Pesan Semesta.
melampaui batas menjadi satu

MENGGAPAI LEVEL KEBAHAGIAAN MURNI




Kita tidak akan tahu rasanya kenyang tanpa rasa lapar. Kita juga tidak akan tahu rasanya lelah tanpa rasa santai. Begitulah sahabatku… Itulah hidup… Kita harus tahu gagal tanpa menang, untuk benar-benar menang.

Senang memiliki sedih, menang memiliki gagal, kenyang memiliki lapar, kanan memiliki kiri. Semua begitu seimbang. Inilah sistem keseimbangan hidup, segalanya diciptakan berpasang-pasangan. Hanya ada satu rasa yang tidak memiliki pasangan, yaitu rasa berbahagia.

Tapi kenapa berbahagia tidak memiliki pasangan? Karena pasangannya adalah segalanya. Saat kita mampu menjadikan segala rasa sebagai sebuah kebahagiaan, maka kitalah pemenang sejati kehidupan. Kita akan menjalani alur kehidupan sebagaimana sebab akibat yang kita torehkan, tapi kita tidak akan terombang-ambing karenanya.

Sekali lagi segala rasa adalah kebahagiaan, dan inilah yang kami maksud dengan kebahagiaan murni. Dimana kebahagiaan yang terasa tidak mengenal syarat apa-apa yang dibawa dari luar kedalam. Hanya dari dalam keluar.

Disaat kita mengenal rasa kebahagiaan murni itulah kita bisa benar-benar berterimakasih. Matur nuwun gusti bukan sebuah keharusan hanya saat kita menerima kebaikan, tidak ada yang mewajibkan kita untuk berterimakasih kepadaNYA. Ini hanya bagian dari keindahan kebersamaan kita bersamaNYA. Bagian dari pemahaman kita kalau segalanya memang nikmatNYA. Dan matur nuwun gusti adalah hasil dari kebahagiaan murni.

Sahabatku… Apalagi yang kita harapkan selain rasa yang berbunga-bunga karena rasa terimakasih yang membahagiakan? Bukankah begitu? Bagian apa lagi yang lebih indah dalam menjalani kehidupan ini selain saat susah tidak lagi memiliki nilai susah. Saat sedih tidak memiliki nilai sedih. Saat merana tidak lagi memiliki nilai merana. Saat segala nilai-nilai hanyalah kebahagiaan murni?

Tidak masuk akal memang. Namun hati kita akan berbunga-bunga selamanya tanpa syarat apa-apa dari dunia, karena kita telah menggenggamNYA. Kita hanya menjadikan genggaman itu sebagai satu-satunya syarat kebahagiaan kita. Sementara kita tahu kalau genggaman ini tidak pernah putus. Kita hanya akan senantiasa menggengamNYA dalam segala sebab akibat yang kita torehkan.

Kita tentu ingin seperti ini sahabatku… Pasti kita ingin seperti ini! Kita ingin kebahagiaan tanpa syarat, kebahagiaan tanpa alasan, kebahagiaan murni yang tidak terputus. Kita ingin menjadi berbahagia, tapi bagaimana caranya?

Sahabatku… Dzat Maha tidak akan merubah sebuah kaum, kecuali kaum itu merubah dirinya sendiri. sebuah perubahan butuh pelajaran, kita butuh senantiasa belajar untuk berubah.

Lalu apa yang harus kita pelajari untuk menggapai level kebahagiaan murni?

TIGA PELAJARAN UTAMA KITA AGAR MENGGAPAI KEBAHAGIAAN MURNI ADALAH : BELAJAR MERASA CUKUP, BELAJAR HANYA BERAKSI & BELAJAR TIDAK MENDIKTE.

Manusia yang cukup adalah manusia yang mengingat kebaikan yang diterimanya sangat banyak. Sama seperti juga dia mengingat bahwa kebaikan yang akan diterimanya sangat banyak.

Manusia yang cukup percaya bahwa cukup Dzat Maha-lah sumber kebaikan hidupnya, dan dia memang sudah selalu bersamaNYA. Jadi karenaNYA dia sudah merasa cukup.

