RASA CUKUP DAN KEMBALI KEPADA FITRAH
April 30, 2022.png)
Sahabatku… tahukah kalau ada satu rasa yang tidak bisa
dikejar, namun kalau didapat maka akan membuat diri menjadi kaya raya yang
sesungguhnya.
Rasa apakah itu sebetulnya?
Jawabannya adalah rasa CUKUP. Iya, rasa cukup. Rasa yang
tidak bisa dikejar, rasa yang tidak bisa ditukar, dan rasa yang tidak bisa
dipaksa. Itulah rasa cukup.
Jujur saja rasa CUKUP ini adalah kekayaan yang tidak
ternilai. Dengan rasa cukup, kegaduhan dunia tidak mengejar. Nafsu pun berdamai
untuk tidak lagi menggerogoti. Dan dengan rasa cukup akhirnya kita pun bisa
memakmurkan yang diluar diri tanpa pamrih dan selalu kosong harapan.
Jujur saja, kekayaan tidak bisa membeli rasa tanpa pamrih
dan rasa kosong harapan. Saat memberi kemakmuran seseorang yang kaya bisa saja
masih menyebut namanya, gelarnya, kepentingannya, atau sekedar terbersit masih
berharap pahala dariNYA.
Tapi percayalah, saat diri Anda sudah cukup, maka segalanya
memang sudahlah cukup. Sang Pembuat tidak lagi menjadi sekedar pemenuh,
melainkan menjadi cinta yang membersamai. CintaNYA pun terasa selalu cukup.
Tidak lagi ternodai dengan rengekan pahala, apalagi rengekan kemakmuran. Karena
sekali lagi, segalanya memang sudahlah cukup.
Rasa cukup itu memanglah se-mahal itu, karenanya bentuklah
rasa cukup.
Pertanyaannya detik ini adalah bagaimana caranya, bagaimana
caranya membentuk rasa cukup?
Sahabatku… ratusan purnama sudah kita lalui, dan inilah
hidup dengan pelajarannya. Selalu ada cara dan selalu ada kemampuan dari dalam
diri yang bersungguh-sungguh.
Kebanyakan manusia selalu bersungguh-sungguh untuk menjadi
kaya dan menang. Itu tidaklah buruk. Tapi kalau tidak disertai dengan
kesungguhan untuk menjadi cukup, maka diri akan selalu menjadi miskin.
Sudah menjadi kodrat, kalau tidak ada manusia yang mau
menjadi miskin dan tidak ada yang mau kalah. Cobalah tanyakan, kenapa?
Sahabatku… purnama kemenangan katanya sudah mendekat. Namun sebelumnya
cobalah sejenak mencerna jawaban ini. Dari jawaban ini kita akan menemukan
bagaimana caranya agar menjadi CUKUP.
Sahabatku…
Matahari itu sudah cukup untuk Bumi. Tapi kalau dirimu
membangun tembok yang tinggi, maka matahari tidak akan lagi cukup bagimu.
Artinya, jangan menghalangi dirimu dari fitrahmu sendiri.
Dahulu saat terlahir, kita tidak memiliki apa-apa, tapi kita
sudah cukup, bukan? Tidak ada yang menilai kalau bayi yang baru terlahir itu
miskin, bodoh, tanpa kedudukan, tanpa pencapaian, tanpa kemampuan, tanpa pahala
apalagi kemenangan.
Tidak ada. Seluruh bayi terlahir dengan fitrahnya manusia,
yaitu cukup. Saat manusia mau kembali kepada fitrahnya, maka manusia akan
selalu merasa cukup dengan dirinya.
Sahabatku… diri ini adalah awal dan akhir kecukupan semesta
kalau diri ini tidak melihat keluar untuk mengambil penilaian orang lain,
mengumpulkannya, lalu membangun tembok tinggi darinya untuk menghalanginya dari
fitrah dirinya yang sudah cukup.
Manusia yang cukup adalah manusia yang mengingat kebaikan
yang dibawanya sangat banyak. Sama seperti juga dia mengingat bahwa kebaikan
yang akan diterimanya sangat banyak.
Manusia yang cukup tidak menilai kekurangannya dan tidak
menggunakan kekurangannya sebagai alasan. Rasa cukupnya merong-rong lebih kuat
dibanding rasa kurangnya. Tapi bukan berarti juga dirinya berhenti.
Dirinya tidak berhenti. Dirinya terus bergerak, merubah yang
harusnya dirubah, membentuk yang harusnya dibentuk, menyebar yang harusnya disebar,
menyampaikan yang harusnya disampaikan.
Manusia yang cukup tidak akan berhenti berproses. Karena
dirinya percaya kalau dalam perubahan, dalam tiap bentukan, dalam apa yang
tersebar, dalam apa yang tersampaikan ada cintaNYA dari awal dimulai sampai akhir
yang ditutup.
Manusia yang cukup percaya bahwa cintaNYA tidak memiliki
syarat apa-apa untuk diraih. CintaNYA sudah ada begitu apa adanya di setiap
keberadaan apapun yang meliputi kesadarannya. Itulah kenapa manusia yang cukup
selalu menjadikan Dzat Maha sebagai sumber kebaikan hidupnya, maka itu
karenaNYA dia sudah merasa cukup.
Sahabatku… sebenarnya tugas kita bukan menunjuk keluar dan
berkata “hal itu, hal itu dan hal itu akan membuat saya berbahagia” Tidak lagi
sahabatku… Mulai sekarang tunjuklah diri kita sendiri dan ucapkanlah “Hari ini
dan seterusnya diriku percaya dan menyakini bahwa pemilik diri inilah sumber
segala rasa berbahagiaku. Cukuplah DIA bagiku”
Renungkanlah dan pelajarilah sahabatku… dan kebahagiaan
murni akan senantiasa menyertai nafas kita bersama Sang Kekasih yang terus
menerus membuat hati bergemataran.
