JAGA PIKIRAN ANDA AGAR TERUS BERGETAR NETRAL
Juni 30, 2022.png)
Getaran energi itu kompleks. Meliputi materi apapun dan apa yang
terpancar oleh materi itu sendiri. Setiap materi memiliki dan memodifikasi
getarannya masing-masing, tidak terkecuali diri kita.
Apabila kita menghubungkan ini dengan pikiran dan otak, maka kita
pastinya akan menemukan kalau otak dan pikiran adalah energi juga.
Otak dan bagian jasad lainnya terdiri dari banyak jaringan.
Jaringan tersusun dari ribuan juta sel-sel. Sel-sel itu tersusun dari molekul.
Molekul terbentuk dari atom dan atom terbentuk dari energi. Jadi, iya betul
otak yang mengelola pikiran adalah atom yang kalau diurut mundur hanyalah wujud
dari energi yang bervibrasi.
Begitu juga dengan pikiran. Pikiran adalah energi dalam getaran.
Ketika kita memikirkan suatu pemikiran tertentu, sel-sel otak kita atau neuron
akan bergetar (bervibrasi) pada frekuensi tertentu dan energi berkecepatan
tinggi ini akan menarik apa pun yang kita kirim melalui pikiran.
Ilmu pengetahuan sekarang telah menemukan bahwa sifat pikiran
adalah urutan kuantum. Pikiran berasal dari hasil getaran energi. Walaupun
kedengarannya seperti konsep atau teori, ini adalah realitas baru yang
diungkapkan fisika kuantum kepada kita.
Itulah kenapa pikiran kita memiliki pengaruh kuat pada kehidupan,
dan itu juga alasan kenapa pikiran bergerak dengan membawa sifat-sifat energi
didalamnya.
Salah satu sifat energi yang terbesar adalah NETRALITAS.
Energi itu Netral. Energi tidak menilai dan memihak. Energi hanya
memberi DAYYA dan DHARMA sesuai arahan kesadaran. Anda adalah kesadaran. Anda
bukanlah ego yang penuh keinginan dan tipu daya. Anda hidup dengan energi yang
netral. Tentunya sebuah penghormatan untuk bergerak sesuai sifat energi yang
menghidupi dan menggerakan setiap molekular yang membentuk diri.
Pertanyaannya, bagaimana memulainya?
Sahabatku… mulailah menjaga dan mengendalikan pikiran Anda
sendiri terlebih dahulu. Itu adalah energi individu yang seharusnya bermain dibawah
kendali Anda. Tugas Anda untuk menjaga agar pikiran Anda agar terus bergetar
netral.
Salam Semesta
Copyright 2022 © wwww.pesansemesta.com
Buku Metamorphosa halaman 74
Juni 18, 2022
Buku Metamorphosa halaman 74 : Waktu tidak bisa melakukan apa-apa. Waktu akan selalu menjadi anak penurut. Begitulah SANG PENCIPTA menciptakannya, hanya agar kita tidak lupa untuk berubah dalam pusaran kasih sayangNYA.
Karena diciptakan netral. Waktu tidak membawa perubahan.
Semestanya lah yang HARUS bergerak, berkembang dan berubah. Jadi semua tentang
apa yang bisa kita lakukan di dalam waktu, bukan apa yang waktu lakukan kepada
kita.
Waktu hanya melakukan satu hal berharga yaitu memberi kita
kesempatan berubah, tapi waktu sendiri tidak pernah mendikte perubahan itu.
Waktu akan terus menatap kita dalam kenetralan. Apapun itu yang kita lakukan,
bahkan saat kita tidak memilih merubah apapun.
Salam Semesta
Copyright 2022 © www.Pesansemesta.com
https://bit.ly/PesanSemestaPublishing
Info buku dan order buku melalui whatsapp up Kang Wahid -
0813-2023-0283
MARI FOKUS MENINGKATKAN DIRI
Juni 16, 2022.png)
“Everyone thinks of changing
the world, but no one thinks of changing himself.” Leo Tolstoy
Kesadaran akan selalu meningkat berjenjang. Dahulu mungkin
kita tidak peduli dengan lingkungan dan alam Bumi kita, lalu perlahan rasa
peduli itu muncul.
