Pesan Semesta.
melampaui batas menjadi satu

3 PELAJARAN AGAR TIDAK OVERDOSIS KECEMASAN (ANXIETY)


Sahabatku… Sederhananya, kecemasan adalah rasa takut dan ketakutan yang membuat kita waspada. Secara biologis rasa cemas itu dimaksudkan untuk menempatkan kita dalam kesadaran yang tinggi sehingga kita siap untuk ancaman potensial. Contohnya, saat mengangkat sepanci air yang mendidih, jasad kita mengelola rasa cemas. Kita cemas tangan kita melepuh karena memegang gagang panci, akhirnya kita memilih mengambil lap, atau menunggu panci itu menghangat.

Sayangnya, ketika kita mulai merasakan kecemasan yang berlebihan, atau kita hidup dalam kondisi kecemasan yang konstan, kita dalam masalah. Kecemasan kita menempatkan diri kita pada area yang sangat berbahaya, namun lucunya kecemasan yang overdosis ini, sama sekali tidak menyadari area berbahaya yang sedang dimasukinya itu sendiri.

Perasaan cemas adalah bagian dari respons stress tubuh. Pertarungan atau respons melawan kita terpicu, dan sistem kita dibanjiri dengan norephinefrin dan kortisol. Keduanya dirancang untuk memberi kita dorongan untuk persepsi, refleks, dan kecepatan dalam situasi berbahaya. Mereka meningkatkan detak jantung, mendapatkan lebih banyak darah ke otot-otot, mendapatkan lebih banyak udara ke paru-paru, dan secara umum membuat siap untuk menghadapi ancaman apa pun yang ada. Jasad mengalihkan perhatian penuh untuk bertahan hidup. Idealnya, semuanya mati ketika ancaman lewat. Intinya kecemasan adalah ketegangan jasad.

Sebenarnya jasad kita sangat lelah pada mode ini. Tapi meski lelah, perlu diketahui bahwa jasad, termasuk otak manusia tidak pernah mematikan respon melawan kecemasan, karena otak manusia tidak bisa membedakan realita dan tidak realita. Jasad kita tetap bekerja sesuai dengan respon yang kita buat. Jadi, saat respon yang kita buat adalah cemas, maka jasad hanya akan bekerja di mode yang mendukung itu, yaitu mode stres. Meskipun kecemasan itu sama sekali tidak nyata. Akhirnya, mau tidak mau kita harus hidup dengan efek fisik dan emosional dari kecemasan setiap hari. Respons stres jasad adalah sesuatu yang dirancang untuk digunakan saat dibutuhkan dan kemudian dilepaskan. Tapi kecemasan terus-menerus membuat kita tetap waspada dan gelisah sepanjang waktu. Itulah kenapa anxiety bisa benar-benar merusak jasad seseorang.

Pada perwujudannya, anxiety memiliki beberapa macam jenis dan tingkatan. Namun kalau diambil secara garis besar anxiety itu dianggap sebagai rasa kecemasan seseorang yang berlebihan diatas normal. Tapi kalau kita mau bertanya, memang normalnya tingkat kecemasan manusia seperti apa? Jawabannya tidak ada angka normal. Karena normalnya kecemesan manusia adalah 0. Artinya kita memang tidak tercipta untuk cemas. Betul kita tercipta untuk waspada. Tapi waspada tidak harus cemas, kecemasan akan menjadi pilihan. Kita memilih cemas sebagai siklus sebab akibat dari pengelolaan diri yang tidak sesuai sebagaimana semestinya kita diciptakan.

Apakah anxiety bisa disembuhkan. Jawabannya adalah IYA. Sakit adalah sebab akibat, sembuh juga adalah sebab akibat. Kita bisa memilih nasib sehat, bisa juga memilih nasib sakit. Tergantung disisi mana kita akan memilih. Kalau mengenai pengertian nasib masih tidak terlalu jelas silahkan baca disini https://www.facebook.com/pesan.semesta.7/posts/165128254654291

Untuk berbicara pada tahap awal tentang anxiety disorder, maka kita akan masuk dulu ke dalam jasad. Karena ketakutan dan kecemasan itu tidak terolah diluar, tapi didalam. Jasad kita yang mengolah segala rasa dan mewujudkannya untuk kita. Tapi kita juga adalah pengendali jasad ini. Jadi jelas segala macam rasa bisa kita kendalikan. Termasuk kebahagiaan, kedamaian, kebencian dan segala rasa lainnya. SANG MAHA menjadikan kita sebagai khalifah bukan sebagai korban. Bagaimana bisa kita menjadi korban, kalau kita bisa memilih nasib kita sendiri.

Tapi, ngomong-ngomong  dari manakah kecemasan itu berasal ?

Kalau dari sisi neurogolis, sampai disini para ilmuan percaya bahwa kecemasan adalah hasil dari obrolan terus-menerus antara sejumlah wilayah otak yang berbeda – yang disebut dengan jaringan ketakutan. Tidak ditemukan daerah otak yang benar-benar tercipta untuk mengendalikan kecemasan dengan sendirinya. Sebaliknya, interaksi di antara banyak area otak, semuanya penting untuk bagaimana kita mengalami kecemasan.

Menggunakan teknologi pencitraan otak dan teknik neurokimia, para ilmuwan telah menemukan bahwa amigdala dan hippocampus memainkan peran penting dalam sebagian besar gangguan kecemasan.

Amigdala adalah struktur di dalam otak yang diyakini menjadi hubungan komunikasi antara bagian otak yang memproses sinyal sensorik yang masuk dan bagian-bagian yang menafsirkan sinyal-sinyal ini. Ini dapat mengingatkan seluruh otak bahwa ada ancaman dan memicu respons ketakutan atau kecemasan. Kenangan emosional yang disimpan di bagian tengah amigdala mungkin berperan dalam gangguan kecemasan yang melibatkan ketakutan yang sangat berbeda, seperti ketakutan pada anjing, laba-laba, atau terbang. (Sudah dibahas pada https://www.pesansemesta.com/2019/06/cara-mengendalikan-amigdala-agar-tidak.html)

Hippocampus adalah bagian dari otak yang men-encode mengancam peristiwa dalam kenangan. Penelitian telah menunjukkan bahwa hippocampus tampaknya lebih kecil pada beberapa orang yang menjadi korban pelecehan anak atau yang bertugas dalam pertempuran militer. Penelitian akan menentukan apa yang menyebabkan pengurangan ukuran ini dan peran apa yang dimainkannya dalam kilas balik, defisit dalam memori eksplisit, dan ingatan yang terfragmentasi dari peristiwa traumatis. (Sudah dibahas pada https://www.pesansemesta.com/2019/06/penjelasan-scientific-keterkaitan.html)

Pada pembahasan kali ini kita kembali menarik garis, bahwa emosi kecemasan memang juga tergaris pada garisan yang sama dengan emosi-emosi yang lain. Kecemasan bisa disebabkan oleh banyak faktor, apakah itu disebabkan oleh genetika atau dibesarkan di lingkungan yang kondusif bagi kecemasan (seperti di lingkungan yang keras atau orang tua dan guru yang berteriak sepanjang waktu).

Apa pun yang dapat menyebabkan emosi yang tidak diinginkan, apakah itu ketakutan, frustrasi atau keraguan, bisa menjadi pemicu kecemasan — dan begitu kita mengembangkan pola berpikir yang memperkuat setiap peristiwa dalam hidup kita sebagai ancaman, itu menjadi siklus yang tidak pernah berakhir.

Jadi sahabatku.. Setiap emosi memiliki sebab-akibat yang mencetuskan. Saat kita berjerawat, kita fokus membeli obat jerawat, dari mulai masker, obat oles, pencucui muka. Itu dilakukan karena jerawat yang terlihat diwajah sama sekali tidak enak dilihat, membuat jelek wajah dan memalukan. Sama juga dengan penyakit-penyakit emosi, saat penyakit emosi seperti, amarah berlebih, anxiety, mood yang tidak stabil, kesedihan mendalam, narsisme dan yang lainnya sudah muncul ke permukaan. Baru seseorang itu diobati atau mengobati dirinya.

Memang tidak ada kata terlambat. Meski anxiety masih bisa diobati dengan mulai belajar menjaga ketenangan dan kedamaian jiwa. Tapi alangkah lebih elok kalau kita tidak terlambat belajar. Ada ilmu yang harus kita pelajari benar-benar, agar kewaspadaan kita tidak menjadi kerusakan jasad kita. Mencegah lebih baik dari pada mengobati. Apabila kita memiliki pasangan atau kalau memang diri kita sendiri yang mengalami anxiety atau kecemasan berlebih maka mohon pelajarilah 3 pelajaran dibawah :

1# MEMILIH RESPON

Sahabatku… Belajarlah untuk memilih respon! ‘Memilih RESPON’ inilah satu hal yang ditugaskan untuk kita. Jadi sebelum menyelesaikan masalah, tugas kita sebenarnya adalah memilih respon yang baik untuk setiap keadaan. Manusia bisa mengontrol sesuatu yang diluar dengan terlebih dahulu mengontrol sesuatu yang didalam. Kita bisa mengontrol respon kita, akhirnya kita juga bisa mengontrol keadaan apapun dalam hidup kita. Sehingga kita tidak selalu menjadi korban dari keadaan yang berlangsung.

Keadaan apapun dalam hidup ini tidak pernah menjadi masalah apa-apa. Tapi respon kita lah yang membuat keadaan itu menjadi masalah. Dan respon pertama yang paling baik diantara yang terbaik adalah acceptance (penerimaan).

Menerima bahwa keadaan yang sedang berlangsung tidak seperti apa yang kita harapkan, rencanakan dan inginkan. Jadi secara sengaja kita mengkondisikan diri kita secara sadar untuk memilih menerima keadaan apapun dengan porsi yang positif, baik keadaan damai ataupun tidak damai.

Respon menerima adalah pelajaran awal untuk mengendalikan ego. Ego kita selalu menolak sesuatu yang tidak nyaman, dan akan memaksa kita untuk meraih kembali dan mempertahankan kenyamanan itu. Karena mempertahankan ego maka respon kita adalah marah, mengumpat atau bersedih. Akhirnya kita gagal menghadapi keadaan, lalu keadaan itu pun berubah menjadi masalah.

Agar tidak gagal menghadapi keadaan, maka kita perlu memilih respon menerima. Dengan memilih respon menerima, maka kita akan mampu mengendalikan ego. Lalu karena ego sudah terkendali, maka jiwa kita bisa menikmati ketidak-damaian yang sedang berlangsung. Akhirnya kita terlindungi dari stress dan depresi.