Rumi pernah berkata “Ketahuilah,
apapun yang menjadikanmu tergetar, itulah yang terbaik untukmu! Dan karena
itulah, qalbu seorang kekasih-NYA lebih besar daripada Singgasana-NYA” –
Rumi
Harusnya bagi manusia, dirinya yang dibentuk dan dihidupkan
sudahlah cukup. Sementara segala hasil yang dia dapat dari sebab-akibat yang
dia lakukan, tidak dia lakukan untuk membuat dirinya cukup lagi. Tetapi dia
lakukan agar dirinya bisa beraksi sebagai amanah yang dia emban.
Setiap manusia mengemban amanah untuk menjadi sebaik-baiknya
khalifah bagi Bumi. Jadi seharusnya
inilah tujuan akhir dari setiap aksi kita, dan bukan justru untuk memenuhi rasa
cukup. Itulah kenapa disebutkan kalau rasa cukup itu tidak bisa di kejar.
Kemana lagi kita akan mengejar rasa cukup, kalau kita tidak
lagi cukup dengan yang membentuk dan menghidupkan kita?
Mohon renungkanlah dengan netral sahabatku… rasa cukup tidak
akan menghentikan kita untuk beraksi, tetapi justru akan terus mengajak kita
untuk beraksi tanpa pamrih dan selalu kosong harapan.
Orang yang cukup, akan melakukan kebaikan tanpa memikirkan
balasan atau pahala di akhirat, apalagi meninggalkan jejak pujian di dunia
karena mengaku dirinya sudah menang. Mereka justru tidak ingin yang lain tahu
kalau dirinya pernah berbuat hal baik. Mereka juga tidak mengharapkan
keuntungan apalagi memeras keuntungan dari orang lain. Tapi justru menyebar
keuntungan karena merasa dirinya sudah cukup. Tanpa perlu kemenangan apa-apa di
dunia dirinya hanya menyebar rahmatNYA.
Bukankah ini adalah memakmurkan? Jadi sebelum memakmurkan kita
harus CUKUP. Dan untuk cukup kita harus kembali kepada fitrah.
Sahabatku… katanya setelah berpuasa kita akan kembali kepada
fitrah. Kenapa? Kalau puasa adalah belajar mengendalikan nafs, seperti yang
sudah kita pelajari bersama, maka jelas tali keterhubungannya menjadi jelas,
bukan?
Setelah kita mampu mengendalikan nafs yang kebanyakan datang
dari mata yang selalu melihat keluar. Maka perlahan-lahan kita akan menurunkan
tembok tinggi yang sengaja kita bangun itu. Sehingga kita mampu masuk ke dalam
diri lagi untuk menemui fitrah diri.
Perlahan-lahan saja, bagaimanapun rasa cukup tidak bisa
dipaksa. Kalau dipaksa, maka yang memaksa itu adalah nafs yang ingin
diuntungkan dari rasa cukup, padahal dirinya belumlah pantas. Kepantasan inilah
yang tidak bisa kita tukar dengan apapun yang ada diluar diri.
Selamat kembali kepada firah, semoga kita bisa benar-benar
bisa menemui fitrah diri yang sebenarnya. Setelah fitrah diri tertemui, maka
ranumnya rasa CUKUP akan bermekaran.
Salam Semesta
Copyright 2022 © www.pesansemesta.com
Follow : https://www.instagram.com/pesansemesta.ig
Subscribe : https://www.youtube.com/c/pesansemesta
TANDA DIRI SEDANG MEMANCARKAN ENERGI VIBRASI RENDAH (LOW VIBRATION)
April 25, 2022.png)
Kesalarasan adalah keniscayaan yang harus dibangun dan
dijaga. Sebenarnya manusia dibentuk agar selaras dengan dirinya sendiri.
Sayangnya itu memang tidak selalu mudah. Kita sering kwalahan
dengan tantangan yang muncul dari permainan yang kita jalani sendiri. Sehingga muncullah
istilah yang namanya low vibration.
Rasa kwalahan ini menggeser kita untuk memancarkan vibrasi
rendah yang terus bertolak belakang dengan keselarasan diri kita yang
sebenarnya.
Vibrasi rendah yang terpancar memang akan sangat mempengaruhi
kesejahteraan diri. Vibrasi rendah yang terpancar juga bisa berakumulasi sehingga
seseorang merasa disatu dimensi dimana dirinya selalu merasa tidak beruntung.
Karenanya, sangat penting bagi tiap kita untuk menyadari tanda-tanda
low vibration yang ia pancarkan sendiri. Sehingga dirinya bisa membenahi vibrasi
dirinya. Apabila tidak terbenahi, maka dirinya akan kesulitan dengan pencapaian
yang ia ingin capai.
Vibrasi itu ibarat pemancar yang membentuk frekuensi tertentu. Secara
sederhana kita bisa mengartikan frekuensi sebagai gelombang. Setiap energi
bergetar dan getarannya itu memancarkan gelombang energi. Karena semua
gelombang itu adalah perjalanan energi, maka semakin banyak energi yang bergetar
dalam gelombang, maka semakin tinggi frekuensinya. Semakin rendah frekuensinya,
semakin sedikit energi yang bergetar dalam gelombang.
Dengan kata lain semua manusia dan materi semesta memiliki medan
energi yang memiliki frekuensi getarannya sendiri-sendiri, baik mereka menyadarinya
atau tidak menyadarinya.
Ini bukan hal yang mistis. Anda adalah medan energi yang hidup. Tubuh
Anda terdiri dari partikel penghasil energi, yang masing-masing bergerak secara
konstan. Jadi, seperti segala sesuatu dan semua orang di alam semesta, Anda
bergetar, membentuk energy dengan cara menarik frekuensi.