Sekarang kita peduli, dan akibat kepedulian itu kita
menyaksikan banyak hal yang tidak benar.
Mata kita pun berubah menjadi laser penilai yang tajam, dan kita pun
tergerak ingin merubah dunia, tepat di saat diri kita belum meningkat.
Sahabatku… sebesar apapun keinginan diri untuk merubah dunia.
Tetap, yang
Berniat merubah dunia itu baik. Ingin memperbaiki Bumi itu pertanda
kalau kesadaran si khalifah Bumi sudah kembali peduli.
Namun jangan juga buru-buru. Dimana saking buru-burunya,
diri malah hanya menempatkan keinginan sebagai keinginan. Sampai akhirnya
keinginan membenahi Bumi tidak pernah terwujud apa-apa selain hanya menjadi
keinginan.
Permainan pikiran pun muncul. Jasad pun mulai terkikis, jiwa
pun semakin melemah, energy pun hanya terbuang percuma. Itukah kita sahabatku…?
Kalau bisa jangan. Jangan menempatkan diri untuk
terburu-buru dalam proses. Selalu ingat kalau hidup di bumi adalah pelajaran
bagi mereka yang mau mengambil pelajaran.
Harapan dan keinginan yang muncul adalah salah satu gerbang
pembelajaran. Lalu ‘proses’ itu adalah pembelajaran itu sendiri. Semakin kita
terfokus kepada proses, semakin kita banyak belajar.
Dengan berproses kita akan mengenal kemampuan diri dengan
baik. Mengetahui kelemahan yang harus diperbaiki, lalu menghargai tiap titik
pencapaian diri. Bersyukur pun menjadi lebih mudah.
Sebenarnya, seluruh keinginan merubah dunia itu tidak lebih
penting ketimbang menjalani pelajaran-pelajaran kehidupan detik ini – saat ini
agar kita bisa belajar.
Semesta tidak bisa didikte dengan keinginan. Regulasi
semesta akan bekerja sesuai hukum sebab akibat yang sudah ditetapkan. Butuh tim
yang terpelajar untuk mewujudkan ini semua.
Selalu pahami kalau Dzat Maha tidak akan merubah sebuah
kaum, kecuali kaum tersebut merubah dirinya sendiri.
Sebuah perubahan butuh pelajaran, kita butuh senantiasa
belajar agar mampu merubah dan berubah.
“di sekolah kita yang sekarang, yaitu sekolah kehidupan, kita memang
pasti mendapatkan gemblengan agar mampu terus meningkat.” – KDZA
Jadi sahabatku… Proses, proses dan proses.
Terus saja ikuti alur proses itu, meskipun hasil akhir mungkin
sama sekali belum tampak.
Percayalah! Energi yang kita curahkan sepenuhnya dalam
proses, tidak hanya akan menguatkan jasad namun juga jiwa kita. Saat ini kita
hanya perlu mematuhi alur kalau DOA itu adalah Dinamis, Optimis dan Aksi.
Dengan kata lain doa itu adalah proses. Kalau kita berproses
berarti kita sudah menjadi DOA kita sendiri. Dimana kita bergerak selaras
dengan DOA itu sendiri. DOA tidak berada diluar kita tetapi bersama kita. Akhirnya
kita pun akan semakin mendekatkan diri kepada wujud perubahan yang kita
inginkan.
Tiap diri yang meningkat akan maju bersama-sama untuk
merubah Bumi menjadi rumah yang lebih baik bagi kita semua. Mari fokus
meningkatkan diri.
Salam Semesta
Copyright 2022 © www.Pesansemesta.com
https://bit.ly/PesanSemestaPublishing
Follow : https://www.instagram.com/pesansemesta.ig
Subscribe : https://www.youtube.com/c/pesansemesta
SAATNYA MEMBACA DIRI
Juni 09, 2022.png)
Dalam keberadaannya diri ini sudah menjadi database ilmu yang lengkap. Pertanyaan-pertanyaan yang luput dari penjelasan semuanya sudah berada lengkap dalam tiap diri kita. Dari mulai data, proses, serta fungsi dan tujuan semuanya sudah terekam dan terbawa dalam tiap diri kita masing-masing.