Kecemasan yang berkepanjangan adalah akibat dari diri yang belum mampu menerima keadaan. Sehingga kita membuat keadaan menjadi masalah. Ini terjadi karena ego terus menerusan memberontak dan belum mau menerima ketidak-damaian yang terjadi. Padahal saat kita memilih menerima sepenuhnya ketidak-damaian, ketidak-damaian akan berubah menjadi kedamaian. Dan inilah yang dibutuhkan oleh jiwa dan jasad kita.

Sahabatku… Segala sesuatu yang kita terima dengan sepenuhnya hanya akan membawa kita kepada kedamaian. Meski ego kita tidak bisa menjelaskan alasannya. Karena inilah keajaiban penyerahan diri kepadaNYA. Kita berserah diri kepadaNYA, karena itu kita mempercayakan segala keadaan kepadaNYA. Mulai detik ini kita akan belajar menerima keadaan apapun. Karena jiwa kita percaya kebaikanNYA ada dimana-mana.


2# MERASA CUKUP

Sahabatku… Manusia cenderung selalu mengingat kebaikan yang belum mereka dapatkan, ketimbang kebaikan yang telah mereka dapatkan. Inilah awal kecemasan, pertarungan ego yang ragu kebutuhannya terpenuhi.

Pulang dari berbelanja Anda mengingat item-item yang sengaja harus Anda cancel karena Anda tidak mampu membayarnya. Ego menjadi cemas, ternyata uang saya tidak mampu mencukupi segala dan semua kebutuhan saya. Tapi dilain sisi Anda tidak mengingat item-item yang baru Anda belanjakan.

Pulang dari kantor Anda mengingat bos Anda yang menerima kenaikan pangkat lagi. Ego menjadi cemas, ternyata karir saya sangat lamban, apa yang harus saya lakukan lagi agar pangkat saya cepar naik. Tapi dilain sisi Anda melupakan kenaikan gaji yang baru di acc sebulan lalu.

Sahabatku… Di malam yang hening ini pikirkanlah kembali tentang kebaikan yang sudah kita terima dalam hidup ini. Apabila kita mampu mengingatnya, maka kita akan menunduk dan malu dengan kebaikan yan belum kita terima tapi terus kita ingat. Karena ternyata, yang telah kita terima lebih banyak dengan apa yang belum kita terima.

Sahabatku… Belajarlah untuk menjadi manusia yang cukup! Manusia yang cukup adalah manusia yang mengingat kebaikan yang diterimanya sangat banyak. Sama seperti juga dia mengingat bahwa kebaikan yang akan diterimanya sangat banyak. Manusia yang cukup percaya bahwa cukup DIA-lah sumber kebaikan hidupnya, dan dia memang sudah selalu bersamaNYA. Jadi karenaNYA dia sudah merasa cukup.


3# HANYA UNTUK WAKTU SAAT INI

Apabila kartu memori manusia rusak, yang ada hanyalah waktu sekarang. Begitulah memang adanya waktu, waktu adalah sekarang. Semesta ini berada didalam waktu dan ruang SANG PENCIPTA. Seperti apakah wujud waktu, tidak ada yang mampu menjabarkan. Waktu adalah bagian pertama yang diciptakan setelah ada diciptakan. Waktu adalah rahasia SANG PENCIPTA, yang pasti tanpa waktu tidak akan ada Semesta yang terbentuk. Kita adalah bagian semesta. Jelas kita ada karena waktu terlebih dahulu ada. LALU BAGAIMANA KITA MENGGUNAKAN WAKTU SEKARANG?

Itu adalah pertanyaan cerdasnya; bagaimana kita menggunakan waktu yang sekarang? Sahabatku… manusia memang selalu merumitkan kehidupan yang sama sekali tidak dibuat rumit oleh SANG PEMBUAT. Itulah kenapa ada sebagian manusia masih suka hidup di masa lalu dan masih suka hidup di masa depan. Padahal masa sekarang adalah satu-satunya waktu yang kita miliki.

Apabila Anda sedang membaca artikel ini, maka ketahuilah. Masa lalu kita sudah menghilang dan masa depan kita belum terbentuk. Waktu yang kita miliki hanya sesuai dengan apa yang sedang kita isi didalam kehidupan Anda sekarang. Kalau sekarang kita sedang membaca ini, berarti itulah waktu Anda. Waktu adalah kesempatan hidup. Hal terbaik apa yang kita pilih untuk mengisi kesempatan hidup kita sekarang, itulah waktu.

Kalau pada detik ini, kita sedang mengingat masa lalu. Berarti kita menggunakan waktu untuk hidup didalam memori. Begitu juga kalau pada detik ini, kita sedang mensimulasikan masa depan. Berarti kita sedang menggunakan waktu untuk hidup didalam memori Anda. Kecemasan bisa disebabkan oleh dua hal; masa lalu atau masa depan. Sementara masa lalu dan masa depan hanyalah memori.

Maka, bagian terbaiknya adalah, cobalah untuk mensyukuri dengan sebaik-baiknya waktu yang kita miliki. Mensyukuri waktu bukan dengan mengucapkan sejuta pujian. Namun, memberikan makna kedalam waktu itu. Tidak ada tempat bagi kecemasan apabila kita mau mensyukuri waktu.

Sahabatku… Kalau kita memiliki pasangan atau sahabat yang menderita anxiety, maka dengan kasih sayang sadarilah diri mereka tentang kecemasan itu, dan bisikan kalau kecemasan itu bukan takdir mereka. kecemasan adalah nasib yang mereka pilih. Mereka memiliki kesempatan yang sama untuk memilih nasib bahagia dan terbebas dari kecemasan.

Kecemasan adalah bagian normal dari proses pembelajaran hidup. Kita adalah makhluk yang waspada. Saat kecemasan muncul untuk mengganjal jalan yang mau kita lewati. Maka jangan menghindar dari kecemasan itu. Sadarilah diri “Oke… saya cemas, ini adalah kecemasan saya. Saatnya saya mengangkat kecemasan saya dan membuangnya”.

Kita sering menghindari batu yang kita lewati, lalu saat kita melewati jalan yang sama. Batu itu tetap disana. Karena batu itu berada di area pribadi kita, maka hanya kita lah yang berhak mengangkat batu itu.

Jangan menghindari kecemasan dan berkata “saya tidak cemas” pada saat kita cemas. Sadarilah segala emosi, lalu pilihlah bagian terbaiknya. Bagian terbaik dari kecemasan adalah tidak cemas. Kalau begitu angkatlah kecemasan itu secara sadar, lalu buanglah kecemasan itu secara sadar pula.

Kita tidak akan membuang kecemasan dengan apa-apa selain dengan pelajaran. Bukan dengan obat penenang, aromatic terapi, kumpul dengan teman, travelling, menyendiri dalam kesunyian, mendengar musik. Semua bagian yang diluar diri sifatnya hanya sementara. Karena yang diluar hanya dilihat dari yang didalam.

Obat penenang hanya memiliki efek selama kurang lebih 6-8 jam. Aroma terapi apabila oilnya sudah habis maka langsung terhenti. Teman-teman akan kembali pada hidupnya masing-masing. Setiap travelling tetap kita akan kembali ke rumah. Kesunyian juga bukan tempat yang sepi apabila jiwa tidak ikut sunyi. Musik akan berhenti menenangkan apabila dia berhenti berputar. 

Sahabatku… Semua akan kembali, yaitu kembali kedalam diri sendiri lagi. Jadi pengobatan terbaik anxiety adalah kembali memperbaiki diri. Kembali mengelola agar diri sesuai sebagaimana semestinya kita diciptakan.

Jadi, sekarang tinggal bagaimana kita memilihnya. Pilihlah kebaikan dengan secara sadar mengatur takaran kecemasan dan hiduplah didalam kebaikan SANG PENCIPTA, SANG PEMBUAT. Kecemasan akan menjadi kebaikan untuk mewaspadai diri, kita tinggal membuat diri mampu mengatur takarannya. Agar kita tidak overdosis kecemasan (anxiety). Semua adalah baik, tergantung siapa yang mampu melihat, merasakan, bergerak dan hidup didalam PEMILIK KEBAIKAN itu sendiri.


Salam Semesta

Copyright © www.PesanSemesta.com



  •  
  •  
  •  
  • 0
  • Juli 29, 2019
admin16 admin16 Author

BER-QURBAN Dalam Arti Yang Sesungguhnya












Sebelumnya, kita tidak akan membahas tentang hukum agama. Seluruh hukum agama tentang berkurban akan kami serahkan kepada masing-masing pemeluk agama. Pada pembahasan kali ini, kami hanya akan mengajak Anda sebentar saja untuk memahami Ber-Qurban dalam arti yang sesungguhnya. Kami juga akan mengajak Anda jalan-jalan sebentar menelusuri sejarah persembahan hewan. Lalu kami juga akan mengajak Anda untuk bertanya “Apakah betul SANG PENCIPTA, SANG PEMBUAT membutuhkan penyembelihan hewan qurban dari makhlukNYA? Apa yang sesungguhnya dibutuhkan manusia dari persembahan hewan?”

Apabila Anda merasa terusik dengan ajakan kami diatas, sebaiknya ada menutup saja artikel ini, tidak perlu lanjut membacanya sampai habis. Hidup ini adalah pilihan, dan kami memilih untuk mengungkap sedikit sejarah dan kebenaran tanpa menyalahkan siapapun. Kebenaran tidak selalu harus diterima. Karena butuh kenetralan untuk menerima kebenaran. Kenetralan adalah bagaimana SANG PENCIPTA, SANG PEMBUAT bergerak. Kita harus menetralkan diri untuk menerima gerakan itu.

Pada tulisan kali ini kita akan mengawali pembahasan tentang sesuatu yang jarang dibahas, yaitu tentang pemahaman sejarah persembahan hewan untuk Tuhan. Karena kalau menelisik sejarah kegiatan pengorbanan hewan yang sekarang dilakukan atas nama ‘ibadah’ qurban, merupakan kegiatan yang dilakukan jauh sebelum umat muslim melakukannya.

Pengorbanan hewan dahulu dikenal dengan persembahan hewan, adalah ritual pembunuhan dan persembahan hewan sebagai bagian dari ritual kepercayaan untuk menenangkan atau meminta bantuan kepada para dewa. Dengan harapan bahwa mereka akan merubah keadaan alam dan memberi kemakmuran sesuai dengan keinginan penyembahnya. Pengorbanan hewan banyak ditemui pada hampir semua kebudayaan kuno, dari kebudayaan Roma, Yahudi dan Yoruba. Pengorbanan hewan terus berlanjut di beberapa budaya kepercayaan atau agama hingga saat ini.