Low vibration (getaran rendah) adalah getaran yang
berlawanan dari High vibration (getaran tinggi). Tentunya semua orang ingin
terus berada di kondisi high vibration. Hanya kenyataan tidak selalu berkata
demikian. Kegagalan diri untuk terus secara sadar menjaga kejernihan pikiran
dan perasaannya sendiri, merupakan salah satu alasan kenapa kita secara sadar
terjun bebas ke kondisi low vibration.
Low vibration sangat berkaitan erat dengan bagaimana
seseorang berpikir dan berperasaan. Tidak ada situasi yang mendukung low vibration
kecuali diri sendiri.
Sangat mudah sebenarnya untuk mengetahui apakah kita berada
di vibrasi rendah. Anda bisa menceklist salah satu dari kondisi-kondisi
dibawah. Apabila Anda menjawab 3 dari 2 maka kami sarankan Anda untuk segera
mengubah vibrasinya
#Tanda Pertama: MERASA TIDAK NYAMAN DENGAN DIRI
Setiap manusia pasti pernah berada di suatu kondisi dimana
dia sangat merasa tidak nyaman dengan dirinya sendiri. Ketidak nyamanan ini
bukan karena sebab akibat dari objek-objek diluar diri. Melainkan rasa yang
murni berasal dari dalam diri sendiri.
Tidak nyaman dengan diri adalah kondisi low vibration.
Dimana energy pikiran dan perasaan kita terpusat kedalam diri sendiri namun
untuk sesuatu yang negatif, yaitu meratapi diri, membandingkan diri, mengiba
diri atau tidak menerima kondisi diri sendiri.
Apabila ini sedang menimpa Anda; maka jalan keluar paling
cepat adalah move in.
Pergilah ke dalam diri Anda sendiri; Tariklah nafas panjang
dan hembuskan dengan perlahan. Rasakan dan syukurilah hembusan nafas itu.
Berterima kasihlah kepada semesta untuk seluruh nafas Anda. Mulailah lagi
menarik nafas sambil memikirkan hal-hal lain yang Anda miliki didalam diri.
Lalu syukurilah itu semua.
Bersyukur adalah obat bagi setiap orang yang sedang meratapi
diri. Percayalah kalau Anda tulus melakukan cara diatas, maka dalam sekejap
kondisi Anda akan benar-benar membaik. Tulus-lah sebagaimana semesta tulus
dengan Anda sahabatku…
#Tanda Kedua: MERASA DI UJI
Harus diakui low vibration adalah suatu kondisi dimana Anda
merasa hidup ini adalah lembaran ujian yang melelahkan. Masalah datang
bertubi-tubi seperti tumpukan cucuian kotor. Setiap saat Anda merasa tersudut
dengan segala ujian-ujian itu. sampai-sampai Anda merasa sangat kewalahan.
Sahabatku… Apabila kita selalu mengkondisikan diri di high
vibration, maka ujian hanya akan menjadi porsi pembelajaran. Bagi mereka yang
berada di high vibration ujian adalah salah satu cara manusia untuk mengambil
pelajarannya.
Manusia tidak pernah diuji, mereka hanya sedang belajar.
Tentunya kita hanya belajar untuk bertambah baik. Kemarin Anda rugi 100 juta.
Sekarang Anda rugi 10 juta. Karena Anda sudah belajar dari pengalaman kerugian
100 juta, maka kerugian 10 juta Anda tidak lagi menjadi masalah. Ini tidak lain
karena Anda sudah belajar menanganinya.
Tapi ini akan berbeda bagi mereka yang di low vibration,
mereka akan melihat ujian sebagai neraka, sehingga mereka tidak bisa mengambil
porsi pembelajaran darinya. Mereka malah fokus untuk merasa stress, tidak
berguna, merasa kecil dan merasa tidak dicintai olehNYA.
Untuk mengobati ini, maka kita harus merubah mindset tentang
masalah. Ketahuilah bahwa Dzat Maha tidak perlu menguji-nguji manusia hanya
agar DIA mengetahui respon kita. Dzat Maha memiliki pengetahuan lintas waktu
dan ruang. Dzat Maha mengenal kita jauh lebih kenal, dari pada kita mengenal
diri sendiri. Dzat Maha menyanyangi makhlukNYA tanpa tanda titik.
Masalah tidak pernah datang sebagai sebuah ujian dariNYA,
melainkan sebuah anugerah kesempatan dalam hidup, agar kita mampu mempelajari
sesuatu. Ada pelajaran yang harus kita pelajari dalam sebuah masalah, sementara
masalah selalu hadir melalui jalur sebab – akibat yang berlangsung dari dalam
hidup kita sendiri, akibat dari perbuatan diri kita sendiri.
Kenapa kita menolak masalah, karena kita masih berpegangan
pada mindset lama, kalau masalah ujian dariNYA. Karena Dzat ingin melihat
bagaimana kita menyelesaikan masalah. Apabila ini Anda, maka sebaiknya mindset
ini mulai dirubah perlahan-lahan.
Apabila detik ini Anda merasa berada dalam lingkaran
masalah, maka terimalah, belajarlah, perbaikilah. Maka perlahan-lahan energy Anda
akan bervibrasi menjadi lebih baik, dan meningkat.
#Tanda Ketiga: FOKUS KEPADA PENILAIAN DIRI DAN ORANG LAIN
Menilai, menilai, menilai, dan menilai. Seberapa sering kita
menilai segala hal diluar diri kita dan didalam diri kita sendiri “Saya tidak
sekaya dia”, “Dia lebih pintar dari saya”, “Dia sangat agamis yaa, tidak
seperti saya”, “Anak saya nakal dan tidak sepintar anak dia”, “Suami saya tidak
romantis begitu”, “Istrinya cantik sekali, tidak seperti istri saya”, “Heran
kenapa dia selalu tampil modist, gimana yaa saya bisa tampil modist juga”, “Dia
sangat berdosa, aku lebih sholeh darinya”.