Dan keseluruhan data informatif itu bersifat otentik dan unik sesuai dengan tujuan kesemestaan kita masing-masing. Tidak tertukar dan tidak juga pernah sama.
Keunikan semesta sudah bernar-benar terdokumentasi dengan baik dan sempurna di tiap diri kita masing-masing.
Intinya, diri ini sudah menjadi database ilmu semesta yang lengkap. Saatnya membaca diri. Saatnya kembali menjadi pelajar semesta”
Sama seperti sifatnya database. Setiap database butuh reader (pembaca). Database yang berisi data apapun tidak akan berguna datanya kalau tidak dibaca. Karena setiap data yang sengaja dikumpulkan, selalu dikumpulkan dengan maksud dan tujuan yang melengkapi sebuah system.
Apabila sebuah program
atau user gagal membaca database dengan baik, maka akan terjadi crash pada
system. Hal ini juga berlaku bagi manusia. Tubuh dan jiwa ini memiliki system
yang dilengkapi oleh database super kompleks.
Database yang berada dalam diri mengandung seluruh informasi tentang keberadaan diri dan keberadaan Sang Pembuat diri. Karena itu kita jangan sampai gagal membacanya.
Membaca diri yang adalah semesta akan menjadi
tugas seorang pelajar yang harus dilakukan. Membiarkan diri men-skip
pelajarannya sendiri tidak akan pernah baik. Hidup akan selalu menjadi
setingkat lebih sulit saat kita tidak mampu mempelajari diri sendiri.
Hidup ini adalah kamuflase tempat manusia untuk belajar dan
menjadi pelajar. Bumi ini adalah dimensi awal bagi tiap-tiap kita untuk
menyebar hasil pelajaran. Begitu juga nanti dalam dimensi-dimensi yang lainnya.
Selamanya kita seharusnya menjadi murid abadi yang senantiasa mempelajari
ilmunya Sang Pembuat.
Semua adalah pelajaran-pelajaran. Semua adalah ilmu-ilmuNYA. Setiap kita hidup sebagai seorang pelajar.
Setiap pelajar memiliki pilihan untuk belajar atau tidak belajar. Itulah
kenapa, memang manusia akan terus ditakdirkan menjadi manusia yang ber-ilmu
selama dirinya belajar.
Salam Semesta
Copyright 2022 © www.Pesansemesta.com
Follow : https://www.instagram.com/pesansemesta.ig
Subscribe : https://www.youtube.com/c/pesansemesta
SPIRITUAL ENLIGHTENMENT - MEMAHAMI PENCERAHAN SPIRITUAL
Juni 04, 2022.png)
Kami
hanya akan mencoba menemukan jawaban yang netral. Jadi ini bukan mungkin atau
tidak mungkin. Segalanya adalah sebab akibat. Semesta hidup dalam dua nilai
yang terseimbangkan.
Semoga tulisan sederhana ini menjadi
pengetahuan netral semesta yang mampu mencerahkan setiap semesta yang masih
terjebak dalam pengertian yang keliru untuk menemukan pencerahan spiritualnya
masing-masing.
Sahabatku… Kekeliruan kecil kita selama
ini adalah mengkaitkan Tuhan dengan agama. Itulah kenapa banyak dari kita yang
terjebak dengan persepsi kalau untuk menjadi spiritual harus beragama, dan seseorang
yang beragama sudah pasti spiritualis.
Mulai sekarang, tolong jangan
lagi berpikiran kalau spiritualitas dan agama adalah sama. Memeluk agama tidak
bisa menjadi tanda dari spiritualitas. Yang sebenarnya adalah, memeluk agama
itu merupakan tanda dari religiusitas dan bukan spiritualitas.
Meskipun agama menekankan
spiritualisme sebagai bagian dari iman. Tetaplah seseorang yang religius belum
tentu spiritualis. Begitu juga kalau dibalik, seseorang yang sipiritualis belum
tentu harus religius.
