3 PELAJARAN AGAR TIDAK OVERDOSIS KECEMASAN (ANXIETY)
Juli 29, 2019
Sahabatku… Sederhananya,
kecemasan adalah rasa takut dan ketakutan yang membuat kita waspada. Secara biologis rasa cemas itu dimaksudkan untuk menempatkan kita dalam kesadaran yang tinggi sehingga kita siap untuk ancaman potensial. Contohnya,
saat mengangkat sepanci air yang mendidih, jasad kita mengelola rasa cemas. Kita
cemas tangan kita melepuh karena memegang gagang panci, akhirnya kita memilih
mengambil lap, atau menunggu panci itu menghangat.
Sayangnya, ketika kita mulai
merasakan kecemasan yang berlebihan, atau kita hidup dalam kondisi kecemasan
yang konstan, kita dalam masalah. Kecemasan kita menempatkan diri kita pada area
yang sangat berbahaya, namun lucunya kecemasan yang overdosis ini, sama sekali
tidak menyadari area berbahaya yang sedang dimasukinya itu sendiri.
Perasaan cemas adalah bagian dari
respons stress tubuh. Pertarungan atau respons melawan kita terpicu, dan sistem kita
dibanjiri dengan norephinefrin dan kortisol. Keduanya dirancang untuk memberi kita
dorongan untuk persepsi, refleks, dan kecepatan dalam situasi berbahaya. Mereka
meningkatkan detak jantung, mendapatkan lebih banyak darah ke otot-otot,
mendapatkan lebih banyak udara ke paru-paru, dan secara umum membuat siap untuk
menghadapi ancaman apa pun yang ada. Jasad mengalihkan perhatian penuh untuk
bertahan hidup. Idealnya, semuanya mati ketika ancaman lewat. Intinya kecemasan
adalah ketegangan jasad.
Sebenarnya jasad kita sangat
lelah pada mode ini. Tapi meski lelah, perlu diketahui bahwa jasad,
termasuk otak manusia tidak pernah mematikan respon melawan kecemasan, karena
otak manusia tidak bisa membedakan realita dan tidak realita. Jasad kita tetap bekerja
sesuai dengan respon yang kita buat. Jadi, saat respon yang kita buat adalah
cemas, maka jasad hanya akan bekerja di mode yang mendukung itu, yaitu mode
stres. Meskipun kecemasan itu sama sekali tidak nyata. Akhirnya, mau tidak mau kita
harus hidup dengan efek fisik dan emosional dari kecemasan setiap hari. Respons
stres jasad adalah sesuatu yang dirancang untuk digunakan saat dibutuhkan dan
kemudian dilepaskan. Tapi kecemasan terus-menerus membuat kita tetap waspada
dan gelisah sepanjang waktu. Itulah kenapa anxiety bisa benar-benar merusak
jasad seseorang.
Pada perwujudannya, anxiety
memiliki beberapa macam jenis dan tingkatan. Namun kalau diambil secara garis
besar anxiety itu dianggap sebagai rasa kecemasan seseorang yang berlebihan
diatas normal. Tapi kalau kita mau bertanya, memang normalnya tingkat kecemasan
manusia seperti apa? Jawabannya tidak ada angka normal. Karena normalnya
kecemesan manusia adalah 0. Artinya kita memang tidak tercipta untuk cemas. Betul
kita tercipta untuk waspada. Tapi waspada tidak harus cemas, kecemasan akan
menjadi pilihan. Kita memilih cemas sebagai siklus sebab akibat dari pengelolaan
diri yang tidak sesuai sebagaimana semestinya kita diciptakan.
Apakah anxiety bisa disembuhkan. Jawabannya
adalah IYA. Sakit adalah sebab akibat, sembuh juga adalah sebab akibat. Kita bisa
memilih nasib sehat, bisa juga memilih nasib sakit. Tergantung disisi mana kita
akan memilih. Kalau mengenai pengertian nasib masih tidak terlalu jelas
silahkan baca disini https://www.facebook.com/pesan.semesta.7/posts/165128254654291
Untuk berbicara pada tahap awal tentang
anxiety disorder, maka kita akan masuk dulu ke dalam jasad. Karena ketakutan
dan kecemasan itu tidak terolah diluar, tapi didalam. Jasad kita yang mengolah
segala rasa dan mewujudkannya untuk kita. Tapi kita juga adalah pengendali
jasad ini. Jadi jelas segala macam rasa bisa kita kendalikan. Termasuk kebahagiaan,
kedamaian, kebencian dan segala rasa lainnya. SANG MAHA menjadikan kita sebagai
khalifah bukan sebagai korban. Bagaimana bisa kita menjadi korban, kalau kita
bisa memilih nasib kita sendiri.
Tapi, ngomong-ngomong dari manakah kecemasan itu berasal ?
Kalau dari sisi neurogolis, sampai
disini para ilmuan percaya bahwa kecemasan adalah hasil dari obrolan
terus-menerus antara sejumlah wilayah otak yang berbeda – yang disebut dengan jaringan
ketakutan. Tidak ditemukan daerah otak yang benar-benar tercipta untuk mengendalikan
kecemasan dengan sendirinya. Sebaliknya, interaksi di antara banyak area otak,
semuanya penting untuk bagaimana kita mengalami kecemasan.
Menggunakan teknologi pencitraan
otak dan teknik neurokimia, para ilmuwan telah menemukan bahwa amigdala dan
hippocampus memainkan peran penting dalam sebagian besar gangguan kecemasan.
Amigdala adalah struktur di dalam
otak yang diyakini menjadi hubungan komunikasi antara bagian otak yang
memproses sinyal sensorik yang masuk dan bagian-bagian yang menafsirkan
sinyal-sinyal ini. Ini dapat mengingatkan seluruh otak bahwa ada ancaman dan
memicu respons ketakutan atau kecemasan. Kenangan emosional yang disimpan di
bagian tengah amigdala mungkin berperan dalam gangguan kecemasan yang
melibatkan ketakutan yang sangat berbeda, seperti ketakutan pada anjing,
laba-laba, atau terbang. (Sudah dibahas pada https://www.pesansemesta.com/2019/06/cara-mengendalikan-amigdala-agar-tidak.html)
Hippocampus adalah bagian dari
otak yang men-encode mengancam peristiwa dalam kenangan. Penelitian telah
menunjukkan bahwa hippocampus tampaknya lebih kecil pada beberapa orang yang
menjadi korban pelecehan anak atau yang bertugas dalam pertempuran militer.
Penelitian akan menentukan apa yang menyebabkan pengurangan ukuran ini dan
peran apa yang dimainkannya dalam kilas balik, defisit dalam memori eksplisit,
dan ingatan yang terfragmentasi dari peristiwa traumatis. (Sudah dibahas pada https://www.pesansemesta.com/2019/06/penjelasan-scientific-keterkaitan.html)
Pada pembahasan kali ini kita kembali
menarik garis, bahwa emosi kecemasan memang juga tergaris pada garisan yang
sama dengan emosi-emosi yang lain. Kecemasan bisa disebabkan oleh banyak faktor,
apakah itu disebabkan oleh genetika atau dibesarkan di lingkungan yang kondusif
bagi kecemasan (seperti di lingkungan yang keras atau orang tua dan guru yang
berteriak sepanjang waktu).
Apa pun yang dapat menyebabkan
emosi yang tidak diinginkan, apakah itu ketakutan, frustrasi atau keraguan,
bisa menjadi pemicu kecemasan — dan begitu kita mengembangkan pola berpikir
yang memperkuat setiap peristiwa dalam hidup kita sebagai ancaman, itu menjadi
siklus yang tidak pernah berakhir.
Jadi sahabatku.. Setiap emosi
memiliki sebab-akibat yang mencetuskan. Saat kita berjerawat, kita fokus
membeli obat jerawat, dari mulai masker, obat oles, pencucui muka. Itu dilakukan
karena jerawat yang terlihat diwajah sama sekali tidak enak dilihat, membuat
jelek wajah dan memalukan. Sama juga dengan penyakit-penyakit emosi, saat
penyakit emosi seperti, amarah berlebih, anxiety, mood yang tidak stabil,
kesedihan mendalam, narsisme dan yang lainnya sudah muncul ke permukaan. Baru seseorang
itu diobati atau mengobati dirinya.
Memang tidak ada kata terlambat. Meski
anxiety masih bisa diobati dengan mulai belajar menjaga ketenangan dan
kedamaian jiwa. Tapi alangkah lebih elok kalau kita tidak terlambat belajar. Ada
ilmu yang harus kita pelajari benar-benar, agar kewaspadaan kita tidak menjadi
kerusakan jasad kita. Mencegah lebih baik dari pada mengobati. Apabila kita
memiliki pasangan atau kalau memang diri kita sendiri yang mengalami anxiety
atau kecemasan berlebih maka mohon pelajarilah 3 pelajaran dibawah :
1# MEMILIH RESPON
Sahabatku…
Belajarlah untuk memilih respon! ‘Memilih RESPON’ inilah satu hal yang
ditugaskan untuk kita. Jadi sebelum menyelesaikan masalah, tugas kita
sebenarnya adalah memilih respon yang baik untuk setiap keadaan. Manusia bisa
mengontrol sesuatu yang diluar dengan terlebih dahulu mengontrol sesuatu yang
didalam. Kita bisa mengontrol respon kita, akhirnya kita juga bisa mengontrol
keadaan apapun dalam hidup kita. Sehingga kita tidak selalu menjadi korban dari
keadaan yang berlangsung.
Keadaan apapun
dalam hidup ini tidak pernah menjadi masalah apa-apa. Tapi respon kita lah yang
membuat keadaan itu menjadi masalah. Dan respon pertama yang paling baik
diantara yang terbaik adalah acceptance (penerimaan).
Menerima bahwa
keadaan yang sedang berlangsung tidak seperti apa yang kita harapkan,
rencanakan dan inginkan. Jadi secara sengaja kita mengkondisikan diri kita
secara sadar untuk memilih menerima keadaan apapun dengan porsi yang positif,
baik keadaan damai ataupun tidak damai.
Respon menerima
adalah pelajaran awal untuk mengendalikan ego. Ego kita selalu menolak sesuatu
yang tidak nyaman, dan akan memaksa kita untuk meraih kembali dan
mempertahankan kenyamanan itu. Karena mempertahankan ego maka respon kita
adalah marah, mengumpat atau bersedih. Akhirnya kita gagal menghadapi keadaan,
lalu keadaan itu pun berubah menjadi masalah.
Agar tidak gagal
menghadapi keadaan, maka kita perlu memilih respon menerima. Dengan memilih
respon menerima, maka kita akan mampu mengendalikan ego. Lalu karena ego sudah
terkendali, maka jiwa kita bisa menikmati ketidak-damaian yang sedang
berlangsung. Akhirnya kita terlindungi dari stress dan depresi.
