MENJADI WASKITA
November 30, 2021Salah satu pilar yang diajarkan
dalam kewaskitaan adalah menjadi waspada dengan apa yang berlangsung di dalam
diri dan di luar diri. Pertanyaannya; Mampukah kita menerapkan pilar
kewaskitaan ini dalam hitungan yang singkat, atau kita harus melalui jalan yang
panjang? Sederhananya, bagaimana MENJADI WASKITA DENGAN SINGKAT?
Sahabatku… Hitungan singkat
selalu akan terjadi berdasarkan pilihan. Apa yang kita pilih detik ini selalu
akan menentukan akhir yang nanti. Begitulah takdirnya dibentuk. Sudah menjadi
takdirnya kalau kita bisa menentukan nasib kita sendiri, kalau kita mau.
Singkat atau lama hanyalah
pilihan bagi yang mau memilih.
Hidup adalah masalah pilihan.
Kita memilih pilihan setiap hari di setiap langkah hidup kita. Dari saat kita
bangun, hingga saat kita kembali tidur. Setiap pilihan-pilihan yang kita pilih
akan menuju ke banyak cabang pilihan-pilihan yang lain juga.
Apakah pilihan yang kita pilih
ini adalah takdir? Bukan, takdir adalah kata yang terlepas dari pilihan. Segala
macam pilihan manusia, baik dia sadari ataupun tidak disadari masuk ke dalam
sistem hukum sebab akibat, dan hasil akhirnya adalah nasib.
Pagi ini Anda tidak berhati-hati
saat memegang secangkir kopi panas, hingga kopi panas itu tumpah ke seluruh
badan Anda. Hasilnya badan Anda pun terpaksa harus kepanasan dan melepuh, hasil
dari rentetan kejadian ini bukan takdir melainkan nasib.
Sebab-akibat akan terus bergulir.
Kalau kita mampu menyadari prosesnya, maka itulah menjadi waskita. Inilah yang
menjadikan waskita itu bukan sebagai sebuah tingkatan. Melainkan keberadaan
kesadaran diri yang mampu mengendalikan dirinya sendiri. Baik itu mengendalikan
dirinya ke dalam dirinya sendiri atau mengendalikan dirinya ke luar dirinya.
Jasad, jiwa dan ruh yang menjadi
komponen utuh diri kita saat ini bekerja di bawah kendali kesadaran. Apa yang
dihasilkannya juga akan selalu menjadi kesadaran dan berdasarkan kesadaran.
Masalahnya, sudahkah kita
mengenal keberadaan kesadaran diri yang berperan ini? Kalau jawabannya adalah iya, maka kita sudah dekat
dengan kewaskitaan.
Kewaskitaan tidak akan pernah
hadir kalau diri masih belum bisa melihat betapa besar takdir yang digenggamnya
sendiri. Itulah kenapa sebelum waskita seseorang harus mengenal diri.
Perjalanan mengenal diri sendiri
tidak bisa berujung. Diri ini adalah semesta kecil yang sesak ilmu. Kematian jasad
tidak akan menghabisi ilmuNYA yang sedang dibawa ini. Jadi baiknya, pilar-pilar
kewaskitaan mulai sudah diterapkan sambil terus meng-khidmatkan mengenal diri.
Tidak sempurna tidak apa. Sering gagal
tidak apa. Suka luput tidak apa. Begitulah adanya seorang pelajar. Tiada bisa sempurna
dan tiada bisa berhenti belajar. Jadi biarkan saja sahabatku… Tidak pernah lulus
tidak apa, asalkan bisa terus membersamai Sang Guru Sejati.
Jadi kewaskitaan seperti apa saja
yang bisa kita terapkan di keseharian kita mulai sekarang?
Kami ingin membagi empat
kewaskitaan penting dan sederhana yang bisa kita praktekkan tanpa terlalu
bersusah payah. Apakah selain ke-empat ini masih banyak? Jawabannya adalah iya,
seluruh partikel memang membawa takaran kewaskitaannya masing-masing.
.
PERTAMA : MULAI BERHATI-HATI SAAT
PIKIRAN MEMBUAT HARAPAN
Kami yakin, sebagian kita pasti
ada yang langsung menangkis ini dengan pernyataan “dengan harapan kita meraih
cita-cita” iya betul, kalau kita berhasil merubahnya menjadi aksi nyata. Kalau kita
hanya menyimpan harapan selalu sebagai harapan, tanpa sedikit pun aksi, maka bagaimana
harapan itu bisa berwujud?
Kewaskitaan mengajarkan kita
untuk tidak membuat angan-angan yang membiarkan permainan pikiran menguasai. Kewaskitaan
mengajarkan kita untuk menjadi kuat dalam aksi nyata dan bukan menjadi kuat
dalam berharap.
Bukan berarti harapan hal yang buruk.
Tetapi harusnya diri menjadi tabu untuk selalu berharap tanpa beraksi. Jadi,
hati-hati lah saat pikiran membuat harapan. Seimbangkan selalu harapan dengan
aksi tepat.
Jangan menabung harapan. Tapi tabunglah
aksi-aksi yang tepat. Begitulah berwaskita.
KEDUA : MULAI BERHATI-HATI SAAT
EGO MENGUAT
Apa kira-kira ciri jelas kalau
ego sudah menguat? Salah satu cirinya adalah, seseorang mulai fokus memikirkan kebaikan
bagi dirinya untuk mulai menghiraukan keburukan yang dirasakan oleh yang di
luar dirinya. Contoh ringan untuk ini sangat banyak. Sungguh malu kalau harus disebutkan
satu persatu.
Sahabatku… Kewaskitaan mengajarkan
kita untuk memantaskan diri menjadi rahmat bagi semesta alam. Dimana kita mulai
diajak untuk mampu mewaspadai ego diri kita, untuk menjadi ego yang terbaik
bagi yang diluar diri.
Jadi kalau Bumi ini ingin
dijadikan tempat yang lebih baik, maka setiap penghuninya haruslah berwaskita
terlebih dahulu. Sebuah kehati-hatian kecil untuk makna yang besar. Begitulah arti
keterhubungan diri dengan segalanya. Bahkan ego tiap kita pun ternyata sangat berhubungan.
