku…
Kita lupa kalau ilmu yang kita pelajari ini adalah tentang
kehidupan untuk kehidupan. Dimana dengan ilmu ini seharusnya kita TIDAK hanya
sangat peduli untuk me-makmur-kan kehidupan kita sendiri, tetapi juga harus
peduli untuk me-makmur-kan kehidupan lain.
Sehingga kita tidak menjadikan ilmuNYA berperan dalam peran egoisme
yang sempit. Dimana kita hanya menjadikan ilmuNYA sebagai keuntungan, dan bukan
kemakmuran. Dimana akhirnya sifat rahmat ilmuNYA bagi semesta alam pun hilang. Kesombongan
dari kepemilikan ilmu muncul. Lalu mensyukuri ilmu pun menjadi teramat susah.
Susah, karena mensyukuri ilmu itu bukan dengan mengucapkan
terimakasih kepada Dzat Maha Ilmu yang sudah menjadikan kita ber-ilmu. Bukan
pula mencoba membalas anugerahNYA dengan perbuatan baik seperti sedekah atau
acara berbagi yang kita berikan atas namaNYA.
Mensyukuri ilmu yang sebenarnya adalah lebih BESAR, yaitu kita
menjadikan diri sebagai gerbang Sang Sumber Ilmu. --- Sungguh tak terbayangkan besarNYA bukan? Dimana
yang besar itu sebenarnya bukan ilmuNYA. Melainkan sumber ilmu itu sendiri. Jadi mohon
mulai sekarang jangan diremehkan hal besar ini.
Mulai sekarang kita akan paham, kalau tidak ada ilmu yang
master atau tidak master. Tidak ada ilmu yang sederhana atau tidak sederhana. Karena
keseluruhan ilmu, baik yang master atau tidak master. Baik yang sederhana atau
yang tidak sederhana hanya bersumber dariNYA.
Jadi setiap pelajar yang berilmu itu sedang memegang sebuah
tanda ke-Maha Besaran Sang Alim. Yang mana isi genggaman itu bukan untuk sebuah
kepemilikan yang disombongkan. Melainkan untuk disyukuri, yaitu untuk dijadikan
rahmat bagi semesta alam.
Itulah kenapa dengan mensyukuri ilmu, maka kita akan menutup
pintu-pintu kesombongan. Karena kita telah berhasil dengan sengaja menutup pintu-pintu kepemilikian. Lalu kita
hanya memilih fokus pada satu titik yang sibuk, yaitu untuk mengaplikasikan ilmuNYA ini
untuk memakmurkan, yaitu untuk menjadi rahmatNYA bagi semesta alam.
Akhirnya kemakmuran bisa tersebar dengan seharusnya dengan
sumber ilmuNYA. Sangat besar, dan memang kita sudah terlampau menjauh dari yang
seharusnya ini sahabatku… Seperti semut kecil yang tersesat di planet mars untuk mengais tanah
demi menumbuhkan kembali air.
Namun tidak ada salahnya kita memulainya sekali lagi. Karena
dalam ilmuNYA ini tidak ada hal kecil. Segala yang kecil adalah kebesaran yang
seharusnya. Sebuah pengingat keras kalau memang sudah seharusnya dalam IlmuNYA ini
tertunduklah segala semesta kepada Pencipta Sang Sumber Ilmu.
Salam semesta
Copyright 2021 © www.pesansemesta.com
BAGIMU KEYAKINANMU DAN BAGIKU KEYAKINANKU – PENJELASAN SAINTIFIK
September 16, 2021
Sahabatku… Setelah membaca penjelasan saintifik dalam tulisan ini. Mungkin kita akan menjadi sedikit lebih bijaksana untuk membiarkan orang lain dengan keyakinannya sendiri. Tanpa pernah lagi menuduh kalau seseorang itu tersesat atau menyimpang.
Akhirnya, kita bisa setingkat
lebih netral melihat perbedaan keyakinan apapun. Termasuk keyakinan yang sedang
kita yakini sendiri.
Sebenarnya tulisan ini sangat
penting untuk kita pelajari bersama-sama. Sehingga paham-paham fanatisme dan
radikalisme bisa dikendalikan. Sebuah pengendalian dari dalam jauh lebih
efektif, ketimbang menyiapkan hukuman untuk sebuah tindakan yang tidak pernah
terpahami alasannya.