Sahabatku… Apabila Anda merasa sadar bahwa belakangan ini
Anda sering kali menilai atau sering terjebak didalam penilaian orang lain.
Maka ketahuilah kalau Anda sedang berada di zona low vibration.
High vibration adalah kondisi netral seseorang. Dalam kondisi
netral kita menghormati Sang Pencipta. Apapun yang kita nilai, itu adalah
bersumber dariNYA. Hanya dariNYA segala-segalanya berasal. Lalu kenapa kita
tidak melihat segalanya sebagai sumberNYA? Pahamilah hal ini kalau Anda
berencana pindah menuju kondisi high vibration.
#Tanda Keempat: MENYIMPAN RASA YANG MENURUT AKAL ANDA
NEGATIF
Sahabatku… Akal Anda sangat sempurna, namun sayang pikiran
dan perasaan kita kadang bergerak untuk mengingkari akal kita sendiri. Akal
kita berkata bahwa; kebencian,
kecemburuan, amarah, menyalahkan, pesimis, ketakutan, iri, dengki dan
sejenisnya adalah pikiran dan perasaan negatif yang harus segera dihentikan.
Tidak boleh dibiarkan menjadi noda didalam hati.
Akal kita sangat cerdas. Namun pikiran dan perasaan kita
masih terus menyimpannya, masih terus mengulang-ngulang memory tentang
moment-moment itu.
Apabila itu adalah Anda, maka sadarilah Anda tidak sedang
beranjak ke mana-mana, selain hanya sedang berputar-putar pada lingkaran low
vibration. Untuk berhenti bermain diputaran yang sama, maka Anda harus berani
menerima dan melepas.
Terimalah segala pikiran dan perasaan negatif itu sebagai
pengalaman hidup. Pengalaman hidup adalah siklus dimana kita memetik pelajaran
dari hidup. Bukan siklus dimana kita terus menerus memutar memory yang sama.
Kejadian itu telah berlalu sahabatku… Tersenyum dan relakanlah. Anda akan jauh
lebih baik tanpa pikiran dan perasaan negatif itu.
#Tanda Kelima: JAUH DARI RASA SPIRITUAL
Sahabatku… Spiritual adalah hal pribadi yang seharusnya
setiap spirit (jiwa) memiliki spiritual. Karena spiritualitas adalah hubungan
seseorang dalam memaknai Dzat Maha didalam dirinya. Jadi meskipun seseorang
tidak memeluk agama, bukan berarti dia tidak spiritual. Begitu juga sebaliknya.
Bukan berarti seseorang memeluk agama, maka lantas dia menjadi spiritual, meski
agama dibangun berdasarkan spiritualitas.
Apabila Anda merasa hubungan personal Anda dengan Tuhan
merenggang dan jauh, meskipun Anda masih rajin melakukan ibadah. Maka,
sadarilah sudah saatnya bagi Anda untuk kembali membangun ulang hubungan itu.
High vibration akan sempurna apabila kita mampu menyadari
kebersamaan diri denganNYA. Logikanya sangat sederhana sahabatku… Anggap Anda
akan mengarungi gunung sahara yang luas. Lalu ada kabilah yang ingin memberikan
Anda tumpangan. Satu kabilah memiliki persediaan air yang banyak. Satu kabilah
lagi sama sekali tidak memiliki persediaan air. Maka kabilah mana yang akan
Anda pilih? Logikanya pasti Anda akan memilih kabilah yang memiliki air. Anda
akan merasa aman kalau bersama mereka.
Lalu bagaimana kalau Anda membersamai Sang Maha Baik dalam
kehidupan Anda, maka apakah tidak mungkin Anda merasa aman, tentram, dan
diliputi kebaikan? Tentu sangat mungkin. Aman, tentram, baik tidak ada pada
kondisi low vibration melainkan hanya ada pada kondisi high vibration. Jadi
mengasah rasa spiritual akan sangat berpengaruh kedalam vibrasi kita.
Akhir kata sahabatku… Ada baik ada buruk, ada siang ada
malam, ada besar ada kecil. Segalanya diciptakan berpasang-pasangan hanya agar
manusia mampu memilih yang terbaik menurut dirinya. Bahkan untuk memilih pun Dzat
Maha sudah menciptakan kita akal. Jadi, memang hidup ini tidak pernah menjadi
susah apabila kita tidak berhenti menggunakan akal kita untuk memilih yang
terbaik.
Tidak ada kebaikan yang lebih baik dari pada kondisi high
vibration. Namun karena hidup ini adalah keseimbangan. Maka, ada satu dua kali
kita harus menceburkan diri atau tercebur didalam kubangan low vibration,
sebelum nantinya kita mencuci diri dan masuk lagi ke dalam high vibration.
Ketidak baikan dalam hidup hanyalah jalan menuju kebaikan.
Apabila saat ini Anda berada di low vibration, maka pahamilah Anda tetap
memiliki pilihan untuk berada di High vibration.
Pilihlah sahabatku… Karena pilihan kita adalah keajaiban
yang akan berwujud.
Salam Semesta
Copyright 2022 © www.pesansemesta.com
Follow : https://www.instagram.com/pesansemesta.ig
Subscribe : https://www.youtube.com/c/pesansemesta
KENAPA HARUS GROUNDING DAN 3 TRIK AGAR GROUNDING LEBIH EFEKTIF
April 16, 2022
Sahabatku… manusia adalah makhluk
listrik: seperti segala sesuatu baik hidup maupun mati, kita terdiri dari atom
yang memiliki muatan bersih baik positif, negatif, atau netral. Sama seperti
peralatan listrik, ketika tubuh kita tidak di-ground, terjadi penumpukan ion
positif yang mendatangkan malapetaka bagi kesehatan kita.