Kecemasan yang
berkepanjangan adalah akibat dari diri yang belum mampu menerima keadaan.
Sehingga kita membuat keadaan menjadi masalah. Ini terjadi karena ego terus
menerusan memberontak dan belum mau menerima ketidak-damaian yang terjadi.
Padahal saat kita memilih menerima sepenuhnya ketidak-damaian, ketidak-damaian
akan berubah menjadi kedamaian. Dan inilah yang dibutuhkan oleh jiwa dan jasad
kita.
Sahabatku…
Segala sesuatu yang kita terima dengan sepenuhnya hanya akan membawa kita
kepada kedamaian. Meski ego kita tidak bisa menjelaskan alasannya. Karena inilah
keajaiban penyerahan diri kepadaNYA. Kita berserah diri kepadaNYA, karena itu
kita mempercayakan segala keadaan kepadaNYA. Mulai detik ini kita akan belajar
menerima keadaan apapun. Karena jiwa kita percaya kebaikanNYA ada dimana-mana.
2# MERASA CUKUP
Sahabatku… Manusia
cenderung selalu mengingat kebaikan yang belum mereka dapatkan, ketimbang
kebaikan yang telah mereka dapatkan. Inilah awal kecemasan, pertarungan ego
yang ragu kebutuhannya terpenuhi.
Pulang dari
berbelanja Anda mengingat item-item yang sengaja harus Anda cancel karena Anda
tidak mampu membayarnya. Ego menjadi cemas, ternyata uang saya tidak mampu
mencukupi segala dan semua kebutuhan saya. Tapi dilain sisi Anda tidak
mengingat item-item yang baru Anda belanjakan.
Pulang dari
kantor Anda mengingat bos Anda yang menerima kenaikan pangkat lagi. Ego menjadi
cemas, ternyata karir saya sangat lamban, apa yang harus saya lakukan lagi agar
pangkat saya cepar naik. Tapi dilain sisi Anda melupakan kenaikan gaji yang
baru di acc sebulan lalu.
Sahabatku… Di
malam yang hening ini pikirkanlah kembali tentang kebaikan yang sudah kita
terima dalam hidup ini. Apabila kita mampu mengingatnya, maka kita akan
menunduk dan malu dengan kebaikan yan belum kita terima tapi terus kita ingat.
Karena ternyata, yang telah kita terima lebih banyak dengan apa yang belum kita
terima.
Sahabatku…
Belajarlah untuk menjadi manusia yang cukup! Manusia yang cukup adalah manusia
yang mengingat kebaikan yang diterimanya sangat banyak. Sama seperti juga dia
mengingat bahwa kebaikan yang akan diterimanya sangat banyak. Manusia yang
cukup percaya bahwa cukup DIA-lah sumber kebaikan hidupnya, dan dia memang
sudah selalu bersamaNYA. Jadi karenaNYA dia sudah merasa cukup.
3# HANYA UNTUK WAKTU SAAT INI
Apabila kartu
memori manusia rusak, yang ada hanyalah waktu sekarang. Begitulah memang adanya
waktu, waktu adalah sekarang. Semesta ini berada didalam waktu dan ruang SANG
PENCIPTA. Seperti apakah wujud waktu, tidak ada yang mampu menjabarkan. Waktu
adalah bagian pertama yang diciptakan setelah ada diciptakan. Waktu adalah
rahasia SANG PENCIPTA, yang pasti tanpa waktu tidak akan ada Semesta yang
terbentuk. Kita adalah bagian semesta. Jelas kita ada karena waktu terlebih
dahulu ada. LALU BAGAIMANA KITA MENGGUNAKAN WAKTU SEKARANG?
Itu adalah
pertanyaan cerdasnya; bagaimana kita menggunakan waktu yang sekarang?
Sahabatku… manusia memang selalu merumitkan kehidupan yang sama sekali tidak
dibuat rumit oleh SANG PEMBUAT. Itulah kenapa ada sebagian manusia masih suka
hidup di masa lalu dan masih suka hidup di masa depan. Padahal masa sekarang
adalah satu-satunya waktu yang kita miliki.
Apabila Anda
sedang membaca artikel ini, maka ketahuilah. Masa lalu kita sudah menghilang
dan masa depan kita belum terbentuk. Waktu yang kita miliki hanya sesuai dengan
apa yang sedang kita isi didalam kehidupan Anda sekarang. Kalau sekarang kita
sedang membaca ini, berarti itulah waktu Anda. Waktu adalah kesempatan hidup.
Hal terbaik apa yang kita pilih untuk mengisi kesempatan hidup kita sekarang,
itulah waktu.
Kalau pada detik
ini, kita sedang mengingat masa lalu. Berarti kita menggunakan waktu untuk
hidup didalam memori. Begitu juga kalau pada detik ini, kita sedang
mensimulasikan masa depan. Berarti kita sedang menggunakan waktu untuk hidup
didalam memori Anda. Kecemasan bisa disebabkan oleh dua hal; masa lalu atau
masa depan. Sementara masa lalu dan masa depan hanyalah memori.
Maka, bagian
terbaiknya adalah, cobalah untuk mensyukuri dengan sebaik-baiknya waktu yang
kita miliki. Mensyukuri waktu bukan dengan mengucapkan sejuta pujian. Namun,
memberikan makna kedalam waktu itu. Tidak ada tempat bagi kecemasan apabila
kita mau mensyukuri waktu.
Sahabatku… Kalau kita memiliki
pasangan atau sahabat yang menderita anxiety, maka dengan kasih sayang
sadarilah diri mereka tentang kecemasan itu, dan bisikan kalau kecemasan itu
bukan takdir mereka. kecemasan adalah nasib yang mereka pilih. Mereka memiliki
kesempatan yang sama untuk memilih nasib bahagia dan terbebas dari kecemasan.
Kecemasan adalah bagian normal
dari proses pembelajaran hidup. Kita adalah makhluk yang waspada. Saat kecemasan
muncul untuk mengganjal jalan yang mau kita lewati. Maka jangan menghindar dari
kecemasan itu. Sadarilah diri “Oke… saya cemas, ini adalah kecemasan saya. Saatnya
saya mengangkat kecemasan saya dan membuangnya”.
Kita sering menghindari batu yang
kita lewati, lalu saat kita melewati jalan yang sama. Batu itu tetap disana. Karena
batu itu berada di area pribadi kita, maka hanya kita lah yang berhak mengangkat
batu itu.
Jangan menghindari kecemasan dan
berkata “saya tidak cemas” pada saat kita cemas. Sadarilah segala emosi, lalu
pilihlah bagian terbaiknya. Bagian terbaik dari kecemasan adalah tidak cemas. Kalau
begitu angkatlah kecemasan itu secara sadar, lalu buanglah kecemasan itu secara
sadar pula.
Kita tidak akan membuang kecemasan
dengan apa-apa selain dengan pelajaran. Bukan dengan obat penenang, aromatic
terapi, kumpul dengan teman, travelling, menyendiri dalam kesunyian, mendengar musik. Semua bagian
yang diluar diri sifatnya hanya sementara. Karena yang diluar hanya dilihat
dari yang didalam.
Obat penenang hanya memiliki efek
selama kurang lebih 6-8 jam. Aroma terapi apabila oilnya sudah habis maka
langsung terhenti. Teman-teman akan kembali pada hidupnya masing-masing. Setiap
travelling tetap kita akan kembali ke rumah. Kesunyian juga bukan tempat yang
sepi apabila jiwa tidak ikut sunyi. Musik akan berhenti menenangkan apabila dia berhenti berputar.
Sahabatku… Semua akan kembali,
yaitu kembali kedalam diri sendiri lagi. Jadi pengobatan terbaik anxiety adalah
kembali memperbaiki diri. Kembali mengelola agar diri sesuai sebagaimana
semestinya kita diciptakan.
Jadi, sekarang tinggal bagaimana kita
memilihnya. Pilihlah kebaikan dengan secara sadar mengatur takaran kecemasan dan hiduplah didalam kebaikan SANG PENCIPTA, SANG
PEMBUAT. Kecemasan akan menjadi kebaikan untuk mewaspadai diri, kita tinggal membuat diri mampu mengatur takarannya. Agar kita tidak overdosis kecemasan (anxiety). Semua adalah baik, tergantung siapa yang mampu melihat, merasakan,
bergerak dan hidup didalam PEMILIK KEBAIKAN itu sendiri.
Salam Semesta
Copyright © www.PesanSemesta.com
BER-QURBAN Dalam Arti Yang Sesungguhnya
Juli 28, 2019
Sebelumnya, kita tidak akan
membahas tentang hukum agama. Seluruh hukum agama tentang berkurban akan kami
serahkan kepada masing-masing pemeluk agama. Pada pembahasan kali ini, kami
hanya akan mengajak Anda sebentar saja untuk memahami Ber-Qurban dalam arti
yang sesungguhnya. Kami juga akan mengajak Anda jalan-jalan sebentar menelusuri
sejarah persembahan hewan. Lalu kami juga akan mengajak Anda untuk bertanya “Apakah
betul SANG PENCIPTA, SANG PEMBUAT membutuhkan penyembelihan hewan qurban dari
makhlukNYA? Apa yang sesungguhnya dibutuhkan manusia dari persembahan hewan?”
Apabila Anda merasa terusik
dengan ajakan kami diatas, sebaiknya ada menutup saja artikel ini, tidak perlu
lanjut membacanya sampai habis. Hidup ini adalah pilihan, dan kami memilih
untuk mengungkap sedikit sejarah dan kebenaran tanpa menyalahkan siapapun. Kebenaran
tidak selalu harus diterima. Karena butuh kenetralan untuk menerima kebenaran.
Kenetralan adalah bagaimana SANG PENCIPTA, SANG PEMBUAT bergerak. Kita harus
menetralkan diri untuk menerima gerakan itu.
Pada tulisan kali ini kita akan
mengawali pembahasan tentang sesuatu yang jarang dibahas, yaitu tentang
pemahaman sejarah persembahan hewan untuk Tuhan. Karena kalau menelisik sejarah
kegiatan pengorbanan hewan yang sekarang dilakukan atas nama ‘ibadah’ qurban,
merupakan kegiatan yang dilakukan jauh sebelum umat muslim melakukannya.
Pengorbanan hewan dahulu dikenal
dengan persembahan hewan, adalah ritual pembunuhan dan persembahan hewan
sebagai bagian dari ritual kepercayaan untuk menenangkan atau meminta bantuan
kepada para dewa. Dengan harapan bahwa mereka akan merubah keadaan alam dan
memberi kemakmuran sesuai dengan keinginan penyembahnya. Pengorbanan hewan
banyak ditemui pada hampir semua kebudayaan kuno, dari kebudayaan Roma, Yahudi dan
Yoruba. Pengorbanan hewan terus berlanjut di beberapa budaya kepercayaan atau
agama hingga saat ini.
