Pesan Semesta.
melampaui batas menjadi satu

RASA CUKUP DAN KEMBALI KEPADA FITRAH



Sahabatku… tahukah kalau ada satu rasa yang tidak bisa dikejar, namun kalau didapat maka akan membuat diri menjadi kaya raya yang sesungguhnya.

Rasa apakah itu sebetulnya?

Jawabannya adalah rasa CUKUP. Iya, rasa cukup. Rasa yang tidak bisa dikejar, rasa yang tidak bisa ditukar, dan rasa yang tidak bisa dipaksa. Itulah rasa cukup.

Jujur saja rasa CUKUP ini adalah kekayaan yang tidak ternilai. Dengan rasa cukup, kegaduhan dunia tidak mengejar. Nafsu pun berdamai untuk tidak lagi menggerogoti. Dan dengan rasa cukup akhirnya kita pun bisa memakmurkan yang diluar diri tanpa pamrih dan selalu kosong harapan.

Jujur saja, kekayaan tidak bisa membeli rasa tanpa pamrih dan rasa kosong harapan. Saat memberi kemakmuran seseorang yang kaya bisa saja masih menyebut namanya, gelarnya, kepentingannya, atau sekedar terbersit masih berharap pahala dariNYA.

Tapi percayalah, saat diri Anda sudah cukup, maka segalanya memang sudahlah cukup. Sang Pembuat tidak lagi menjadi sekedar pemenuh, melainkan menjadi cinta yang membersamai. CintaNYA pun terasa selalu cukup. Tidak lagi ternodai dengan rengekan pahala, apalagi rengekan kemakmuran. Karena sekali lagi, segalanya memang sudahlah cukup.

Rasa cukup itu memanglah se-mahal itu, karenanya bentuklah rasa cukup.

Pertanyaannya detik ini adalah bagaimana caranya, bagaimana caranya membentuk rasa cukup?

Sahabatku… ratusan purnama sudah kita lalui, dan inilah hidup dengan pelajarannya. Selalu ada cara dan selalu ada kemampuan dari dalam diri yang bersungguh-sungguh.

Kebanyakan manusia selalu bersungguh-sungguh untuk menjadi kaya dan menang. Itu tidaklah buruk. Tapi kalau tidak disertai dengan kesungguhan untuk menjadi cukup, maka diri akan selalu menjadi miskin.

Sudah menjadi kodrat, kalau tidak ada manusia yang mau menjadi miskin dan tidak ada yang mau kalah. Cobalah tanyakan, kenapa?

Sahabatku… purnama kemenangan katanya sudah mendekat. Namun sebelumnya cobalah sejenak mencerna jawaban ini. Dari jawaban ini kita akan menemukan bagaimana caranya agar menjadi CUKUP.

 

Sahabatku…

Matahari itu sudah cukup untuk Bumi. Tapi kalau dirimu membangun tembok yang tinggi, maka matahari tidak akan lagi cukup bagimu. Artinya, jangan menghalangi dirimu dari fitrahmu sendiri.

Dahulu saat terlahir, kita tidak memiliki apa-apa, tapi kita sudah cukup, bukan? Tidak ada yang menilai kalau bayi yang baru terlahir itu miskin, bodoh, tanpa kedudukan, tanpa pencapaian, tanpa kemampuan, tanpa pahala apalagi kemenangan. 

Tidak ada. Seluruh bayi terlahir dengan fitrahnya manusia, yaitu cukup. Saat manusia mau kembali kepada fitrahnya, maka manusia akan selalu merasa cukup dengan dirinya.

Sahabatku… diri ini adalah awal dan akhir kecukupan semesta kalau diri ini tidak melihat keluar untuk mengambil penilaian orang lain, mengumpulkannya, lalu membangun tembok tinggi darinya untuk menghalanginya dari fitrah dirinya yang sudah cukup.

Manusia yang cukup adalah manusia yang mengingat kebaikan yang dibawanya sangat banyak. Sama seperti juga dia mengingat bahwa kebaikan yang akan diterimanya sangat banyak.

Manusia yang cukup tidak menilai kekurangannya dan tidak menggunakan kekurangannya sebagai alasan. Rasa cukupnya merong-rong lebih kuat dibanding rasa kurangnya. Tapi bukan berarti juga dirinya berhenti.

Dirinya tidak berhenti. Dirinya terus bergerak, merubah yang harusnya dirubah, membentuk yang harusnya dibentuk, menyebar yang harusnya disebar, menyampaikan yang harusnya disampaikan.

Manusia yang cukup tidak akan berhenti berproses. Karena dirinya percaya kalau dalam perubahan, dalam tiap bentukan, dalam apa yang tersebar, dalam apa yang tersampaikan ada cintaNYA dari awal dimulai sampai akhir yang ditutup.

Manusia yang cukup percaya bahwa cintaNYA tidak memiliki syarat apa-apa untuk diraih. CintaNYA sudah ada begitu apa adanya di setiap keberadaan apapun yang meliputi kesadarannya. Itulah kenapa manusia yang cukup selalu menjadikan Dzat Maha sebagai sumber kebaikan hidupnya, maka itu karenaNYA dia sudah merasa cukup.

Sahabatku… sebenarnya tugas kita bukan menunjuk keluar dan berkata “hal itu, hal itu dan hal itu akan membuat saya berbahagia” Tidak lagi sahabatku… Mulai sekarang tunjuklah diri kita sendiri dan ucapkanlah “Hari ini dan seterusnya diriku percaya dan menyakini bahwa pemilik diri inilah sumber segala rasa berbahagiaku. Cukuplah DIA bagiku”

Renungkanlah dan pelajarilah sahabatku… dan kebahagiaan murni akan senantiasa menyertai nafas kita bersama Sang Kekasih yang terus menerus membuat hati bergemataran.