KETIGA : MULAI BERHATI-HATI SAAT
DIRI MULAI BERLARI DARI DETIK INI
Berwaskita mengajarkan kita untuk
menyadari kalau hidup adalah hari ini dan detik ini. Jam adalah mesin. Sementara
waktu adalah energi yang berfluktuasi dalam ruang. Setiap atom memiliki waktu
yang tidak pernah berlari ke depan atau ke belakang.
Itulah apa yang semesta ini
ketahui tentang waktu hanyalah sekarang. Detik ini. Itulah yang bernilai. Masa
lalu hanyalah memori yang telah ter-waktukan. Masa depan hanyalah permainan
pikiran yang belum terwaktukan. Masa sekarang adalah energy yang bisa menjadi
makna yang bermakna, atau bisa juga menjadi makna yang tidak bermakna.
Berwaskita mengajarkan kita untuk
menjadi berharga dalam waktu. Karena waktu selalu membawa makna yang berfungsi.
Dalam dimensi mana pun beginilah
adanya. Kemusnahan, kematian, kesudahan hanyalah nama lain dari sebuah makna
yang berhenti berfungsi. Kalau kita bisa membiarkan makna yang kita toreh
sebagai semesta terus berfungsi maka apakah kita mati?
Ini membingungkan memang, sebagai
garis tengahnya, izinkan saja dahulu diri menemukan makna yang harus
diselesaikannya dan biarkan makna itu berfungsi. Jadi sahabatku… Jagalah
kesadaran untuk tidak berlari dari detik yang dimilikinya. Genggamlah itu
sangat berharga. Berfungsilah di dalamnya dan jadilah makna semesta yang terus
hidup.
KEEMPAT : BERHATI-HATI SAAT DIRI
TERUS MENGELUH
Sahabatku… Mengeluh itu manis! Saat
mengeluh kita seakan sadar betul dengan apa yang sedang dihadapi. Tapi justru
sebaliknya. Justru saat keluhan terlontarkan, maka kita sedang melewati
kesadararan kita untuk berwaskita.
Saat berwaskita seseorang akan
selalu menghadapi segala sesuatu yang didepan matanya terjadi. Itulah kenapa
saat berwaskita diri tidak akan mengumbar keluhan. Diri hanya akan
berintrospeksi atas segala apa yang menimpa dirinya sendiri.
Dalam berwaskita diri akan mampu melihat
dan mengambil manfaat dari tiap keadaan, bukan meratapinya. Meratapi keadaan
hanya akan membuat keadaan bertambah runyam.
Kerunyaman akan menurunkan fungsi
otak. Jadi jasad dan system operasi kita malah makin menjauh dari keadaan yang ingin
dibentuknya. Akhirnya pikiran hanya mampu membuat harapan sebagai awal mula
ketersesakan hidup.
Bukankah sesak, kalau kita hanya
bisa hidup dalam harapan yang tidak bisa dibentuk nyata? Kembali lagi ke point
pertama. Segalanya memang akan menjadi berhubungan. Itulah kewaskitaan, dengan
berwaskita kita bisa menghubungkan sebab-akibat yang tipis untuk
menyeimbangkannya.
Seimbang sendiri adalah angin
kedamaian.
Kedamaian itu sendiri didapat
dari kemampuan hasil menyeimbangkan diri yang di dalam dengan hidup yang di
luar. Akhirnya terciptalah angin kedamaian yang sulit digoyahkan oleh
tantangan-tantangan hidup yang memang harus dilampaui.
Jadi jangan berpikir kalau
kedamaian itu sejenis angin sepoi-sepoi dipojokan taman yang indah. Tidak
sahabatku…. Kedamaian itu adalah angin sepoi-sepoi ditengah topan badai gurun
tandus. Namun tetap tenang dalam jati diri yang sadar. Tetap sejuk dalam
kebersamaan yang manis.
Mulailah berwaskita sahabatku… Kami
tidak bisa berkata kalau ini akan menjadi singkat. Tapi cukup mulailah dari
dalam diri. Tanpa perlu ada pendiketaan apapun. Tanpa perlu ada pengakuan
apapun selain mengakui kalau diri ini hadir disetiap kehidupan Sang Pencipta.
Satu bonus kalau mau LEBIH
beruntung, coba awasi juga pengakuan yang terakhir ini. Karena iman tanpa
pengawasan hanyalah kehampaan.
Akhir kata sahabatku… Waskita tidak
akan berhenti sampai titik dimana seluruh partikel memang membawa takaran kewaskitaannya
masing-masing. Berwaskita itu bukan sekedar mewaspadai gerakan makrokosmos.
Tetapi menyusup masuk ke dalam mikrokosmos. Dengan menjadi waskita sama saja
dengan terus mewaspadai gerakan energi.
Itulah kenapa dengan berwaskita kita
secara sengaja membuka gerbang-gerbang kekuatan kesadaran semesta, yang mana
apabila kekuatan kesadaran ini terolah dengan baik akan menjadikan diri kita
selalu setingkat lebih baik dalam segala aspek dalam hidup ini. Bukan tidak
mungkin kalau Bumi pun bisa kembali menjadi baik.
Jadi mulailah berwaskita
sahabatku…
Salam Semesta
Copyright 2021 © www.PesanSemesta.com
JABARAN SAINTIFIK “MANUNGGALING KAWULA GUSTI”
November 08, 2021“Izin bertanya; Apakah Manunggaling Kawula Gusti bertentangan dengan akal... Menyesatkan gitu? Mohon penjabarannya” BersamaNYA kami menjawab.
Dahulu Siti Jenar dianggap tersesat karena paham kalau dirinya bersatu dengan Tuhan. Lalu bagaimana dengan sekarang, apakah tulisan ini akan sama menyesatkannya – atau justru akan membuka akal yang tidak mau memahami ketersesatan yang sebenarnya?
Sahabatku… Kalau setelah membaca tulisan ini kita tergerak untuk menjadi satu dengan Dzat Maha. Maka lakukanlah dengan cara yang tidak pernah bertentangan dengan akal. Bersatunya manusia dengan Dzat Maha, tidak berarti bahwa seseorang itu Tuhan, melainkan manusia tersebut seharusnya bertingkah laku sebagaimana yang diinginkan Dzat Maha, yaitu menjadi gerbang rahmatNYA bagi semesta alam.