Sahabatku... Pernahkah Anda
berpikir; kenapa tiap kita bisa memiliki keyakinan dalam hidupnya?
Salah satu kesalahpahaman
terbesar yang sering dipahami adalah bahwa keyakinan merupakan konsep
intelektual yang statis. Padahal Keyakinan adalah pilihan. Sebagai sebuah
pilihan, pastinya ada banyak sebab-akibat yang mendasari sebuah pilihan. Sumber-sumber
kepercayaan termasuk lingkungan, peristiwa, pengetahuan, pengalaman masa lalu,
visualisasi bisa menjadi alasan kuat yang mendasari sebuah keyakinan dipilih.
Bayangkan begini. Bayangkan kalau
dari kecil Anda diajarkan warna matahari adalah putih. Tapi teman Anda melihat
matahari sebagai warna orange. Apabila teman Anda menyakini warna matahari yang
dilihat berbeda dengan Anda, maka itu menjadi keyakinannya berdasarkan
pengalaman dan pemahaman mendasar dia sebagai individu.
Apakah dia telah melakukan
kesalahan? Secara bijak dan adil kita harus menjawab tidak. Karena itu adalah
keyakinannya, begitulah cara dia mengelola informasi didalam dirinya. Sampai
nanti dia memikirkan ulang tentang keyakinan yang dia pilih.
Setiap orang memiliki kekuatan
untuk memilih keyakinannya. Kesadaran manusia mampu mengelola begitu banyak
informasi. Lalu secara bebas, tanpa ketentuan apapun, kita mengkonsepkan keyakin
menjadi kenyataan.
Itulah kenapa keyakinan seseorang
selalu bisa berubah dan berkembang. Keyakinan bukanlah tatanan baku. Asalkan seseorang
mau menjadi terbuka dan mau menerima informasi lainnya, maka keyakinannya bisa
berubah.
Secara biologis, keyakinan adalah
bagian integral dari operasi otak. Keyakinan terbentuk dari semburan
neurotransmitter.
Neurotransmitter dapat
diistilahkan dengan kata-kata yang digunakan otak untuk berkomunikasi dengan
pertukaran informasi yang terjadi secara terus-menerus, yang dimediasi oleh
pembawa pesan molekuler yang secara dramatis mempengaruhi biokimia otak.
Dengan kata lain, keyakinan
adalah ikatan molecular yang bekerja dalam tubuh. Jadi sangat lumrah apabila
sebagian mereka yang memiliki keyakinan, fanatik dengan keyakinannya. Karena
ini adalah reaksi biokimia otak dan tubuh mereka. Itulah sebabnya kita merasa
terancam atau bereaksi ketika keyakinan kita ditentang oleh seseorang.
Dan inilah alasan dasar yang
membuat seseorang mampu bertindak radikal dan ekstrim terhadap keyakinan orang
lain yang berbeda. Alasannya, karena biologis tubuhnya merasa terancam.
Keyakinan berhubungan erat dengan
biokimia otak dan tubuh seseorang. Jadi kimia tubuh pun akan selalu memproses
setiap inputan-inputan yang berhubungan dengan keyakinan.
Penelitian menunjukan bahwa ada
tiga struktur otak yang terlibat sebagai respons terhadap penilaian ancaman dan
pertahanan diri: daerah itu adalah korteks prefrontal, ganglia basal dan bagian
dari sistem limbik.
Namun manusia selalu diberi
pilihan. Reaksi berlebihan yang timbul dari keyakinan ini bisa dikendalikan
apabila seseorang mau berpikir dengan AKAL. Dengan berpikir menggunakan akal, seseorang
akan mengaktifkan secara penuh area neurocortex untuk mengendalikan, serta membuka
diri untuk menerima masukan sensorik kedalam otak untuk merubah persepsi.
Masukan sensorik yang kita terima
akan menjalani proses penyaringan saat mereka bergerak melintasi satu atau
lebih sinapsis, yang akhirnya mencapai area pemrosesan yang lebih tinggi,
seperti lobus frontal. Di sana, informasi sensorik diproses oleh otak kita
secara sadar.
Dalam otak manusia reseptor pada
membran sel bersifat fleksibel, yang dapat mengubah sensitivitas dan konformasi.
Jadi kita bisa merubah mode kerja otak dari sadar, menjadi mode program dimana
keyakinan tertanam disitu. Begitu sebaliknya.