Rumi pernah berkata “Ketahuilah, apapun yang menjadikanmu tergetar, itulah yang terbaik untukmu! Dan karena itulah, qalbu seorang kekasih-NYA lebih besar daripada Singgasana-NYA” – Rumi

Harusnya bagi manusia, dirinya yang dibentuk dan dihidupkan sudahlah cukup. Sementara segala hasil yang dia dapat dari sebab-akibat yang dia lakukan, tidak dia lakukan untuk membuat dirinya cukup lagi. Tetapi dia lakukan agar dirinya bisa beraksi sebagai amanah yang dia emban.

Setiap manusia mengemban amanah untuk menjadi sebaik-baiknya khalifah bagi Bumi. Jadi seharusnya inilah tujuan akhir dari setiap aksi kita, dan bukan justru untuk memenuhi rasa cukup. Itulah kenapa disebutkan kalau rasa cukup itu tidak bisa di kejar.

Kemana lagi kita akan mengejar rasa cukup, kalau kita tidak lagi cukup dengan yang membentuk dan menghidupkan kita?

Mohon renungkanlah dengan netral sahabatku… rasa cukup tidak akan menghentikan kita untuk beraksi, tetapi justru akan terus mengajak kita untuk beraksi tanpa pamrih dan selalu kosong harapan.

Orang yang cukup, akan melakukan kebaikan tanpa memikirkan balasan atau pahala di akhirat, apalagi meninggalkan jejak pujian di dunia karena mengaku dirinya sudah menang. Mereka justru tidak ingin yang lain tahu kalau dirinya pernah berbuat hal baik. Mereka juga tidak mengharapkan keuntungan apalagi memeras keuntungan dari orang lain. Tapi justru menyebar keuntungan karena merasa dirinya sudah cukup. Tanpa perlu kemenangan apa-apa di dunia dirinya hanya menyebar rahmatNYA.

Bukankah ini adalah memakmurkan? Jadi sebelum memakmurkan kita harus CUKUP. Dan untuk cukup kita harus kembali kepada fitrah.

Sahabatku… katanya setelah berpuasa kita akan kembali kepada fitrah. Kenapa? Kalau puasa adalah belajar mengendalikan nafs, seperti yang sudah kita pelajari bersama, maka jelas tali keterhubungannya menjadi jelas, bukan?

Setelah kita mampu mengendalikan nafs yang kebanyakan datang dari mata yang selalu melihat keluar. Maka perlahan-lahan kita akan menurunkan tembok tinggi yang sengaja kita bangun itu. Sehingga kita mampu masuk ke dalam diri lagi untuk menemui fitrah diri.

Perlahan-lahan saja, bagaimanapun rasa cukup tidak bisa dipaksa. Kalau dipaksa, maka yang memaksa itu adalah nafs yang ingin diuntungkan dari rasa cukup, padahal dirinya belumlah pantas. Kepantasan inilah yang tidak bisa kita tukar dengan apapun yang ada diluar diri.

Selamat kembali kepada firah, semoga kita bisa benar-benar bisa menemui fitrah diri yang sebenarnya. Setelah fitrah diri tertemui, maka ranumnya rasa CUKUP akan bermekaran.

 

Salam Semesta

Copyright 2022 © www.pesansemesta.com

Follow : https://www.instagram.com/pesansemesta.ig

Subscribe : https://www.youtube.com/c/pesansemesta

 

  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  • 0
  • April 30, 2022
admin16 admin16 Author

TANDA DIRI SEDANG MEMANCARKAN ENERGI VIBRASI RENDAH (LOW VIBRATION)

 


Kesalarasan adalah keniscayaan yang harus dibangun dan dijaga. Sebenarnya manusia dibentuk agar selaras dengan dirinya sendiri.

Sayangnya itu memang tidak selalu mudah. Kita sering kwalahan dengan tantangan yang muncul dari permainan yang kita jalani sendiri. Sehingga muncullah istilah yang namanya low vibration.

Rasa kwalahan ini menggeser kita untuk memancarkan vibrasi rendah yang terus bertolak belakang dengan keselarasan diri kita yang sebenarnya.

Vibrasi rendah yang terpancar memang akan sangat mempengaruhi kesejahteraan diri. Vibrasi rendah yang terpancar juga bisa berakumulasi sehingga seseorang merasa disatu dimensi dimana dirinya selalu merasa tidak beruntung.

Karenanya, sangat penting bagi tiap kita untuk menyadari tanda-tanda low vibration yang ia pancarkan sendiri. Sehingga dirinya bisa membenahi vibrasi dirinya. Apabila tidak terbenahi, maka dirinya akan kesulitan dengan pencapaian yang ia ingin capai.

Vibrasi itu ibarat pemancar yang membentuk frekuensi tertentu. Secara sederhana kita bisa mengartikan frekuensi sebagai gelombang. Setiap energi bergetar dan getarannya itu memancarkan gelombang energi. Karena semua gelombang itu adalah perjalanan energi, maka semakin banyak energi yang bergetar dalam gelombang, maka semakin tinggi frekuensinya. Semakin rendah frekuensinya, semakin sedikit energi yang bergetar dalam gelombang.

Dengan kata lain semua manusia dan materi semesta memiliki medan energi yang memiliki frekuensi getarannya sendiri-sendiri, baik mereka menyadarinya atau tidak menyadarinya.

Ini bukan hal yang mistis. Anda adalah medan energi yang hidup. Tubuh Anda terdiri dari partikel penghasil energi, yang masing-masing bergerak secara konstan. Jadi, seperti segala sesuatu dan semua orang di alam semesta, Anda bergetar, membentuk energy dengan cara menarik frekuensi.