Dan kami tegaskan di awal ini bukanlah filsafat! Mereka berkata kalau “Manunggaling Kawula Gusti” adalah bagian dari filsafat. Namun bagi kami ini bukan bagian dari filsafat, melainkan keniscayaan. Karena memang pada wujud yang mendasar, semua wujud menyatu dengan Tuhan yang membentuknya.
Hanya saja sahabatku…Tuhan itu adalah definitif. Tuhan itu adalah sesuatu yang disembah dan puja, sesuatu yang ditakuti, sesuatu yang di prioritaskan, dan sesuatu yang mampu membuat kita melakukan sesuatu yang tidak kita sukai.
Kalau begitu, siapakah Tuhan dalam hidup kita? Siapakah yang kita sembah dan kita puja dalam hidup ini? Siapakah sesuatu yang kita takuti dalam hidup ini? Siapakah sesuatu yang kita prioritaskan dalam hidup ini? Siapakah sesuatu yang mampu membuat kita mampu melakukan sesuatu yang tidak kita sukai dalam hidup ini?
Jawablah dalam kejujuran kesadaran sahabatku... Dan kita akan menemukan bahwa itulah Tuhan kita, lalu barulah kita boleh mengakui kalau diri kita ber-Tuhan dengan siapa? Karena siapa tahu kita ber-tuhan uang, bertuhan kedudukan, ber-tuhan penilaian manusia, atau kita membiarkan ego diri menjadi tuhan yang tidak mau diakui.
Ini penting, karena sebenarnya, baru saat kita mampu menjawab pertanyaan ini lah kita boleh lanjut bertanya apa itu yang dimaksud dengan “Manunggaling Kawula Gusti”?
Seseorang akan sulit memahami keniscayaan “Manunggaling Kawula Gusti” kecuali dia sudah mampu mengakui siapa Tuhannya sendiri. Karena pemahaman tentang kenicyaan ini tidak akan dijawab oleh sejarah atau buku filasafat apapun. Keniscayaan ini hanya bisa terjawab oleh akal yang mau ber-tafakur (berpikir dalam kenetralan)
Dan inilah yang membuat banyak manusia lebih mudah menunjuk kalau keniscayaan ini adalah sesat dan menyesatkan. Karena memang menunjuk seseorang tersesat lebih mudah dibanding menunjuk ketersasatan akalnya sendiri untuk memahami.
Jadi agar tulisan ini seru dan memainkan akal, maka mari kita membuat bahasan saintifik untuk menjabarkan kalau “Manunggaling Kawula Gusti” bukanlah ketersasatan dan tidak pernah menyalahi akal yang mau paham.
Sabahatku…
Detik ini Bumi ini masih berputar, dengan apa Bumi ini berputar? Detik ini padi masih menumbuhkan beras, dengan apa padi itu menumbuhkan? Detik ini mata kita membaca tulisan ini, dengan apa mata ini membaca?
Pertanyaan diatas bisa memenuhi puluhan juta kubik kertas apabila dilanjutkan. Jadi mari kita persingkat saja; dengan apa kehidupan ini bergerak? – dan jawabannya adalah dengan sistem.
Sama seperti membangun bisnis yang bergerak autopilot. Begitu juga dengan dalamnya semesta yang bergerak auotopilot sesuai dengan sistem yang sudah dibangun.
“Sistem adalah sebuah tatanan (keterpaduan) yang terdiri atas sejumlah komponen fungsional (dengan satuan fungsi dan tugas khusus) yang saling berhubungan dan secara bersama-sama bertujuan untuk memenuhi suatu proses tertentu”
Dengan kata lain, harus ada KESADARAN MAHA SADAR yang membentuk sistem semesta ini dari awal hingga akhirnya nanti, bukan?
Kalau kita masuk ke dalam dunia quantum fisika, maka seluruh materi menjadi atom yang terbentuk dari energi. Bagi mata manusia, energi adalah kekosongan fisik tidak terlihat, tapi bukan berarti tidak ada. Niels Bohr seorang ahli fisika pernah memperingati kita “Mereka yang tidak terkejut ketika mereka pertama kali menemukan teori kuantum tidak mungkin memahaminya”
Bohr benar, karena disana terdapat Mahakarya KESADARAN MAHA SADAR yang dengan sistemnya membentuk energi, maka terbentuklah kehidupan dalam semesta ini.
Itulah kenapa Siti Jenar berkata dalam lirik syairnya “Ada adalah tiada dan kehampaan ini bernyawa”. Sebenarnya kalimat ini sangatlah saintifik. Keberadaan kita saat ini adalah ketiadaan fisik. Kita adalah materi hampa (kekosongan fisik) yang hidup (bernyawa).
Bukan sebuah isu kalau seluruh materi yang terdapat di dalam semesta ini tidak lain terbentuk dari kumpulan atom-atom.
Atom tidak memiliki struktur fisik. Atom adalah 99,99999% energi, dan 0,00001% zat fisik, maka seluruh semesta ini pada wujud aslinya tidak berwujud apa-apa selain energi yang bervibrasi. Ini berlaku untuk semuanya, termasuk didalamnya manusia.
Fakta yang dibawa oleh fisika quantum ini membuat akal kita terpelintir. Bukankah logikanya kalau semua bahan dasarnya sama, maka harusnya bentuk akhirnya juga sama? Namun ternyata TIDAK.
Manusia dan kucing itu berwujud asli sama, yaitu bentukan atom yang ujungnya hanyalah energi yang bervibrasi. Tapi kenapa kita berbentuk manusia dan kucing itu berbentuk kucing. Kenapa bunga lily berbentuk bunga liliy dan bunga bakung berbentuk bunga bakung? Padahal mereka berdua adalah sama-sama atom yang sekali lagi ujungnya hanyalah energi yang bervibrasi.
PERTANYAAN BESARNYA : KALAU SEMESTA INI HANYALAH ENERGI YANG BERVIBRASI, LALU BAGAIMANA BISA ENERGI ITU BEGITU SADAR MEMBENTUK BEGITU BANYAK WUJUD BENTUK MATERI?
Jawabannya adalah kimia. Meski atom terlihat seperti atom, namun atom memiliki dan membawa identitas dari wujud fisik yang kita lihat.