Dengan kata lain, bahkan ketika
kita merasa memiliki keyakinan yang kuat akan sesuatu hal, selalu ada potensi
biokimia untuk perubahan. Itulah kenapa disebutkan diatas bahwa keyakinan
bukanlah konsep intelektual yang statis. Keyakinan seseorang memang bisa
berubah, selama dia memilih untuk mengubah pikirannya.
Jadi kita bisa memilih untuk
mengikuti biokimia tubuh kita yang terancam, atau mencoba membuka diri untuk
menerima informasi, agar sedikitnya perspektif kita menjadi flexibel. Sehingga
otak dan tubuh kita tidak merasa terancam lagi dengan yang namanya perbedaan
berkeyakinan.
Akal mampu melakukan penggeseran
persepsi. Pergeseran persepsi adalah pra-syarat untuk mengubah keyakinan, yang karenanya
mengubah biokimia tubuh kita secara menguntungkan.
Ketika kita secara sadar
membiarkan persepsi yang lebih baru masuk ke otak dengan mencari pengalaman
baru, mempelajari pengetahuan atau informasi baru dan mengubah perspektif,
tubuh kita dapat merespons dengan cara-cara yang lebih baru.
Akhirnya kita tidak terancam
apabila ada seseorang yang berbeda keyakinan dengan kita. Dan kita juga bisa
menghargai keyakinan seseorang yang berbeda dengan berkata “Bagimu keyakinamu
dan bagiku keyakinanku”
Sekarang mari kita menutup pembahasan
ini dengan satu pertanyaan yang lebih seru. Pertanyaannya adalah “Apa itu kebenaran?”
Kalau keyakinan adalah hal yang
selalu kita anggap benar. Tetapi, ternyata pada keniscayaannya, apapun hal paling
benar yang kita yakini itu hanyalah ikatan-ikatan neuron yang bisa dirubah,
dimodifikasi, dan dikendalikan. Lalu apa itu kebenarannya sahabatku…?
Apabila kita begitu percaya,
kalau keyakinan kita yang selalu harus benar ini dibentuk oleh Dzat Maha. Namun
ternyata Dzat Maha, pada keniscayaan bentukanNYA membentuk keyakinan seperti
yang barusan kita pelajari. Lalu, apakah itu kebenaran?
Sahabatku… Biarkan pertanyaan ini
untuk tetap menjadi pertanyaan. Maka itulah kebenaran.
Kebenaran tidak mengenal benar
dan salah. Kebenaran melewati keduanya. Itulah kenapa kebenaran tidak bisa
terbantahkan oleh keyakinan.
Salam Semesta
Copyright 2021 © www.pesansemesta.com
APAKAH TERAPI HEALING ENERGY BENAR BISA MENYEMBUHKAN? --- JAWABAN SAINTIFIK
September 08, 2021
Sahabatku… Tulisan ini bukanlah
pembenaran. Tetapi hanya sekedar berbagi informasi yang kurang diketahui oleh
kita tentang Healing Energy. Banyak yang masih berpikir, kalau terapi healing
energy adalah hal yang mistis.
Sebenarnya, tidak ada yang
benar-benar mistis dalam hidup ini. Ke-ghaiban hanyalah porsi manusia yang
tidak bisa menguasai informasi secara menyeluruh. Ini terjadi, karena belum
banyak mereka yang bisa menjelaskan dan mau mempelajari hal ini secara saintifik.
Dan itulah yang menjadi alasan, kenapa
healing energy selalu dikaitkan atau sengaja dikaitkan dengan hal-hal gaib. Padahal
sama sekali tidak. Cara kerja healing energy itu 100% bisa dijelaskan secara ilmiah.
Karenanya, izinkan kami menjelaskannya disini.
Sebelumnya harap dipahami kalau
kami tidak membuat statement, kalau healing energy bisa terbukti menyembuhkan.
Kesembuhan adalah hal paling kompleks dari bagaimana tubuh, sebagai mesin organik
mempertahankan sistemnya untuk bekerja optimal.
Jadi disini kami hanya ingin
memberi pencerahan secara saintifik kalau iya betul, healing energy terbukti secara
ilmiah, bisa bekerja untuk memperbaiki system tubuh pada level yang lebih dalam,
yaitu masuk kedalam system penyusun molecular.