Ketika kita manusia terputus dari
bumi, potensi bioelektrik dan sistem kekebalan tubuh kita menjadi kurang.
Manusia berfungsi secara optimal ketika kita memiliki sedikit muatan negatif,
sama dengan yang ada di bumi, yang terjadi secara alami ketika kita terhubung
secara elektrik dengan bumi melalui grounding.
Kita adalah makhluk yang dibentuk
seimbang dan selaras. Grounding adalah teknik terapi yang berfokus pada
penyelarasan kembali energi listrik tubuh dengan menghubungkannya kembali ke
bumi.
Studi menunjukkan bahwa ketika
tubuh digroundingkan, potensi listriknya menjadi sama dengan potensial listrik
bumi melalui transfer elektron dari bumi ke tubuh.
Bumi adalah gudang elektron
raksasa dengan pulsa listrik halus yang disebut Resonansi Schumann yang telah
mendukung keseimbangan bumi. Resonansi Schumann adalah resonansi
elektromagnetik global, yang dihasilkan dan dieksitasi oleh pelepasan petir di
rongga yang dibentuk oleh permukaan bumi dan ionosfer.
Grounding bukan hal yang aneh di
industri elektronik dan telekomunikasi. Kita harus menghubungkan semua kabel
transfer data ke bumi untuk menjaga stabilitas listrik, dan menghindari
gangguan listrik (noise).
Tubuh manusia tidak berbeda. Kita
membutuhkan tanah untuk menjaga stabilitas listrik. Karena bagaimanapun juga
kita adalah makhluk listrik–dan mencapai transfer data yang sempurna antara
kompleksitas lingkungan kita (siklus 24 jam Bumi), yang menginformasikan banyak
sekali proses biologis yang dilakukan tubuh kita sehari-hari.
Misalnya saja peradangan. Setiap
hari kita bisa mengalami peradangan tanpa henti. Hanya saja, tubuh kita
berhasil menanganinya dengan baik. Penanganan yang baik ini bisa terganggu
kalau terjadi kekacauan electron dalam tubuh kita.
Jadi begini, Peradangan adalah
respons perlindungan normal tubuh terhadap cedera. Peradangan terjadi ketika
faktor fisik memicu reaksi kekebalan tubuh. Terjadinya peradangan tidak selalu
menandakan adanya infeksi. Namun, infeksi selalu menyebabkan peradangan.
Kalau di dalam tubuh, peradangan
terutama disebabkan oleh neutrofil, yang merupakan jenis sel darah putih yang
dilepaskan tubuh ketika mendeteksi patogen atau sel yang rusak.
Neutrofil dikirim ke situs di
mana patogen atau sel yang rusak berada, merangkumnya, kemudian melepaskan
molekul oksigen yang kekurangan elektron dan reaktif.
Ketika neutrofil melakukan
tugasnya untuk menghancurkan patogen atau sel yang rusak, ada sisa produk
sampingan molekul oksigen kekurangan elektron yang reaktif. Jika tidak ada
cukup elektron dalam tubuh, dalam hitungan detik molekul reaktif ini akan
mencuri elektron dari sel yang sehat. Kekurangan elektron bebas umum terjadi
pada mereka yang menjalani gaya hidup tidak alami dan kekurangan diet makanan
utuh dan hubungan teratur dengan lingkungan alami.
Ketika elektron dicuri dari sel
sehat, karena kekurangan elektron bebas, sistem kekebalan kemudian dipicu:
"oh ada lebih banyak kerusakan," dan mengirimkan lebih banyak
neutrofil untuk memulihkan sel yang baru rusak, dan dimulailah reaksi berantai.
Tanpa kita sadari peradangan kronis dapat berlanjut selama bertahun-tahun.
Untuk mencegah efek domino yang meradang ini, sebenarnya mudah saja: membumi.
Ketika Anda terhubung ke bumi
secara elektrik, elektron bebas menyebar ke seluruh tubuh, yang menghasilkan
efek antioksidan. Setelah neutrofil melepaskan ledakan oksidatif mereka dan
mencari elektron, elektron dari pembumian ada di sana untuk menetralisir situasi
dengan menawarkan elektron, yang mencegah neutrofil mencuri elektron dari sel
sehat, sehingga mencegah peradangan.
Bumi sudah bisa menjadi penyembuh
yang efektif. Sekarang semua tergantung pilihan kita masing-masing, bukan?
Aktifitas grounding sendiri dapat
dilakukan dengan cara yang sederhana seperti; Berjalan tanpa alas kaki,
berbaring di tanah, berendam dalam air. Bisa dilakukan di alam terbuka atau
sekedar di area taman rumah yang sempit.
Agar grounding atau earthing yang
kita lakukan membawa hasil yang lebih efektik, maka ada beberapa trik sederhana
yang bisa kita lakukan. Diantaranya adalah :
1# Sapalah
Alam
Sahabatku…
Menyapa alam itu bukan ide yang gila! Justru malah sebaliknya. Kadang kita lupa
betapa terkoneksinya kita dengan alam. Grounding yang efektif itu bukan sekedar
berjalan atau berdiri begitu saja di atas tanah tanpa alas kaki. Tetapi juga
belajar untuk terhubung dengan alam tempat dimana kita berada lalu menyatu
dengan bumi.
Alam disini
sifatnya tidak terbatas, rumah Anda termasuk alam, kolam renang itu juga adalah
alam, taman sempit dipojokan halaman rumah Anda juga adalah alam. Dimanapun
kita berada, maka itulah alam kita dan seharusnya kita terhubung dengannya.