Semua atom terbuat dari PARTIKEL TRITUNGGAL yang sama - proton , neutron, dan elektron. Tetapi, jumlah proton, neutron dan elektron dalam tiap-tiap atom berbeda-beda. Dengan kata lain, meski berbentuk atom, namun atom-atom itu unik.
Ketika atom-atom unik ini bergabung dalam senyawa kimia, maka hasil dari gabungan itulah yang menentukan materi fisik yang kita lihat. Itulah yang membuat kita melihat apel sebagai apel, tangan sebagai tangan dan bulan sebagai bulan.
Atom yang sama tapi memiliki jumlah komposisi isi yang berbeda, sehingga masing-masing menghasilkan unsur yang unik. Lalu unsur-unsur unik itu menyatu, dan mewujudkan materi-materi baru yang berbeda-beda. Bukankah atom ini super canggih? Tapi sampai disini kita memiliki pertanyaan yang lebih menelisik lagi yaitu:
PERTANYAANNYA BAGAIMANA BISA ATOM-ATOM INI BERGERAK DENGAN KESADARAN YANG CERDAS, SEHINGGA MAMPU MENCIPTAKAN UNIVERSE DAN BAHKAN MULTIVERSE – BUKANKAH INI SEBUAH MAHA KARYA? LALU SIAPAKAH PENGGERAK MAHA KARYA INI?
Sahabatku… Kita boleh saja meniadakan Tuhan karena belum tentu kita memang benar-benar bertuhan. Hanya saja meniadakan DZAT MAHA PEMBUAT yang kesadarannya memancar kedalam setiap molekul semesta yang berwujud adalah kesia-siaan yang nyata.
Pikirkan sahabatku… SIAPA yang memberi kesadaran kepada energi bervibrasi ini untuk saling membentuk atom-atom unik dan bergabung dalam senyawa kimia, yang dari unsur kimia itu muncul-lah sesuatu yang kita sebut air, tanah, udara, angin, matahari, bulan, bumi, hewan, tumbuhan dan tubuh kita sekarang.
Dari system yang dibentuk oleh kesadaran Dzat Maha semua menyatu dan membentuk. Jelas manusia tidak akan pernah bisa terlepas dari tubuhnya. Kita berada disini sekarang, membaca artikel ini, dan mencoba memikirkannya adalah karena atom-atom kita telah sukses dibentuk olehNYA.
Jadi apakah kita masih bisa menyangkal kalau kesadaranNYA tidak ada? Kalau kita menjawab ada. Lalu bertanyalah, apakah saat ini, detik ini kita terpisah dari sistemNYA Dzat Maha ataukah kita menyatu?
Jawablah sahabatku… Jawablah dalam ketundukan seorang makhluk! Pikirkan seluruh sistem dalam hidup ini, apakah semuanya terpisah dengan kesadaranNYA atau kesadaran kitalah yang sengaja memisahkan diri dari keniscayaan yang sebenarnya?
Bahkan kalau kita mengumpat atas nama ketersesatan sambil berlari terbirit-birit pun tetap saja. Pengumpat yang terbirit-birit itu hanyalah bagian dari sistemNYA. Ketersesatan itu hanyalah bagian dari sistemNYA. Begitu juga dengan kita. Kita adalah sistemNYA, menyatu dengan sistemNYA, bergerak karenaNYA.
Tapi kalau penyatuan itu belum terasa, maka tidak apa, itu hanya karena kita memang belum bisa bermanunggal dengan pemilik sistem itu? Kenapa? Karena kita memang belum menyaksikanNYA sebagai Tuhan.
Kesaksian bukan sekedar menjawab. Kesaksian bukan sekedar merasakan. Kesaksian adalah menyatu dengan apa yang disaksikannya.
Sementara untuk kebersaksian dibutuhkan yang namanya kerelaan. Dzat Maha tidak butuh disaksikan sebagai Tuhan. Kitalah yang merelakan diri mentuhankanNYA.
Berarti PR kita memang masih banyak. Dalam kerendahan yang terisak kita memang bahkan belum menyaksikannya sebagai tuhan karena kita masih memiliki tuhan lain selain diriNYA.
Jadi siapa yang tersesat saat ini sahabatku…? Apakah seseorang yang sudah menyaksikan Tuhan dalam dirinya sendiri itu tersesat – atau kita yang tesesat?
Jelas kita akan berpikir ulang lagi mulai sekarang. Karena ternyata memang dari awalnya kita sudah menyatu dengan Dzat Maha. Kita menyatu bukan untuk menjadi Tuhan. Melainkan untuk ber-Tuhan.
Pahamilah paragraph diatas ini dengan ketundukan seorang makhluk agar kita tidak sengaja menyesatkan diri dengan menganggap diri sebagai tuhan. Diri ini tidak bisa menjadi tuhan. Karena bahkan tuhan tidak butuh dituhankan.
Pesan Siti Jenar melalui Manunggaling Kawula Gusti hanya hendak memberitahu kita bahwa kita harus mewakili Dzat Maha untuk mengelola Bumi, tugas manusia sejak awal diciptakan. Apakah ini menyesatkan dan menyalahi akal? Izinkan saja kesadaran kita menjawabnya.
Copyright 2021 © www.PesanSemesta.com
TIGA KETERHUBUNGAN MANUSIA DENGAN BUMI - SAINTIFIK
November 05, 2021Pijakan kita saat ini adalah keterhubungan. Apa yang kita
injak ini bukan tempat atau tanah. Melainkan Bumi, yaitu sebuah keterhubungan
erat yang terhubung dengan sang pemegang amanah, yaitu tiap diri kita
masing-masing.
Karenanya sahabatku… Dengan
senang hati kami mengajak kita semua, untuk menyaksikan tiga bukti terbesar
keterhubungan manusia dengan Planet Bumi.
Kami berharap, setelah ini Anda
akan menjadi yakin untuk percaya kalau keterhubungan kita dengan Bumi adalah
nyata dan bukan sekedar katanya. Melainkan keterhubungan manusia dengan Bumi
adalah sebuah keniscayaan yang telah ter-struktur erat dalam jalinan yang
terprogram rapih, jauh sebelum kita dihadirkan.
Kalau begitu, mari kita langsung belajar
keterhubungan manusia dengan bumi, agar mampu menunaikan amanah seorang
khalifah.