Banyak upacara Romawi yang dimana pada upacara itu pengorbanan hewan menjadi praktek dasar. Karena orang Romawi percaya bahwa mereka akan memiliki nasib baik jika para dewa bahagia. Untuk membuat para dewa Romawi bahagia, beberapa pengorbanan dipraktikkan di Roma kuno, dan setiap pengorbanan sifatnya sangat ritual. Bentuk pengorbanan yang paling umum adalah suovetaurilia atau solitaurilia, yang melibatkan pengorbanan babi, domba, atau sapi.

Pengorbanan Hewan dalam Alkitab Ibrani dituliskan bahwa hewan apa pun milik Tuhan, jadi ketika Anda membunuhnya, Anda mengembalikan darah kepada Tuhan. Dalam Keluaran, ketika Allah memberikan perjanjian kepada umat-Nya dalam upacara ratifikasi, Musa mengorbankan seekor hewan yang diambil darahnya dan setengahnya ia lemparkan di atas mezbah, yang merupakan penopang bagi Allah, dan setengah lainnya ia lemparkan ke atas orang orang. Jadi itu menyatukan orang-orang dan Tuhan mereka melalui darah hewan kurban pertama ini. Jadi hewan itu dikorbankan sebagai penyatuan manusia dan Tuhan. Dan para imam akan memakan daging dalam jumlah tertentu dan sisanya akan diberikan kepada orang-orang.

Kalau dalam umat muslim qurban juga disebut Udhhiyah atau Dhahiyyah. Udh-hiyah adalah hewan ternak yang disembelih pada hari Iedul Adha dan hari Tasyriq dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah karena datangnya hari raya tersebut (lihat Al Wajiz, 405 dan Shahih Fiqih Sunnah II/366)

Jadi pengorbanan hewan kalau dilihat dari sejarah manusia, tidak murni milik satu agama tertentu. Meski masing-masing kepercayaan atau agama, memiliki jadwal waktu dan tata cara pengorbanannya masing-masing. Namun, kalau diambil dari garis besarnya, apa yang mereka lakukan adalah mengurbankan hewan atas nama dewa atau Tuhan. Apapun niat dan tujuan masing-masing, dan bagaimana mereka menyebut nama dewa atau Tuhannya masing-masing. Tetap garis besarnya adalah menyembelih hewan atas nama Tuhan.

Akan sangat panjang kalau kita ceritakan secara mendetail masing-masing sejarahnya. Meski ada begitu banyak versi sejarah yang diceritakan dan sebenarnya sudah sangat terdistorsi. Namun silahkan Anda teliti kembali dan dari penghujung penelitian, garis besarnya tetap akan sama. Karena ada bagian sejarah yang hilang, yang tidak bisa lagi kita jamah pembuktiannya. Jadi mau tidak mau kita menerima, bahwa inilah yang disebut dengan pengorbanan hewan atau lebih nyaman kita sebut Ber-Qurban.

Sahabatku… Tanpa mengurangi sedikit pun rasa hormat kami kepada tiap-tiap agama yang melakukan pengorbanan hewan, mari kita bertanya secara tulus dari jiwa termurni dan terdalam “Apakah betul SANG PENCIPTA, SANG PEMBUAT membutuhkan penyembelihan hewan qurban dari makhlukNYA?”

Apabila mau jujur, hati dan akal kita menjawab tidak, meski dogma agama kita memberi jawaban lain. Tidak apa sahabatku… Kami tidak akan menyesatkan atau membuat Anda tersesat dengan pertanyaan diatas. Kami hanya ingin Anda memaknai ibadah dengan sebaik dan seindah-indahnya kebenaran.

Kalau memang betul qurban adalah ibadah yang mampu mendekatkan Anda kepadaNYA, maka lakukanlah. Selalu lakukanlah ibadah yang mendekatkan Anda kepadaNYA. Luruskan-lah Qurban Anda hanya untukNYA. Pastinya SANG MAHA tidak membutuhkan wujud hewan yang kita sembelih. SANG PEMBUAT seluruh makhluk semesta. SANG PENCIPTA penghidup seluruh makhluk semesta. Tidak mungkin membutuhkan itu semua. Logikanya kita selalu membutuhkan sesuatu yang kita tidak, atau belum kita miliki. Apalagi yang tidak dimiliki oleh SANG PENCIPTA yang bahkan ketiadaan pun diciptakanNYA?

Berarti ada pengertian yang harus diluruskan, dari kenapa kita Ber-Qurban? Dan inilah yang akan menjawab “Apa yang sesungguhnya dibutuhkan manusia dari persembahan hewan?”

Sahabatku… Harap diterima, bahwa kita Ber-Qurban bukan untukNYA, tapi untuk kita dari kita. Agar manusia mengingat tugas yang sebenarnya, yaitu saling memakmurkan. Sayangnya, inilah yang terlupakan dari arti Ber-Qurban yang sesungguhnya. Kita lupa kalau SANG PENCIPTA, SANG PEMBUAT tidak membutuhkan hewan yang kita sembelih. Kita lupa kalau ini hanyalah pembuka jalan agar manusia saling bergerak hatinya untuk mengingat kembali tugasnya, yaitu tugas untuk saling memakmurkan.

Itulah kenapa dalam beberapa agama, ditetapkan syarat-syarat khusus untuk hewan-hewan yang dipersembahkan. Artinya, lakukanlah yang terbaik untuk memakmurkan sesama. Saat hewan itu sembelih dengan cara yang baik, lalu bergotong royong semua kita saling memotong dan membagi-bagikan kepada yang membutuhkan. Pada moment itu kita tergerak kembali untuk berkumpul dan saling. Saling membantu, saling mengingat siapa diantara kita yang harus dimakmurkan. Bukan begitu?

Inilah momentnya, inilah perjalanannya. Bagian tersedihnya, selama ini kita hanya sibuk mencari hewan sembelihan terbaik untuk kita persembahkan, untuk kita jadikan pahala, untuk kita jadikan penghapus dosa. Tapi kita melupakan hal yang lebih penting. Kita lupa, bahwa prosesi ini hanyalah pengingat bagi kita akan tugas yang harusnya kita lakukan seumur hidup, yaitu bersama-sama saling memakmurkan.

Bukan apa yang disembelih, tapi kenapa dan bagaimana kita menyembelih. Karena pada kenyataannya. Setiap hari seluruh umat manusia didunia sudah menyembelih hewan, bukan begitu? Apakah pasar-pasar itu tidak dipenuhi dengan hewan-hewan yang telah dikorbankan buat manusia? Lalu apa yang membuat prosesi ini berbeda, kalau nyatanya setiap hari memang manusia sudah menyembelih banyak hewan? Yang menjadi pembeda adalah niat yang kita buat dalam kesadaran terdalam diri. Artinya, pada moment ritual ini diharapkan niat manusia untuk melaksanakan tugasnya untuk memakmurkan tercapai, terlaksana, dan dilaksankan.

Kalau begitu apakah kita hanya harus memakmurkan satu kali dalam setahun?

Itu minimalnya sahabatku… seharusnya kita memakmurkan tiap detik hidup kita. Karena itu adalah tugas kita sebagai khalifah fil ardh (pemimpin dimuka bumi).

Kalau begitu apakah kita hanya memakmurkan lewat pengorbanan hewan?

Itu adalah contoh yang bisa dilakukan para generasi terdahulu. Apa lagi pekerjaan mereka kalau bukan penggembala ternak. Apakah pada umat terdahulu kita bisa mengharapkan penggembala ternak memakmurkan dengan cara yang lain? Pikirkanlah terlebih dahulu.

Kalau kita masuk kedalam golongan penggembala ternak. Lalu kita meminta mereka memakmurkan dengan cara berbagi ikan, bukankah itu akan berat? Atau kalau diputar, kita meminta mereka para nelayan untuk memakmurkan dengan cara berbagi daging kambing, bukankah itu akan berat?

Jadi memakmurkan itu adalah apa yang bisa kita bagi dari diri untuk kemaslahatan bersama, bukan pribadi dan bukan kelompok. Umat sekarang (kita) memiliki apa yang mereka (umat terdahulu) tidak miliki. Kita memiliki kesempatan yang lebih dari sekedar mengorbankan hewan. Generasi kita sekarang pastinya, tiap-tiap dirinya memiliki kemampuan yang dapat dibagikan kepada sesama makhluk bumi untuk saling memakmurkan di banyak sektor.

Makhluk bumi memiliki artian yang luas, bunga dipojokan taman Anda juga adalah makhluk bumi. Apabila ada yang terbersit untuk bertanya “memangnya memakmurkan kepada tanaman dapat pahala?”

Sahabatku… Kemakmuran adalah memfungsingkan diri untuk kehidupan, bukan untuk keuntungan. Anda memakmurkan kalau Anda sudah bisa berperan untuk kehidupan semesta, bukan sekedar mencari keuntungan bagi diri sendiri atau kelompok. Bukankah kita diminta mendekat? Kenapa kita disuruh mendekat? Bukankah itu hanya agar kita merasa nyaman, tenang, tidak khawatir dan tidak pula bersedih. Masih perlukah mengkhawatirkan pahala, kalau kita sudah mendekat kepadaNYA?

Kedekatan itu adalah cinta dan penghambaan. Penghambaan itu adalah kita melakukan fungsi kita sebagai makhluk. Sementara cinta adalah ikatan, ikatan cinta khalik (pencipta) dengan makhluk (yang diciptakan). Kita tidak memberi hitungan kepada yang kita cintai. Tapi kita akan memberikan segalanya… segalanya. Percayakah Anda kalau SANG PENCIPTA, SANG PEMBUAT bisa memberikan Anda segalanya? Bahkan segala hal yang jauh lebih nyata dibanding angka pahala.
Apa itu sahabatku…? Apa itu hal yang jauh lebih nyata dibanding angka pahala?  

Bukankah ketenangan jiwa kita adalah sesuatu yang lebih nyata dibanding angka pahala? Dimana saat memakmurkan kita mulai merasakan hanya getaran kedamaian jiwa. Bukan lagi getaran ujub, ingin dinilai  atau riya. Tapi getaran ketulusan keikhlasan, bahwa kita melakukan ini karenaNYA, untukNYA, dan bersamaNYA. Bukankah ini adalah mendekat sahabatku? Yaitu menghadirkan yang kita bersaksikan dalam hidup. Bukankah indah apabila kita bisa menghadirkanNYA selalu?

Renungkanlah sahabatku… Nyatanya jiwa kita memang merindukan rasa ini. Tapi, kenapa selalu merindu kalau kita bisa mendekat? Dari sisi bahasa, QURBAN berasal dari kata Qoroba Yaqrobu yang artinya “mendekat” Dalam bahasa ibrani qarab artinya "menjadi lebih dekat dengan sesuatu atau seseorang”.