Spiritual adalah bergerak sebagai
rahmatNYA bagi semesta alam. Spiritual tidak menghamba nama agama, melainkan
menghamba langsung kepada Dzat Maha.
Perhatikanlah semesta kita, bukankah semesta kita ini tidak beragama? Tetapi, dalam ketidakjelasan agamanya kalau kita memperhatikan, semesta kita bergerak sesuai dengan aturan-aturan yang dibentuk oleh pembentukNYA.
Mereka patuh kepada tugas dan
fungsi mereka masing-masing. Mereka tidak merusak. Mereka hidup untuk
memakmurkan. Mereka konsisten agar gerakan mereka adalah gerakan rahmatNYA bagi semesta alam.
Jangan jauh-jauh mencari contoh. Perhatikan
saja detak jantung kita saat ini, berdetak pastinya. Faktanya, jantung umat
manusia memiliki sistem operasi yang sama, meskipun mereka berbeda agama atau
tidak beragama sekalipun. Atau perhatikan matahari yang terbit dan terbenam
itu, apakah dia memilih satu area untuk disinari hanya berdasarkan agama?
Dari dua contoh ini saja kalau kita
netral, maka kita bisa paham, kalau keniscyaan semesta tidak memandang apa itu
agama kita, atau apa itu keyakinan kita. Tidak juga memandang siapa nama Tuhan
yang kita sebut dan yakini. Bahkan keniscayaan semesta seakan tidak peduli
apakah kita ini semesta yang spiritual atau tidak spiritual.
Sahabatku… Begitulah adanya, keniscayaan
semesta itu adalah kenetralan absolut yang akan terlihat oleh akal yang mau melihat,
yang akan terdengar oleh akal yang mau mendengar. Kalau sudah terlihat dan
terdengar, maka kita akan paham kalau semesta ini seakan-akan mau menunjukkan
bahwa Dzat Maha itu memang tidak butuh disembah.
Jadi yang paling baik yang manakah…
Beragama atau spiritualis? Tentunya benak kita bertanya-tanya seperti itu bukan?
Sahabatku… Di dalam perbedaan
manusia dalam berkeyakinan, baik itu memeluk agama atau tidak memeluk agama.
Kita harus mau belajar memahami nilai-nilai keniscayaan semesta agar kita tidak
saling menyalahkan atau membenarkan. Sekali lagi, ini adalah pembahasan yang
netral. Apapun agama yang kita peluk, pastinya mengajarkan kita untuk mampu
melihat kenetralan semesta dan hidup di dalamnya.
Artinya, beragama atau tidak
beragama setiap kita bisa menjadi spiritualis sejati. Kami tidak akan menjawab
salah satunya lebih baik. Karena kebaikan hanyalah wajahNYA. Dari Dia-lah
segala kebaikan hadir, jadi kami tidak akan menilai apa itu baik sebagai sebuah
penghormatan kepada Dzat Maha Baik Pembuat nilai-nilai kebaikan itu sendiri.
Sebelumnya perlu dipahami kalau
spiritualis sejati itu bukanlah sebuah pengakuan yang bisa dipublikasi. Bukan
nama agama yang bisa ditulis. Bukan baju yang bisa memberi gelar.
Spiritual adalah jalinan khusus
dimana seseorang telah berhasil menemui diriNYA didalam dirinya. Hasil dari
penemuan ini adalah pembelajaran. Jadi seorang spiritual adalah seseorang yang
sadar sedang belajar dan berguru.
Seorang spiritual sejati tidak
akan bisa mengakui spiritualitasnya. Itu terjadi karena memang mereka sendiri
masih menjadi seorang pelajar. Sebagai seorang pelajar tidak ada lagi nilai
yang mereka kejar, selain mereka terus berguru dalam penghambaan yang ikhlas,
dan itulah wujud kesejatian.
Jadi spiritual sejati adalah
seseorang yang belajar dan berguru kepadaNYA. Kalau kita mau bertanya, dengan
apakah mereka belajar? Jawabannya adalah dengan segala apa yang diperlihatkan,
diberasakan, didengarkan dan diberpikiran olehNYA termasuk dirinya sendiri.