Low vibration (getaran rendah) adalah getaran yang berlawanan dari High vibration (getaran tinggi). Tentunya semua orang ingin terus berada di kondisi high vibration. Hanya kenyataan tidak selalu berkata demikian. Kegagalan diri untuk terus secara sadar menjaga kejernihan pikiran dan perasaannya sendiri, merupakan salah satu alasan kenapa kita secara sadar terjun bebas ke kondisi low vibration.

Low vibration sangat berkaitan erat dengan bagaimana seseorang berpikir dan berperasaan. Tidak ada situasi yang mendukung low vibration kecuali diri sendiri.

Sangat mudah sebenarnya untuk mengetahui apakah kita berada di vibrasi rendah. Anda bisa menceklist salah satu dari kondisi-kondisi dibawah. Apabila Anda menjawab 3 dari 2 maka kami sarankan Anda untuk segera mengubah vibrasinya

 

#Tanda Pertama: MERASA TIDAK NYAMAN DENGAN DIRI

Setiap manusia pasti pernah berada di suatu kondisi dimana dia sangat merasa tidak nyaman dengan dirinya sendiri. Ketidak nyamanan ini bukan karena sebab akibat dari objek-objek diluar diri. Melainkan rasa yang murni berasal dari dalam diri sendiri.

Tidak nyaman dengan diri adalah kondisi low vibration. Dimana energy pikiran dan perasaan kita terpusat kedalam diri sendiri namun untuk sesuatu yang negatif, yaitu meratapi diri, membandingkan diri, mengiba diri atau tidak menerima kondisi diri sendiri.

Apabila ini sedang menimpa Anda; maka jalan keluar paling cepat adalah move in.

Pergilah ke dalam diri Anda sendiri; Tariklah nafas panjang dan hembuskan dengan perlahan. Rasakan dan syukurilah hembusan nafas itu. Berterima kasihlah kepada semesta untuk seluruh nafas Anda. Mulailah lagi menarik nafas sambil memikirkan hal-hal lain yang Anda miliki didalam diri. Lalu syukurilah itu semua.

Bersyukur adalah obat bagi setiap orang yang sedang meratapi diri. Percayalah kalau Anda tulus melakukan cara diatas, maka dalam sekejap kondisi Anda akan benar-benar membaik. Tulus-lah sebagaimana semesta tulus dengan Anda sahabatku…

 

#Tanda Kedua: MERASA DI UJI

Harus diakui low vibration adalah suatu kondisi dimana Anda merasa hidup ini adalah lembaran ujian yang melelahkan. Masalah datang bertubi-tubi seperti tumpukan cucuian kotor. Setiap saat Anda merasa tersudut dengan segala ujian-ujian itu. sampai-sampai Anda merasa sangat kewalahan.

Sahabatku… Apabila kita selalu mengkondisikan diri di high vibration, maka ujian hanya akan menjadi porsi pembelajaran. Bagi mereka yang berada di high vibration ujian adalah salah satu cara manusia untuk mengambil pelajarannya.

Manusia tidak pernah diuji, mereka hanya sedang belajar. Tentunya kita hanya belajar untuk bertambah baik. Kemarin Anda rugi 100 juta. Sekarang Anda rugi 10 juta. Karena Anda sudah belajar dari pengalaman kerugian 100 juta, maka kerugian 10 juta Anda tidak lagi menjadi masalah. Ini tidak lain karena Anda sudah belajar menanganinya.

Tapi ini akan berbeda bagi mereka yang di low vibration, mereka akan melihat ujian sebagai neraka, sehingga mereka tidak bisa mengambil porsi pembelajaran darinya. Mereka malah fokus untuk merasa stress, tidak berguna, merasa kecil dan merasa tidak dicintai olehNYA.

Untuk mengobati ini, maka kita harus merubah mindset tentang masalah. Ketahuilah bahwa Dzat Maha tidak perlu menguji-nguji manusia hanya agar DIA mengetahui respon kita. Dzat Maha memiliki pengetahuan lintas waktu dan ruang. Dzat Maha mengenal kita jauh lebih kenal, dari pada kita mengenal diri sendiri. Dzat Maha menyanyangi makhlukNYA tanpa tanda titik.

Masalah tidak pernah datang sebagai sebuah ujian dariNYA, melainkan sebuah anugerah kesempatan dalam hidup, agar kita mampu mempelajari sesuatu. Ada pelajaran yang harus kita pelajari dalam sebuah masalah, sementara masalah selalu hadir melalui jalur sebab – akibat yang berlangsung dari dalam hidup kita sendiri, akibat dari perbuatan diri kita sendiri.

Kenapa kita menolak masalah, karena kita masih berpegangan pada mindset lama, kalau masalah ujian dariNYA. Karena Dzat ingin melihat bagaimana kita menyelesaikan masalah. Apabila ini Anda, maka sebaiknya mindset ini mulai dirubah perlahan-lahan.

Apabila detik ini Anda merasa berada dalam lingkaran masalah, maka terimalah, belajarlah, perbaikilah. Maka perlahan-lahan energy Anda akan bervibrasi menjadi lebih baik, dan meningkat.

 

#Tanda Ketiga: FOKUS KEPADA PENILAIAN DIRI DAN ORANG LAIN

Menilai, menilai, menilai, dan menilai. Seberapa sering kita menilai segala hal diluar diri kita dan didalam diri kita sendiri “Saya tidak sekaya dia”, “Dia lebih pintar dari saya”, “Dia sangat agamis yaa, tidak seperti saya”, “Anak saya nakal dan tidak sepintar anak dia”, “Suami saya tidak romantis begitu”, “Istrinya cantik sekali, tidak seperti istri saya”, “Heran kenapa dia selalu tampil modist, gimana yaa saya bisa tampil modist juga”, “Dia sangat berdosa, aku lebih sholeh darinya”.