Dan sudah menjadi kenicyaan
apabila system molecular tubuh bisa diperbaiki, maka kemungkinan bagi tubuh
untuk kembali bekerja optimal semakin meningkat. Akhirnya tubuh bisa fokus memperbaiki
dirinya sendiri.
Setiap sel tubuh terbentuk dari
molekul-molekul rumit yang harus dijaga seimbang. Setiap molekul terbentuk dari
atom, sementara atom terbentuk dari getaran energy, dan pada ranah inilah
healing energy bekerja, yaitu pada level kuantum.
Mungkin bagi sebagian kita masih ada
yang bertanya tentang, apa itu healing energy?
Jadi begini, healing energy adalah
metode untuk mengirimkan energy penyembuhan ke tubuh pasien melalui tangan
seorang praktisi untuk memulihkan atau menyeimbangkan medan energy tubuh. Atau bisa
juga dilakukan melalui jarak jauh, berdasarkan quantum entanglement atau
hubungan energetis.
Perlu diketahui, kalau tubuh manusia
adalah medan energy yang besar. Kita bisa menyebutnya dengan nama Bio-electric
magnetic field atau istilah mudahnya aura. Semua materi termasuk manusia
terus-menerus bertukar getaran dengan panjang gelombang yang berbeda-beda. Getaran
gelombang energy magnetis inilah yang memancarkan aura.
Dengan kata lain, aura adalah energi
tubuh yang dihasilkan oleh Anda dan memancar di sekitar Anda, sesuai persis
dengan bagaimana energy Anda bergetar.
Itulah kenapa aura akan selalu
menjadi bagian dari spectrum elektromagnetik yang mengelilingi kita. Makanya aura
sendiri bisa diibaratkan dengan keberadaan diri.
Masalahnya memang, jarang tersadari
kalau aura diri kita ini memiliki makna dan juga memberi makna. Dimana getaran energy
diri kita ini mempengaruhi kita dan sekitar kita, meskipun kita tidak
melihatnya atau menyadari keberadaannya sekalipun.
Jadi salah besar kalau kita masih
mengira, aura hanyalah lingkaran cahaya yang mengelilingi tubuh. Aura memiliki
fungsi lebih dari sekedar cahaya yang bisa dilihat. Pada dasarnya aura bisa
menjadi pendeteksi emosi dan penyakit pada manusia yang terbaik di dunia.
Boleh tidak percaya, tapi aura dapat
menunjukkan "Anda yang sebenarnya" tidak peduli seberapa keras Anda
mencoba menyembunyikannya. Dengan menterjemahkan gelombang getaran energy tubuh
Anda kedalam angka frekuensi, maka kita bisa mendeteksi penyakit atau perasaan
yang sedang Anda rasakan secara akurat.
Ini seiring dengan persamaan
Albert Einstein paling terkenal yang mengatakan bahwa energi dan materi adalah
dua sisi dari mata uang yang sama. Itulah kenapa healing energy BENAR bisa bekerja.
Karena kalau kita mampu memperbaiki energynya, maka kita akan mampu memperbaiki
bagian yang terlihatnya.
Dengan mengirimkan energy penyembuhan
yang positif ke tubuh, maka perlahan tapi pasti kita bisa kembali menyeimbangkan
medan energy tubuh untuk kesehatan yang lebih baik. Di dalam dan di luar tubuh
kita terdiri dari energi.
Sudah menjadi keniscyaan kalau
semuanya adalah energy, bergerak sebagai energy dan membentuk energy. Begitulah
apa adanya semesta kita ini.
Tubuh kita sendiri adalah energy yang
memproses energy. Baik makanan atau pikiran adalah bentuk lain dari energy. Selain
makanan yang kurang sehat. Faktanya sebagian besar dari semua penyakit dimulai
dari pikiran.
Pikiran tidak bisa dihentikan, pikiran
yang diproyeksikan adalah bagian dari kesadaran manusia. Itulah kenapa, meski
hanya sekumpulan informasi. Namun pikiran menjadi representasi holografik dari
tubuh manusia. Pikiran yang dikelola manusia, terus memancar menjadi getaran
gelombang energy yang mempengaruhi kesejahteraan dirinya dan sekitarnya.
Sayangnya lagi, manusia tidak
terlalu pintar untuk mengatur aliran pikirannya. Itulah kenapa dalam praktek healing
energy, sebenarnya seorang terapis hanya membantu mengirimkan energy positif,
dengan niat tulus untuk memperbaiki getaran gelombang energy yang baik ke tubuh
pasien.