Sahabatku... Dirimu adalah jembatan spiritual yang panjang. Setiap makhluk adalah spiritual. Kita ini adalah ikatan yang selalu terikat denganNYA... Bahkan untuk seorang Atheis pun spiritual adalah keberadaan yang nyata yang harus dikenalinya. Pengenalannya adalah melalui mengenal diri terlebih dahulu.
Al-Ghazali dalam kitabnya Kîmiyâ’us Sa‘âdah mengatakan bahwa
mengenal diri adalah kunci untuk mengenal Tuhan. Al-Ghazali berkata “Logikanya sederhana: diri sendiri adalah hal
yang paling dekat dengan kita; bila kita tidak mengenal diri sendiri, lantas
bagaimana mungkin kita bisa mengenali Tuhan? Imam al-Ghazali juga mengutip
hadits yang berbunyi “man ‘arafa nafsah faqad ‘arafa rabbah” (siapa yang
mengenal dirinya, ia mengenal Tuhannya)”
Pada tahun 1831, Ralph Waldo Emerson menulis puisi berjudul
"Γνώθι ",
atau Gnothi Seauton ('Kenali Dirimu'), dengan tema "Tuhan di dalam dirimu". Puisi itu adalah lagu kebangsaan bagi
keyakinan Emerson bahwa mengenal dirimu sendiri berarti mengetahui Tuhan yang
Emerson rasakan ada dalam diri setiap orang. Jaluddin Rumi juga pernah berkata
“Jangan melihat ke luar. Lihatlah ke
dalam diri sendiri dan carilah itu.” Phytagoras juga memahami kalau dengan
mengenal diri, maka seseorang akan mengenal semesta dan Dzat Maha.
Menurut kami Phytagoras dan yang lainnya tidak mengucapkannya
secara berlebihan. Memang hanya itu yang akan kita dapat dari mengenal diri,
plus beberapa bonus dahsyat lainnya. Kami sebut bonus karena meski terdengar
sangat remeh. Namun mengenal diri adalah sebuah kunci menuju pintu lain dari
ekstensi manusia yang otentik.
Bisa disimpulkan kalau mengenal diri adalah sebuah cara bagi
manusia untuk menemukan makna keberadaan dirinya dan Pembentuk dirinya ditempat
yang sama. Apakah ini tentang agama? Jawabannya, adalah Tidak!
Mengenal diri, mewaspadai diri, mengendalikan diri bukan
tentang agama apapun. Tetapi tentang menghargai keberadaan diri yang sudah
dibuat oleh Sang Maha Menjadikan. Kalau kita menyakini Dzat Maha atau tuhan
kalau kita mentuhankanNYA itulah yang membuat tiap diri menjadi ada, terlepas
dari apapun agamanya. Maka tidaklah itu kecuali awal dari keyakinan yang
sebenarnya.
Agama bisa saja dituduh salah atau bisa saja melakukan
kesalahan. Tapi keberadaan diri kita tidak pernah salah. Cara Dzat Maha membuat
kita ada untuk melengkapi semesta raya ini tidak pernah salah. Jadi sudah
sewajarnya untuk menghormati Sang Maha Menjadikan kita mengenal diri,
mewaspadai diri dan mengendalikan diri yang dijadikan olehNYA itu, bukan?
Faktanya kita tidak akan bisa lagi menghormati Sang Maha Menjadikan, kalau bahkan apa yang Dia jadikan ini, apa yang Dia bentuk ini, apa yang Dia amanahkan ini sengaja kita acuhkan seperti kita mengacuhkan sehelai daun kering yang rontok ditengah hujan deras.
Sahabatku… Saat akal ini sudah
mampu menggiring pemiliknya untuk menemui Dzat PembuatNYA, maka akal ini akan
paham betul kalau proses hidup ini detik demi detiknya tidak akan pernah
terlepas dariNYA.
Akhirnya iman bisa terbentuk dan menguat, sehingga seseorang itu mampu
memahami kalau segala apa yang dia lihat, dia rasa, dia dengar dan dia pikirkan
selalu berhubungan langsung denganNYA.