Menjadi jelas sekarang apa itu arti Ber-Qurban dalam artian yang sesungguhnya bukan? Yaitu untuk mendekat. Jelas manusia akan mendekat apabila setelah dia bersaksi lalu dia memakmurkan.

Mulai sekarang jangan membingungkan prosesi acara penyembelihannya. Lakukan saja yang terbaik bagi hewan dan bagi kemakmuran sesama. Karena sekarang kita paham, bahwa SANG PENCIPTA, SANG PEMBUAT tidak membutuhkan sembelihan itu. Sembelihan itu hanyalah pelajaran agar kita mau mengingat kembali tugas makmurkan yang kita lalaikan. Apakah SANG PENCIPTA, SANG PEMBUAT butuh kita memakmurkan? Sama sekali tidak, SANG PENCIPTA, SANG PEMBUAT hanya ingin kita menyadari diri kembali, bahwa sebagai kesatuan semesta, kehidupan kita adalah ketersalingan.

Hewan sebagai bagian semesta telah bertugas untuk mengorbankan dirinya demi kemakmuran manusia.  Tumbuhan sebagai bagian semesta sama juga, telah bertugas demi kemakmuran manusia. Atmosfir, udara, air, awan, hujan, matahari, belatung dan lain-lain yang tidak bisa disebut satu persatu. Semua bagian semesta telah bertugas demi saling memakmurkan.

Sampai disini sahabatku…Sebagai  bagian semesta, apa yang telah kita lakukan untuk memakmurkan? Diulang lagi kemakmuran adalah memfungsingkan diri untuk kehidupan, bukan untuk keuntungan. Anda memakmurkan kalau Anda sudah bisa berperan untuk kehidupan semesta, bukan sekedar mencari keuntungan bagi diri sendiri atau kelompok.

Kalau pengorbanan hewan pada hari tertentu kita niatkan sebagai hari awal untuk memakmurkan, maka lakukanlah. Masih ingat bukan, niat diungkapkan dengan kesadaran. Lanjutkan saja, lakukan saja dengan benar dan baik. SANG PENCIPTA, SANG PEMBUAT mengetahui betul niat kesadaran kita.

Setelah ritual itu selesai, ingatlah terus bahwa selama kita masih bernafas, selama itu pula kita tidak akan berhenti bertugas. Berarti, tugas sebagai khalifah diatas muka bumi yang mengemban tugas memakmurkan belum selesai. Masih banyak hari-hari setelah hari ritual penyembelihan yang akan kita lewati dengan terus memakmurkan. Inilah pesan dari Ber-Qurban yang sebenarnya.

Sejarah umat manusia yang sebenarnya sudah terdistrosi selama sekian ribu tahun. Seperti jejak kaki digunung sahara, mau kemana lagi kita mencari jejak kita yang hilang. Namun SANG PEMBUAT ILMU tidak pernah hilang. DIA ADA, mendekatlah untuk menerima bimbinganNYA sahabatku… 

Mendekatlah sekarang tanpa menunggu moment ritual apapun. Nyatanya kita memang sudah bersamaNYA. SANG PENCIPTA, SANG PEMBUAT tidak pernah hilang dari diri kita. Kita hanya butuh BERSAKSI untuk menghadirkanNYA.

Salam semesta

Copyright © www.PesanSemesta.com

  • 0
  • Juli 28, 2019
admin16 admin16 Author

PERBEDAAN TAKDIR dan NASIB (MOHON DIBACA!)











Sahabatku… Ini adalah tulisan penting buat kita semua. Percayalah, kalau kita mampu membedakan apa itu takdir dan apa itu nasib. Maka visi kita untuk masa depan akan bergeser maju bukan mundur.

**Perspektif akan berubah karena pengetahuan. Sementara realita hidup selalu seiring dengan perspektif seseorang. Itulah kenapa manusia dibuatkan kemampuan untuk mencerna pengetahuan lebih tinggi ketimbang makhluk lainnya di muka bumi ini. Hanya agar kita mampu menciptakan realita terindah kita sendiri.**

Paragraph yang kami tandai dengan dua tanda bintang diatas akan menjadi sangat tabu, apabila kita tidak mampu membedakan takdir dan nasib. Inilah pentingnya tulisan kita kali ini. Kita harus memahaminya, agar kita benar-benar percaya bahwa dibalik kekuasaan SANG PENCIPTA, SANG PEMBUAT manusia juga diberi kesempatan yang adil untuk menentukan porsi hidupnya sendiri.

Dengan pengetahuan ini nantinya perspektif kita kepada SANG MAHA akan menguat pada jalur yang sebenarnya. Kita akan mengamini secara sadar bahwa SANG MAHA memang MAHA ADIL, MAHA PENYANYANG, MAHA MENGETAHUI, MAHA MEMBIMBING. Kita pun akan mengamini secara sadar bahwa kita telah sangat berburuk sangka selama ini, dan itu kita lakukan hanya karena pengetahuan kita yang minim. Baiklah mari kita mulai pelajaran ini bersamaNYA.
Sahabatku… Ada destiny ada fate. Ada takdir ada nasib. Bukan begitu?

FATE saat dialih bahasakan menjadi TAKDIR. Fate berasal dari kata bahasa latin, fatum, yang berarti sesuatu yang telah ditetapkan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kata takdir memiliki pengertian ketetapan dan ketentuan Tuhan.

DESTINY saat dialih bahasakan menjadi NASIB. Destiny juga berasal dari kata bahasa latin, destinare, yang memiliki arti, berupaya atau mewujudkan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kata nasib berarti sesuatu yang sudah ditentukan oleh Tuhan atas diri seseorang.

Jadi, bisa kita katakan secara singkat bahwa TAKDIR merupakan suatu ketetapan dari SANG PEMBUAT, sementara NASIB mengandung upaya yang dilakukan oleh manusia atau lebih tepatnya kita sebut sistem hukum sebab akibat.

Sahabatku… Semua kita percaya dengan takdir SANG PEMBUAT (ketetapan Tuhan). Tapi apa yang akan kami sampaikan, kemungkinan besar berbeda dengan versi yang kita pikirkan selama ini. Kami anjurkan untuk tidak mulai menilai terlebih dahulu sebelum mengetahui kebenarannya. Karena penilaian sekarang adalah wujud dari ketakutan, bahwa selama ini kita memang telah salah mengerti.

Percayalah, kita memang telah salah memahami apa itu takdir Tuhan selama ini. Kita menganggap apa yang kita kerjakan hari ini adalah takdir Tuhan. Apa yang kita terima hari ini adalah takdir Tuhan. Apa yang kita rasakan dan kejadian apapun yang menimpa kita hari ini adalah takdir Tuhan. Tidak! Itu bukanlah takdir Tuhan. Itu hanyalah pilihan-pilihan yang dengan sadar atau tidak sadar kita pilih sendiri. Hasil dari pilihan-pilihan itu adalah hukum sebab-akibat dari pilihan-pilihan itu sendiri. Hukum sebab- akibat ini berlaku dimanapun, kapanpun dan bagi siapapun. Ini merupakan sistem kehidupan yang telah dibuat oleh SANG PEMBUAT. Berjalan otomatis, sangat canggih, seimbang dan penuh keadilan.

Artinya, MANUSIA TERMASUK SELURUH SEMESTA MEMANG HIDUP DIDALAM PILIHAN NASIB-NYA SENDIRI. Bukan berarti takdir Tuhan itu tidak ada. TakdirNYA mutlak ada, tapi dengan pengertian dan porsi yang berbeda.

Karena yang selama ini kita sebut dengan takdir Tuhan tidak seperti itu. Takdir Tuhan tidak akan mengikut sertakan manusia. Takdir Tuhan itu adalah kehendak mutlak, yaitu suatu kehendak yang tidak lagi bisa di berpikirkan oleh manusia itu sendiri, tidak bisa direncanakan oleh manusia, bukan sistem sebab akibat dan itu pasti terjadi tanpa kompromi, tanpa pilihan, tanpa keinginan oleh manusia itu sendiri. Inilah ketetapan Tuhan yang sebenarnya. Inilah yang disebut TAKDIR SANG PEMBUAT.

Tolong jangan diartikan secara salah. Selama ini kita berpikir kalau kita hidup dengan pengendalian penuh. Iya betul, kita masih hidup dalam pengendalian hukum sistem sebab-akibat atau nasib. Tapi nasib atau hukum sebab akibat itu hadir dari diri kita sendiri. Kita lah yang mengendalikan diri ini, meski tidak secara penuh. Meski ketetapan Tuhan tetap berjalan dan alur Universe tetap ada. Tapi kita mendapat porsi besar untuk membentuk diri kita sendiri. Melalui pilihan-pilihan yang dibuat oleh SANG PEMBUAT lalu di pilih oleh manusia.

Hukum sistem akibat atau kita sebut nasib itu dibuat oleh SANG PEMBUAT. Jadi SANG PEMBUAT membuatkan kita begitu banyak-banyak-banyak pilihan-pilihan yang siap di pilih oleh manusia. Setiap pilihan-pilihan yang dipilih akan menuju ke banyak cabang pilihan-pilihan lain juga.

TIDAK ADA MANUSIA YANG INGKAR TAKDIR. Saat Anda memilih belok kanan itu adalah pilihan yang Anda pilih, artinya Anda memilih nasib Anda. Siapa yang membuat nasib Anda? SANG PEMBUAT. Tapi SANG PEMBUAT telah membekali manusia dengan tiga komponen dahsyat jasad, jiwa (dimana didalamnya terdapat kesadaran, akal dan hati), serta ditiupkannya ruh. Nah, berbekal ketiga komponen ini kita dipersilahkan untuk memilih nasib kita sendiri.

DIA sudah membuatkan panas dan dingin, bukan hanya itu. DIA juga membuatkan sebab akibatnya, kalau panas maka kita akan keringetan – terbakar – melepuh, kalau dingin maka kita akan menggigil – membeku – hipotermia dan lain sebagaianya.

Jadi tinggal bagaimana kita memilih. Mau dimanakah kita berada? Kita memilih senang, kalau begitu pilihlah terus senang. Tapi, kenapa Anda memilih hal yang membuat Anda sedih, sementara Anda menginginkan senang. Disinilah AKAL manusia berguna. Itulah kenapa manusia diberikan akal, yaitu AGAR MANUSIA TIDAK MENG-INGKARI AKALNYA SENDIRI. TIDAK MEMILIH NASIB BURUKNYA SENDIRI.