Tidak butuh
cara yang aneh untuk menyapa alam. Cukup koneksikan hati dan pikiran untuk
menyapa alam seperti kita menyapa seseorang. Sebarlah salam yang tulus, setulus
apa yang alam berikan kepada kita.
2#
Perhatikanlah Nafas
Memperhatikan
nafas adalah dengan menjadi sadar pada pergerakan nafas itu sendiri. Kita
jarang melakukan ini bukan? Bagi sebagian kita, memperhatikan napas yang
otomatis adalah pekerjaan yang tidak terlalu penting. Namun sekali-kali
lakukanlah. Minimal pada waktu melakukan grounding.
Tujuan dari
memperhatikan nafas atau bernafas dengan sadar adalah untuk menjadi sepenuhnya
hadir pada kondisi diri saat ini. Kebanyakan kita tidak hidup pada saat ini.
Pikiran kita menerawang menuju masa depan, masa lalu atau memperhatikan hal
lain yang bukan diri sendiri.
Padahal
menjadi diri sendiri bisa membantu melepaskan kekhawatiran tentang masa lalu
atau masa depan. Karena itu diharapkan dengan melakukan pernapasan sadar, maka
akan membantu kita untuk masuk kedalam diri lebih mudah, dan bisa lebih
bersyukur pada apa yang kita miliki sekarang.
Dengan rasa
syukur yang terbangun otomatis akan lebih membantu mengurangi kecemasan,
membantu mengatasi kelelahan, meredakan nyeri jenis tertentu, dan mengurangi
pikiran negatif.
Itu karena
bersyukur adalah pikiran positif yang mampu meledakkan kadar dopamin tinggi di
otak? Neuroscience telah menemukan
hubungan antara pikiran positif dan aktivasi neurotransmitter tertentu. Jadi
dengan memusatkan perhatian pada hal-hal yang disyukuri memaksa perubahan jasad
ke fase yang lebih positif.
Rasa syukur
yang dibangkitkan saat grounding akan lebih mampu merangsang lebih banyak
neurotransmiter di otak kita, khususnya dopamin dan serotonin, yang
meningkatkan perasaan bahagia, damai dan rasa cukup dengan diri sendiri.
3# Rangkullah
diri
Sahabatku…
Meskipun manusia tidak suka sendirian. Namun nyatanya kita masih sering
sendirian dalam diri sendiri.
Grounding
adalah moment yang tepat untuk kembali merangkul diri yang terabaikan. Cobalah
untuk berkomunikasi kepada diri dengan bahasa dan kalimat yang baik.
Komunikasi itu
seperti percakapan dua sahabat, di mana "mendengarkan" sama
pentingnya dengan "berbicara". Jadi kita berkomunikasi kepada diri,
bukan untuk memerintahnya, bukan untuk mengutuknya. Namun untuk mengenalnya
lalu memahami kebutuhannya. Sehingga kita dengan diri kita bisa lebih saling
merangkul lagi dalam keharmonisan.
Jadi hindari
keluhan, ratapan dan bahasa yang menyudutkan diri. Jangan lupa juga ucapkanlah
terimakasih untuk seluruh kinerja diri kita. Terimalah diri dengan apa adanya.
Hargai apa yang sedang dia rasakan.
Sama seperti
kita, tubuh juga menghargai penghargaan. Beberapa orang berpikir ini gila,
tetapi ketika kita mengatakan "Terima kasih" kepada diri, maka diri
akan cenderung melakukan lebih banyak hal yang menyenangkan kita. Otomatis
pikiran kita pun akan menjadi lebih tenang. Seutas senyum kepada diri pun akan
tersungging begitu saja.
Jadi
mengertilah sahabatku kalau pujian dan terimakasih yang tulus langsung
menghasilkan efek yang lebih baik. Grounding pun akhirnya bisa menjadi lebih
efektif hasilnya karena bumi mampu merespon elektromagnetik positif yang kita
pancarkan.
Akhir kata sahabatku…. Sudahkan
Anda grounding hari ini? Kalau belum duduklah atau berdirilah ditempat Anda
sekarang. Sapalah alamnya, perhatikan nafas itu, rangkullah diri itu, dan
netralkanlah penilaian itu.
Kami ucapkan selamat grounding… Tidak ada yang aneh dari grounding atau earthing. Grounding hanyalah sedikit bukti kecil kalau kita dan Bumi adalah satu. Sebagai kesatuan memang sudah seharusnya kita saling memberi dan menerima.
Video Grounding https://www.youtube.com/watch?v=Y8ifNXsV6KY&t=5s
Salam Semesta
Copyright 2022 © www.pesansemesta.com
Follow : https://www.instagram.com/pesansemesta.ig
Subscribe : https://www.youtube.com/c/pesansemesta
BELAJAR MENJADI PENGENDALI NAFSU
April 03, 2022.png)
Sahabatku… harusnya memang setiap
detik kita belajar mengendalikan nafsu tanpa putus pada bulan atau kondisi
tertentu saja. Karena nafsu juga tidak pernah putus. Nafs selalu ada dan selalu
butuh dikendalikan.
Kami tidak membuat statement
kalau berpuasa dengan menahan lapar atau haus itu tidak baik. Kami hanya
mengajak kita bersama untuk mulai lebih menerima manfaat yang lebih besar
ketimbang menahan lapar dan haus.
Jadi disini kita akan
meng-upgrade kualitas puasa kita bersama dengan mulai belajar menjadi
pengendali nafsu. Belajar adalah istilah yang sangat tepat dan sopan bagi kita,
karena diri adalah pelajaran yang tidak akan pernah habis dan tidak akan pernah
sempurna untuk dipelajari.