Jadi tugas kita bukan menunjuk keluar dan berkata “hal itu, hal itu dan hal itu akan membuat saya berbahagia” Tidak lagi sahabatku… Mulai sekarang tunjuklah diri kita sendiri dan ucapkanlah “Hari ini dan seterusnya saya percaya dan menyakini bahwa pemilik diri inilah sumber segala rasa berbahagia saya. Cukuplah DIA bagi saya”

Hanya kita memiliki masalah klasik disini. Masalah utama kita adalah, kita masih melihat segala hal sebagai baik dan buruk, dan kita memilih salah satunya. Pastinya kita memilih baik, meski kita belum memiliki cukup alasan untuk menerima baik. Hasilnya sudah pasti adalah kehampaan. Jadi kita harus belajar satu pelajaran lagi, yaitu belajar hanya beraksi.

Sahabatku… Sudah menjadi kodratnya, manusia menjadi makhluk yang bergelimang keinginan dan pengharapan. Ini tidak akan hilang, karena kita memang ditakdirkan menjadi manusia yang senantiasa ber-DOA. Sementara ‘D’ dalam DOA adalah DINAMIS.

Dinamis adalah kita senantiasa bergerak dalam perubahan ke arah yang lebih baik. Ini terjadi karena memang sudah tugas kitalah sebagai penyampai-penyampai kebaikan Dzat Maha Baik. Melalui aksi-aksi kita lah kebaikan Dzat Maha Baik terpancar dan tersebar diseluruh alam semesta raya ini. Kebaikan yang utama adalah aksi sekecil apapun.

Sahabatku… Mulai sekarang jangan menjadikan doa sebatas mantra-mantra agar DIA mengabulkannya tanpa kita melakukan apa-apa. Berdoa artinya dinamis, dengan kata lain penuh dengan harapan-harapan menuju perbaikan. Berdoa bukan sekumpulan bait-bait mantra yang hampa. Tapi sekumpulan harapan yang hidup.

Harapan yang hidup adalah harapan yang di-aksikan. Mana yang lebih hampa; orang yang menyerahkan harapannya didepanNYA begitu saja, atau mereka yang menempatkan harapannya ditempat yang benar dan terus beraksi bersamaNYA untuk mewujudkan harapan-harapan itu ?

Dzat Maha membiarkan kita membuat harapan-harapan bukan untuk membiarkan kita berdiam diri dalam kesendirian. Tapi untuk menemani kita mewujudkannya. Membantu kita memunculkan sifat optimis didalamnya. Memberikan ide-ide aksi tentangnya. Lalu membuat kita tersenyum dan berkata “Terimakasih telah telah menemaniku dalam berharap, menemaniku dalam beraksi, lalu membuat harapan-harapanku menjadi nyata. Aku sangat ber-bahagia

Sahabatku… Tidak ada kebahagiaan yang lebih berbahagia lagi kalau kita mampu merasakan kebersamaanNYA dalam tiap aksi-aksi yang kita aksikan. Hanya memang saat beraksi kita memiliki satu musuh yang terus mengintai. Musuh itu adalah ego yang terus mendikte. Karena inilah kita harus juga belajar untuk tidak mendikte.

Kami yakin Dzat Maha hanya akan tersenyum melihat sikap mendikte kita. Sebuah bentuk pemahaman, betapa manusia sangat tidak sabaran dengan harapan dan keinginanannya sendiri. Dzat Maha sangat mengerti akan sikap kita yang seperti ini, hanya kita yang tidak mengerti dengan sikapNYA.

Sahabatku… Sebenarnya kita hanya harus berproses tanpa pendiktean apa-apa. Terus saja ikuti alur proses itu, meski hasil akhir sama sekali belum tampak. Alasan betapa banyak orang yang senantiasa mengulang pendiktean harapan dan keinginan mereka setiap hari, adalah karena sebenarnya mereka malas untuk mengikuti proses. Padahal proses yang mereka jalani adalah pengabulan doa dariNYA.

Percayalah! Energi yang kita curahkan sepenuhnya dalam proses tanpa pendiktean, akan semakin mendekatkan diri kepada wujud utuh pengabulan doa. Kita hanya perlu mematuhi alurnya untuk menerima hasilnya.