AKAL itu adalah takdir SANG PEMBUAT setiap manusia diberi akal untuk berpikir. SANG PEMBUAT juga membuat nasib manusia menjadi; berpikir dengan akal, atau berpikir dengan ego, atau sama sekali tidak berpikir. Setiap nasib ini akan menentukan nasib-nasib berikutnya. Kalau Anda mengerti bahasa pemrograman, mungkin Anda bisa membandingkan sistem sebab akibat dengan logika bahasa IF, THEN-ELSE. Persis seperti itu logikanya. Jadi sekarang tergantung dengan apa yang Anda pilih.

Anda bisa memilih memiliki suami ganteng, suami jelek, atau sama sekali tidak bersuami. Anda bisa memilih kaya, miskin, melarat, bangkrut. Anda bisa memilih meratap, tertawa, menangis, marah. Apapun bisa Anda pilih. Karena yang Anda pilih adalah nasib Anda sendiri. Sementara manusia tidak membuat nasibnya, manusia hanya memilih nasibnya. Tetap yang membuat nasib adalah SANG PEMBUAT, Tuhan yang kita sembah, kalau memang kita menyembahNYA.

Berbicara tentang pilihan-pilihan, berarti kita sedang berada di posisi, dimana kita memilih untuk bertindak. Bisa diartikan, bahwa pilihan-pilihan = tindakan-tindakan yang akan kita kerjakan. Jadi selama ini, apa yang kita yakini sebagai nasib ternyata hanyalah kumpulan dari tindakan-tindakan yang kita kehendaki. Kita memilih mau bertindak seperti apa dan bagaimana, itu adalah nasib kita. Kitalah penentunya.

Mengejutkan memang. Tapi ini yang harus kita terima. Karena memang ini adalah kebenarnnya. Kami akan terus mengungkapkan kebenaran tanpa perlu meminta persetujuan terlebih dahulu. Kami hanya menyampaikan apa yang perlu disampaikan dariNYA.

Kebenarannya adalah, takdir yang kita percayai selama ini hanyalah nasib, yaitu kumpulan dari pilihan-pilihan kita sendiri. Kita bertindak lalu menerima hasil penuh untuk setiap tindakan kita. Wujud akhir dari tindakan-tindakan kita, adalah hukum sebab-akibat. Karena secara sadar kita telah memilihnya, bukan SANG PEMBUAT.

Apakah SANG PEMBUAT menyediakan kita berbagai macam pilihan. Iya betul seperti itu. Tapi apakah SANG PEMBUAT memilihkannya untuk kita? Tidak, tidak seperti itu. SANG PEMBUAT hadir untuk membimbing kita, menuntun kita menuju kebenaran memilih. Tapi bukan untuk memilihkan. Karena itulah, kenapa kita harus menemukanNYA dan hidup bersamaNYA. Agar apapun yang kita pilih, kita memilih dengan kebenaran dan untuk kebenaran, berdasarkan bimbinganNYA. Bukan berdasarkan ego manusia kita, yang memang ego kita juga dibuat olehNYA.  
Apabila pemahaman tentang ego masih kurang jelas silahkan klik link ini  https://www.facebook.com/pesan.semesta.7/posts/158607191973064

Sahabatku… Kami mengerti kebenaran ini sangat mengejutkan. Karena kita tidak menyadari ini dari awal. Mungkin saat ini Anda masih terkaget-kaget dan tidak percaya, itu tidak apa. Anda butuh waktu untuk berpikir dan menerima.

Itulah kita, selama ini kita memang tersetting untuk berpikir secara terbalik dan salah mengirim pertanyaan. Selama ini kita bertanya kepada langit, mempertanyakan “Kenapa hidup saya, selalu tidak berjalan sesuai dengan apa yang saya inginkan? Kenapa saya selalu gagal? Kenapa Tuhan tidak mau bekerjasama dengan saya? Kenapa saya seperti ini? Kenapa? Kenapa? dan kenapa?“. Ternyata sebelum kita sukses mewujudkan sebuah keinginan. Kita telah sukses mengirim pertanyaan-pertanyaan ke tempat yang salah. Lalu bagaimana keinginan kita bisa tercapai, kalau kita sendiri telah gagal mengirim pertanyaan. Harusnya pertanyaan itu kita kirim ke diri sendiri, bukan kepada pemilik langit.

Sebut saja kita hendak membeli sebuah handphone merek A. Saat berjalan menuju mall kita disuguhi dengan berbagai macam merek handphone, dari mulai A, C dan Z. Muncul banyak pilihan dan pertimbangan. Akhirnya kita memutuskan untuk membeli merek C. Padahal niat awalnya kita ingin membeli merek A. Selang beberapa bulan handphone C kita rusak. Sementara teman kita yang membeli merek A handphonenya masih bagus, meski dia membelinya lebih dahulu dari kita. Di moment itu kita menyesal telah memilih merek C lalu kita menghibur diri dengan berkata “mungkin memang sudah takdirnya kita beli merek C”. Maju beberapa bulan setelahnya, kita bertemu teman kerja yang memakai handphone merek C. Dari ceritanya dia telah memakai handphone itu selama dua tahun, dan tidak ada masalah dan masih berfungsi bagus sampai sekarang. Di moment ini kita menghibur diri lagi “mungkin memang sudah takdirnya handphone C yang kita beli cepet rusak”.

Lihatlah, bagaimana kita dahulu dengan remehnya memandang bahwa sesuatu itu adalah takdir. Padahal itu adalah hasil sistem sebab-akibat dari tindakan-tindakan, nasib yang kita pilih sendiri. Bagaimana bisa selama ini kita berpikir ini semua adalah takdir? Dan dengan bangganya kita berpikir bahwa ini adalah sebagian dari iman kita kepada Tuhan?

Mari kita telaah bersama agar ini terdengar logis buat Anda :

Kenapa kita merubah dari merek A ke merek C ? Karena, kita disuguhi berbagai macam pilihan oleh toko-toko handphone. Akhirnya karena rayuan-rayuan penjual kita memilih merek C. Jadi, pada saat itu sebenarnya kita telah terjebak dengan pilihan orang lain yang bukan pilihan kita sendiri. Padahal kita berdasarkan intuisi dan penelaahan sendiri sudah memilih merek A. Karena, kita sudah mempertimbangkannya secara matang sebelumnya. Kita telah membaca review dan spesifikasi yang jelas tentang merek A. Tapi karena keteguhan pendirian terhadap pilihan sendiri kurang, akhirnya kita berpindah pilihan.

Kenapa handphone C cepat rusak saat kita gunakan dan tidak di teman kita yang lain? Perhatikan cara kita memakainya dan bagaimana kita menggunakannya. Dan kemungkinan handphopne C yang kita beli kualitas produksinya tidak sama dengan yang dibeli teman kita.

Kalau hasil penelaahan kita seperti diatas. Lalu kenapa kita masih meng-atas namakan takdir SANG PEMBUAT untuk hal yang seremeh ini? Anda ingin tahu kenapa? Sebelum kami menjawabnya, kami ingin Anda menggaris bawahi satu hal.

Saat ini kami bukan sedang membuat Anda tidak mempercayai SANG PEMBUAT atau boleh Anda sebut Tuhan kalau Anda memang mentuhankan-NYA. Tulisan ini tidak sedang mengajarkan Anda untuk menjadi KAFIR. Tapi hendak membuat Anda memposisikanNYA di tempat yang sebenarnya. Tempat yang sebenarnya adalah, tempat dimana kita tidak menyalahkanNYA untuk kebodohan tindakan kita sendiri.

Menyalahkan adalah cara pelampiasan emosi yang paling wajar. Karena itu diajarkan. sedari kecil kita selalu diajarkan untuk menyalahkan segala sesuatu yang terjadi. Sampai dibangku sekolah pun kita selalu diajarkan untuk menyalahkan atau disalahkan. Akhirnya menyalahkan menjadi hal yang paling wajar untuk dilakukan sebelum berpikir, dan lagi-lagi ini terbalik. Efek dari kebiasaan menyalahkan ini sangat dahsyat. Sampai-sampai, akhirnya kita bisa mendikteNYA dengan meng-atas namakan takdir, lalu menyalahkanNYA dengan sadar! Tapi tidak berani mengakuinya.

Masih mengelak? Kita memang akan sangat tidak mau mengakui hal ini, karena ini memang sangat tidak pantas dilakukan. Namun, pernahkah Anda melepaskan perkataan yang mungkinsenada dengan ini “mungkin memang sudah takdirnya...” Apa arti dari kalimat ini? Pembuktian keimanan kepadaNYA atau menyalahkanNYA secara halus?

Kita masih senang mempertahankan pendapat, bahwa pilihan-pilihan kita adalah takdir Tuhan. Lalu kalau kegagalan muncul, kita masih senang menyalahkan Tuhan terlebih dahulu, dengan meng-atas namakan takdirNYA. Lalu kita senang untuk berhenti berpikir tentang ini dan terus mendikte-dikte Tuhan, lagi dan lagi. Sungguh keajaiban kalau kita bisa mendikte SANG PEMBUAT. Pikirkan sekali lagi! Sungguh keajaiban, kalau kita bisa mendikte Tuhan. Kami janji akan membahas ini di dalam tulisan terpisah nanti. Agar menjadi jelas, apa yang kami maksud dengan mendikte Tuhan.

Sampai disini apabila tulisan diatas terlalu panjang untuk diingat, maka ingat sajalah paragraph dibawah ini :

NASIB MANUSIA DIBUAT OLEH SANG PEMBUAT DAN DIPILIH OLEH MANUSIA. TAKDIR MANUSIA DIBUAT OLEH SANG PEMBUAT UNTUK MENJADI KETETAPAN MANUSIA YANG TIDAK BISA DIPILIH, DIBERPIKIRKAN, DIRENCANAKAN, BUKAN SISTEM SEBAB AKIBAT DAN PASTI TERJADI TANPA KOMPROMI, TANPA PILIHAN ATAU KEINGINAN OLEH MANUSIA ITU SENDIRI. DAN INI ADALAH PENGERTIAN TAKDIR YANG SEBENARNYA.

Jadi sahabatku… Mulai sekarang, belajarlah membedakan apa itu nasib dan takdir. Dan belajarlah untuk memilih nasib terbaik Anda melalui akal & hati yang telah dianugerahiNYA. Saat berbicara akal& hati, berarti Anda juga harus belajar untuk mampu memilah, mana akal & hati Anda, dan mana itu ego Anda.