KETERHUBUNGAN PERTAMA: KETERHUBUNGAN MOLEKULAR
Jadi begini, semua materi adalah
molekul – semua molekul adalah atom. Merancang atom akan menghasilkan molekul.
Sangat mudah membacanya, tapi coba pikirkan! Jelas ini akan menjadi tanda besar
yang tidak lagi bisa diabaikan.
Karena dengan begitu kita bisa
menyaksikan, kalau apa yang mengalir dan membentuk setiap inci tubuh kita terikat
dengan Bumi. Bukan hanya karena apa yang kita makan dan minum bersumber dari bumi.
Melainkan secara molecular segalanya tentang tubuh manusia terhubung dengan molecular
bumi.
Jasad kita masing-masing adalah
organ, sel, molekul, dan atom. Begitu juga dengan bumi. Salah satu diantara
atom-atom penyusun bumi dari unsur-unsur oksigen O, Fe besi, Si silikon, dan
magnesium Mg juga terdapat didalam setiap sel yang membangun tubuh kita. Pada
tingkat atomic tersaksikan kalau kita semua sangat terhubung.
Di dalam tubuh kita saat ini, ada
ratusan miliar atom yang pernah berada di dalam satu sama lain manusia di Bumi.
Ketika kita makan makanan, minum cairan, atau bahkan menghirup udara, banyak
dari atom-atom itu yang akhirnya menyatu dengan tubuh kita.
Lalu ketika kita berkeringat,
menghembuskan napas, atau mengeluarkan materi dari tubuh, atom-atom itu kembali
ke biosfer Bumi, di mana mereka akhirnya mereka bisa masuk ke dalam tubuh atau
materi lain.
Siklus seperti ini terus menerus
terulang. Jadi di sini, di Bumi, semuanya terhubung. Itu karena bagaimanapun, gerakan
molekular adalah keterhubungan yang saling mempengaruhi.
KETERHUBUNGAN KEDUA : KETERHUBUNGAN MAGNETIS
Jadi selain manusia memiliki
keterhubungan molecular. Manusia juga terhubung dengan bumi secara
elektromagnetis.
Masuk lebih dalam lagi ke atom
maka kita akan mempelajari bagian fisika quantum yang halus. Dimana kita harus
terpapar dengan kenyataan kalau setiap atom terbentuk dari energy yang terus
menerus bervibrasi dalam alunan vibrasi yang harmonis dan sesuai untuk
menciptakan frekuensi unik yang menjadi ciri khas masing-masing materi.
Tubuh kita adalah mesin molecular
yang terbentuk dari atom. Sementara setiap molekul memiliki frekuensinya
masing-masing. Dan sudah menjadi kodratnya, setiap frekuensi molekular akan
senantiasa terpengarhui oleh kesadaran.
Kesadaran masing-masing manusia
akan menentukan bagaimana seluruh molekular tubuhnya memancarkan frekuensi.
Lalu dari hasil pancaran frekuensinya inilah, mereka akan mempengaruhi Bumi.
Sebagai energy, manusia selalu
menarik frekuensi sesuai dengan frekuensi apa yang mereka pancarkan. Itulah kenapa,
apabila molekular tubuh kita menghasilkan gerakan frekuensi tertentu maka Bumi
juga akan merasakan efek tertentu.
Setiap frekuensi yang memancar
dari tubuh manusia memancarkan sinyal elektromagnetis. Medan elektromagnetik
ada di mana-mana, manusia sendiri adalah penghasil dan pemancar elektromagnetik
yang aktif. Setiap gerakan, emosi dan tindakan kita memancarkan gelombang
elektromagnetik yang berbeda-beda.
Gelombang elektromagnetik adalah
fenomena fisik hasil dari pergerakan molekular yang tadi kita bahas di awal.
Masuk kedalam molekul pada tingkat mikroskopik atom, elektron bermuatan
partikel terus bergerak di sekitar inti atom, sehingga menciptakan medan
magnet.
Itulah kenapa hewan, tumbuhan,
bahkan benda yang kita anggap mati seperti batu dan air pun kalau diukur
mengeluarkan elektromagnetik dengan berbagai ukuran angka. Jadi ini bukan
tentang manusia dan bumi saja, tetapi tentang segalanya.
Jadi kalau kita bertanya; Apakah
memang benar kita ini terhubung dengan bumi melalui frekuensi? Jawabannya
adalah iya, manusia dan Bumi terhubung. Elektromagnetik manusia dan geomagnetik
Bumi saling terhubung dan saling memberi pengaruh.
Dan karena kita ini adalah
khalifah, maka elektromagnetik kita memiliki andil yang cukup besar dalam
mempengaruhi geomagnetic Bumi.
Hasil percobaan menunjukkan,
ketika orang menyentuh atau berada dekat dengan sesuatu atau seseorang, terjadi
pemindahan energi elektromagnetik yang dihasilkan oleh jantung. Ini adalah
bukti kuat penelitian yang menunjukan bahwa kita memang satu dengan semesta dan
isinya. Sementara semesta yang paling dekat dengan kita adalah bumi ini.
Dari penjelasan singkat diatas.
Mari kita merenung sebentar, ternyata betapa seumur hidup manusia memang
memiliki hubungan batin dengan bumi, tapi betapa kita melupakan hubungan ini
dengannya.
Kita mengira bumi tidak merasakan
kebahagiaan, kebaikan, ketenangan, kesedihan, kejahatan, kebencian hati kita.
Padahal sebenarnya bumi tahu dan merasakannya juga. Bahkan sebenarnya bumi yang
lebih tahu terlebih dahulu, sebelum teman facebook Anda mengetahuinya.
Jadi bisa dibayangkan, kalau 50%
saja dari penduduk bumi ini memendam kebencian dan amarah, lalu bagaimana
dengan perasaan bumi? Bukankah dia akan merasakan kebencian dan amarah kita
juga?
Coba juga bayangkan kalau 50%
saja dari penduduk bumi ini menanamkan kebahagian tak bersyarat, ketenangan
jiwa, dan kebaikan untuk memakmurkan, lalu bagaimana perasaan bumi? Bukankah
ini akan membawa pengaruh baik bagi Bumi?