Banyak upacara Romawi yang dimana
pada upacara itu pengorbanan hewan menjadi praktek dasar. Karena orang Romawi
percaya bahwa mereka akan memiliki nasib baik jika para dewa bahagia. Untuk
membuat para dewa Romawi bahagia, beberapa pengorbanan dipraktikkan di Roma
kuno, dan setiap pengorbanan sifatnya sangat ritual. Bentuk pengorbanan yang
paling umum adalah suovetaurilia atau solitaurilia, yang melibatkan pengorbanan
babi, domba, atau sapi.
Pengorbanan Hewan dalam Alkitab
Ibrani dituliskan bahwa hewan apa pun milik Tuhan, jadi ketika Anda
membunuhnya, Anda mengembalikan darah kepada Tuhan. Dalam Keluaran, ketika
Allah memberikan perjanjian kepada umat-Nya dalam upacara ratifikasi, Musa
mengorbankan seekor hewan yang diambil darahnya dan setengahnya ia lemparkan di
atas mezbah, yang merupakan penopang bagi Allah, dan setengah lainnya ia
lemparkan ke atas orang orang. Jadi itu menyatukan orang-orang dan Tuhan mereka
melalui darah hewan kurban pertama ini. Jadi hewan itu dikorbankan sebagai
penyatuan manusia dan Tuhan. Dan para imam akan memakan daging dalam jumlah
tertentu dan sisanya akan diberikan kepada orang-orang.
Kalau dalam umat muslim qurban juga
disebut Udhhiyah atau Dhahiyyah. Udh-hiyah adalah hewan ternak yang disembelih
pada hari Iedul Adha dan hari Tasyriq dalam rangka mendekatkan diri kepada
Allah karena datangnya hari raya tersebut (lihat Al Wajiz, 405 dan Shahih Fiqih
Sunnah II/366)
Jadi pengorbanan hewan kalau
dilihat dari sejarah manusia, tidak murni milik satu agama tertentu. Meski
masing-masing kepercayaan atau agama, memiliki jadwal waktu dan tata cara
pengorbanannya masing-masing. Namun, kalau diambil dari garis besarnya, apa
yang mereka lakukan adalah mengurbankan hewan atas nama dewa atau Tuhan. Apapun
niat dan tujuan masing-masing, dan bagaimana mereka menyebut nama dewa atau
Tuhannya masing-masing. Tetap garis besarnya adalah menyembelih hewan atas nama
Tuhan.
Akan sangat panjang kalau kita
ceritakan secara mendetail masing-masing sejarahnya. Meski ada begitu banyak
versi sejarah yang diceritakan dan sebenarnya sudah sangat terdistorsi. Namun silahkan
Anda teliti kembali dan dari penghujung penelitian, garis besarnya tetap akan
sama. Karena ada bagian sejarah yang hilang, yang tidak bisa lagi kita jamah pembuktiannya.
Jadi mau tidak mau kita menerima, bahwa inilah yang disebut dengan pengorbanan
hewan atau lebih nyaman kita sebut Ber-Qurban.
Sahabatku… Tanpa mengurangi
sedikit pun rasa hormat kami kepada tiap-tiap agama yang melakukan pengorbanan
hewan, mari kita bertanya secara tulus dari jiwa termurni dan terdalam “Apakah
betul SANG PENCIPTA, SANG PEMBUAT membutuhkan penyembelihan hewan qurban dari
makhlukNYA?”
Apabila mau jujur, hati dan akal
kita menjawab tidak, meski dogma agama kita memberi jawaban lain. Tidak apa
sahabatku… Kami tidak akan menyesatkan atau membuat Anda tersesat dengan
pertanyaan diatas. Kami hanya ingin Anda memaknai ibadah dengan sebaik dan
seindah-indahnya kebenaran.
Kalau memang betul qurban adalah
ibadah yang mampu mendekatkan Anda kepadaNYA, maka lakukanlah. Selalu lakukanlah
ibadah yang mendekatkan Anda kepadaNYA. Luruskan-lah Qurban Anda hanya
untukNYA. Pastinya SANG MAHA tidak membutuhkan wujud hewan yang kita sembelih. SANG
PEMBUAT seluruh makhluk semesta. SANG PENCIPTA penghidup seluruh makhluk semesta.
Tidak mungkin membutuhkan itu semua. Logikanya kita selalu membutuhkan sesuatu
yang kita tidak, atau belum kita miliki. Apalagi yang tidak dimiliki oleh SANG
PENCIPTA yang bahkan ketiadaan pun diciptakanNYA?
Berarti ada pengertian yang harus
diluruskan, dari kenapa kita Ber-Qurban? Dan inilah yang akan menjawab “Apa
yang sesungguhnya dibutuhkan manusia dari persembahan hewan?”
Sahabatku… Harap diterima, bahwa
kita Ber-Qurban bukan untukNYA, tapi untuk kita dari kita. Agar manusia
mengingat tugas yang sebenarnya, yaitu saling memakmurkan. Sayangnya, inilah yang
terlupakan dari arti Ber-Qurban yang sesungguhnya. Kita lupa kalau SANG
PENCIPTA, SANG PEMBUAT tidak membutuhkan hewan yang kita sembelih. Kita lupa
kalau ini hanyalah pembuka jalan agar manusia saling bergerak hatinya untuk
mengingat kembali tugasnya, yaitu tugas untuk saling memakmurkan.
Itulah kenapa dalam beberapa
agama, ditetapkan syarat-syarat khusus untuk hewan-hewan yang dipersembahkan.
Artinya, lakukanlah yang terbaik untuk memakmurkan sesama. Saat hewan itu
sembelih dengan cara yang baik, lalu bergotong royong semua kita saling
memotong dan membagi-bagikan kepada yang membutuhkan. Pada moment itu kita
tergerak kembali untuk berkumpul dan saling. Saling membantu, saling mengingat
siapa diantara kita yang harus dimakmurkan. Bukan begitu?
Inilah momentnya, inilah
perjalanannya. Bagian tersedihnya, selama ini kita hanya sibuk mencari hewan
sembelihan terbaik untuk kita persembahkan, untuk kita jadikan pahala, untuk
kita jadikan penghapus dosa. Tapi kita melupakan hal yang lebih penting. Kita
lupa, bahwa prosesi ini hanyalah pengingat bagi kita akan tugas yang harusnya
kita lakukan seumur hidup, yaitu bersama-sama saling memakmurkan.
Bukan apa yang disembelih, tapi
kenapa dan bagaimana kita menyembelih. Karena pada kenyataannya. Setiap hari
seluruh umat manusia didunia sudah menyembelih hewan, bukan begitu? Apakah
pasar-pasar itu tidak dipenuhi dengan hewan-hewan yang telah dikorbankan buat
manusia? Lalu apa yang membuat prosesi ini berbeda, kalau nyatanya setiap hari
memang manusia sudah menyembelih banyak hewan? Yang menjadi pembeda adalah niat
yang kita buat dalam kesadaran terdalam diri. Artinya, pada moment ritual ini
diharapkan niat manusia untuk melaksanakan tugasnya untuk memakmurkan tercapai,
terlaksana, dan dilaksankan.
Kalau begitu apakah kita hanya
harus memakmurkan satu kali dalam setahun?
Itu minimalnya sahabatku…
seharusnya kita memakmurkan tiap detik hidup kita. Karena itu adalah tugas kita
sebagai khalifah fil ardh (pemimpin
dimuka bumi).
Kalau begitu apakah kita hanya
memakmurkan lewat pengorbanan hewan?
Itu adalah contoh yang bisa
dilakukan para generasi terdahulu. Apa lagi pekerjaan mereka kalau bukan
penggembala ternak. Apakah pada umat terdahulu kita bisa mengharapkan
penggembala ternak memakmurkan dengan cara yang lain? Pikirkanlah terlebih
dahulu.
Kalau kita masuk kedalam golongan
penggembala ternak. Lalu kita meminta mereka memakmurkan dengan cara berbagi ikan,
bukankah itu akan berat? Atau kalau diputar, kita meminta mereka para nelayan
untuk memakmurkan dengan cara berbagi daging kambing, bukankah itu akan berat?
Jadi memakmurkan itu adalah apa
yang bisa kita bagi dari diri untuk kemaslahatan bersama, bukan pribadi dan
bukan kelompok. Umat sekarang (kita) memiliki apa yang mereka (umat terdahulu) tidak
miliki. Kita memiliki kesempatan yang lebih dari sekedar mengorbankan hewan. Generasi
kita sekarang pastinya, tiap-tiap dirinya memiliki kemampuan yang dapat
dibagikan kepada sesama makhluk bumi untuk saling memakmurkan di banyak sektor.
Makhluk bumi memiliki artian yang
luas, bunga dipojokan taman Anda juga adalah makhluk bumi. Apabila ada yang
terbersit untuk bertanya “memangnya memakmurkan kepada tanaman dapat pahala?”
Sahabatku… Kemakmuran adalah
memfungsingkan diri untuk kehidupan, bukan untuk keuntungan. Anda memakmurkan
kalau Anda sudah bisa berperan untuk kehidupan semesta, bukan sekedar mencari
keuntungan bagi diri sendiri atau kelompok. Bukankah kita diminta mendekat? Kenapa
kita disuruh mendekat? Bukankah itu hanya agar kita merasa nyaman, tenang,
tidak khawatir dan tidak pula bersedih. Masih perlukah mengkhawatirkan pahala,
kalau kita sudah mendekat kepadaNYA?
Kedekatan itu adalah cinta dan
penghambaan. Penghambaan itu adalah kita melakukan fungsi kita sebagai makhluk.
Sementara cinta adalah ikatan, ikatan cinta khalik (pencipta) dengan makhluk
(yang diciptakan). Kita tidak memberi hitungan kepada yang kita cintai. Tapi kita
akan memberikan segalanya… segalanya. Percayakah Anda kalau SANG PENCIPTA, SANG
PEMBUAT bisa memberikan Anda segalanya? Bahkan segala hal yang jauh lebih nyata
dibanding angka pahala.
Apa itu sahabatku…? Apa itu hal
yang jauh lebih nyata dibanding angka pahala?
Bukankah ketenangan jiwa kita adalah
sesuatu yang lebih nyata dibanding angka pahala? Dimana saat memakmurkan kita
mulai merasakan hanya getaran kedamaian jiwa. Bukan lagi getaran ujub, ingin
dinilai atau riya. Tapi getaran
ketulusan keikhlasan, bahwa kita melakukan ini karenaNYA, untukNYA, dan
bersamaNYA. Bukankah ini adalah mendekat sahabatku? Yaitu menghadirkan yang kita
bersaksikan dalam hidup. Bukankah indah apabila kita bisa menghadirkanNYA
selalu?