Ternyata pelajaran kita masih banyak bukan? Hidup memang pelajaran. Lucunya kita ini ibarat anak TK yang dituntun dan tidak pernah ditinggalkan. DIA selalu menemani dan menuntun. Pilihlah ini menjadi nasib Anda sahabatku…


Salam Semesta

Copyright © www.PesanSemesta.com

  •  
  •  
  •  
  • 0
  • Juli 27, 2019
admin16 admin16 Author

DEFINISI TUHAN dan BER-TUHAN


Dalam lubuk hati yang terdalam, kita percaya kehidupan bukan kebetulan. Lalu kita menyebut SANG PENCIPTA, SANG PEMBUAT sebagai Tuhan. Namun hal pertama yang harus digaris bawahi adalah, bahwa ‘Ber-Tuhan’ memiliki arti yang berbeda dengan ‘Ber-agama’. Bertuhan artinya memiliki Tuhan dalam definisi yang mendalam. Beragama artinya memiliki agama yaitu nama sebuah kelompok yang memiliki kesamaan kepercayaan. Apakah orang yang beragama pasti memiliki Tuhan? Jawabannya relative, tergantung dari seberapa dia mendekat kepada SANG PENCIPTA, SANG PEMBUAT yang mereka sebut Tuhan.

Masing-masing agama memiliki cara untuk mendekat kepada Tuhan. Tujuan ibadah-ibadah dan doa-doa itu sebenarnya untuk mendekatkan diri kepadaNYA. Masalahnya sekarang adalah seberapa dekat ibadah itu mendekatkan diri Anda kepadaNYA. Apakah Anda sudah merasa dekat denganNYA? Sulit untuk dijawab bukan. Padahal setiap agama apapun mempercayai bahwa manusia dan Tuhan itu memang dekat. Tapi coba kita dengan jujur bertanya… Benarkah jiwa ini sudah merasa dekat dengan pemilikNYA?

Sudah berapa jam kita melakukan ibadah dalam hidup ini. Tapi kenapa puluhan jam itu tidak membuahkan sebuah kedekatan? Jujur kita butuh mencari jawaban dari pertanyaan ini. Khususnya bagi kita yang mengaku beragama dan belum merasakan apa itu artinya ber-Tuhan.

Ber-Tuhan artinya memiliki Tuhan dalam definisi yang paling mendalam. Bahwa diri ini adalah kesatuan denganNYA. Nafas ini adalah nafasNYA. Gerak ini adalah gerakanNYA. Nadi ini adalah milikNYA. Semua ini dirangkum dalam satu titik kesadaran penghambaan bahwa diri ini adalah diriNYA. Bahwa ke-akuan- diri ini telah menghilang yang ada hanyalah SANG PENCIPTA, SANG PEMBUAT yang oleh manusia disebut Tuhan.

Jadi, hal penting sebelum mengaku ber-Tuhan kita harus mampu menjawab definisi Tuhan itu apa? Tuhan itu definitif... Tuhan itu adalah sesuatu yang disembah dan puja, sesuatu yang ditakuti, sesuatu yang di prioritaskan, dan sesuatu yang mampu membuat kita melakukan sesuatu yang tidak kita sukai.

Setelahnya, lalu coba jawab pertanyaan ini : Siapakah Tuhan dalam hidup kita? Siapakah yang kita sembah dan kita puja dalam hidup ini? Siapakah sesuatu yang kita takuti dalam hidup ini? Siapakah sesuatu yang kita prioritaskan dalam hidup ini? Siapakah sesuatu yang mampu membuat kita mampu melakukan sesuatu yang tidak kita sukai dalam hidup ini?

Jawablah dalam kejujuran sahabatku... Dan kita akan menemukan bahwa itulah Tuhan kita, dan barulah kita boleh mengakui kalau diri kita ber-Tuhan. Kalau jawabannya ternyata bukan SANG PENCIPTA, SANG PEMBUAT yang oleh manusia disebut Tuhan. Maka silahkan koreksi lagi pengakuan kita dalam ber-Tuhan. Ini penting, jauh sebelum kita BERSAKSI, kita harus mengerti hal ini. Jauh sebelum kita mengaku BERIMAN, kita harus meresapi ini.

Sehingga kita tidak galau lalu bertanya "Adakah Tuhan?" SANG PENCIPTA, SANG PEMBUAT jelas ada, tapi siapa yang kita Tuhan-kan bisa mejadi jawaban yang berbeda.

Ini memang berat, mau tidak mau, kita yang mengaku beragama atau kita yang mengaku tidak beragama, tetap harus menemukan satu titik kesadaran ini. Caranya dengan mengasah kembali akal dan hati kita dalam kedekatan denganNYA. Mendekat kepada SANG PENCIPTA, SANG PEMBUAT bukan untuk sesuatu yang kita sebut pahala. Namun untuk sesuatu yang kita sebut kesatuan. Bukan untuk sesuatu yang disebut keuntungan duniawai. namun untuk sesuatu yang kita sebut cinta dan penghambaan.

Karena dari definisi diatas, kita bisa mentuhankan siapa saja, bahkan kita bisa mentuhankan diri kita sendiri, orang tua, bos ataupun pasang. Dan bukan lagi mentuhankan SANG PENCIPTA, SANG PEMBUAT.

Jadi mulai sekarang kita akan setuju untuk mencari Tuhan. Agar apapun yang melekat di jiwa kita, bukan sekedar kumpulan dogma dan doktrin tentang ke-tuhanan. Namun sebuah kesatuan penghambaan yang indah bersama SANG PENCIPTA, SANG PEMBUAT.

Sahabatku... Sebelum seseorang mengkoreksi tulisan ini, silahkan-lah mengkoreksi terlebih dahulu definisi Tuhan didalam hidupnya. Carilah kebenaran ber-Tuhan kita, itu adalah sebaik-baiknya kebaikan buat diri. Tulisan ini hadir hanya untuk menyampaikan, apabila bagi Anda tulisan ini tidak benar, maka tetap carilah kebaikan buat diri. Jangan berhenti, karena didalam sudut kebenaran atau bahkan dalam lautan kebohongan pun tetap kita bersama SANG PENCIPTA, SANG PEMBUAT.

Salam Semesta

Copyright © www.PesanSemesta.com




  •  
  •  
  • 0
  • Juli 26, 2019
admin16 admin16 Author

KEMATIAN ADALAH KEMBALI










“Apakah ada tulisan tentang misteri kematian? Apakah kematian sama seperti Kekayaan yang dapat di usahakan? Atau ada referensi” Melalui anugerahNYA izinkan kami menjawab.

Sahabatku… Dengan segala penghormatan terhadap perbedaan. Kami sangat menghargai setiap jawaban, setiap pemahaman, setiap doktrin dan dogma. Masing-masing kita akan menerima kebenaran hakikinya melalui anugerah ilmu SANG PEMBUAT. Apabila tulisan kami tidak dapat diterima oleh Anda, maka itu sama sekali tidak masalah. Kami menghargai penerimaan Anda, karena kami pun menghargai perbedaan yang tetap masih dihidupkan oleh SANG PENCIPTA.

Jujur kami senang dengan pertanyaan ini. Pertanyaan adalah gerbang menuju kebenaran. Kebenaran tidak selalu harus diterima. Karena butuh kenetralan untuk menerima kebenaran. Kenetralan adalah bagaimana SANG PENCIPTA, SANG PEMBUAT bergerak. Kita harus menetralkan diri untuk menerima gerakan itu.

Susah memang mencari referensi untuk mengungkapkan sesuatu yang disebut misteri kematian, karena setiap referensi membutuhkan bukti, sementara bukti itu benar-benar akan terungkap setelah kita mengalami kematian itu sendiri. Tapi bagaimanapun kepenasaran kita, itu sama sekali tidak mau membuat kita buru-buru meninggal. Karena kematian sebagai akhir kehidupan sudah terkonsep sedemikian rupa.

Kita sangat percaya kalau hidup itu akhirat, dan akhirat lebih berat dari pada hidup. Padahal seharusnya kita tidak mati untuk akhir, melainkan untuk sebuah awal. Babak baru, lembar baru, tugas baru, pengabdian baru, hidup baru. Karena kesalah mengertian kita, akhirnya kematian benar-benar menjadi akhir kehidupan, tidak ada yang baru, yang ada hanyalah akhir.

Bagi yang belum mengerti kematian memang bukan hal yang terlalu indah untuk diterima. Itulah kenapa berpuluh-puluh bait doa selalu dipanjatkan kepada mereka yang telah wafat. Tanpa pernah kita bertanya apakah betul berpuluh-puluh bait doa itu akan berguna bagi yang telah wafat atau tidak. Tetap kita mendoakan mereka. Hal ini tidak masalah, tidak perlu diperdebatkan. Sisi positif dari doa adalah pengharapan. Kita perlu harapan untuk terus bersandar dan menjadi kuat. Lalu apa itu harapannya mereka yang telah wafat?

Sahabatku… Pahamilah, harapan itu hanyalah bagi mereka yang masih hidup. Sementara mereka yang sudah wafat, mereka telah kembali. Kembali kepada SANG PENGHIDUP, SANG PEMBUAT. Masing-masing agama memiliki penjabaran dan keyakinan yang berbeda-beda tentang kehidupan setelah kematian (kita akan bahas pada kesempatan lain). Sebelumnya kita akan menggaris bawahi kata KEMBALI. Karena setiap agama pun mengklaim kalau kematian adalah ‘kembali’.

Itulah kenapa pada saat ada yang meninggal umat muslim menyebut; Inalillahi, waina ilaihi rojiuun yang mana artinya “Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jugalah kami kembali”. Umat Budha melantunkan Dhāraṇī Kelahiran Kembali Tanah Murni. Umat Kristen mendoakan mereka yang wafat dengan doa "Tuhan Yesus Kristus, kami memercayakan kepada-Mu saudara (saudari) kami, yang terlahir kembali melalui air dan Roh dalam Baptisan Kudus …". Umat Hindu percaya pada kelahiran kembali dan reinkarnasi dari jiwa atau atman. Umat Yahudi memiliki kepercayaan pada techiat ha-meitim, bahwa jiwa akan dipulihkan untuk dibangun kembali.

Apapun agama kita, tanpa bermaksud mencampur aduk, kami hanya akan menarik satu kata yang hampir di amini oleh semuanya, yaitu KEMBALI. Dalam kamus bahasa Indonesia kata ‘kembali’ bermakna, balik ke tempat atau ke keadaan semula. Dari pengertian ini kita jadi memiliki pertanyaan tambahan : Apa itu tempat kembali bagi manusia yang sudah meninggal?

Sahabatku… Manusia adalah wujud tritunggal. Kita ini adalah tritunggal, yaitu tiga komponen yang menjadi satu kesatuan. Untuk disebut manusia, setiap manusia harus memiliki jasad, jiwa dan ruh. Jasad adalah seluruh komponen tubuh yang membantu kita mengoperasikan jiwa. Contoh ringan, anggaplah diri manusia adalah handphone. Tentu untuk memainkan aplikasi game didalam handphone, Anda membutuhkan handphone. Tidak ada handphone tidak ada aplikasi apa-apa. Begitu juga dengan manusia. Jiwa yang merupakan aplikasi tidak akan berfungsi apa-apa kalau tidak ada jasad. Ruh yang merupakan sumber energi juga tidak akan berfungsi apa-apa kalau tidak ada jasad. 