Sahabatku… Apabila Anda merasa sadar bahwa belakangan ini Anda sering kali menilai atau sering terjebak didalam penilaian orang lain. Maka ketahuilah kalau Anda sedang berada di zona low vibration.

High vibration adalah kondisi netral seseorang. Dalam kondisi netral kita menghormati Sang Pencipta. Apapun yang kita nilai, itu adalah bersumber dariNYA. Hanya dariNYA segala-segalanya berasal. Lalu kenapa kita tidak melihat segalanya sebagai sumberNYA? Pahamilah hal ini kalau Anda berencana pindah menuju kondisi high vibration.

 

#Tanda Keempat: MENYIMPAN RASA YANG MENURUT AKAL ANDA NEGATIF

Sahabatku… Akal Anda sangat sempurna, namun sayang pikiran dan perasaan kita kadang bergerak untuk mengingkari akal kita sendiri. Akal kita berkata bahwa;  kebencian, kecemburuan, amarah, menyalahkan, pesimis, ketakutan, iri, dengki dan sejenisnya adalah pikiran dan perasaan negatif yang harus segera dihentikan. Tidak boleh dibiarkan menjadi noda didalam hati.

Akal kita sangat cerdas. Namun pikiran dan perasaan kita masih terus menyimpannya, masih terus mengulang-ngulang memory tentang moment-moment itu.

Apabila itu adalah Anda, maka sadarilah Anda tidak sedang beranjak ke mana-mana, selain hanya sedang berputar-putar pada lingkaran low vibration. Untuk berhenti bermain diputaran yang sama, maka Anda harus berani menerima dan melepas.

Terimalah segala pikiran dan perasaan negatif itu sebagai pengalaman hidup. Pengalaman hidup adalah siklus dimana kita memetik pelajaran dari hidup. Bukan siklus dimana kita terus menerus memutar memory yang sama. Kejadian itu telah berlalu sahabatku… Tersenyum dan relakanlah. Anda akan jauh lebih baik tanpa pikiran dan perasaan negatif itu.

 

#Tanda Kelima:  JAUH DARI RASA SPIRITUAL

Sahabatku… Spiritual adalah hal pribadi yang seharusnya setiap spirit (jiwa) memiliki spiritual. Karena spiritualitas adalah hubungan seseorang dalam memaknai Dzat Maha didalam dirinya. Jadi meskipun seseorang tidak memeluk agama, bukan berarti dia tidak spiritual. Begitu juga sebaliknya. Bukan berarti seseorang memeluk agama, maka lantas dia menjadi spiritual, meski agama dibangun berdasarkan spiritualitas.

Apabila Anda merasa hubungan personal Anda dengan Tuhan merenggang dan jauh, meskipun Anda masih rajin melakukan ibadah. Maka, sadarilah sudah saatnya bagi Anda untuk kembali membangun ulang hubungan itu.

High vibration akan sempurna apabila kita mampu menyadari kebersamaan diri denganNYA. Logikanya sangat sederhana sahabatku… Anggap Anda akan mengarungi gunung sahara yang luas. Lalu ada kabilah yang ingin memberikan Anda tumpangan. Satu kabilah memiliki persediaan air yang banyak. Satu kabilah lagi sama sekali tidak memiliki persediaan air. Maka kabilah mana yang akan Anda pilih? Logikanya pasti Anda akan memilih kabilah yang memiliki air. Anda akan merasa aman kalau bersama mereka.

Lalu bagaimana kalau Anda membersamai Sang Maha Baik dalam kehidupan Anda, maka apakah tidak mungkin Anda merasa aman, tentram, dan diliputi kebaikan? Tentu sangat mungkin. Aman, tentram, baik tidak ada pada kondisi low vibration melainkan hanya ada pada kondisi high vibration. Jadi mengasah rasa spiritual akan sangat berpengaruh kedalam vibrasi kita.

Akhir kata sahabatku… Ada baik ada buruk, ada siang ada malam, ada besar ada kecil. Segalanya diciptakan berpasang-pasangan hanya agar manusia mampu memilih yang terbaik menurut dirinya. Bahkan untuk memilih pun Dzat Maha sudah menciptakan kita akal. Jadi, memang hidup ini tidak pernah menjadi susah apabila kita tidak berhenti menggunakan akal kita untuk memilih yang terbaik.

Tidak ada kebaikan yang lebih baik dari pada kondisi high vibration. Namun karena hidup ini adalah keseimbangan. Maka, ada satu dua kali kita harus menceburkan diri atau tercebur didalam kubangan low vibration, sebelum nantinya kita mencuci diri dan masuk lagi ke dalam high vibration.

Ketidak baikan dalam hidup hanyalah jalan menuju kebaikan. Apabila saat ini Anda berada di low vibration, maka pahamilah Anda tetap memiliki pilihan untuk berada di High vibration.

Pilihlah sahabatku… Karena pilihan kita adalah keajaiban yang akan berwujud.


Salam Semesta

Video Vibrasi https://www.youtube.com/watch?v=2MddwzGq6s4&t=53s

 

Copyright 2022 © www.pesansemesta.com

Follow : https://www.instagram.com/pesansemesta.ig

Subscribe : https://www.youtube.com/c/pesansemesta


  • 0
  • April 25, 2022
admin16 admin16 Author

KENAPA HARUS GROUNDING DAN 3 TRIK AGAR GROUNDING LEBIH EFEKTIF




Sahabatku… manusia adalah makhluk listrik: seperti segala sesuatu baik hidup maupun mati, kita terdiri dari atom yang memiliki muatan bersih baik positif, negatif, atau netral. Sama seperti peralatan listrik, ketika tubuh kita tidak di-ground, terjadi penumpukan ion positif yang mendatangkan malapetaka bagi kesehatan kita.