Renungkanlah sahabatku… Nyatanya
jiwa kita memang merindukan rasa ini. Tapi, kenapa selalu merindu kalau kita
bisa mendekat? Dari sisi bahasa, QURBAN berasal dari kata Qoroba Yaqrobu yang artinya “mendekat” Dalam bahasa ibrani qarab
artinya "menjadi lebih dekat dengan sesuatu atau seseorang”.
Menjadi jelas sekarang apa itu
arti Ber-Qurban dalam artian yang sesungguhnya bukan? Yaitu untuk mendekat. Jelas
manusia akan mendekat apabila setelah dia bersaksi lalu dia memakmurkan.
Mulai sekarang jangan
membingungkan prosesi acara penyembelihannya. Lakukan saja yang terbaik bagi
hewan dan bagi kemakmuran sesama. Karena sekarang kita paham, bahwa SANG
PENCIPTA, SANG PEMBUAT tidak membutuhkan sembelihan itu. Sembelihan itu
hanyalah pelajaran agar kita mau mengingat kembali tugas makmurkan yang kita
lalaikan. Apakah SANG PENCIPTA, SANG PEMBUAT butuh kita memakmurkan? Sama
sekali tidak, SANG PENCIPTA, SANG PEMBUAT hanya ingin kita menyadari diri
kembali, bahwa sebagai kesatuan semesta, kehidupan kita adalah ketersalingan.
Hewan sebagai bagian semesta telah
bertugas untuk mengorbankan dirinya demi kemakmuran manusia. Tumbuhan sebagai bagian semesta sama juga, telah
bertugas demi kemakmuran manusia. Atmosfir, udara, air, awan, hujan, matahari,
belatung dan lain-lain yang tidak bisa disebut satu persatu. Semua bagian
semesta telah bertugas demi saling memakmurkan.
Sampai disini sahabatku…Sebagai bagian semesta, apa yang telah kita lakukan
untuk memakmurkan? Diulang lagi kemakmuran adalah memfungsingkan diri untuk
kehidupan, bukan untuk keuntungan. Anda memakmurkan kalau Anda sudah bisa
berperan untuk kehidupan semesta, bukan sekedar mencari keuntungan bagi diri
sendiri atau kelompok.
Kalau pengorbanan hewan pada hari
tertentu kita niatkan sebagai hari awal untuk memakmurkan, maka lakukanlah. Masih
ingat bukan, niat diungkapkan dengan kesadaran. Lanjutkan saja, lakukan saja
dengan benar dan baik. SANG PENCIPTA, SANG PEMBUAT mengetahui betul niat
kesadaran kita.
Setelah ritual itu selesai,
ingatlah terus bahwa selama kita masih bernafas, selama itu pula kita tidak
akan berhenti bertugas. Berarti, tugas sebagai khalifah diatas muka bumi yang
mengemban tugas memakmurkan belum selesai. Masih banyak hari-hari setelah hari ritual
penyembelihan yang akan kita lewati dengan terus memakmurkan. Inilah pesan dari
Ber-Qurban yang sebenarnya.
Sejarah umat manusia yang
sebenarnya sudah terdistrosi selama sekian ribu tahun. Seperti jejak kaki
digunung sahara, mau kemana lagi kita mencari jejak kita yang hilang. Namun SANG
PEMBUAT ILMU tidak pernah hilang. DIA ADA, mendekatlah untuk menerima
bimbinganNYA sahabatku…
Mendekatlah sekarang tanpa
menunggu moment ritual apapun. Nyatanya kita memang sudah bersamaNYA. SANG
PENCIPTA, SANG PEMBUAT tidak pernah hilang dari diri kita. Kita hanya butuh
BERSAKSI untuk menghadirkanNYA.
Salam semesta
Copyright © www.PesanSemesta.com
PERBEDAAN TAKDIR dan NASIB (MOHON DIBACA!)
Juli 27, 2019
Sahabatku… Ini adalah tulisan
penting buat kita semua. Percayalah, kalau kita mampu membedakan apa itu takdir
dan apa itu nasib. Maka visi kita untuk masa depan akan bergeser maju bukan
mundur.
**Perspektif akan berubah karena
pengetahuan. Sementara realita hidup selalu seiring dengan perspektif
seseorang. Itulah kenapa manusia dibuatkan kemampuan untuk mencerna pengetahuan
lebih tinggi ketimbang makhluk lainnya di muka bumi ini. Hanya agar kita mampu
menciptakan realita terindah kita sendiri.**
Paragraph yang kami tandai dengan
dua tanda bintang diatas akan menjadi sangat tabu, apabila kita tidak mampu
membedakan takdir dan nasib. Inilah pentingnya tulisan kita kali ini. Kita
harus memahaminya, agar kita benar-benar percaya bahwa dibalik kekuasaan SANG
PENCIPTA, SANG PEMBUAT manusia juga diberi kesempatan yang adil untuk
menentukan porsi hidupnya sendiri.
Dengan pengetahuan ini nantinya
perspektif kita kepada SANG MAHA akan menguat pada jalur yang sebenarnya. Kita
akan mengamini secara sadar bahwa SANG MAHA memang MAHA ADIL, MAHA PENYANYANG,
MAHA MENGETAHUI, MAHA MEMBIMBING. Kita pun akan mengamini secara sadar bahwa
kita telah sangat berburuk sangka selama ini, dan itu kita lakukan hanya karena
pengetahuan kita yang minim. Baiklah mari kita mulai pelajaran ini bersamaNYA.
Sahabatku… Ada destiny ada fate. Ada takdir ada nasib. Bukan begitu?
FATE saat dialih bahasakan menjadi TAKDIR. Fate berasal dari kata bahasa
latin, fatum, yang berarti sesuatu
yang telah ditetapkan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kata takdir
memiliki pengertian ketetapan dan ketentuan Tuhan.
DESTINY saat dialih bahasakan menjadi NASIB. Destiny juga berasal
dari kata bahasa latin, destinare,
yang memiliki arti, berupaya atau mewujudkan. Menurut kamus besar bahasa
Indonesia, kata nasib berarti sesuatu yang sudah ditentukan oleh Tuhan atas
diri seseorang.
Jadi, bisa kita katakan secara
singkat bahwa TAKDIR merupakan suatu ketetapan dari SANG PEMBUAT, sementara NASIB
mengandung upaya yang dilakukan oleh manusia atau lebih tepatnya kita sebut sistem
hukum sebab akibat.
Sahabatku… Semua kita percaya
dengan takdir SANG PEMBUAT (ketetapan Tuhan). Tapi apa yang akan kami
sampaikan, kemungkinan besar berbeda dengan versi yang kita pikirkan selama
ini. Kami anjurkan untuk tidak mulai menilai terlebih dahulu sebelum mengetahui
kebenarannya. Karena penilaian sekarang adalah wujud dari ketakutan, bahwa selama
ini kita memang telah salah mengerti.
Percayalah, kita memang telah
salah memahami apa itu takdir Tuhan selama ini. Kita menganggap apa yang kita
kerjakan hari ini adalah takdir Tuhan. Apa yang kita terima hari ini adalah
takdir Tuhan. Apa yang kita rasakan dan kejadian apapun yang menimpa kita hari
ini adalah takdir Tuhan. Tidak! Itu bukanlah takdir Tuhan. Itu hanyalah
pilihan-pilihan yang dengan sadar atau tidak sadar kita pilih sendiri. Hasil
dari pilihan-pilihan itu adalah hukum sebab-akibat dari pilihan-pilihan itu
sendiri. Hukum sebab- akibat ini berlaku dimanapun, kapanpun dan bagi siapapun.
Ini merupakan sistem kehidupan yang telah dibuat oleh SANG PEMBUAT. Berjalan
otomatis, sangat canggih, seimbang dan penuh keadilan.
Artinya, MANUSIA TERMASUK SELURUH
SEMESTA MEMANG HIDUP DIDALAM PILIHAN NASIB-NYA SENDIRI. Bukan berarti takdir
Tuhan itu tidak ada. TakdirNYA mutlak ada, tapi dengan pengertian dan porsi
yang berbeda.
Karena yang selama ini kita sebut
dengan takdir Tuhan tidak seperti itu. Takdir Tuhan tidak akan mengikut
sertakan manusia. Takdir Tuhan itu adalah kehendak mutlak, yaitu suatu kehendak
yang tidak lagi bisa di berpikirkan oleh manusia itu sendiri, tidak bisa
direncanakan oleh manusia, bukan sistem sebab akibat dan itu pasti terjadi
tanpa kompromi, tanpa pilihan, tanpa keinginan oleh manusia itu sendiri. Inilah
ketetapan Tuhan yang sebenarnya. Inilah yang disebut TAKDIR SANG PEMBUAT.
Tolong jangan diartikan secara
salah. Selama ini kita berpikir kalau kita hidup dengan pengendalian penuh. Iya
betul, kita masih hidup dalam pengendalian hukum sistem sebab-akibat atau
nasib. Tapi nasib atau hukum sebab akibat itu hadir dari diri kita sendiri.
Kita lah yang mengendalikan diri ini, meski tidak secara penuh. Meski ketetapan
Tuhan tetap berjalan dan alur Universe tetap ada. Tapi kita mendapat porsi
besar untuk membentuk diri kita sendiri. Melalui pilihan-pilihan yang dibuat
oleh SANG PEMBUAT lalu di pilih oleh manusia.
Hukum sistem akibat atau kita
sebut nasib itu dibuat oleh SANG PEMBUAT. Jadi SANG PEMBUAT membuatkan kita
begitu banyak-banyak-banyak pilihan-pilihan yang siap di pilih oleh manusia. Setiap
pilihan-pilihan yang dipilih akan menuju ke banyak cabang pilihan-pilihan lain
juga.
TIDAK ADA MANUSIA YANG INGKAR
TAKDIR. Saat Anda memilih belok kanan itu adalah pilihan yang Anda pilih, artinya
Anda memilih nasib Anda. Siapa yang membuat nasib Anda? SANG PEMBUAT. Tapi SANG
PEMBUAT telah membekali manusia dengan tiga komponen dahsyat jasad, jiwa
(dimana didalamnya terdapat kesadaran, akal dan hati), serta ditiupkannya ruh. Nah,
berbekal ketiga komponen ini kita dipersilahkan untuk memilih nasib kita
sendiri.
DIA sudah membuatkan panas dan
dingin, bukan hanya itu. DIA juga membuatkan sebab akibatnya, kalau panas maka kita
akan keringetan – terbakar – melepuh, kalau dingin maka kita akan menggigil – membeku
– hipotermia dan lain sebagaianya.
Jadi tinggal bagaimana kita
memilih. Mau dimanakah kita berada? Kita memilih senang, kalau begitu pilihlah
terus senang. Tapi, kenapa Anda memilih hal yang membuat Anda sedih, sementara
Anda menginginkan senang. Disinilah AKAL manusia berguna. Itulah kenapa manusia
diberikan akal, yaitu AGAR MANUSIA TIDAK MENG-INGKARI AKALNYA SENDIRI. TIDAK
MEMILIH NASIB BURUKNYA SENDIRI.