# mengapa nafs butuh dikendalikan?
Nafs itu adalah program ego yang
tidak digunakan sebagaimana keniscayaannya dibuat. Nafsu adalah ego yang
condong kepada perkara yang tidak baik bagi diri dan bagi semesta.
Apabila tidak dikendalikan, maka
sebuah ujian akan terus bermunculan, dimana seakan-akan ujian muncul dari luar
kedalam. Padahal ujian itu muncul dari dalam diri kita sendiri yang belum
berhasil mengendalikan egonya sendiri.
Ego itu sendiri awalnya adalah
program yang baik. Ego adalah alert system manusia. Fungsi awal kenapa ego
dibuat adalah untuk menyelamatkan dan agar manusia memenuhi kebutuhannya.
Jadi ego bukan sesuatu yang
negatif. Manusia membutuhkan ego untuk bertahan hidup. Contoh sederhana saat
kita merasa lapar. Lapar adalah indikasi awal bahwa jasad kita membutuhkan
asupan energy. Akhirnya ego memaksa manusia untuk memenuhi kebutuhannya.
Sehingga manusia makan saat lapar. Minum saat haus. Berlari saat dikejar. Dan
saat dalam perkelahian, ego akan mencoba menyelamatkan manusia dengan melawan
balik.
Jadi singkatnya ego itu ibarat
bodyguard manusia. Ego sangat waspada dan senantiasa memproteksi manusia untuk
memenuhi kebutuhannya, baik itu kebutuhan jasmani atau rohani. Namun ego
memiliki sifat bawaan.
Sifat bawaan ego adalah pemenuhan.
Tidak peduli apakah kebutuhan itu adalah kebutuhan baik atau buruk,
menguntungkan atau merugikan, diperlukan atau tidak diperlukan. Ego akan terus
merongrong pemenuhan.
Akibatnya, niat awal ego baik ini
bisa berubah tidak baik. Segala kebaikan butuh pengendalian. Manusia dihidupkan
dengan kemampuan untuk mengendalikan. Termasuk mengendalikan nafsunya sendiri.
# Jadi, apa itu mengendalikan
nafs?
Sahabatku… dalam pengendalian
akan terbentuklah keteraturan dan keseimbangan. Saat kebaikan itu sudah teratur
dan seimbang. Maka kebaikan itu bergerak sesuai fitrah. Dan saat segalanya
sudah sesuai fitrah. Maka segalanya bisa kita kembalikan. Akhirnya kita bisa
menjadi khalifah yang menjadi gerbang kebaikannya bagi semesta alam. Itulah
kenapa banyak agama mengajarkan berpuasa.
Melalui menahan lapar dan haus
diharapkan seseorang bisa bergerak untuk mau mengendalikan dirinya sendiri. Jadi
gol akhirnya tidak hanya tentang nafs.
Hal yang perlu kita teliti secara
netral bahwa segala hukum, tata cara, konsekuensi, aturan gawe manusia atau agama
itu hanya bisa membuat manusia menahan nafsu dan bukan mengendalikannya.
Menahan jauh berbeda dari
mengendalikan. Nafsu yang di dalamnya ada ego, adalah salah satu komponen
penggerak hidup kita. Manusia yang menahan hawa nafsu, ibarat menjadi
bendungan, dan nafsu adalah airnya.
Karena dibangun pada aliran air,
maka bangunan bendungan harus dipastikan kuat dan bertahan dengan berbagai
kondisi. Tapi bukan berarti bendungan tidak bisa jebol. Beberapa faktor
eksternal yang melebihi kemampuan bendungan juga dapat membuat bendungan jebol.
Begitu juga manusia yang berupaya
menahan seluruh nafsu-nafsunya. Pertama yang harus dia siapkan adalah tameng
terkuat untuk menahan godaan nafsu egonya sendiri, yang pada akhirnya tidak ada
artinya pula tamengnya itu.
Apabila tamengnya tidak lebih kuat
dari godaannya. Berbeda dengan manusia yang mampu mengendalikan nafsunya.
Mengendalikan nafsu adalah mengarahkan nafsu menuju pilihan terbaiknya.
Saat nafsunya berkata iya untuk
yang buruk, dia berkata tidak. Saat nafsunya berkata tidak mungkin untuk yang
baik, dia berkata iya bisa. Saat nafsu mengajaknya terlena dengan yang buruk,
dia mengajak untuk beranjak. Apapun hal buruk yang dikehendaki nafsu dia
alihkan menuju kebaikan.
Artinya, kesadaran kita sudah mampu
mengontrol segala gejolak yang datang untuk membentuk bentuk yang selalu lebih
baik.
Jadi, ciri manusia yang berpuasa
adalah dia mampu mengendalikan nafsu dirinya tanpa merasa tertekan dan
terpaksa, tapi melakukannya berdasarkan kesadaran penuh.
Inilah yang nantinya menjadi
kemenangannya atas diri sendirinya. Saat kemenangan ini datang, maka kita mulai
bisa berpikir secara mendalam tentang seluruh hal yang kita pilih dalam hidup
ini.
Sebenarnya inilah point yang
terpenting dari berpuasa, yaitu kemampuan diri untuk mengenal diri sendiri.
# Lalu, bagaimana mengendalikan
nafs dimulai?
Jelas ini adalah pertanyaan yang
penting buat kita sekarang. Selama ini kita sudah terbiasa menahan nafsu.
Akhirnya kita kalah atau minimal menjadi kwalahan. Kita seakan mengalah, karena
harus terus menerus menerima keadaan yang berseberangan dengan kesadaran diri
sendiri. Sehingga kita terus menerus membohongi kesadaran diri.