----------------------------------------------------------

Sahabatku…. Bukankah pelajaran kita untuk berbahagia adalah banyak?

Jangan lupa juga untuk berbahagi saat susah menghinggapi proses pelajaran kita.. Karena saat itu Dzat Maha hanya ingin melihat kita belajar. Tidak ada yang mustahil bagiNYA, Dzat Maha bisa saja langsung menghadirkan harapan kebahagiaan kecil kita itu. Tapi segala sesuatu tetap harus melalui alurnya. Karena didalam alur ini kita menjadi manusia yang terpelajar.

Hidup di bumi adalah pelajaran bagi mereka yang mau mengambil pelajaran. Harapan dan keinginan yang muncul adalah salah satu gerbang pembelajaran. Lalu ‘proses’ itu adalah pembelajaran itu sendiri. Semakin kita terfokus kepada proses, semakin kita banyak belajar.

Dengan berproses kita akan mengenal kemampuan diri dengan baik. Mengetahui kelemahan yang harus diperbaiki. Lalu menghargai tiap titik pencapaian diri. Inilah yang ingin diajarkan oleh Dzat Maha, yaitu pelajaran dan pengalaman berharga yang akan terlewat begitu saja, kalau kita berhenti berproses.

Memang susah pasti akan menghinggapi. Tapi tidaklah kita belajar kecuali karenaNYA dan bersamaNYA. Kesempurnaan pelajaran kita adalah kesempurnaanNYA. Hasil pelajaran kita pun adalah hasil dariNYA.

Akhir kata, lagi-lagi jujur kita butuh spiritualitas untuk belajar MERASA CUKUP, BELAJAR HANYA BERAKSI & BELAJAR TIDAK MENDIKTE.

Spiritualitas bukanlah sebait DOA yang kita panjatkan setiap hari mendikte Dzat Maha agar kita berbahagia. Melainkan sebuah keterikatan batin antara kita dengan-NYA. Dimana kita merasa selalu bersamaNYA. Dimana kita merasa tidak perlu membutuhkan apapun selain diriNYA. Dimana kita percaya harapan kita adalah harapanNYA. Dimana kita menyakini bahwa DIA-lah sumber kebahagian kita. DIA-lah alasan kita tersenyum dan DIA-lah alasan kita terus hidup.

Renungkanlah dan pelajarilah sahabatku… dan kebahagiaan murni akan senantiasa menyertai nafas kita.

Salam Semesta

Copyright © www.PesanSemesta.com

  •  
  •  
  •  
  • 0
  • Desember 26, 2019
admin16 admin16 Author

MEMOLES IMAN YANG JERNIH DENGAN AGAMA, MUNGKINKAH?



Hari ini hujan bergerimntik ringan diatas jiwa yang kosong. Gemerintikannya seakan melayang dan mengambang di dasar jiwa terdalam. Meski jiwa ini merintih dalam kerinduan yang dalam, namun kesadaran ini seperti menjauh dalam ketuliannya.

Sahabatku… Betapa sering kita menjadi tuli untuk diri kita sendiri? Kita tidak mendengar desahan jiwa kita yang terus menerus merintihkan kerinduan. Kerinduan jiwa yang merindu untuk menyaksikan pemiliknya. Dzat Maha Pemilik dan Pengikat Jiwa-jiwa.

Sahabatku… Padahal apabila kita mau mendengar jiwa ini, maka kita akan paham kalau ternyata kita begitu dekat tapi berlagak menjauhiNYA, betapa kita bersama tapi terus memberi jarak denganNYA, betapa kita saling melihat tapi tidak mau menatapNYA.

Salahnya ini terjadi saat kita dengan sengaja mengakui telah menyaksikanNYA sebagai Tuhan Semesta Alam. Kita mengakui telah beribadah atas namaNYA sebagai Tuhan Semesta Alam. Kita mengakui hanya DIA-lah satu-satunya Tuhan Semesta Alam tempat kembali, namun kesadaran kita berlagak sebaliknya dari ini semua.