AKAL itu adalah takdir SANG
PEMBUAT setiap manusia diberi akal untuk berpikir. SANG PEMBUAT juga membuat
nasib manusia menjadi; berpikir dengan akal, atau berpikir dengan ego, atau
sama sekali tidak berpikir. Setiap nasib ini akan menentukan nasib-nasib
berikutnya. Kalau Anda mengerti bahasa pemrograman, mungkin Anda bisa
membandingkan sistem sebab akibat dengan logika bahasa IF, THEN-ELSE. Persis seperti
itu logikanya. Jadi sekarang tergantung dengan apa yang Anda pilih.
Anda bisa memilih memiliki suami
ganteng, suami jelek, atau sama sekali tidak bersuami. Anda bisa memilih kaya,
miskin, melarat, bangkrut. Anda bisa memilih meratap, tertawa, menangis, marah.
Apapun bisa Anda pilih. Karena yang Anda pilih adalah nasib Anda sendiri. Sementara
manusia tidak membuat nasibnya, manusia hanya memilih nasibnya. Tetap yang
membuat nasib adalah SANG PEMBUAT, Tuhan yang kita sembah, kalau memang kita
menyembahNYA.
Berbicara tentang
pilihan-pilihan, berarti kita sedang berada di posisi, dimana kita memilih
untuk bertindak. Bisa diartikan, bahwa pilihan-pilihan = tindakan-tindakan yang
akan kita kerjakan. Jadi selama ini, apa yang kita yakini sebagai nasib ternyata
hanyalah kumpulan dari tindakan-tindakan yang kita kehendaki. Kita memilih mau
bertindak seperti apa dan bagaimana, itu adalah nasib kita. Kitalah penentunya.
Mengejutkan memang. Tapi ini yang
harus kita terima. Karena memang ini adalah kebenarnnya. Kami akan terus
mengungkapkan kebenaran tanpa perlu meminta persetujuan terlebih dahulu. Kami hanya
menyampaikan apa yang perlu disampaikan dariNYA.
Kebenarannya adalah, takdir yang kita
percayai selama ini hanyalah nasib, yaitu kumpulan dari pilihan-pilihan kita
sendiri. Kita bertindak lalu menerima hasil penuh untuk setiap tindakan kita. Wujud
akhir dari tindakan-tindakan kita, adalah hukum sebab-akibat. Karena secara
sadar kita telah memilihnya, bukan SANG PEMBUAT.
Apakah SANG PEMBUAT menyediakan
kita berbagai macam pilihan. Iya betul seperti itu. Tapi apakah SANG PEMBUAT
memilihkannya untuk kita? Tidak, tidak seperti itu. SANG PEMBUAT hadir untuk
membimbing kita, menuntun kita menuju kebenaran memilih. Tapi bukan untuk
memilihkan. Karena itulah, kenapa kita harus menemukanNYA dan hidup bersamaNYA.
Agar apapun yang kita pilih, kita memilih dengan kebenaran dan untuk kebenaran,
berdasarkan bimbinganNYA. Bukan berdasarkan ego manusia kita, yang memang ego
kita juga dibuat olehNYA.
Apabila pemahaman tentang ego
masih kurang jelas silahkan klik link ini https://www.facebook.com/pesan.semesta.7/posts/158607191973064
Sahabatku… Kami mengerti kebenaran
ini sangat mengejutkan. Karena kita tidak menyadari ini dari awal. Mungkin saat
ini Anda masih terkaget-kaget dan tidak percaya, itu tidak apa. Anda butuh
waktu untuk berpikir dan menerima.
Itulah kita, selama ini kita
memang tersetting untuk berpikir secara terbalik dan salah mengirim pertanyaan.
Selama ini kita bertanya kepada langit, mempertanyakan “Kenapa hidup saya, selalu tidak berjalan sesuai dengan apa yang saya
inginkan? Kenapa saya selalu gagal? Kenapa Tuhan tidak mau bekerjasama dengan
saya? Kenapa saya seperti ini? Kenapa? Kenapa? dan kenapa?“. Ternyata sebelum kita sukses mewujudkan sebuah
keinginan. Kita telah sukses mengirim pertanyaan-pertanyaan ke tempat yang
salah. Lalu bagaimana keinginan kita bisa tercapai, kalau kita sendiri telah
gagal mengirim pertanyaan. Harusnya pertanyaan itu kita kirim ke diri sendiri,
bukan kepada pemilik langit.
Sebut saja kita hendak membeli
sebuah handphone merek A. Saat berjalan menuju mall kita disuguhi dengan
berbagai macam merek handphone, dari mulai A, C dan Z. Muncul banyak pilihan
dan pertimbangan. Akhirnya kita memutuskan untuk membeli merek C. Padahal niat
awalnya kita ingin membeli merek A. Selang beberapa bulan handphone C kita
rusak. Sementara teman kita yang membeli merek A handphonenya masih bagus,
meski dia membelinya lebih dahulu dari kita. Di moment itu kita menyesal telah
memilih merek C lalu kita menghibur diri dengan berkata “mungkin memang sudah takdirnya kita beli merek C”. Maju beberapa
bulan setelahnya, kita bertemu teman kerja yang memakai handphone merek C. Dari
ceritanya dia telah memakai handphone itu selama dua tahun, dan tidak ada
masalah dan masih berfungsi bagus sampai sekarang. Di moment ini kita menghibur
diri lagi “mungkin memang sudah takdirnya
handphone C yang kita beli cepet rusak”.
Lihatlah, bagaimana kita dahulu
dengan remehnya memandang bahwa sesuatu itu adalah takdir. Padahal itu adalah
hasil sistem sebab-akibat dari tindakan-tindakan, nasib yang kita pilih
sendiri. Bagaimana bisa selama ini kita berpikir ini semua adalah takdir? Dan
dengan bangganya kita berpikir bahwa ini adalah sebagian dari iman kita kepada
Tuhan?
Mari kita telaah bersama agar ini
terdengar logis buat Anda :
Kenapa kita merubah dari merek A
ke merek C ? Karena, kita disuguhi berbagai macam pilihan oleh toko-toko
handphone. Akhirnya karena rayuan-rayuan penjual kita memilih merek C. Jadi,
pada saat itu sebenarnya kita telah terjebak dengan pilihan orang lain yang
bukan pilihan kita sendiri. Padahal kita berdasarkan intuisi dan penelaahan
sendiri sudah memilih merek A. Karena, kita sudah mempertimbangkannya secara
matang sebelumnya. Kita telah membaca review dan spesifikasi yang jelas tentang
merek A. Tapi karena keteguhan pendirian terhadap pilihan sendiri kurang,
akhirnya kita berpindah pilihan.
Kenapa handphone C cepat rusak
saat kita gunakan dan tidak di teman kita yang lain? Perhatikan cara kita
memakainya dan bagaimana kita menggunakannya. Dan kemungkinan handphopne C yang
kita beli kualitas produksinya tidak sama dengan yang dibeli teman kita.
Kalau hasil penelaahan kita
seperti diatas. Lalu kenapa kita masih meng-atas namakan takdir SANG PEMBUAT
untuk hal yang seremeh ini? Anda ingin tahu kenapa? Sebelum kami menjawabnya, kami
ingin Anda menggaris bawahi satu hal.
Saat ini kami bukan sedang
membuat Anda tidak mempercayai SANG PEMBUAT atau boleh Anda sebut Tuhan kalau
Anda memang mentuhankan-NYA. Tulisan ini tidak sedang mengajarkan Anda untuk
menjadi KAFIR. Tapi hendak membuat Anda memposisikanNYA di tempat yang
sebenarnya. Tempat yang sebenarnya adalah, tempat dimana kita tidak
menyalahkanNYA untuk kebodohan tindakan kita sendiri.
Menyalahkan adalah cara
pelampiasan emosi yang paling wajar. Karena itu diajarkan. sedari kecil kita
selalu diajarkan untuk menyalahkan segala sesuatu yang terjadi. Sampai dibangku
sekolah pun kita selalu diajarkan untuk menyalahkan atau disalahkan. Akhirnya
menyalahkan menjadi hal yang paling wajar untuk dilakukan sebelum berpikir, dan
lagi-lagi ini terbalik. Efek dari kebiasaan menyalahkan ini sangat dahsyat.
Sampai-sampai, akhirnya kita bisa mendikteNYA dengan meng-atas namakan takdir,
lalu menyalahkanNYA dengan sadar! Tapi tidak berani mengakuinya.
Masih mengelak? Kita memang akan
sangat tidak mau mengakui hal ini, karena ini memang sangat tidak pantas
dilakukan. Namun, pernahkah Anda melepaskan perkataan yang mungkinsenada dengan
ini “mungkin memang sudah takdirnya...”
Apa arti dari kalimat ini? Pembuktian keimanan kepadaNYA atau menyalahkanNYA secara
halus?
Kita masih senang mempertahankan
pendapat, bahwa pilihan-pilihan kita adalah takdir Tuhan. Lalu kalau kegagalan
muncul, kita masih senang menyalahkan Tuhan terlebih dahulu, dengan meng-atas
namakan takdirNYA. Lalu kita senang untuk berhenti berpikir tentang ini dan
terus mendikte-dikte Tuhan, lagi dan lagi. Sungguh keajaiban kalau kita bisa mendikte
SANG PEMBUAT. Pikirkan sekali lagi! Sungguh keajaiban, kalau kita bisa mendikte
Tuhan. Kami janji akan membahas ini di dalam tulisan terpisah nanti. Agar
menjadi jelas, apa yang kami maksud dengan mendikte Tuhan.
Sampai disini apabila tulisan
diatas terlalu panjang untuk diingat, maka ingat sajalah paragraph dibawah ini
:
NASIB MANUSIA DIBUAT OLEH SANG
PEMBUAT DAN DIPILIH OLEH MANUSIA. TAKDIR MANUSIA DIBUAT OLEH SANG PEMBUAT UNTUK
MENJADI KETETAPAN MANUSIA YANG TIDAK BISA DIPILIH, DIBERPIKIRKAN, DIRENCANAKAN,
BUKAN SISTEM SEBAB AKIBAT DAN PASTI TERJADI TANPA KOMPROMI, TANPA PILIHAN ATAU
KEINGINAN OLEH MANUSIA ITU SENDIRI. DAN INI ADALAH PENGERTIAN TAKDIR YANG
SEBENARNYA.
Jadi sahabatku… Mulai sekarang,
belajarlah membedakan apa itu nasib dan takdir. Dan belajarlah untuk memilih
nasib terbaik Anda melalui akal & hati yang telah dianugerahiNYA. Saat berbicara
akal& hati, berarti Anda juga harus belajar untuk mampu memilah, mana akal
& hati Anda, dan mana itu ego Anda.