Akhirnya dia paham, kalau memang
Dzat Maha lebih dekat dari urat nadi. Dzat Maha adalah segala tentangnya. Tidak
ada detik kecuali bersamaNYA. Seperti sepasang dua bilik jantung yang menyatu.
Seperti dua belah otak yang menyatu. Tanpa sela dan tanpa halang kecuali
bersamaNYA. Indah dan manis, begitulah apa adanya kita menjadi hambaNYA.
Sahabatku… Sebagai orang yang
menghamba, pastilah kita akan menurut kepada yang dituhankan. Inilah artinya
kesucian spiritual, yaitu saat seseorang berguru kepadaNYA dalam penghambaan
yang ikhlas.
Ikhlas menghamba, artinya kita tidak
lagi memandang agama sebagai tuhan, melainkan hanya sebagai aturan yang kita
hormati tapi tidak lagi kita tuhankan. Karena kita hanya mentuhankan Dzat Maha
yang harusnya kita tuhankan, dan tidak lagi mentuhankan agama.
Sekali lagi, spiritual adalah
bergerak sebagai rahmatNYA bagi semesta alam. Spiritual tidak menghamba nama
agama, melainkan menghamba langsung kepada Dzat Maha. Mohon peganglah ini
sebagai pencerahan yang cerah dari segala tujuan kita memilih, baik itu memilih spiritual saja atau
beragama plus juga spiritual.
Apapun pilihan yang kita pilih setiap kita sejatinya memang bisa menjadi spiritual sejati. Baik itu yang tidak menganut agama, ataupun yang beragama.
Sahabatku... Mohon jangan tersinggung dengan tulisan
kami. Apabila tidak sesuai dengan keyakinan yang Anda nilai benar, maka
biarkanlah apa adanya seperti ini. Keniscayaan semesta tidak hadir untuk
memenuhi nilai yang Anda nilai benar.
Lagi pula dimana letaknya iman saat kita masih mencecar apa yang benar dan yang salah? Apakah kebenaran itu masih penting, padahal yang paling penting di antaranya adalah Iman “Rasa kita memilikiNYA... Rasa kita menyatu dengaNYA... Rasa kita selalu bersamaNYA”
Pikirkanlah... Apakah benar dan salah menurut manusia itu masih penting, kalau ternyata kita
sudah benar, karena telah memiliki rasa?
Simpanlah jawabannya untuk merasakan sahabatku…
Akhir kata mohon pahami kalau kita tidak beriman untuk
menjadi spiritual. Kita justru menjadi spiritual untuk menjadi beriman. Jangan dibalik
agar pencerahan ini menjadi jelas dan nyata.
Salam Semesta
Copyright 2022 © www.pesansemesta.com
Follow : https://www.instagram.com/pesansemesta.ig
Subscribe : https://www.youtube.com/c/pesansemesta
FREKUENSI KESADARAN MEMPENGARUHI BUMI
Juni 01, 2022.png)
Terasa atau tidak terasa. Diyakini atau tidak diyakini. Kita hidup dalam lautan frekuensi yang kita buat sendiri. Itulah kenapa disebutkan “AKU tergantung prasangka hambaKU” yang mana artinya manusia sudah sepaket dengan nasib mereka sendiri. Tergantung dari bagaimana TINDAKAN mereka sendiri.
Kesadaran manusia menentukan bagaimana seluruh molekular tubuhnya memancarkan frekuensi. Lalu hasil dari pancaran frekuensinya inilah mereka akan mempengaruhi Bumi.
Dalam kesadaran setiap tindakan bergerak dan membentuk frekuensi. Bagaimanapun frekuensi kesadaran manusia akan selalu mempengaruhi tempat yang harus dipimpinnya, yaitu Bumi.
Tubuh kita adalah mesin molekular. Sementara setiap molekul memiliki frekuensinya masing-masing. Sudah menjadi kodratnya, setiap frekuensi molekular akan senantiasa terpengaruhi oleh kesadaran.