Namun agar jasad itu beroperasi kita memerlukan jiwa. Jasad tanpa jiwa maka seperti handphone kosong tanpa aplikasi, sama sekali tidak memiliki tujuan apa-apa selain menyalah dalam kekosongan. Sementara ruh adalah energi penghidup yang kekal, dia itu yang disebut sebagai energi yang tidak bisa dimusnahkan dan hanya bisa berubah bentuk. Kalau dalam handphone ruh adalah energi listrik yang tersimpan didalam baterai. Ruh adalah hak SANG PENCIPTA. Tanpa ruh, maka tidak ada kehidupan, yang ada hanyalah kematian. Lalu apa itu kematian?

Dunia kedokteran menetapkan tiga fase dalam kematian: Fase pertama adalah mati klinis, dimana pernapasan seseorang terhenti dan detak jantungnya berhenti berdetak. Pada fase ini, impuls dari otak mulai memudar dan panca-indera tidak lagi bereaksi. Fase kedua adalah mati otak, pada tahap ini semua fungsi otak berhenti. Organ-organ penting masih berfungsi pada fase ini, tetapi tanpa ada kendali dari otak, biasanya dibantu oleh alat kedokteran. Fase ketiga adalah kematian biologis, ditandai dengan kematian seluruh sel-sel tubuh secara serentak. Mengakibatkan seluruh organ termasuk otak, sama sekali tidak berfungsi. Setelah fase kematian biologis inilah manusia dianggap telah wafat.

Inilah kematian sahabatku… Yaitu saat jasad kita tinggalah jasad. Tidak ada lagi kesadaran untuk mengoperasikan jasad. Dan tidak ada lagi energi yang membuat jasad menyala. Sebenarnya tidak bisa dibilang jasad kita benar-benar mati. Karena molecular masih bergerak, energy yang bervibrasi itu masih ada, masih ada pergerakan subatomic yang terjadi. Tapi bedanya kesadaran kita sudah tidak hadir lagi.

Makhluk yang memiliki ruh apabila ditelusur mundur, maka makhluk itu hanyalah bagian-bagian dari susunan atom. Sebagai organisme, didalam tubuh manusia terdapat organ sistem. Organ sistem terdiri dari banyak jaringan. Jaringan tersusun dari ribuan juta sel-sel. Sel-sel itu tersusun dari molekul. Molekul terbentuk dari atom dan atom terbentuk dari energi. Jadi wujud inti jasad manusia adalah energi yang bervibrasi. Baik saat dia hidup, ataupun saat dia mati, atom kita masih terus ada, meskipun ruh itu sudah tidak ada. Artinya; energi bervibrasi itu tidak pernah hilang. Selama ada atom, maka selama itu energi bervibrasi tetap ada. Baik ada ruh ataupun tidak ada ruh.

Boleh dibilang jasad tanpa kesadaran kita kembali ke tanah untuk menjadi kehidupan yang lain. Inilah kenapa sebaiknya jasad mati kita perlu dikubur, karena memang molecular jasad mati kita diharuskan untuk melebur dan didaur ulang ke dalam ekosistem. Berubah menjadi unsur lain. Inilah kematian bagi jasad, dia kembali menjadi molecular atom dalam wujud yang lain. Makanya ada istilah Ashes to ashes – Dust to dust. Itulah tempat kembali jasad, lalu bagaimana dengan tempat kembali jiwa?

Jiwa kita adalah software system operasi manusia. Jiwa hanya berfungsi apabila tersedia hardware (jasad manusia). Karena fungsi jiwa adalah sebagai pengoperasi jasadi dan jiwawi manusia. Termasuk kesadaran, memori, akal dan hati.  Maka, sekali lagi tanpa jasad, jiwa tidak mampu berfungsi dan terpakai lagi. Karena sudah tidak ‘terpakai’, lalu kemanakah jiwa ini akan kembali pulang?

Sahabatku… Jiwa adalah milik dan buatan System SANG PEMBUAT. Ada ketentuan khusus, kenapa ada jiwa-jiwa yang disimpan untuk nantinya digunakan agar berfungsi kembali, ini adalah istilah untuk kehidupan setelah kematian pada pengertian yang sebenarnya. Ada juga jiwa-jiwa yang terhapus dari system SANG PEMBUAT. Ketahuilah rahasianya, kematian membawa kita kepada dua pilihan, yaitu kembali kepada akhir kehidupan atau kembali kepada awal kehidupan. Agar pembicaraan tidak melenceng, mohon maaf kami tidak akan membahas ini sekarang.

Setelah jiwa, lalu bagaimana dengan Ruh? Karena Ruh adalah anugerah dan masih rahasia SANG PENCIPTA, maka kepadaNYA lah ruh terpulang. Memang suatu kesulitan besar untuk menyimpulkan apa itu ruh, dan bagaimana cara kerja ruh dalam menghidupkan. Karena scienes pun sudah mengerti, bahwa kematian jasad, bukan berarti kematian energi. Energi itu kekal; Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan. Energi hanya berubah bentuk dari bentuk energi yang satu menjadi bentuk energi yang lain. Misteri itu adalah ruh. Apabila manusia sudah masuk kedalam ranah ruh, maka kita hanya bisa berserah diri kepada SANG PENCIPTA.

Dari penjabaran panjang ini, kalau disimpulkan setelah kematian, berarti jasad kita akan KEMBALI menjadi atom yang berubah molecular menjadi atom lain. Lalu jiwa dan ruh kita kembali kepada SANG PEMBUAT, SANG PENCIPTA.

Sampai disini, apabila pembahasan kami kali ini, tidak teresonasi dengan Anda, maka silahkan Anda tinggalkan. Karena kami sama sekali tidak bermaksud meyakinkan Anda atas ilmuNYA. Keyakinan adalah hubungan manusia dengan SANG MAHA. Kami hanya menyampaikan apa yang perlu disampaikan secara netral, tanpa kebutuhan apa-apa atas keyakinan Anda. Keyakinan adalah perspektif, sementara perspektif sangat tergantung dengan keilmuan dan pengetahuan. Mari kita belajar kepada SANG PEMBUAT ILMU dalam kenetralan.

Sahabatku… Kami gembira dengan pertanyaan, apakah kematian sama seperti Kekayaan yang dapat di usahakan? Sebuah pertanyaan super penting. Sebagaimana kami sebutkan diatas bahwa kematian membawa kita kepada dua pilihan, yaitu kembali kepada akhir kehidupan atau kembali kepada awal kehidupan.

Selama ini kita berpikir kematian adalah sebuah akhir kehidupan, tapi bagaimana kalau bagi sebagian manusia yang memenuhi syarat, kematian hanyalah awal dari kehidupan lain. Dimana bagi mereka yang memenuhi syarat, kematian hanyalah sebuah batu lompatan menuju dimensi hidup yang berbeda. Jadi bagi mereka yang memenuhi syarat, mereka memang harus mati untuk tetap kembali hidup. Sementara bagi mereka yang tidak memenuhi syarat, kematian hanyalah kembali kepada akhir kehidupan.

Inilah keadilan system SANG MAHA ADIL. Sebuah wujud free will yang sangat masuk akal. Andai kami bisa memberikan foto sebagai tanda bukti, tapi itu tidak ada, tidak akan pernah ada. Ini adalah sebuah proses nyata yang sangat sulit sekali dijelaskan. Sama seperti udara yang tidak nyata tapi tetap Anda mengamininya bukan? Begitulah kehidupan setelah kematian. Harus ada iman disini. Kalau ini terdengar seperti dongeng, maka izinkan saja diri Anda nanti untuk menerima kebenarannya.

Pada akhirnya kita semua memang akan meninggal untuk kembali, tapi untuk kembali kemanakah akan menjadi pilihan. Jawabannya ada didalam tiap pilihan kita sendiri. Karena itu mari kita sudahi saja, dengan langsung bertanya : Bagaimana caranya menjadi manusia yang memenuhi syarat? Hal-hal apa yang perlu kita persiapkan agar kematian kita nanti hanya akan menjadi sebuah batu lompatan menuju dimensi hidup yang berbeda? Bukankah ini adalah kekayaan yang harus diusahakan?

Sahabatku… Semoga Anda sudah membaca artikel kami tentang alasan & tujuan kehidupan (https://www.facebook.com/pesan.semesta.7/posts/161833924983724). Mohon meresapi tulisan dalam artikel itu. Apabila disingkat disana tertulis bahwa alasan kehidupan adalah untuk bersaksi dan menikmati keajaiban-keajaibanNYA sementara tujuan kehidupan adalah untuk berfungsi sebagai bagian semesta. Inilah kehidupan bagi manusia. Pertanyaan pentingnya adalah sudahkah kita BERSAKSI? Sudahkah kita menikmati keajaiban-keajaiban SANG PENCIPTA, SANG PENGHIDUP? Sudahkah kita berfungsi sebagai bagian SEMESTA?

Kalau dalam awal kehidupan ini jasad – jiwa – ruh kita belum kita gunakan sebagai alasan dan tujuan kehidupan, maka untuk apa kita hidup pada kehidupan yang selanjutnya. Bukan begitu? Kalau sampai ini kita belum mengerti alasan dan tujuan kehidupan kita. Lalu bagaimana kita bisa memenuhi syarat untuk kehidupan yang selanjutnya?

Ibaratkan seperti ini, ada segerombolan anak SD yang menerima kesempatan untuk memasuki perpustakaan international. Dari ke 20 gerombolan itu hanya 5 orang yang serius membaca dalam perpustakaan itu, selebihnya hanya berlari-lari, main kesana kemari tak karuan. Apakah ke 15 gerombolan SD itu akan diberi kesempatan memasuki perpustakaan itu lagi?

Ini hanyalah analogi logika akal manusia yang mampu berpikir saja, tentunya SANG PENCIPTA, SANG PEMBUAT memiliki alasan-alasan lain yang lewat dari akal logika kita sendiri. Kehidupan dan kematian adalah ketetapan dan kehendak SANG PENCIPTA, SANG PEMBUAT. Sebagai seorang makhluk kita hanya bisa menghargai kehidupan kita sebelum kematian kita. Meski kematian tidak pernah menjadi akhir kehidupan, tapi bagaimanapun keyakinan kita tentang kehidupan setelah kematian, itu tetap menjadi hal yang harus diusahakan.