Pastinya kita bisa menjawabnya
dengan cepat. Dan semoga saja kita bisa memperbaiki diri secepat itu. Pastinya
akan ada proses, dan bagian terberat dari sebuah proses adalah kekhidmatan
rasa. Yaitu memupuk rasa, kalau apapun hal baik yang kita lakukan Bumi, memang
sudah seharusnya kita lakukan.
BUMI ADALAH AMANAH bagi manusia untuk dijaga, dilestarikan,
dan dimakmurkan. Kita hidup dalam planet ini bukan untuk menjadi makhluk yang
terpisah dengan pijakannya sendiri.
Jadi memang sudah seharusnya kita
berubah menjadi baik dalam menjalani amanah ini. Dimana kita tidak berubah menjadi
baik untuk menerima kebaikan. Kita hanya menjadi baik karena kita adalah gerbang
kebaikanNYA Dzat Maha Baik. Cukuplah di titik ini ke-khidmatan itu kita
fokuskan.
KETERHUBUNGAN KETIGA : KETERHUBUNGAN KESADARAN
Kalau Anda bertanya, apakah ada
keterhubungan lain selain dua keterhubungan diatas? Maka sebenarnya masih ada, dan
keterhubungan ketiga ini masih menjadi keterhubungan yang masih sulit untuk dirasakan.
Yaitu keterhubungan kesadaran. Artinya
kita sebagai khalifah bagi Bumi memang memiliki kemampuan untuk merasakan perubahan-perubahan
yang berlangsung dalam planet ini secara sadar.
Apakah kesadaran manusia dengan
bumi bisa dibuktikan secara saintifik? Jawaban sebenarnya adalah iya.
Contoh kecilnya saja adalah, keberadaan
indra Magnetoreception yang memungkinkan suatu organisme untuk mendeteksi medan
magnet untuk melihat arah, ketinggian atau lokasi. Dahulu para ilmuan berpikir,
kalau manusia tidak dianggap memiliki indera magnetic. Tetapi, baru-baru ini
ditemukan, kalau ada protein (kriptokrom) di mata yang dapat menjalankan fungsi
ini.
Pertanyaan muncul; untuk apa kita
memiliki indra yang baru ditemukan ini?
Kami yakin Anda sudah bisa
menjawabnya. Iya, apalagi itu kalau bukan untuk menjalankan sebuah amanah
dengan khidmat.
Jadi apa lagi yang akan kita
lakukan selain itu kembali lagi kepada tugas yang sebenarnya. Kalau kita belum
bisa membenahi Bumi, maka paling tidak kita masih bisa menjaga frekuensi diri
untuk tidak merusak Bumi.
Salam Semesta
Copyright 2021 © www.PesanSemesta.com
SEMESTA ITU BAIK, PATUHI SAJA JALANNYA
November 04, 2021
Sahabatku… Mematuhi jalan! Bukankah judul pelajaran kita
kali ini begitu padat akan pertanyaan.
Pertanyaan pertama; Jalan seperti apa? Pertanyaan kedua;
Mematuhi seperti apa?
Jalan itu artinya adalah sistem. Semesta ini adalah
sekumpulan sistem terencana yang sistematis dan apik. Tidak ada kebetulan
didalamnya. Karena bahkan hal kecil yang kita nilai kebetulana adalah
sistematika terperinci yang sangat halus.
Anda boleh berkata kebetulan daun itu gugur menyentuh pipi
Anda. Hanya saja, daun bisa gugur itu bukan kebetulan, melainkan sistem. Lalu
saat mereka gugur dan turun kebawah itu juga adalah sistem. Dan juga kulit pipi
Anda yang bisa merasakan daun itu juga adalah sistem yang rumit.
Dengan kata lain, kita bisa tenggelam dalam rumitnya sistem
tatanan kehidupan hanya dengan hal sepele ini. Jadi, hal ini tidak sepele.
Tetapi kita lah yang menyepelehkannya. Padahal dalam setiap sistem yang
dipatuhi selalu akan ada kebaikan semesta didalamnya.
Contohnya, dalam tubuh kita sudah tersistem kalau tubuh
membutuhkan hormone kortisol dalam kadar tertentu untuk membantu mengontrol
tekanan darah, meningkatkan metabolisme glukosa tubuh, dan mengurangi
peradangan. Dimana tingkat kortisol yang rendah dapat menyebabkan kelemahan, kelelahan,
dan tekanan darah rendah.
Selama ini kortisol dikenal sebagai hormon stres karena
perannya dalam respon stres tubuh. Tetapi kortisol lebih dari sekadar stres.
Kortisol penting untuk kesehatan, tetapi terlalu banyak kortisol juga dapat
mendatangkan malapetaka pada tubuh dan menyebabkan sejumlah gejala yang tidak
diinginkan.
Disinilah pentingnya mematuhi. Apabila kita mau mematuhi
sebab akibat dari setiap sistem yang dibentuk oleh semesta. Maka kita akan
mampu merasakan kebaikan semesta. Akhirnya diri mampu bersaksi kalau “Semesta
yang dibentuk oleh Dzat Maha itu baik”.
Dengan kata lain, kita bersaksi kalau segalanya adalah
kebaikanNYA. Bukankah gerbang pemahaman ini bisa menjadi pembawa kepada
kebersaksian yang sesungguhnya.
Betapa sering kita mengharapkan kebaikan seakan-akan
bentukNYA itu tidak baik. Betapa sering kita tidak mampu merasakan kebaikanNYA.
Betapa sering kita meragu kalau segalanya adalah baik.
Padahal ini semua, hanya karena kita tidak bisa menjadi
patuh. Namun bagaimana bisa mematuhi sistem yang baik, kalau sampai sekarang
saja kita masih buta akan sistem-sistem itu? Jangankan paham, sekedar tahu saja
mungkin belum.
Sahabatku… Kebaikan itu adalah nyata. Semesta tidak mungkin
berbohong atau menutupi. Sebagai semesta kita sudah menjadi kebaikanNYA. Karenanya, jadilah pelajar yang mau paham.
Untuk menjadi radar penyebar kebaikan kita harus patuh pada
kebaikan asal. Sementara untuk patuh kita harus paham. Dan untuk paham kita
harus kembali menjadi pelajar yang mau paham dengan belajar.