Ternyata pelajaran kita masih
banyak bukan? Hidup memang pelajaran. Lucunya kita ini ibarat anak TK yang
dituntun dan tidak pernah ditinggalkan. DIA selalu menemani dan menuntun.
Pilihlah ini menjadi nasib Anda sahabatku…
Salam Semesta
Copyright © www.PesanSemesta.com
DEFINISI TUHAN dan BER-TUHAN
Juli 26, 2019
Dalam lubuk hati yang terdalam,
kita percaya kehidupan bukan kebetulan. Lalu kita menyebut SANG PENCIPTA, SANG PEMBUAT sebagai Tuhan. Namun hal pertama yang harus digaris bawahi adalah, bahwa
‘Ber-Tuhan’ memiliki arti yang berbeda dengan ‘Ber-agama’. Bertuhan artinya
memiliki Tuhan dalam definisi yang mendalam. Beragama artinya memiliki agama
yaitu nama sebuah kelompok yang memiliki kesamaan kepercayaan. Apakah orang
yang beragama pasti memiliki Tuhan? Jawabannya relative, tergantung dari
seberapa dia mendekat kepada SANG PENCIPTA, SANG PEMBUAT yang mereka sebut
Tuhan.
Masing-masing agama memiliki cara
untuk mendekat kepada Tuhan. Tujuan ibadah-ibadah dan doa-doa itu sebenarnya
untuk mendekatkan diri kepadaNYA. Masalahnya sekarang adalah seberapa dekat
ibadah itu mendekatkan diri Anda kepadaNYA. Apakah Anda sudah merasa dekat
denganNYA? Sulit untuk dijawab bukan. Padahal setiap agama apapun mempercayai
bahwa manusia dan Tuhan itu memang dekat. Tapi coba kita dengan jujur bertanya…
Benarkah jiwa ini sudah merasa dekat dengan pemilikNYA?
Sudah berapa jam kita melakukan
ibadah dalam hidup ini. Tapi kenapa puluhan jam itu tidak membuahkan sebuah
kedekatan? Jujur kita butuh mencari jawaban dari pertanyaan ini. Khususnya bagi
kita yang mengaku beragama dan belum merasakan apa itu artinya ber-Tuhan.
Ber-Tuhan artinya memiliki Tuhan
dalam definisi yang paling mendalam. Bahwa diri ini adalah kesatuan denganNYA.
Nafas ini adalah nafasNYA. Gerak ini adalah gerakanNYA. Nadi ini adalah
milikNYA. Semua ini dirangkum dalam satu titik kesadaran penghambaan bahwa diri
ini adalah diriNYA. Bahwa ke-akuan- diri ini telah menghilang yang ada hanyalah
SANG PENCIPTA, SANG PEMBUAT yang oleh manusia disebut Tuhan.
Jadi, hal penting sebelum mengaku
ber-Tuhan kita harus mampu menjawab definisi Tuhan itu apa? Tuhan itu
definitif... Tuhan itu adalah sesuatu yang disembah dan puja, sesuatu yang
ditakuti, sesuatu yang di prioritaskan, dan sesuatu yang mampu membuat kita
melakukan sesuatu yang tidak kita sukai.
Setelahnya, lalu coba jawab
pertanyaan ini : Siapakah Tuhan dalam hidup kita? Siapakah yang kita sembah dan
kita puja dalam hidup ini? Siapakah sesuatu yang kita takuti dalam hidup ini?
Siapakah sesuatu yang kita prioritaskan dalam hidup ini? Siapakah sesuatu yang
mampu membuat kita mampu melakukan sesuatu yang tidak kita sukai dalam hidup
ini?
Jawablah dalam kejujuran
sahabatku... Dan kita akan menemukan bahwa itulah Tuhan kita, dan barulah kita
boleh mengakui kalau diri kita ber-Tuhan. Kalau jawabannya ternyata bukan SANG
PENCIPTA, SANG PEMBUAT yang oleh manusia disebut Tuhan. Maka silahkan koreksi
lagi pengakuan kita dalam ber-Tuhan. Ini penting, jauh sebelum kita BERSAKSI,
kita harus mengerti hal ini. Jauh sebelum kita mengaku BERIMAN, kita harus
meresapi ini.
Sehingga kita tidak galau lalu
bertanya "Adakah Tuhan?" SANG PENCIPTA, SANG PEMBUAT jelas ada, tapi
siapa yang kita Tuhan-kan bisa mejadi jawaban yang berbeda.
Ini memang berat, mau tidak mau,
kita yang mengaku beragama atau kita yang mengaku tidak beragama, tetap harus
menemukan satu titik kesadaran ini. Caranya dengan mengasah kembali akal dan
hati kita dalam kedekatan denganNYA. Mendekat kepada SANG PENCIPTA, SANG
PEMBUAT bukan untuk sesuatu yang kita sebut pahala. Namun untuk sesuatu yang
kita sebut kesatuan. Bukan untuk sesuatu yang disebut keuntungan duniawai.
namun untuk sesuatu yang kita sebut cinta dan penghambaan.
Karena dari definisi diatas, kita
bisa mentuhankan siapa saja, bahkan kita bisa mentuhankan diri kita sendiri,
orang tua, bos ataupun pasang. Dan bukan lagi mentuhankan SANG PENCIPTA, SANG
PEMBUAT.
Jadi mulai sekarang kita akan
setuju untuk mencari Tuhan. Agar apapun yang melekat di jiwa kita, bukan
sekedar kumpulan dogma dan doktrin tentang ke-tuhanan. Namun sebuah kesatuan
penghambaan yang indah bersama SANG PENCIPTA, SANG PEMBUAT.
Sahabatku... Sebelum seseorang
mengkoreksi tulisan ini, silahkan-lah mengkoreksi terlebih dahulu definisi
Tuhan didalam hidupnya. Carilah kebenaran ber-Tuhan kita, itu adalah
sebaik-baiknya kebaikan buat diri. Tulisan ini hadir hanya untuk menyampaikan, apabila
bagi Anda tulisan ini tidak benar, maka tetap carilah kebaikan buat diri.
Jangan berhenti, karena didalam sudut kebenaran atau bahkan dalam lautan
kebohongan pun tetap kita bersama SANG PENCIPTA, SANG PEMBUAT.
Salam Semesta
Copyright © www.PesanSemesta.com
KEMATIAN ADALAH KEMBALI
Juli 26, 2019
“Apakah ada tulisan tentang
misteri kematian? Apakah kematian sama seperti Kekayaan yang dapat di usahakan?
Atau ada referensi” Melalui anugerahNYA izinkan kami menjawab.
Sahabatku… Dengan segala
penghormatan terhadap perbedaan. Kami sangat menghargai setiap jawaban, setiap
pemahaman, setiap doktrin dan dogma. Masing-masing kita akan menerima kebenaran
hakikinya melalui anugerah ilmu SANG PEMBUAT. Apabila tulisan kami tidak dapat
diterima oleh Anda, maka itu sama sekali tidak masalah. Kami menghargai penerimaan
Anda, karena kami pun menghargai perbedaan yang tetap masih dihidupkan oleh
SANG PENCIPTA.
Jujur kami senang dengan
pertanyaan ini. Pertanyaan adalah gerbang menuju kebenaran. Kebenaran tidak
selalu harus diterima. Karena butuh kenetralan untuk menerima kebenaran.
Kenetralan adalah bagaimana SANG PENCIPTA, SANG PEMBUAT bergerak. Kita harus
menetralkan diri untuk menerima gerakan itu.
Susah memang mencari referensi untuk
mengungkapkan sesuatu yang disebut misteri kematian, karena setiap referensi
membutuhkan bukti, sementara bukti itu benar-benar akan terungkap setelah kita
mengalami kematian itu sendiri. Tapi bagaimanapun kepenasaran kita, itu sama
sekali tidak mau membuat kita buru-buru meninggal. Karena kematian sebagai
akhir kehidupan sudah terkonsep sedemikian rupa.
Kita sangat percaya kalau hidup
itu akhirat, dan akhirat lebih berat dari pada hidup. Padahal seharusnya kita
tidak mati untuk akhir, melainkan untuk sebuah awal. Babak baru, lembar baru,
tugas baru, pengabdian baru, hidup baru. Karena kesalah mengertian kita,
akhirnya kematian benar-benar menjadi akhir kehidupan, tidak ada yang baru,
yang ada hanyalah akhir.
Bagi yang belum mengerti kematian
memang bukan hal yang terlalu indah untuk diterima. Itulah kenapa
berpuluh-puluh bait doa selalu dipanjatkan kepada mereka yang telah wafat.
Tanpa pernah kita bertanya apakah betul berpuluh-puluh bait doa itu akan
berguna bagi yang telah wafat atau tidak. Tetap kita mendoakan mereka. Hal ini
tidak masalah, tidak perlu diperdebatkan. Sisi positif dari doa adalah
pengharapan. Kita perlu harapan untuk terus bersandar dan menjadi kuat. Lalu
apa itu harapannya mereka yang telah wafat?
Sahabatku… Pahamilah, harapan itu
hanyalah bagi mereka yang masih hidup. Sementara mereka yang sudah wafat,
mereka telah kembali. Kembali kepada SANG PENGHIDUP, SANG PEMBUAT. Masing-masing
agama memiliki penjabaran dan keyakinan yang berbeda-beda tentang kehidupan
setelah kematian (kita akan bahas pada kesempatan lain). Sebelumnya kita akan
menggaris bawahi kata KEMBALI. Karena setiap agama pun mengklaim kalau kematian
adalah ‘kembali’.
Itulah kenapa pada saat ada yang
meninggal umat muslim menyebut; Inalillahi,
waina ilaihi rojiuun yang mana artinya “Sesungguhnya
kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jugalah kami kembali”. Umat
Budha melantunkan Dhāraṇī Kelahiran Kembali Tanah Murni. Umat Kristen mendoakan
mereka yang wafat dengan doa "Tuhan
Yesus Kristus, kami memercayakan kepada-Mu saudara (saudari) kami, yang
terlahir kembali melalui air dan Roh dalam Baptisan Kudus …". Umat
Hindu percaya pada kelahiran kembali dan reinkarnasi dari jiwa atau atman. Umat
Yahudi memiliki kepercayaan pada techiat ha-meitim, bahwa jiwa akan dipulihkan
untuk dibangun kembali.
Apapun agama kita, tanpa
bermaksud mencampur aduk, kami hanya akan menarik satu kata yang hampir di
amini oleh semuanya, yaitu KEMBALI. Dalam kamus bahasa Indonesia kata ‘kembali’
bermakna, balik ke tempat atau ke keadaan semula. Dari pengertian ini kita jadi
memiliki pertanyaan tambahan : Apa itu tempat kembali bagi manusia yang sudah
meninggal?