Ketika kita manusia terputus dari bumi, potensi bioelektrik dan sistem kekebalan tubuh kita menjadi kurang. Manusia berfungsi secara optimal ketika kita memiliki sedikit muatan negatif, sama dengan yang ada di bumi, yang terjadi secara alami ketika kita terhubung secara elektrik dengan bumi melalui grounding.

Kita adalah makhluk yang dibentuk seimbang dan selaras. Grounding adalah teknik terapi yang berfokus pada penyelarasan kembali energi listrik tubuh dengan menghubungkannya kembali ke bumi.

Studi menunjukkan bahwa ketika tubuh digroundingkan, potensi listriknya menjadi sama dengan potensial listrik bumi melalui transfer elektron dari bumi ke tubuh.

Bumi adalah gudang elektron raksasa dengan pulsa listrik halus yang disebut Resonansi Schumann yang telah mendukung keseimbangan bumi. Resonansi Schumann adalah resonansi elektromagnetik global, yang dihasilkan dan dieksitasi oleh pelepasan petir di rongga yang dibentuk oleh permukaan bumi dan ionosfer.

Grounding bukan hal yang aneh di industri elektronik dan telekomunikasi. Kita harus menghubungkan semua kabel transfer data ke bumi untuk menjaga stabilitas listrik, dan menghindari gangguan listrik (noise).

Tubuh manusia tidak berbeda. Kita membutuhkan tanah untuk menjaga stabilitas listrik. Karena bagaimanapun juga kita adalah makhluk listrik–dan mencapai transfer data yang sempurna antara kompleksitas lingkungan kita (siklus 24 jam Bumi), yang menginformasikan banyak sekali proses biologis yang dilakukan tubuh kita sehari-hari.

Misalnya saja peradangan. Setiap hari kita bisa mengalami peradangan tanpa henti. Hanya saja, tubuh kita berhasil menanganinya dengan baik. Penanganan yang baik ini bisa terganggu kalau terjadi kekacauan electron dalam tubuh kita.

Jadi begini, Peradangan adalah respons perlindungan normal tubuh terhadap cedera. Peradangan terjadi ketika faktor fisik memicu reaksi kekebalan tubuh. Terjadinya peradangan tidak selalu menandakan adanya infeksi. Namun, infeksi selalu menyebabkan peradangan.

Kalau di dalam tubuh, peradangan terutama disebabkan oleh neutrofil, yang merupakan jenis sel darah putih yang dilepaskan tubuh ketika mendeteksi patogen atau sel yang rusak.

Neutrofil dikirim ke situs di mana patogen atau sel yang rusak berada, merangkumnya, kemudian melepaskan molekul oksigen yang kekurangan elektron dan reaktif.

Ketika neutrofil melakukan tugasnya untuk menghancurkan patogen atau sel yang rusak, ada sisa produk sampingan molekul oksigen kekurangan elektron yang reaktif. Jika tidak ada cukup elektron dalam tubuh, dalam hitungan detik molekul reaktif ini akan mencuri elektron dari sel yang sehat. Kekurangan elektron bebas umum terjadi pada mereka yang menjalani gaya hidup tidak alami dan kekurangan diet makanan utuh dan hubungan teratur dengan lingkungan alami.

Ketika elektron dicuri dari sel sehat, karena kekurangan elektron bebas, sistem kekebalan kemudian dipicu: "oh ada lebih banyak kerusakan," dan mengirimkan lebih banyak neutrofil untuk memulihkan sel yang baru rusak, dan dimulailah reaksi berantai. Tanpa kita sadari peradangan kronis dapat berlanjut selama bertahun-tahun. Untuk mencegah efek domino yang meradang ini, sebenarnya mudah saja: membumi.

Ketika Anda terhubung ke bumi secara elektrik, elektron bebas menyebar ke seluruh tubuh, yang menghasilkan efek antioksidan. Setelah neutrofil melepaskan ledakan oksidatif mereka dan mencari elektron, elektron dari pembumian ada di sana untuk menetralisir situasi dengan menawarkan elektron, yang mencegah neutrofil mencuri elektron dari sel sehat, sehingga mencegah peradangan.

Bumi sudah bisa menjadi penyembuh yang efektif. Sekarang semua tergantung pilihan kita masing-masing, bukan?

Aktifitas grounding sendiri dapat dilakukan dengan cara yang sederhana seperti; Berjalan tanpa alas kaki, berbaring di tanah, berendam dalam air. Bisa dilakukan di alam terbuka atau sekedar di area taman rumah yang sempit.

Agar grounding atau earthing yang kita lakukan membawa hasil yang lebih efektik, maka ada beberapa trik sederhana yang bisa kita lakukan. Diantaranya adalah :

 

1# Sapalah Alam

Sahabatku… Menyapa alam itu bukan ide yang gila! Justru malah sebaliknya. Kadang kita lupa betapa terkoneksinya kita dengan alam. Grounding yang efektif itu bukan sekedar berjalan atau berdiri begitu saja di atas tanah tanpa alas kaki. Tetapi juga belajar untuk terhubung dengan alam tempat dimana kita berada lalu menyatu dengan bumi.

Alam disini sifatnya tidak terbatas, rumah Anda termasuk alam, kolam renang itu juga adalah alam, taman sempit dipojokan halaman rumah Anda juga adalah alam. Dimanapun kita berada, maka itulah alam kita dan seharusnya kita terhubung dengannya.

Tidak butuh cara yang aneh untuk menyapa alam. Cukup koneksikan hati dan pikiran untuk menyapa alam seperti kita menyapa seseorang. Sebarlah salam yang tulus, setulus apa yang alam berikan kepada kita.