Kalau kita sudah bisa membohongi
kesadaran, maka bagian mana lagi dari diri kita yang akan dirubah menjadi lebih
baik? Akhirnya kita tidak pernah menjadi lebih baik. Puasa hanya berlaku saat
puasa saja, setelah itu tidak berbekas. Tidak ada jejak dari hasil puasa kita. Tidak
ada yang namanya perbaikan diri. Tidak yang namanya kwaskitaan diri dan banyak
hal positif lainnya yang seharusnya kita terima kalau kita benar-benar
berPUASA.
Sahabatku…
Kembali kepada belajar menjadi
pengendali nafs. Lalu bagaimana caranya?
Karena nafs muncul dari dalam,
maka harus dikendalikan dari dalam juga. Jangan menjadi khawatir, karena sebagai
sebaik-baiknya khalifah bagi Bumi, manusia sudah dilengkapi dengan fitur yang
lengkap.
Jangan berpikir kalau ego dibuat
begitu saja tanpa ada kunci untuk mengendalikannya.
Kunci untuk mengendalikan ego
adalah akal. Ini adalah senjata yang dibuatkan secara khusus oleh Dzat Maha agar
manusia bisa menjadi pembeda.
Akal inilah yang akan membawa
kita pada kesadaran dan pengetahuan untuk menelusuri secara faktual. Sehingga
terbentuklah kesadaran yang sadar betul dengan apapun yang berlangsung didalam
egonya sendiri.
Ego bukan sekedar tentang
bagaimana program jiwa, melainkan juga hardware atau jasad fisik.
Satu bagian khusus otak manusia
yang bekerja mengatur sistem ego ini adalah basal ganglia (striatum) dan batang
otak.
Sementara untuk akal berperan
banyak di neocortex yang adalah bagian dari korteks serebral (bersama dengan
archicortex dan paleocortex - yang merupakan bagian kortikal dari sistem
limbik). Bagian otak ini boleh juga kita panggil otak logis, karena salah satu
fungsi bagian otak ini adalah memproses kesadaran manusia.
Otak logis ini belajar
berdasarkan tiap informasi yang berhasil dikelola oleh nalar akal pikiran.
Hanya saja bukan berarti otak ego juga belajar dengan cara yang sama dengan
otak logis. Bagaimana otak logis belajar ini tidak berlaku bagi otak ego
manusia.
Otak ego belajar dari urgensi
pemenuhan kebutuhan diri. Kebutuhan diri sifatnya relatif dan berubah-ubah
seumur hidup manusia, dan selama itu pula lah otak ego terus mempelajari
kebutuhan diri yang berubah.
Sejak dilahirkan, otak ego belajar
dari segala kebutuhan kita. Otak ego belajar porsi makan yang membuat kita
keyang. Otak ego belajar sikap orang lain yang membuat kita terabaikan dan
bagaimana kita bersikap untuk memenuhinya. Otak ego belajar kata-kata yang
membuat kita terhargai dan banyak hal lainnya.
Itulah kenapa ego sering
dihubungkan dengan nafsu, karena memang satu-satunya fokus otak ego adalah
diri. Mereka bergerak hanya untuk memenuhi kebutuhan diri. Tidak peduli itu
baik atau buruk.
Tapi sekali lagi, diri ini bukan
sekedar ego. Jadi seharusnya kita adalah pengendali dari ego kita sendiri,
bukan sebaliknya. Apabila kita hanya mendefiniskan diri sebagai ego tanpa
membawa serta akal, maka kita hanya akan menjadi mesin pemuas hawa nafsu.
Inilah gunanya akal ada, yaitu
untuk mengajari otak ego dan mewaspadai gerakannya, agar ego paham dan tidak
condong kepada keburukan. Ingat otak ego tidak mengenal baik atau buruk. Sementara
akal adalah pembeda. Akal mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Itulah kenapa muncul istilah aqil
baligh sudah bertanggung jawab dengan segala baik dan buruk yang dia lakukan
sendiri.
Sahabatku… baik dan buruk adalah relatif.
Tetapi kita harus paham kalau kebaikan adalah segala yang seimbang sesuai dengan
porsinya masing-masing. Apabila seseorang sudah memahi porsinya, maka segalanya
akan baik.
Melalui puasa kita belajar untuk
mengenal, lanjut memahami porsi kebaikan dari dalam diri kita sendiri. Jadi
puasa adalah langkah awal agar untuk memantaskan diri, agar bisa menjadi
gerbang kebaikanNYA bagi semesta alam.
Melalui pelajaran mengendalikan
diri ini kita bisa melihat wujud sifat netralnya kensicyaan semesta. Dimana
Dzat Maha tidak pernah menyamaratakan segalanya, bahkan menyamaratakan kebaikan
pun tidak.
Setiap manusia diberikan
kesempatan yang sama, tools yang sama, program yang sama untuk mengendalikan
tiap dirinya masing-masing. Sehingga masing-masing diri mengenal dirinya
masing-masing. Lalu keluar membawa kebaikan dari dirinya masing-masing.
Karena itu, sudah menjadi wajar
kalau melalui puasa kita tidak lagi merasa menjadi manusia yang paling baik.
Apalagi sampai-sampai merasa mejadi manusia yang paling benar, lalu tidak
menghormati manusia lain.
Justru harusnya, melalui puasa
ini kita mengenal kalau sebegitu netralNYA Dzat Maha memahami kita. Menerima
kita. Mengajari kita. Lalu kenapa kita harus mempertegas diri sebagai manusia
terbaik yang berpuasa?
Sahabatku… tidaklah kita kecuali
belajar bersamaNYA. Selamat belajar mengendalikan nafsu. Dimulai dari detik ini
sampai detik-detik yang berkelanjutan.
Salam Semesta
Copyright 2022 © www.pesansemesta.com
Follow : https://www.instagram.com/pesansemesta.ig
Subscribe :
https://www.youtube.com/c/pesansemesta