Apa yang salah dengan kesadaran yang berlagak sebaliknya ini sahabatku…?
Apa yang membuat kesadaran ini begitu tuli untuk mendengar rintihan jiwa yang jujur… ?
Apa yang membuat gemerintikan iman hanya mengambang namun tidak mampu memblending menjadi kesadaran untuk mendekatiNYA, untuk membersamaiNYA, untuk melihatNYA?

Sahabatku…

Jelas kita butuh lebih dari sekedar label agama untuk sampai pada tahap ini. Kita butuh memahami agama yang telah kita pilih. Agama adalah jembatan yang dibuat tapi kadang kita terjebak ditengah-tengah agama kita sendiri, sampai akhirnya kesadaran kita menjadi begitu tuli untuk mendengar jiwa kita yang berbisik “Hai jalan berhentimu bukan disini.. teruslah melangkah..jembatan ini tidak akan menyampaikan dirimu ke tempat tujuan kalau kau berhenti disini. Kenapa kau berhenti disini?

Sahabatku… Anggap tempat tujuan kita dalam agama adalah untuk hidup sambil mendekatiNYA, membersamaiNYA, melihatNYA. Tentunya kita penasaran ingin tahu alasan kenapa sekarang kita malah berhenti untuk tidak pernah sampai kepada tempat tujuan?

PERTAMA: Kita hanya menjadikan agama sebagai cap keturunan dan tidak pernah memahami agama kita sendiri untuk sampai ke sebuah tujuan. Kita seperti sengaja menyebrangi jembatan hanya untuk melaju dalam kerumunan ramai rombongan yang bahkan tidak mengerti kenapa berada didalam jembatan itu kecuali karena mereka sedang menarik benang yang sama dengan benang yang ditarik oleh manusia yang didepannya.

Sahabatku… Begitu banyak jembatan, namun semuanya diisi oleh kerumunan yang ikut-ikutan. Kerumunan yang akhirnya hanya memahami agama bukan sebagai sebuah jembatan, namun sebagai tempat berhenti untuk berkumpul dalam gerombolan yang tidak mengerti tempat tujuan.

Mohon jangan tersinggung, siapapun yang membaca ini mohon jangan tersinggung. Tulisan ini adalah kenyataan bagi yang mau mengakui dirinya dalam kejujuran yang bersih. Bersih dari rasa malu bahwa benar memang agama adalah proses keturunan yang diwajibkan, akhirnya makna dari agama tidak terpahami dengan benar, dan betul iya semua kenyataan ini menjadikan kita terlalu percaya diri dalam ketulian.

Sehingga betul memang kita sulit melihat akhir dari jembatan agama ini. Kalau tulisan ini menyinggung kami mohon maaf yang sebesar-besarnya, dan mohon jangan lanjut membaca alasan kedua dibawah ini, karena akan lebih menyinggung.

KEDUA: Kalaupun agama telah berhasil terpahami, kita hanya menjadikan pemahaman agama sebagai bahan penilaian dan tidak pernah mengambil nilai karenaNYA.

Sesaat kita terjebak didalam kerumunan yang bingung akhirnya kita mulai mencari-cari nilai kebaikan didalamnya, dan begitulah manusia. Kita sebagai manusia Bumi begitu sangat suka dengan dua hal, yaitu menilai yang diluar dan dinilai yang diluar. Akhirnya agama pun bertransformasi untuk menjadi dua hal yang disukai ini.

Berbondong-bondong kita memborong penilaian. Kita menunjuk-nunjuk nilai pahala dan menjadi gila untuk mengumpulkannya dan mengagumi nilai-nilai itu sebagai polesan iman. Tapi akhirnya kita memang terjebak sendiri. Sadarkah kita dengan jebakan pahala?

Izinkan kami sedikit membukanya, jebakannya adalah saat polesan iman kita begitu tebal tapi yang terserap oleh kesadaran jiwa kita sangat-sangat sedikit. Akhirnya?

Akhirnya rasa mendekatiNYA, membersamaiNYA apalagi melihatNYA tidak pernah sampai. Tujuan kita musnah, padahal hanya ini tujuan dari segala rasa iman. Tanpa tiga rasa ini, bagaimana bisa dikatakan iman? Agama datang untuk menjadikan kita orang-orang yang beriman, namun bahkan rasa iman pun masih jauh dari terasa.