 

2# Perhatikanlah Nafas

Memperhatikan nafas adalah dengan menjadi sadar pada pergerakan nafas itu sendiri. Kita jarang melakukan ini bukan? Bagi sebagian kita, memperhatikan napas yang otomatis adalah pekerjaan yang tidak terlalu penting. Namun sekali-kali lakukanlah. Minimal pada waktu melakukan grounding.

Tujuan dari memperhatikan nafas atau bernafas dengan sadar adalah untuk menjadi sepenuhnya hadir pada kondisi diri saat ini. Kebanyakan kita tidak hidup pada saat ini. Pikiran kita menerawang menuju masa depan, masa lalu atau memperhatikan hal lain yang bukan diri sendiri.

Padahal menjadi diri sendiri bisa membantu melepaskan kekhawatiran tentang masa lalu atau masa depan. Karena itu diharapkan dengan melakukan pernapasan sadar, maka akan membantu kita untuk masuk kedalam diri lebih mudah, dan bisa lebih bersyukur pada apa yang kita miliki sekarang.

Dengan rasa syukur yang terbangun otomatis akan lebih membantu mengurangi kecemasan, membantu mengatasi kelelahan, meredakan nyeri jenis tertentu, dan mengurangi pikiran negatif.

Itu karena bersyukur adalah pikiran positif yang mampu meledakkan kadar dopamin tinggi di otak?  Neuroscience telah menemukan hubungan antara pikiran positif dan aktivasi neurotransmitter tertentu. Jadi dengan memusatkan perhatian pada hal-hal yang disyukuri memaksa perubahan jasad ke fase yang lebih positif.

Rasa syukur yang dibangkitkan saat grounding akan lebih mampu merangsang lebih banyak neurotransmiter di otak kita, khususnya dopamin dan serotonin, yang meningkatkan perasaan bahagia, damai dan rasa cukup dengan diri sendiri.

 

3# Rangkullah diri

Sahabatku… Meskipun manusia tidak suka sendirian. Namun nyatanya kita masih sering sendirian dalam diri sendiri.

Grounding adalah moment yang tepat untuk kembali merangkul diri yang terabaikan. Cobalah untuk berkomunikasi kepada diri dengan bahasa dan kalimat yang baik.

Komunikasi itu seperti percakapan dua sahabat, di mana "mendengarkan" sama pentingnya dengan "berbicara". Jadi kita berkomunikasi kepada diri, bukan untuk memerintahnya, bukan untuk mengutuknya. Namun untuk mengenalnya lalu memahami kebutuhannya. Sehingga kita dengan diri kita bisa lebih saling merangkul lagi dalam keharmonisan.

Jadi hindari keluhan, ratapan dan bahasa yang menyudutkan diri. Jangan lupa juga ucapkanlah terimakasih untuk seluruh kinerja diri kita. Terimalah diri dengan apa adanya. Hargai apa yang sedang dia rasakan.

Sama seperti kita, tubuh juga menghargai penghargaan. Beberapa orang berpikir ini gila, tetapi ketika kita mengatakan "Terima kasih" kepada diri, maka diri akan cenderung melakukan lebih banyak hal yang menyenangkan kita. Otomatis pikiran kita pun akan menjadi lebih tenang. Seutas senyum kepada diri pun akan tersungging begitu saja.

 

Jadi mengertilah sahabatku kalau pujian dan terimakasih yang tulus langsung menghasilkan efek yang lebih baik. Grounding pun akhirnya bisa menjadi lebih efektif hasilnya karena bumi mampu merespon elektromagnetik positif yang kita pancarkan.

 

Akhir kata sahabatku…. Sudahkan Anda grounding hari ini? Kalau belum duduklah atau berdirilah ditempat Anda sekarang. Sapalah alamnya, perhatikan nafas itu, rangkullah diri itu, dan netralkanlah penilaian itu.

Kami ucapkan selamat grounding… Tidak ada yang aneh dari grounding atau earthing. Grounding hanyalah sedikit bukti kecil kalau kita dan Bumi adalah satu. Sebagai kesatuan memang sudah seharusnya kita saling memberi dan menerima.

Video Grounding https://www.youtube.com/watch?v=Y8ifNXsV6KY&t=5s

 

Salam Semesta

 

Copyright 2022 © www.pesansemesta.com

Follow : https://www.instagram.com/pesansemesta.ig

Subscribe : https://www.youtube.com/c/pesansemesta


  • 0
  • April 16, 2022
admin16 admin16 Author

BELAJAR MENJADI PENGENDALI NAFSU


 

Sahabatku… harusnya memang setiap detik kita belajar mengendalikan nafsu tanpa putus pada bulan atau kondisi tertentu saja. Karena nafsu juga tidak pernah putus. Nafs selalu ada dan selalu butuh dikendalikan.

Kami tidak membuat statement kalau berpuasa dengan menahan lapar atau haus itu tidak baik. Kami hanya mengajak kita bersama untuk mulai lebih menerima manfaat yang lebih besar ketimbang menahan lapar dan haus.

Jadi disini kita akan meng-upgrade kualitas puasa kita bersama dengan mulai belajar menjadi pengendali nafsu. Belajar adalah istilah yang sangat tepat dan sopan bagi kita, karena diri adalah pelajaran yang tidak akan pernah habis dan tidak akan pernah sempurna untuk dipelajari.

 

# mengapa nafs butuh dikendalikan?

Nafs itu adalah program ego yang tidak digunakan sebagaimana keniscayaannya dibuat. Nafsu adalah ego yang condong kepada perkara yang tidak baik bagi diri dan bagi semesta.