Akhir kata… Mari Belajar agar mampu menyaksikan kebaikanNYA
yang terlihat. BersamaNYA kita akan terus belajar.
Salam Semesta
Copyright 2021 © www.pesansemesta.com
CARA MEMBANGUN KECERDASAN? – JAWABAN SAINTIFIK
November 03, 2021Sahabatku… Pernah mendengar istilah "Use it or lose it!” dan iya, istilah ini berlaku untuk seluruh otak manusia. Kita boleh menggunakan otak untuk membuatnya selalu cerdas. Atau kita juga boleh membiarkan otak begitu saja untuk menghilangkan potensinya.
Organ otak identik dengan kecerdasan. Dan
betul memang otak berperan 100% untuk memprogram kecerdasan manusia. Sayangnya,
kebanyakan kita masih berpikir kalau kecerdasan ditentukan secara genetis. Dimana
seseorang sudah terlahir dengan gen cerdas, kurang cerdas, tidak terlalu cerdas
atau bahkan tidak cerdas sama sekali.
Padahal faktanya tidak pernah
demikian. Meski kesehatan otak sangat berperan untuk membangun kecerdasan. Namun
melalui penelitian terbaru menunjukkan, bahwa otak lebih seperti otot – ia bisa
berubah dan menjadi lebih kuat ketika kita membangunnya. Begitu juga sebaliknya.
Pertanyaannya; Apakah kita sudah memilih
membangun otak untuk membuatnya cerdas atau justru kita menggunakan otak untuk
menghilangkan kecerdasannya?
Jadi begini, otak memiliki banyak
cluster yang tiap detiknya cluster-cluster ini terus saling bekerjasama satu
sama lainnya.
Keterhubungan adalah sifat pertama
otak. Dimana secara fungsional otak menghubungkan seluruh anggota jasad untuk terus
menerima informasi energetis (pikiran) lalu memprosesnya. Dan otak juga menghubungkan
kesadaran dengan informasi energetis (pikiran) yang telah dan sedang diproses
oleh seluruh anggota jasad itu.
Inilah yang membuat otak begitu agung.
Dimana otak adalah connector yang menghubungkan diri dengan segala hal.
Tetapi, bukan hanya connector, otak
juga memiliki sifat kedua, yaitu builder. Artinya, kita bisa membangun apa saja
dengan otak ini.
Kita bisa membangun kebodohan – kita
bisa membangun kecerdasan. Kita bisa membangun kebobrokan – kita bisa membangun
kemakmuran. Kita bisa membangun kebohongan – kita bisa membangun kenyataan.
Apapun itu bisa kita bangun, itulah
kenapa Dzat Maha berkata kalau diriNYA sudah menciptkan manusia dalam bentuk
yang sebaik-baiknya. Masalahnya sekarang, mampukah kita mengendalikan bentuk
yang sebaik-baiknya ini agar menjadi yang sebaik-baiknya?
Kalau kita memilih, cerdas adalah
bentuk yang baik dari diri. Maka jelas kita bisa membangunnya.
MEMBANGUN adalah kata yang berbeda
dengan MENERIMA.
“Membangun” itu berarti mendirikan dan
membina. Sementara “menerima” itu berarti mendapat. Kita saat ini sudah
menerima bentuk yang sebaik-baiknya dari Dzat Maha. Lalu dengan yang sudah kita
terima itu, kita akan memilih.
Kita akan memilih apakah kita akan
membangun, atau kita akan membiarkan, sekarang semua tergantung sebuah pilihan.
Sekali lagi, pertanyaannya; Apakah kita
sudah memilih membangun otak untuk membuatnya cerdas atau justru kita
menggunakan otak untuk menghilangkan kecerdasannya?
Sebuah pilihan yang tepat akan membuka
tabir ke Maha Besaran Dzat Maha yang telah membentuk otak ini. Jadi di detik
berikut ini, jangan salah memilih sahabatku…
Kami yakin kalau keinginan kita tentu
adalah membangun kecerdasan otak. Keinginan yang wajar, setiap semesta
sebenarnya tahu betapa besar fitrah yang digengamnya. Jadi mari kita bangun
kecerdasan semesta dengan 2 cara sederhana dibawah ini :
Cara Pertama:
Aktifkan Otak
Cara pertama membangun kecerdasan
adalah dengan meng-aktifkan otak. Mengaktifkan otak bukan berarti otak itu
tidak aktif. Otak adalah organ yang senantiasa aktif, bahkan saat seseorang
tidur sekalipun. Jadi mengaktifkan otak yang kami maksud disini, adalah menggunakan
otak dibawah kendali.
Kecerdasan dibangun oleh otak yang
dikendalikan untuk membangun kecerdasan. Kebodohan dibangun oleh otak yang
dikendalikan untuk membangun kebodohan. Jadi kecerdasan itu berhubungan dengan
otak – lalu otak berhubungan dengan pengendalinya.
Sementara apakah otak dikendalikan
100% oleh diri sendiri itu bukan hal yang pasti. Bisa saja otak Anda
dikendalikan oleh hal lain selain diri Anda. Bisa saja otak itu dikendalikan
oleh program dari lingkungan, dogma, doktrin atau penilaian dari luar diri.
Tapi itu tidak masalah. Karena apapun atau siapapun yang mengendalikan otak
Anda, itu tetap otak Anda. Jadi ambillah kendalinya! Lalu caranya?
Untuk mengendalikan otak, maka seseorang
harus masuk ke mode program sadar dan bukan membiarkan diri di mode program
bawah sadar.
Jadi begini, otak butuh energy yang
besar dalam beroperasi. Itulah kenapa dia sangat meng-irit penggunaan energy agar
kita tidak kewalahan. Maka itu, tersistemlah program pikiran bawah sadar, yaitu
sekumpulan program yang termemorikan oleh system.
Misalnya saja program untuk melakukan
aktifitas sehari-hari, seperti bangun, membuat kopi, pergi ke kantor, makan,
mengunyah, melepit baju, mencuci piring, tersenyum, marah dan banyak aktifitas
lainnya.
Singkatnya program bawah sadar dibuat
oleh otak agar manusia bisa bergerak autopilot tanpa perlu berpikir secara
berulang-ulang. Apakah ini buruk? Jawabannya adalah tidak. Hanya saja dalam
program bawah sadar ini, bisa saja ikut tertanam juga believe, habit dan
aktifitas yang turut menurunkan aktualitas diri kita.