Sahabatku… Manusia adalah wujud
tritunggal. Kita ini adalah tritunggal, yaitu tiga komponen yang menjadi satu
kesatuan. Untuk disebut manusia, setiap manusia harus memiliki jasad, jiwa dan
ruh. Jasad adalah seluruh komponen tubuh yang membantu kita mengoperasikan
jiwa. Contoh ringan, anggaplah diri manusia adalah handphone. Tentu untuk
memainkan aplikasi game didalam handphone, Anda membutuhkan handphone. Tidak
ada handphone tidak ada aplikasi apa-apa. Begitu juga dengan manusia. Jiwa yang
merupakan aplikasi tidak akan berfungsi apa-apa kalau tidak ada jasad. Ruh yang
merupakan sumber energi juga tidak akan berfungsi apa-apa kalau tidak ada
jasad.
Namun agar jasad itu beroperasi
kita memerlukan jiwa. Jasad tanpa jiwa maka seperti handphone kosong tanpa
aplikasi, sama sekali tidak memiliki tujuan apa-apa selain menyalah dalam
kekosongan. Sementara ruh adalah energi penghidup yang kekal, dia itu yang
disebut sebagai energi yang tidak bisa dimusnahkan dan hanya bisa berubah
bentuk. Kalau dalam handphone ruh adalah energi listrik yang tersimpan didalam
baterai. Ruh adalah hak SANG PENCIPTA. Tanpa ruh, maka tidak ada kehidupan,
yang ada hanyalah kematian. Lalu apa itu kematian?
Dunia kedokteran menetapkan tiga
fase dalam kematian: Fase pertama adalah mati klinis, dimana pernapasan
seseorang terhenti dan detak jantungnya berhenti berdetak. Pada fase ini,
impuls dari otak mulai memudar dan panca-indera tidak lagi bereaksi. Fase kedua
adalah mati otak, pada tahap ini semua fungsi otak berhenti. Organ-organ
penting masih berfungsi pada fase ini, tetapi tanpa ada kendali dari otak,
biasanya dibantu oleh alat kedokteran. Fase ketiga adalah kematian biologis, ditandai
dengan kematian seluruh sel-sel tubuh secara serentak. Mengakibatkan seluruh
organ termasuk otak, sama sekali tidak berfungsi. Setelah fase kematian
biologis inilah manusia dianggap telah wafat.
Inilah kematian sahabatku… Yaitu
saat jasad kita tinggalah jasad. Tidak ada lagi kesadaran untuk mengoperasikan
jasad. Dan tidak ada lagi energi yang membuat jasad menyala. Sebenarnya tidak
bisa dibilang jasad kita benar-benar mati. Karena molecular masih bergerak, energy
yang bervibrasi itu masih ada, masih ada pergerakan subatomic yang terjadi. Tapi
bedanya kesadaran kita sudah tidak hadir lagi.
Makhluk yang memiliki ruh apabila
ditelusur mundur, maka makhluk itu hanyalah bagian-bagian dari susunan atom.
Sebagai organisme, didalam tubuh manusia terdapat organ sistem. Organ sistem
terdiri dari banyak jaringan. Jaringan tersusun dari ribuan juta sel-sel.
Sel-sel itu tersusun dari molekul. Molekul terbentuk dari atom dan atom terbentuk
dari energi. Jadi wujud inti jasad manusia adalah energi yang bervibrasi. Baik
saat dia hidup, ataupun saat dia mati, atom kita masih terus ada, meskipun ruh
itu sudah tidak ada. Artinya; energi bervibrasi itu tidak pernah hilang. Selama
ada atom, maka selama itu energi bervibrasi tetap ada. Baik ada ruh ataupun
tidak ada ruh.
Boleh dibilang jasad tanpa
kesadaran kita kembali ke tanah untuk menjadi kehidupan yang lain. Inilah kenapa
sebaiknya jasad mati kita perlu dikubur, karena memang molecular jasad mati
kita diharuskan untuk melebur dan didaur ulang ke dalam ekosistem. Berubah menjadi
unsur lain. Inilah kematian bagi jasad, dia kembali menjadi molecular atom
dalam wujud yang lain. Makanya ada istilah Ashes
to ashes – Dust to dust. Itulah tempat kembali jasad, lalu bagaimana dengan
tempat kembali jiwa?
Jiwa kita adalah software system
operasi manusia. Jiwa hanya berfungsi apabila tersedia hardware (jasad manusia).
Karena fungsi jiwa adalah sebagai pengoperasi jasadi dan jiwawi manusia.
Termasuk kesadaran, memori, akal dan hati.
Maka, sekali lagi tanpa jasad, jiwa tidak mampu berfungsi dan terpakai
lagi. Karena sudah tidak ‘terpakai’, lalu kemanakah jiwa ini akan kembali pulang?
Sahabatku… Jiwa adalah milik dan
buatan System SANG PEMBUAT. Ada ketentuan khusus, kenapa ada jiwa-jiwa yang disimpan
untuk nantinya digunakan agar berfungsi kembali, ini adalah istilah untuk
kehidupan setelah kematian pada pengertian yang sebenarnya. Ada juga jiwa-jiwa
yang terhapus dari system SANG PEMBUAT. Ketahuilah rahasianya, kematian membawa
kita kepada dua pilihan, yaitu kembali kepada akhir kehidupan atau kembali
kepada awal kehidupan. Agar pembicaraan tidak melenceng, mohon maaf kami tidak
akan membahas ini sekarang.
Setelah jiwa, lalu bagaimana
dengan Ruh? Karena Ruh adalah anugerah dan masih rahasia SANG PENCIPTA, maka
kepadaNYA lah ruh terpulang. Memang suatu kesulitan besar untuk menyimpulkan
apa itu ruh, dan bagaimana cara kerja ruh dalam menghidupkan. Karena scienes
pun sudah mengerti, bahwa kematian jasad, bukan berarti kematian energi. Energi
itu kekal; Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan. Energi
hanya berubah bentuk dari bentuk energi yang satu menjadi bentuk energi yang
lain. Misteri itu adalah ruh. Apabila manusia sudah masuk kedalam ranah ruh,
maka kita hanya bisa berserah diri kepada SANG PENCIPTA.
Dari penjabaran panjang ini,
kalau disimpulkan setelah kematian, berarti jasad kita akan KEMBALI menjadi
atom yang berubah molecular menjadi atom lain. Lalu jiwa dan ruh kita kembali
kepada SANG PEMBUAT, SANG PENCIPTA.
Sampai disini, apabila pembahasan
kami kali ini, tidak teresonasi dengan Anda, maka silahkan Anda tinggalkan.
Karena kami sama sekali tidak bermaksud meyakinkan Anda atas ilmuNYA. Keyakinan
adalah hubungan manusia dengan SANG MAHA. Kami hanya menyampaikan apa yang
perlu disampaikan secara netral, tanpa kebutuhan apa-apa atas keyakinan Anda. Keyakinan
adalah perspektif, sementara perspektif sangat tergantung dengan keilmuan dan
pengetahuan. Mari kita belajar kepada SANG PEMBUAT ILMU dalam kenetralan.
Sahabatku… Kami gembira dengan
pertanyaan, apakah kematian sama seperti
Kekayaan yang dapat di usahakan? Sebuah pertanyaan super penting.
Sebagaimana kami sebutkan diatas bahwa kematian membawa kita kepada dua
pilihan, yaitu kembali kepada akhir kehidupan atau kembali kepada awal kehidupan.
Selama ini kita berpikir kematian
adalah sebuah akhir kehidupan, tapi bagaimana kalau bagi sebagian manusia yang memenuhi
syarat, kematian hanyalah awal dari kehidupan lain. Dimana bagi mereka yang
memenuhi syarat, kematian hanyalah sebuah batu lompatan menuju dimensi hidup
yang berbeda. Jadi bagi mereka yang memenuhi syarat, mereka memang harus mati untuk
tetap kembali hidup. Sementara bagi mereka yang tidak memenuhi syarat, kematian
hanyalah kembali kepada akhir kehidupan.
Inilah keadilan system SANG MAHA
ADIL. Sebuah wujud free will yang
sangat masuk akal. Andai kami bisa memberikan foto sebagai tanda bukti, tapi
itu tidak ada, tidak akan pernah ada. Ini adalah sebuah proses nyata yang
sangat sulit sekali dijelaskan. Sama seperti udara yang tidak nyata tapi tetap
Anda mengamininya bukan? Begitulah kehidupan setelah kematian. Harus ada iman
disini. Kalau ini terdengar seperti dongeng, maka izinkan saja diri Anda nanti
untuk menerima kebenarannya.
Pada akhirnya kita semua memang
akan meninggal untuk kembali, tapi untuk kembali kemanakah akan menjadi
pilihan. Jawabannya ada didalam tiap pilihan kita sendiri. Karena itu mari kita
sudahi saja, dengan langsung bertanya : Bagaimana caranya menjadi manusia yang memenuhi
syarat? Hal-hal apa yang perlu kita persiapkan agar kematian kita nanti hanya
akan menjadi sebuah batu lompatan menuju dimensi hidup yang berbeda? Bukankah ini
adalah kekayaan yang harus diusahakan?
Sahabatku… Semoga Anda sudah
membaca artikel kami tentang alasan & tujuan kehidupan (https://www.facebook.com/pesan.semesta.7/posts/161833924983724).
Mohon meresapi tulisan dalam artikel itu. Apabila disingkat disana tertulis
bahwa alasan kehidupan adalah untuk bersaksi dan menikmati
keajaiban-keajaibanNYA sementara tujuan kehidupan adalah untuk berfungsi
sebagai bagian semesta. Inilah kehidupan bagi manusia. Pertanyaan pentingnya
adalah sudahkah kita BERSAKSI? Sudahkah kita menikmati keajaiban-keajaiban SANG
PENCIPTA, SANG PENGHIDUP? Sudahkah kita berfungsi sebagai bagian SEMESTA?
Kalau dalam awal kehidupan ini
jasad – jiwa – ruh kita belum kita gunakan sebagai alasan dan tujuan kehidupan,
maka untuk apa kita hidup pada kehidupan yang selanjutnya. Bukan begitu? Kalau
sampai ini kita belum mengerti alasan dan tujuan kehidupan kita. Lalu bagaimana
kita bisa memenuhi syarat untuk kehidupan yang selanjutnya?
Ibaratkan seperti ini, ada segerombolan
anak SD yang menerima kesempatan untuk memasuki perpustakaan international. Dari
ke 20 gerombolan itu hanya 5 orang yang serius membaca dalam perpustakaan itu,
selebihnya hanya berlari-lari, main kesana kemari tak karuan. Apakah ke 15
gerombolan SD itu akan diberi kesempatan memasuki perpustakaan itu lagi?