Sebagai energi manusia selalu menarik frekuensi sesuai dengan frekuensi apa yang mereka pancarkan. Sementara elektromagnetik manusia adalah apa yang menjadi dasar geomagnetik bumi.
Apabila molekular tubuh kita menghasilkan gerakan frekuensi tertentu maka Bumi juga akan merasakan efek tertentu. Gerakan molekular adalah keterhubungan yang mempengaruhi. Jejak langkah kita diatas Bumi ini adalah keterhubungan dalam ketersalingan dengan Bumi itu sendiri.
Bumi bukan sekedar tanah bulat berbentuk bulat yang kita sebut planet. Bumi adalah kehidupan dalam kehidupan. Sama seperti kita, manusia juga adalah kehidupan dalam kehidupan. Setiap kehidupan dalam kehidupan akan selalu senantiasa menyatu dalam jalinan yang menyatu. Begitulah semesta dalam wujud yang apa adanya.
Dalam jalinan selalu ada timbal-balik. Maksud dari timbal-balik disini adalah frekuensi yang saling menarik untuk menerima. Kita tidak dapat memiliki pengalaman apapun di planet ini tanpa menariknya melalui frekuensi dan memancarkannya pula melalui frekuensi.
Setiap emosi, termasuk cinta dan benci yang baru kemarin kita bahas masing-masing memiliki frekuensi tertentu. Kesehatan memiliki frekuensi tertentu. Penyakit memiliki frekuensi tertentu. Tiap organ manusia disetel dalam frekuensi tertentu. Kehidupan adalah simfoni frekuensi.
Fakta ini membuat kehidupan kita saling terjalin erat, bukan hanya dengan sesama manusia saja, namun juga terhadap seluruh makhluk bumi lainnya, dan juga termasuk bumi itu sendiri. Jalinan itu terjalin otomatis dari setiap kehidupan kepada kehidupan.
Medan elektromagnetik ada di mana-mana, manusia sendiri adalah penghasil dan pemancar elektromagnetik yang aktif. Setiap gerakan, emosi dan tindakan kita memancarkan gelombang elektromagnetik yang berbeda-beda.
Gelombang elektromagnetik adalah fenomena fisik hasil dari pergerakan molekular yang tadi kita bahas di awal. Masuk kedalam molekul pada tingkat mikroskopik atom, elektron bermuatan partikel terus bergerak di sekitar inti atom, sehingga menciptakan medan magnet.
Itulah kenapa hewan, tumbuhan, bahkan benda yang kita anggap mati seperti batu dan air pun kalau diukur mengeluarkan elektromagnetik dengan berbagai ukuran angka. Jadi ini bukan tentang manusia dan bumi saja, tetapi tentang segalanya. Semesta adalah lautan energi yang dibentuk.
Gelombang elektromagnetik ini sendiri dapat diukur melalui alat tertentu dengan efek yang dapat diamati dengan jelas. Kita bisa membeli alat ini secara umum, dari alat ini kita akan melihat bahwa semuanya benar-benar memiliki medan magnet, termasuk juga Bumi.
Medan magnet bumi, dikenal dengan nama medan geomagnetik, yaitu medan magnet yang memanjang dari iner core bumi ke luar angkasa, tempat bumi bertemu angin matahari, aliran partikel bermuatan yang berasal dari matahari. Tetapi medan magnet matahari tidak sampai situ saja, tetapi meluas jauh ke luar angkasa melampaui Pluto dan seterusnya.
Perpanjangan medan magnet matahari yang jauh ini disebut bidang magnet antarplanet atau Interplanetary Magnetic Field (IMF). Apa yang sedang kita bahas disini, masih jalinan dalam ruang lingkup yang masih sangat sempit. Masih ada ruang lingkup luasnya yang bisa terpelajari.
Jadi kalau kita bertanya; Apakah memang benar kita ini terhubung dengan bumi melalui frekuensi? Jawabannya adalah iya, manusia dan Bumi terhubung. Elektromagnetik manusia dan geomagnetik Bumi saling terhubung dan saling memberi pengaruh.