Apabila tidak dikendalikan, maka sebuah ujian akan terus bermunculan, dimana seakan-akan ujian muncul dari luar kedalam. Padahal ujian itu muncul dari dalam diri kita sendiri yang belum berhasil mengendalikan egonya sendiri.

Ego itu sendiri awalnya adalah program yang baik. Ego adalah alert system manusia. Fungsi awal kenapa ego dibuat adalah untuk menyelamatkan dan agar manusia memenuhi kebutuhannya.

Jadi ego bukan sesuatu yang negatif. Manusia membutuhkan ego untuk bertahan hidup. Contoh sederhana saat kita merasa lapar. Lapar adalah indikasi awal bahwa jasad kita membutuhkan asupan energy. Akhirnya ego memaksa manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Sehingga manusia makan saat lapar. Minum saat haus. Berlari saat dikejar. Dan saat dalam perkelahian, ego akan mencoba menyelamatkan manusia dengan melawan balik.

Jadi singkatnya ego itu ibarat bodyguard manusia. Ego sangat waspada dan senantiasa memproteksi manusia untuk memenuhi kebutuhannya, baik itu kebutuhan jasmani atau rohani. Namun ego memiliki sifat bawaan.

Sifat bawaan ego adalah pemenuhan. Tidak peduli apakah kebutuhan itu adalah kebutuhan baik atau buruk, menguntungkan atau merugikan, diperlukan atau tidak diperlukan. Ego akan terus merongrong pemenuhan.

Akibatnya, niat awal ego baik ini bisa berubah tidak baik. Segala kebaikan butuh pengendalian. Manusia dihidupkan dengan kemampuan untuk mengendalikan. Termasuk mengendalikan nafsunya sendiri.

 

# Jadi, apa itu mengendalikan nafs?

Sahabatku… dalam pengendalian akan terbentuklah keteraturan dan keseimbangan. Saat kebaikan itu sudah teratur dan seimbang. Maka kebaikan itu bergerak sesuai fitrah. Dan saat segalanya sudah sesuai fitrah. Maka segalanya bisa kita kembalikan. Akhirnya kita bisa menjadi khalifah yang menjadi gerbang kebaikannya bagi semesta alam. Itulah kenapa banyak agama mengajarkan berpuasa. 

Melalui menahan lapar dan haus diharapkan seseorang bisa bergerak untuk mau mengendalikan dirinya sendiri. Jadi gol akhirnya tidak hanya tentang nafs.

Hal yang perlu kita teliti secara netral bahwa segala hukum, tata cara, konsekuensi, aturan gawe manusia atau agama itu hanya bisa membuat manusia menahan nafsu dan bukan mengendalikannya.

Menahan jauh berbeda dari mengendalikan. Nafsu yang di dalamnya ada ego, adalah salah satu komponen penggerak hidup kita. Manusia yang menahan hawa nafsu, ibarat menjadi bendungan, dan nafsu adalah airnya.

Karena dibangun pada aliran air, maka bangunan bendungan harus dipastikan kuat dan bertahan dengan berbagai kondisi. Tapi bukan berarti bendungan tidak bisa jebol. Beberapa faktor eksternal yang melebihi kemampuan bendungan juga dapat membuat bendungan jebol.

Begitu juga manusia yang berupaya menahan seluruh nafsu-nafsunya. Pertama yang harus dia siapkan adalah tameng terkuat untuk menahan godaan nafsu egonya sendiri, yang pada akhirnya tidak ada artinya pula tamengnya itu.

Apabila tamengnya tidak lebih kuat dari godaannya. Berbeda dengan manusia yang mampu mengendalikan nafsunya. Mengendalikan nafsu adalah mengarahkan nafsu menuju pilihan terbaiknya.

Saat nafsunya berkata iya untuk yang buruk, dia berkata tidak. Saat nafsunya berkata tidak mungkin untuk yang baik, dia berkata iya bisa. Saat nafsu mengajaknya terlena dengan yang buruk, dia mengajak untuk beranjak. Apapun hal buruk yang dikehendaki nafsu dia alihkan menuju kebaikan.

Artinya, kesadaran kita sudah mampu mengontrol segala gejolak yang datang untuk membentuk bentuk yang selalu lebih baik.

Jadi, ciri manusia yang berpuasa adalah dia mampu mengendalikan nafsu dirinya tanpa merasa tertekan dan terpaksa, tapi melakukannya berdasarkan kesadaran penuh.

Inilah yang nantinya menjadi kemenangannya atas diri sendirinya. Saat kemenangan ini datang, maka kita mulai bisa berpikir secara mendalam tentang seluruh hal yang kita pilih dalam hidup ini.

Sebenarnya inilah point yang terpenting dari berpuasa, yaitu kemampuan diri untuk mengenal diri sendiri.

 

# Lalu, bagaimana mengendalikan nafs dimulai?

Jelas ini adalah pertanyaan yang penting buat kita sekarang. Selama ini kita sudah terbiasa menahan nafsu. Akhirnya kita kalah atau minimal menjadi kwalahan. Kita seakan mengalah, karena harus terus menerus menerima keadaan yang berseberangan dengan kesadaran diri sendiri. Sehingga kita terus menerus membohongi kesadaran diri.

Kalau kita sudah bisa membohongi kesadaran, maka bagian mana lagi dari diri kita yang akan dirubah menjadi lebih baik? Akhirnya kita tidak pernah menjadi lebih baik. Puasa hanya berlaku saat puasa saja, setelah itu tidak berbekas. Tidak ada jejak dari hasil puasa kita. Tidak ada yang namanya perbaikan diri. Tidak yang namanya kwaskitaan diri dan banyak hal positif lainnya yang seharusnya kita terima kalau kita benar-benar berPUASA.  