Kecerdasan adalah salah satu aktualitas
diri. Itulah kenapa seseorang harus masuk kedalam program sadar untuk membentuk
aktualitas diri yang sebenarnya.
Nah, satu-satunya cara masuk ke
program sadar adalah dengan BERPIKIR. Jadi kita harus men-triger diri untuk senantiasa
berpikir.
Apabila Anda berpikir, maka Anda
membuka portal menuju pikiran sadar Anda. Artinya Anda sedang terhubung dengan
potensi diri Anda yang sebenarnya. Saat Anda terhubung dengan diri yang
sebenarnya, maka saatnya kita melatih otak untuk membangun kecerdasan yang
lebih.
Cara KEDUA
Membangun Kecerdasan: MELATIH Otak
Alasan utama kenapa kita melatih otak
dalam mode pikiran sadar, adalah karena saat mode pikiran sadar. Kita tidak
sedang menjalankan program lama secara penuh.
Pikiran sadar melibatkan semua hal
yang saat ini kita sadari dan pikirkan secara aktif. Saat kita mengaktifkan
otak dengan masuk ke mode pikiran sadar. Maka itu berarti kita telah
menggunakan neocortex dalam porsi yang lebih.
Otak rasional atau neocortex itu
ibarat otak "pintar" manusia. Bagian eksekutif dari sistem yang
bertanggung jawab untuk semua aktivitas sadar tingkat tinggi. Tanggung jawab
utama dan menyeluruh dari neocortex adalah untuk menentukan apa yang sedang
terjadi di dunia luar.
Berkat neokorteks memungkinkan kita
melakukan banyak hal, seperti menulis dan berbicara, berinteraksi sosial, dan
merenungkan secara filosofis tentang makna hidup. Pengambilan keputusan,
penalaran, dan pemecahan masalah.
Apabila bisa terus menerus
mengaktifkan bagian ini, maka Anda akan selalu hidup dalam mode membangun
kecerdasan otak Anda sendiri.
Uniknya neocortex
tidak terlalu aktif saat Anda masuk ke mode program bawah sadar. Dalam mode
program bawah sadar yang aktif justu adalah otak primal, yaitu bagian otak yang
mengatur dasar-dasar manusia dalam bertindak dan ego manusia.
Dalam peta
otak, otak primal menempati posisi di otak kecil dan batang otak. Otak primal
ini bertanggung jawab atas segala pergerakan didalam jasad dan aktifnya
survival mode, yaitu fungsi bertahan hidup yang paling mendasar dari jasad
manusia.
Otak
primal hanya memiliki serangkaian respons perilaku yang terbatas yang dapat
dipicu oleh pemicu eksternal tertentu. Contoh-contoh respons perilaku dasar ini
adalah: dominasi, agresi, mencari jodoh, ibadah, seks, ketakutan, kekakuan, keterpaksaan,
obsesif, keserakahan, dan ketundukan. Itulah kenapa otak primal ini tidak bisa
menunjukkan belas kasihan dan tidak bisa berpikir secara rasional.
Singkatnya
memang, manusia akan sulit menjadi cerdas pada mode ini, kecuali kalau dari
awal semuanya sudah diprogram sesuai. Inilah kenapa dalam kondisi pikiran sadar
(conscious) maka kita akan mulai dan terus melatih otak.
Lalu bagaimana melatih otaknya
dilakukan?
Sahabatku… Pikirkan – Pelajari – Lakukan.
Ini adalah tiga jurus ampuh untuk melatih otak. Jangan lewati hari tanpa
melakukan tiga jurus ini. Anda boleh mempraktekannya sesuai passion yang Anda
minati. Atau Anda juga boleh menantang diri dengan hal-hal baru.
Para ilmuwan menemukan bahwa hewan
yang hidup di lingkungan yang menantang, dengan hewan lain dan mainan untuk
bermain, berbeda dari hewan yang hidup sendirian di kandang kosong.
Sementara hewan yang hidup sendiri
hanya makan dan tidur sepanjang waktu, berbeda dengan hewan aktif yang hidup
dengan mainan variatif dan hewan lain. Hewan yang aktif memiliki lebih banyak
koneksi antara sel-sel saraf di otak mereka. Koneksinya juga lebih besar dan
lebih kuat.
Faktanya sudah diteliti, kalau seluruh
otak hewan aktif sekitar 10% lebih berat daripada otak hewan yang hidup sendiri
tanpa mainan. Hewan-hewan yang melatih otak mereka dengan bermain dengan mainan
dan satu sama lain juga "lebih pintar" - mereka lebih baik dalam
memecahkan masalah dan mempelajari hal-hal baru.
Bukankah ini adalah dua cara yang
mudah? Kabar baiknya memang mulai sekarang kita bisa menjadi cerdas dengan
apapun yang kita inginkan. Dibidang apapun itu, caranya tetaplah dibangun
dengan dua cara diatas. Tetapi, jangan lupa juga kalau kesehatan otak memegang
peranan penting. Jadi jagalah jasad kita dari hal-hal yang membuatnya buruk.
Akhir kata sahabatku…
Satu RAHASIA BESAR agar kecerdasan
terbangun lebih maksimal dan cepat adalah, jangan lupakan kenetralan.
Lakukan dengan netral! Bangunlah kecerdasan
semesta untuk keikhlasan yang menghamba kepada khaliqNYA dan bukan untuk
penilaian yang rakus akan keuntungan.
Ingatlah sahabatku… Karena kita telah MENERIMA
maka kita akan MEMBANGUN. Dengan kata lain, hanya kepadaNYA-lah segala yang
terterima dikembalikan. Hanya saja, Dzat Maha tidak butuh pengembalian apapun dari
makhluknya, selain segalanya sudah dikembalikan sebagai rahmatNYA bagi semesta
alam.
Renungkanlah sahabatku… Karena
seharusnya hanya inilah tujuan akhir segala kecerdasan semesta yang terbangun. Seharusnya
segala kecerdasan semesta dibangun untuk menjadi pengembalian yang khidmat.
Salam Semesta
Copyright © www.PesanSemesta.com