Ini hanyalah analogi logika akal
manusia yang mampu berpikir saja, tentunya SANG PENCIPTA, SANG PEMBUAT memiliki
alasan-alasan lain yang lewat dari akal logika kita sendiri. Kehidupan dan
kematian adalah ketetapan dan kehendak SANG PENCIPTA, SANG PEMBUAT. Sebagai seorang
makhluk kita hanya bisa menghargai kehidupan kita sebelum kematian kita. Meski
kematian tidak pernah menjadi akhir kehidupan, tapi bagaimanapun keyakinan kita
tentang kehidupan setelah kematian, itu tetap menjadi hal yang harus
diusahakan.
Sahabatku… Tentu kita harus berdandan
dan memantaskan diri sebelum menemui seorang sultan. Itu hanya kita lakukan
agar Anda mendapat kesan tersendiri dimata si sultan. Sultan itu sendiri tidak
perlu Anda berdandan dan memantaskan diri dihadapanya, lagi pula dia akan
mengerti kondisi Anda. Tapi Anda tetap akan bersikeras dan berusaha bukan?
Begitu juga kita sahabatku…
Terlepas kita akan melompat dan terus hidup di dimensi yang berbeda atau kita
hanya akan kembali kepada akhir kehidupan. Tetap kita harus berdandan sebelum
kembali kepadaNYA. Tentunya berdandan menurut arti kata yang sebenarnya. Karena
SANG PEMBUAT tidak melihat dandanan luar kita, melainkan dandanan dalam kita,
yaitu kebaikan jiwa Anda dan apa yang telah dia lakukan dalam hidup ini.
Namun andai saja mendandani jiwa
semudah seperti mendandani jasad, sayangnya tidak sahabatku… Butuh usaha, usaha
pertama itu adalah kemauan. Sebagian manusia yang ‘mau’ menaiki puncak gunung
tertinggi sampai disana. Kemauan seseorang bisa mengalahkan ketidak mungkinan manusia.
Kemauan kita akan menentukan hasil dandanan kita.
Disinilah SANG MAHA ADIL, SANG
MAHA MENGETAHUI mengerti tiap-tiap kita akan memiliki hasil dandanan yang
berbeda-beda, tapi apapun dan bagaimana pun tetap kita akan kembali kepadaNYA dan
tetap pula SANG PEMBUAT akan menerimanya tanpa penghakiman apapun. Karena DIA SANG
MAHA PENYANYANG tidak perlu menghakimi
apapun dari makhlukNYA. Inilah wujud ke MAHA ADILANNYA.
Sahabatku… Coba kita menyalahkan
korek api dimalam hari yang gelap gulita. Pandangi nyala api itu sampai habis mati
dan kembali gelap. Tanyakan kedalam diri, apakah yang membuatkan kita mata, apakah
yang membuatkan kita anugerah melihat akan membakar kita dengan api itu? Resapilah…
dan biarkan jiwa Anda yang menjawab.
Sahabatku… Agar kematian menjadi
hal yang indah, maka mari kita mengartikan kematian sebagai gerbang yang akan
mengembalikan kita kepada SANG PEMBUAT. Bukan sebagai tempat penghakiman. Karena
SANG MAHA tida perlu menghakimi apa-apa lagi. Tidak perlu ada keragu-raguan
saat memasuki gerbang itu. Percayakan saja semua kepadaNYA. Serahkanlah hasil
dandanan Anda kepadaNYA. Tugas kita sekarang hanyalah berusaha berdandan
sebelum kematian datang. Jadi hargailah hidup Anda, karena didalam hidup inilah
Anda akan BERSAKSI, Anda akan menikmati keajaiban-keajaibanNYA, dan Anda pun
akan berfungsi sebagai bagian semesta.
Akhir kata sahabatku… Kematian
akan terus menjadi misteri, tapi biarkanlah jiwa ini menggores misterinya yang
terindah. Jangan membatasi kehidupan dengan kata kematian. Izinkan jiwa kita
terus bersamaNYA… Selalu bersamaNYA… Terus bersamaNYA… Sampai SANG PENCIPTA
menentukan sendiri akhirnya.
Salam Semesta
TIPS PENTING AGAR STRES TIDAK MENJADI STRES
Juli 25, 2019
Sahabatku... Sekuat apa kita menghadapi stres;
apakah kita lebih kuat dari pada stres?
Penting untuk dicatat bahwa
walaupun stres dapat menyebabkan penyakit, stres sebenarnya hanya terjadi pada
beberapa orang. Terlalu banyak stres dalam hidup ini adalah betul. Namun semua
kembali kepada bagaimana seseorang breaksi terhadap stres, itulah yang
menentukan.
Respon kita, itulah yang berlaku
didalam hidup ini. Kita tidak bertanggung jawab dengan apapun kejadian yang
terjadi didalam hidup ini. Tapi kita bertanggung jawab dengan apapun yang kita
respon. Bagaimana kita meresponnya, itulah tanggung jawab kita. Siang dan malam
akan selalu sama. Tapi bagaimana kita memberlakukan siang dan malam itulah yang
membuatnya berbeda. Senang dan sedih akan selalu sama. Tapi bagaimana kita
merasakan senang dan sedih itulah yang membuatnya berbeda. Kenyataan dan
kebenaran akan selalu ada. Tapi bagaimana kita menerimanya, itulah yang
membuatnya berbeda.
Memang ada banyak cara untuk meredakan
stres. Travelling, tertawa, meditasi, curhat, bahkan makan coklat pun bisa meredakan
stres. Tetapi cara-cara ini, ibarat tablet paracetamol yang meredakan sakit
kepala dengan hanya menumpulkan saraf tanpa sedikitpun mengobati sakit yang
sebenarnya. Sama halnya dengan stres, dengan meredakan stres berarti kita hanya
memperbaiki permukaan saja. Manusia butuh dari sekedar pereda stres, kita butuh
kemampuan mengelola stres.
Mengelola stres adalah merubah
persepsi kita dalam menghadapi stess. Yaitu agar stres tidak menjadi stres. Lalu
dengan apakah kita memiliki kemampuan untuk mengelola stres yang baik?
Sahabatku… Disinilah
spiritualitas seseorang akan bekerja untuk menyeimbangkan kembali jasad dan
jiwanya. Satu-satunya hal yang merubah persepsi kita dalam menghadapi stres
agar tidak menjadi stres adalah spiritualitas. Dengan spiritualitas seseorang
akan memiliki kematangan kontrol terhadap respon stresnya. Artinya; stres
apapun tidak mempengaruhi level kesadarannya dalam bertindak, berpikir dan
berperasaan.
Stres adalah siklus yang bergerak
dari stresor ke respons stres kembali ke stresor. Mangkuk di mana siklus ini
berada adalah pemutusan kita dari diri sendiri dan dari PENCIPTA dan PEMBUAT kita.
Jika kita tetap terhubung dengan diri dan SANG PENCIPTA, SANG PEMBUAT siklus
stres tidak pernah mendapatkan momentum untuk bersarang didalam mangkuk kita.
Itulah kenapa seseorang yang
spiritual memiliki management stres yang baik. Karena memang kita harus tahu
siapa diri kita, dan bagaimana hidup kita untuk menjalani kehidupan yang tenang
dan damai. Ketika kita terhubung kembali dengan diri dan SANG PENCIPTA, SANG
PEMBUAT cara-cara untuk mengelola stres kita akan muncul secara alami. Karena
ketika kita terhubung dengan Yang ESA, ada banyak sekali bantuan dan dukungan
sehingga kekhawatiran kecil manusia kita, tampaknya tidak lagi penting. Mereka
pergi berlalu tanpa arti dan kita pun terus menjadi damai tanpa stres.
Sahabatku… Spiritual adalah hal
pribadi yang memang setiap spirit (jiwa) memiliki spiritual. Karena
spiritualitas adalah hubungan seseorang dalam memaknai kehidupan dan keESAan
didalam dirinya. Kita tidak membicarakan agama saat berbicara tentang
spiritualitas. Setiap agama dibangun berdasarkan spiritualitas. Jadi meskipun
seseorang tidak memeluk agama, bukan berarti dia tidak spiritual. Begitu juga
sebaliknya. Bukan berarti seseorang memeluk agama, maka lantas dia menjadi
spiritual, meskipun agama dibangun berdasarkan spiritualitas.
Inilah yang menjadi jawaban
kenapa banyak dari kita yang beragama, tapi masih mengalami stres dan terjebak
didalamnya. Kalau kita kritis bertanya “Kenapa agama tidak bisa menyelematkan
mereka?” Jawabannya adalah karena tidak adanya spiritualitas dalam beragama
mereka. Agama hanyalah label identitas, spritualitas lah yang akan membawa
seseorang mau memahami dan memaknai ajaran-ajaran positif yang dibawa oleh
label agamanya. Tanpa spiritualitas agama hanyalah agama, sesuatu yang Anda
peluk. Tapi tidak pernah Anda pahami.
Jadi sahabatku… Apapun agama Anda
pahamilah bahwa keagamaan harus didasari dengan spiritualitas, bukan sekedar
menyembah tapi turut merasakan keterhubungan dengan yang disembah. Menghadirkan
yang disembah dan hidup bersamaNYA sambil terus memaknai ajaran-ajaranNYA.
Kalau Anda bisa meresapi ini,
maka Anda akan mengerti bahwa tidak ada stres dalam hidup ini. Setiap lembar
goresan memori yang tertanam didalam otak Anda adalah kebersamaan Anda
denganNYA dan hanya itulah yang Anda ambil dari hidup ini.
Ibarat berjalan dihamparan kebun
bunga mawar, Anda hanya memetik mawarnya, bukan memetik durinya. Anda hanya
menghirup harum mawarnya, bukan bau pupuknya. Anda hanya menikmati warna merah
dan hijau daunnya, bukan tanahnya.
Baik dan buruk akan selalu
berdampingan. Hitam dan putih akan selalu berdampingan. Kita akan kehilangan
warna putih kalau tidak ada hitam. Begitu juga kita akan kehilangan baik kalau
tidak ada buruk.
Sekarang tinggal bagaimana Anda
memilihnya sahabatku…Pilihlah kebaikan dan hiduplah didalam kebaikan SANG
PENCIPTA, SANG PEMBUAT. Semua adalah baik, tergantung siapa yang mampu melihat,
merasakan, bergerak dan hidup didalam PEMILIK KEBAIKAN itu sendiri.
Akhir kata, ingatlah sahabatku… Stres
hanyalah gemblengan agar kita menjadi semakin kuat. Tapi kita hanya akan
menjadi setingkat lebih kuat dari stres, karena kita tahu siapa sumber kekuatan
kita. Karena kita menyadarkan diri kalau kita memang menggenggam kuat
kekuatanNYA, maka itulah kita tidak pernah menjadi lebih lemah dari pada stres,
karena kita percaya pada sumber kekuatan kita. Kita percaya pada kekuatan SANG
PENCIPTA, SANG PEMBUAT. Inilah tips agar stres tidak menjadi stres!
Salam Semesta
Copyright © www.PesanSemesta.com