Sahabatku…

Kembali kepada belajar menjadi pengendali nafs. Lalu bagaimana caranya?

Karena nafs muncul dari dalam, maka harus dikendalikan dari dalam juga. Jangan menjadi khawatir, karena sebagai sebaik-baiknya khalifah bagi Bumi, manusia sudah dilengkapi dengan fitur yang lengkap.

Jangan berpikir kalau ego dibuat begitu saja tanpa ada kunci untuk mengendalikannya.

Kunci untuk mengendalikan ego adalah akal. Ini adalah senjata yang dibuatkan secara khusus oleh Dzat Maha agar manusia bisa menjadi pembeda.

Akal inilah yang akan membawa kita pada kesadaran dan pengetahuan untuk menelusuri secara faktual. Sehingga terbentuklah kesadaran yang sadar betul dengan apapun yang berlangsung didalam egonya sendiri.

Ego bukan sekedar tentang bagaimana program jiwa, melainkan juga hardware atau jasad fisik.

Satu bagian khusus otak manusia yang bekerja mengatur sistem ego ini adalah basal ganglia (striatum) dan batang otak.

Sementara untuk akal berperan banyak di neocortex yang adalah bagian dari korteks serebral (bersama dengan archicortex dan paleocortex - yang merupakan bagian kortikal dari sistem limbik). Bagian otak ini boleh juga kita panggil otak logis, karena salah satu fungsi bagian otak ini adalah memproses kesadaran manusia.

Otak logis ini belajar berdasarkan tiap informasi yang berhasil dikelola oleh nalar akal pikiran. Hanya saja bukan berarti otak ego juga belajar dengan cara yang sama dengan otak logis. Bagaimana otak logis belajar ini tidak berlaku bagi otak ego manusia.

Otak ego belajar dari urgensi pemenuhan kebutuhan diri. Kebutuhan diri sifatnya relatif dan berubah-ubah seumur hidup manusia, dan selama itu pula lah otak ego terus mempelajari kebutuhan diri yang berubah.

Sejak dilahirkan, otak ego belajar dari segala kebutuhan kita. Otak ego belajar porsi makan yang membuat kita keyang. Otak ego belajar sikap orang lain yang membuat kita terabaikan dan bagaimana kita bersikap untuk memenuhinya. Otak ego belajar kata-kata yang membuat kita terhargai dan banyak hal lainnya.

Itulah kenapa ego sering dihubungkan dengan nafsu, karena memang satu-satunya fokus otak ego adalah diri. Mereka bergerak hanya untuk memenuhi kebutuhan diri. Tidak peduli itu baik atau buruk.

Tapi sekali lagi, diri ini bukan sekedar ego. Jadi seharusnya kita adalah pengendali dari ego kita sendiri, bukan sebaliknya. Apabila kita hanya mendefiniskan diri sebagai ego tanpa membawa serta akal, maka kita hanya akan menjadi mesin pemuas hawa nafsu.

Inilah gunanya akal ada, yaitu untuk mengajari otak ego dan mewaspadai gerakannya, agar ego paham dan tidak condong kepada keburukan. Ingat otak ego tidak mengenal baik atau buruk. Sementara akal adalah pembeda. Akal mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

Itulah kenapa muncul istilah aqil baligh sudah bertanggung jawab dengan segala baik dan buruk yang dia lakukan sendiri.

Sahabatku… baik dan buruk adalah relatif. Tetapi kita harus paham kalau kebaikan adalah segala yang seimbang sesuai dengan porsinya masing-masing. Apabila seseorang sudah memahi porsinya, maka segalanya akan baik.

Melalui puasa kita belajar untuk mengenal, lanjut memahami porsi kebaikan dari dalam diri kita sendiri. Jadi puasa adalah langkah awal agar untuk memantaskan diri, agar bisa menjadi gerbang kebaikanNYA bagi semesta alam.

Melalui pelajaran mengendalikan diri ini kita bisa melihat wujud sifat netralnya kensicyaan semesta. Dimana Dzat Maha tidak pernah menyamaratakan segalanya, bahkan menyamaratakan kebaikan pun tidak.

Setiap manusia diberikan kesempatan yang sama, tools yang sama, program yang sama untuk mengendalikan tiap dirinya masing-masing. Sehingga masing-masing diri mengenal dirinya masing-masing. Lalu keluar membawa kebaikan dari dirinya masing-masing.

Karena itu, sudah menjadi wajar kalau melalui puasa kita tidak lagi merasa menjadi manusia yang paling baik. Apalagi sampai-sampai merasa mejadi manusia yang paling benar, lalu tidak menghormati manusia lain.

Justru harusnya, melalui puasa ini kita mengenal kalau sebegitu netralNYA Dzat Maha memahami kita. Menerima kita. Mengajari kita. Lalu kenapa kita harus mempertegas diri sebagai manusia terbaik yang berpuasa?

Sahabatku… tidaklah kita kecuali belajar bersamaNYA. Selamat belajar mengendalikan nafsu. Dimulai dari detik ini sampai detik-detik yang berkelanjutan.

 

Salam Semesta

Copyright 2022 © www.pesansemesta.com

Follow : https://www.instagram.com/pesansemesta.ig

Subscribe : https://www.youtube.com/c/pesansemesta

  • 0
  • April 03, 2022
admin16 admin16 Author

DATABASE

COPYRIGHT

Seluruh artikel didalam website ini ditulis orisinil oleh tim penulis Pesan Semesta. Artikel yang kami share melalui website ini bukan hasil jiplakan, kutipan atau terjemahan.

Bagi pembaca yang ingin menghubungi penulis silahkan mengrim pesan melalui email : pesansemesta@yahoo.com


SALAM SEMESTA