Sehingga perlahan-lahan
ketenangan batin bisa dirasakan oleh pasien. Dalam dunia biologi, ketenangan
batin itu bisa terasa karena tubuh berhasil memproduksi endorfin.
Endorfin adalah peptida opioid,
memiliki banyak aktivitas seperti stimulasi kekebalan, anti-inflamasi,
aktivitas penghilang stres, anti-penuaan, dan perubahan ekspresi gen, dapat
digunakan untuk mengobati banyak penyakit seperti kanker, penyakit autoimun,
dan penyakit menular.
Misalnya saja sudah terbukti
kalau sel imun memproduksi endorfin pada tempat inflamasi yang mampu mengurangi
inflamasi dengan memproduksi sitokin.
Selain itu endorphin juga
memiliki penyembuh holistik alami dengan mengaktifkan sel-sel kekebalan seperti
makrofag, sel NK, limfosit T dan B yang memproduksi IFN-ϒ, Opsonin, granzyme –B
yang terlibat dalam aktivitas antivirus, antitumor, anti-inflamasi, dan
apoptosis.
Endorfin juga efektif mengurangi
stres dengan mengurangi kortisol dan berperan merangsang pelepasan dopamin yang
bertanggung jawab atas euforia, menghambat rasa sakit, dan ketenangan pikiran.
Masuk lebih dalam Beta-endorfin
juga dapat digunakan dalam pengobatan penyakit autoimun dengan mengurangi
pelepasan kortisol yang dimediasi stress yang merupakan penyebab utama
autoimun.
Ketika stres meluas atau ekstrem,
tubuh mulai menjadi resisten terhadap kortisol atau tidak dapat menghasilkan
banyak kortisol. Jika hal ini terjadi, peradangan dapat meningkat karena
kurangnya penghambatan endogen. Peningkatan peradangan ini bisa menyebabkan
berbagai penyakit dan gangguan termasuk penyakit autoimun.
Sahabatku… Sebenarnya masih
banyak lagi jawaban saintifik lainnya. Namun dari sini, kita sudah bisa menjawab
judul pertanyaan awal kita. Iya betul, healing energy bisa digunakan sebagai
sarana, agar tubuh bisa bekerja optimal mengobati berbagai kondisi kesehatan.
Kami tekankan lagi, kalau healing
energy hanya berbagi energy untuk memperbaiki tubuh. Masing-masing tubuh pasien
nantinya yang akan menggunakan energy positif itu untuk memperbaiki tubuhnya
masing-masing. Apabila ada seorang terapis healing energy yang mengklaim hal-hal
lain diluar ini, maka kita bisa mempertanyakannya kembali.
Energy adalah kenetralan yang
absolut. Diktean dan klaim tidak bisa terwujud tanpa sebab akibat yang harus dibentuk.
Sementara membentuk energy dalam kenetralan adalah proses membentuk energy yang
paling baik.
Jadi sahabatku… Mulai sekarang, tidak
ada salahnya untuk mencoba menerapkan healing energy ke dalam tubuh kita. Tidak
perlu menunggu sakit. Kita bisa mulai memperbaiki system tubuh sendiri, atau kita
bisa meminta bantuan praktisi yang bisa menyalurkan energy positifnya ke tubuh kita.
Pesan kami kepada seluruh terapis
healing energy. Mohon hilangkanlah identitas healer. Diri kita bukanlah HEALER
“penyembuh” kita hanyalah “pengobat”. Seseorang yang digerakkan oleh semesta
untuk sedikit membagikan energi pengobatan, bukan energi penyembuhan.
Kesembuhan adalah proses sebab
akibat semesta, terjadi diluar kontrol siapapun. Kita harus mampu membentuk
kesembuhan dalam porsi sebab-akibat yang dijaga se-netral mungkin.
Akhir kata sahabatku… Setiap kita
adalah pengobat bagi dirinya sendiri. Setiap semesta tahu bagaimana mengobati
semestanya. Ketidak bisaan hanyalah karena kita belum belajar bagaimana cara
kerjanya.
Pastikan saja diri untuk selalu mempelajari
keniscayaan-keniscayaan yang ada berdasarkan akal, dan bukan berdasarkan
informasi yang katanya selalu harus menjadi benar.
Salam Semesta
Copyright © www.PesanSemesta.com