Lalu bagaimana frekuensi kita membawa pengaruh bagi Bumi? Jawabannya adalah dengan seluruh pergerakan jasad yang dikendarai oleh kesadaran.
Jadi begini sahabatku… Jantung manusia adalah sumber kuat elektromagnetik yang bahkan beberapa meter jauhnya dapat dideteksi oleh instrumen ilmiah modern. Jantung manusia terhubung secara ekslusif dengan otak. Sementara otak terkendalikan oleh kesadaran.
Secara stimulant kita memancarkan medan elektromagnetik non stop. Nah, sebenarnya medan elektromagnetik jantung berisi informasi atau kode tertentu. Informasi dan kode tertentu ini ditransmisikan ke seluruh dan di luar tubuh, kepada seluruh makhluk Bumi, termasuk ke Bumi.
Hasil percobaan menunjukkan, ketika orang menyentuh atau berada dekat dengan sesuatu atau seseorang, terjadi pemindahan energi elektromagnetik yang dihasilkan oleh jantung. Perpindahan ini bukan hanya terjadi antar sesama manusia, namun sesama makhluk bumi dan bumi.
Kita ambil contoh yang berhubungan dengan beberapa pembahasan kita sebelumnya, yaitu emosi cinta dan benci. Dengan cinta seseorang mampu menarik frekuensi gembira, damai, bahagia, bersyukur. Dan dengan benci seseorang mampu menarik frekuensi marah, cemburu, sedih, bersalah, malu, kepedihan.
Sayangnya rasa cinta atau benci yang kita pancarkan tidak hanya untuk diri kita sendiri, melainkan untuk seluruh makhluk dan planet Bumi. Temuan penelitian menunjukkan bahwa ketika kita memancarkan emosi, jantung kita menghasilkan gelombang elektromagnetik yang akan diterima oleh bumi. Lalu frekuensi geomagnetic bumi memancar menuju magnet antar planet.
Ini adalah bukti kuat penelitian yang menunjukan bahwa kita memang satu dengan semesta. Sebuah bukti koneksi raksasa kehidupan. Sains telah membuktikan sendiri bahwa kita semua adalah bagian dari jaringan koneksi raksasa yang tidak hanya mencakup kehidupan di planet ini, tetapi seluruh tata surya kita dan apa yang ada di baliknya.
Semakin banyak orang yang memancarkan emosi yang sama, maka mereka seperti membangun medan energik besar untuk bumi dan makhluk bumi lainnya. Berarti misalkan semakin banyak kebencian maka sedikitnya akan mempengaruhi yang lainnya juga dan dapat berkontribusi pada perubahan global yang sedang berlangsung.
Ini terjadi karena medan magnet bumi adalah pembawa informasi yang relevan secara biologis yang menghubungkan semua sistem kehidupan. Dan sudah kita ketahui bersama kalau sistem kehidupan terdapat hukum sebab-akibat. Jadi apapun frekuensi yang kita lakukan akan membawa kita mendekat kepada sebab-akibat tertentu.
Selama ini mungkin kita mengira bumi tidak merasakan kebahagiaan, kebaikan, ketenangan, kesedihan, kejahatan, yang semua berasal dari kebencian hati kita. Padahal sebenarnya bumi tahu dan merasakannya juga. Bahkan sebenarnya bumi yang lebih tahu terlebih dahulu.
Jadi apa yang bisa kita lakukan kepada Bumi saat ini sahabatku…?
Einstein berkata, “Semuanya adalah energi dan hanya itu yang ada padanya. Cocokkan frekuensi kenyataan yang Anda inginkan dan Anda tidak bisa tidak mendapatkan kenyataan itu. Tidak bisa dengan cara lain. Ini bukan filsafat. Ini fisika.”
Bagaimana kalau kita mulai membentuk kesadaran untuk memancarkan frekuensi terbaik bagi Bumi. Ingatlah… ibarat dua bilik jantung yang berdegup bersamaan. Begitulah kita dan Bumi.
Salam Semesta
Copyright 2022 © www.pesansemesta.com
Follow : https://www.instagram.com/pesansemesta.ig
Subscribe : https://www.youtube.com/c/pesansemesta