Sahabatku… Tentu kita harus berdandan dan memantaskan diri sebelum menemui seorang sultan. Itu hanya kita lakukan agar Anda mendapat kesan tersendiri dimata si sultan. Sultan itu sendiri tidak perlu Anda berdandan dan memantaskan diri dihadapanya, lagi pula dia akan mengerti kondisi Anda. Tapi Anda tetap akan bersikeras dan berusaha bukan?

Begitu juga kita sahabatku… Terlepas kita akan melompat dan terus hidup di dimensi yang berbeda atau kita hanya akan kembali kepada akhir kehidupan. Tetap kita harus berdandan sebelum kembali kepadaNYA. Tentunya berdandan menurut arti kata yang sebenarnya. Karena SANG PEMBUAT tidak melihat dandanan luar kita, melainkan dandanan dalam kita, yaitu kebaikan jiwa Anda dan apa yang telah dia lakukan dalam hidup ini.

Namun andai saja mendandani jiwa semudah seperti mendandani jasad, sayangnya tidak sahabatku… Butuh usaha, usaha pertama itu adalah kemauan. Sebagian manusia yang ‘mau’ menaiki puncak gunung tertinggi sampai disana. Kemauan seseorang bisa mengalahkan ketidak mungkinan manusia. Kemauan kita akan menentukan hasil dandanan kita.

Disinilah SANG MAHA ADIL, SANG MAHA MENGETAHUI mengerti tiap-tiap kita akan memiliki hasil dandanan yang berbeda-beda, tapi apapun dan bagaimana pun tetap kita akan kembali kepadaNYA dan tetap pula SANG PEMBUAT akan menerimanya tanpa penghakiman apapun. Karena DIA SANG  MAHA PENYANYANG tidak perlu menghakimi apapun dari makhlukNYA. Inilah wujud ke MAHA ADILANNYA.

Sahabatku… Coba kita menyalahkan korek api dimalam hari yang gelap gulita. Pandangi nyala api itu sampai habis mati dan kembali gelap. Tanyakan kedalam diri, apakah yang membuatkan kita mata, apakah yang membuatkan kita anugerah melihat akan membakar kita dengan api itu? Resapilah… dan biarkan jiwa Anda yang menjawab.

Sahabatku… Agar kematian menjadi hal yang indah, maka mari kita mengartikan kematian sebagai gerbang yang akan mengembalikan kita kepada SANG PEMBUAT. Bukan sebagai tempat penghakiman. Karena SANG MAHA tida perlu menghakimi apa-apa lagi. Tidak perlu ada keragu-raguan saat memasuki gerbang itu. Percayakan saja semua kepadaNYA. Serahkanlah hasil dandanan Anda kepadaNYA. Tugas kita sekarang hanyalah berusaha berdandan sebelum kematian datang. Jadi hargailah hidup Anda, karena didalam hidup inilah Anda akan BERSAKSI, Anda akan menikmati keajaiban-keajaibanNYA, dan Anda pun akan berfungsi sebagai bagian semesta.

Akhir kata sahabatku… Kematian akan terus menjadi misteri, tapi biarkanlah jiwa ini menggores misterinya yang terindah. Jangan membatasi kehidupan dengan kata kematian. Izinkan jiwa kita terus bersamaNYA… Selalu bersamaNYA… Terus bersamaNYA… Sampai SANG PENCIPTA menentukan sendiri akhirnya.

Salam Semesta

Copyright © www.PesanSemesta.com  

  • 0
  • Juli 26, 2019
admin16 admin16 Author

TIPS PENTING AGAR STRES TIDAK MENJADI STRES









Sahabatku... Sekuat apa kita menghadapi stres; apakah kita lebih kuat dari pada stres?

Penting untuk dicatat bahwa walaupun stres dapat menyebabkan penyakit, stres sebenarnya hanya terjadi pada beberapa orang. Terlalu banyak stres dalam hidup ini adalah betul. Namun semua kembali kepada bagaimana seseorang breaksi terhadap stres, itulah yang menentukan.

Respon kita, itulah yang berlaku didalam hidup ini. Kita tidak bertanggung jawab dengan apapun kejadian yang terjadi didalam hidup ini. Tapi kita bertanggung jawab dengan apapun yang kita respon. Bagaimana kita meresponnya, itulah tanggung jawab kita. Siang dan malam akan selalu sama. Tapi bagaimana kita memberlakukan siang dan malam itulah yang membuatnya berbeda. Senang dan sedih akan selalu sama. Tapi bagaimana kita merasakan senang dan sedih itulah yang membuatnya berbeda. Kenyataan dan kebenaran akan selalu ada. Tapi bagaimana kita menerimanya, itulah yang membuatnya berbeda.

Memang ada banyak cara untuk meredakan stres. Travelling, tertawa, meditasi, curhat, bahkan makan coklat pun bisa meredakan stres. Tetapi cara-cara ini, ibarat tablet paracetamol yang meredakan sakit kepala dengan hanya menumpulkan saraf tanpa sedikitpun mengobati sakit yang sebenarnya. Sama halnya dengan stres, dengan meredakan stres berarti kita hanya memperbaiki permukaan saja. Manusia butuh dari sekedar pereda stres, kita butuh kemampuan mengelola stres.

Mengelola stres adalah merubah persepsi kita dalam menghadapi stess. Yaitu agar stres tidak menjadi stres. Lalu dengan apakah kita memiliki kemampuan untuk mengelola stres yang baik?

Sahabatku… Disinilah spiritualitas seseorang akan bekerja untuk menyeimbangkan kembali jasad dan jiwanya. Satu-satunya hal yang merubah persepsi kita dalam menghadapi stres agar tidak menjadi stres adalah spiritualitas. Dengan spiritualitas seseorang akan memiliki kematangan kontrol terhadap respon stresnya. Artinya; stres apapun tidak mempengaruhi level kesadarannya dalam bertindak, berpikir dan berperasaan.

Stres adalah siklus yang bergerak dari stresor ke respons stres kembali ke stresor. Mangkuk di mana siklus ini berada adalah pemutusan kita dari diri sendiri dan dari PENCIPTA dan PEMBUAT kita. Jika kita tetap terhubung dengan diri dan SANG PENCIPTA, SANG PEMBUAT siklus stres tidak pernah mendapatkan momentum untuk bersarang didalam mangkuk kita.

Itulah kenapa seseorang yang spiritual memiliki management stres yang baik. Karena memang kita harus tahu siapa diri kita, dan bagaimana hidup kita untuk menjalani kehidupan yang tenang dan damai. Ketika kita terhubung kembali dengan diri dan SANG PENCIPTA, SANG PEMBUAT cara-cara untuk mengelola stres kita akan muncul secara alami. Karena ketika kita terhubung dengan Yang ESA, ada banyak sekali bantuan dan dukungan sehingga kekhawatiran kecil manusia kita, tampaknya tidak lagi penting. Mereka pergi berlalu tanpa arti dan kita pun terus menjadi damai tanpa stres.

Sahabatku… Spiritual adalah hal pribadi yang memang setiap spirit (jiwa) memiliki spiritual. Karena spiritualitas adalah hubungan seseorang dalam memaknai kehidupan dan keESAan didalam dirinya. Kita tidak membicarakan agama saat berbicara tentang spiritualitas. Setiap agama dibangun berdasarkan spiritualitas. Jadi meskipun seseorang tidak memeluk agama, bukan berarti dia tidak spiritual. Begitu juga sebaliknya. Bukan berarti seseorang memeluk agama, maka lantas dia menjadi spiritual, meskipun agama dibangun berdasarkan spiritualitas.

Inilah yang menjadi jawaban kenapa banyak dari kita yang beragama, tapi masih mengalami stres dan terjebak didalamnya. Kalau kita kritis bertanya “Kenapa agama tidak bisa menyelematkan mereka?” Jawabannya adalah karena tidak adanya spiritualitas dalam beragama mereka. Agama hanyalah label identitas, spritualitas lah yang akan membawa seseorang mau memahami dan memaknai ajaran-ajaran positif yang dibawa oleh label agamanya. Tanpa spiritualitas agama hanyalah agama, sesuatu yang Anda peluk. Tapi tidak pernah Anda pahami.

Jadi sahabatku… Apapun agama Anda pahamilah bahwa keagamaan harus didasari dengan spiritualitas, bukan sekedar menyembah tapi turut merasakan keterhubungan dengan yang disembah. Menghadirkan yang disembah dan hidup bersamaNYA sambil terus memaknai ajaran-ajaranNYA.
Kalau Anda bisa meresapi ini, maka Anda akan mengerti bahwa tidak ada stres dalam hidup ini. Setiap lembar goresan memori yang tertanam didalam otak Anda adalah kebersamaan Anda denganNYA dan hanya itulah yang Anda ambil dari hidup ini.

Ibarat berjalan dihamparan kebun bunga mawar, Anda hanya memetik mawarnya, bukan memetik durinya. Anda hanya menghirup harum mawarnya, bukan bau pupuknya. Anda hanya menikmati warna merah dan hijau daunnya, bukan tanahnya.

Baik dan buruk akan selalu berdampingan. Hitam dan putih akan selalu berdampingan. Kita akan kehilangan warna putih kalau tidak ada hitam. Begitu juga kita akan kehilangan baik kalau tidak ada buruk.

Sekarang tinggal bagaimana Anda memilihnya sahabatku…Pilihlah kebaikan dan hiduplah didalam kebaikan SANG PENCIPTA, SANG PEMBUAT. Semua adalah baik, tergantung siapa yang mampu melihat, merasakan, bergerak dan hidup didalam PEMILIK KEBAIKAN itu sendiri.

Akhir kata, ingatlah sahabatku… Stres hanyalah gemblengan agar kita menjadi semakin kuat. Tapi kita hanya akan menjadi setingkat lebih kuat dari stres, karena kita tahu siapa sumber kekuatan kita. Karena kita menyadarkan diri kalau kita memang menggenggam kuat kekuatanNYA, maka itulah kita tidak pernah menjadi lebih lemah dari pada stres, karena kita percaya pada sumber kekuatan kita. Kita percaya pada kekuatan SANG PENCIPTA, SANG PEMBUAT. Inilah tips agar stres tidak menjadi stres!


Salam Semesta

Copyright © www.PesanSemesta.com

  • 0
  • Juli 25, 2019
admin16 admin16 Author

DATABASE

COPYRIGHT

Seluruh artikel didalam website ini ditulis orisinil oleh tim penulis Pesan Semesta. Artikel yang kami share melalui website ini bukan hasil jiplakan, kutipan atau terjemahan.

Bagi pembaca yang ingin menghubungi penulis silahkan mengrim pesan melalui email : pesansemesta@yahoo.com


SALAM SEMESTA