Itu hanya karena kita hanya sibuk menjadikan agama sebagai sebuah polesan untuk memoles nilai untuk nilai bukan untuk sebuah tujuan.

Sahabatku… Bukankah alasan ini lebih menyinggung dari pada alasan yang pertama?

Karenanya kami mohon maaf apabila tulisan ini sampai terbaca oleh kita semua. Kami hanya menyampaikan yang perlu disampaikan sebagai semesta. Karena sudah saatnya membenahi pemaknaan kita akan agama yang kita kerumuni agar ajaran agama yang sudah terlanjut dipilih ini berhasil membawa kita kepada tujuan iman yang sempurna, bukan iman polesan.

Sebenarnya agama tidak dibentuk untuk membentuk iman polesan namun iman yang jernih. Ini hanya salah kita saja yang tidak mampu memahaminya dengan baik dan benar. Kesalahan tafsir yang terlalu mengedapkan keuntungan dan kekabutan ego.

Sahabatku… Kesadaran bisa memanipulasi. Iman bisa memoles kebohongan dalam kentalnya penilaian… Namun jiwa tidak bisa berbohong.

Gemerintikan hujan masih jatuh, dan dentuman jiwa yang merindu ini masih kerasa mendentum dalam keheningan pengakuan yang pasrah.

Pasrah untuk sekedar mendekatiNYA, untuk membersamaiNYA, untuk melihatNYA. Namun tahukah sahabatku… Kalau Dzat Maha Lembut berbisik indah ditiap gemerintikan hujan yang mendawai ini, Dzat Maha Berbisik “Bangunlah dan janganlah pasrah. AKU bersamaMU selalu dalam rasa yang kau bangun”

Rasa yang dibangun? Hmm… kami akan simpan ini untuk pembahasan yang selanjutnya.


Salam semesta

Copyright © www.PesanSemesta.com

  •  
  •  
  •  
  • 0
  • Desember 25, 2019
admin16 admin16 Author

IBU & ANAK ADALAH IKATAN YANG DIHIDUPKAN SANG PENCIPTA ( SEBUAH BUKTI ILMIAH)



Sebelumnya selamat hari ibu. Terimakasih tulus dari kami karena telah menjaga ikatan antar semesta.

Sahabatku… Pahamilah paragraph-paragraf dibawah ini dalam kenetralan dan kita akan menyadari kembali kalau ternyata IBU & ANAK adalah sebuah kemuliaan ikatan yang agung antar semesta. Ikatan yang selamanya terikat dan tidak terpisahkan asal usulnya.  

Sampai disini ilmu pengetahuan telah membuktikan kalau memang iya betul dan nyata ikatan antara IBU & ANAK itu terjalin dengan sangat erat. Berikut kami menyampaikan beberapa diantaranya :


1# Kita Memiliki DNA Mitokondria Ibu

Sahabatku… Tahukah kita kalau seluruh sel mitokondria manusia hanya diambil dari gen wanita? Iya, seorang ibu bertanggung jawab penuh atas bagus atau tidak bagusnya asupan energy sel. Bagus tidaknya pembentukan jasad janin tergantung dari bagaimana ibu merekayasa DNA mitokondria anaknya.

DNA mitokondria (mtDNA) adalah materi genetik yang ditemukan di mitokondria. Ini diturunkan dari ibu ke anak laki-laki dan perempuan, tetapi anak laki-laki tidak bisa meneruskan mtDNA ibu mereka kepada anak-anak mereka. Ini karena mtDNA ditularkan melalui sel telur wanita. MtDNA yang ditemukan dalam telur adalah non-rekombinan, artinya ia tidak bergabung dengan DNA lain sehingga diturunkan secara virtual tidak berubah melalui garis ibu langsung selama beberapa generasi.

Sahabatku… Jadi kita mewarisi mtDNA Anda secara eksklusif dari ibu kita. Bukankah ini adalah sebuah ikatan?


2# Kita Satu Nafas Dengan Ibu

Sahabatku… Janin tidak menggunakan paru-parunya sendiri sampai kelahiran. Dahulu kita tidak pernah bernafas secara mandiri kecuali dengan satu nafas bersama ibu kita.

Janin tidak menggunakan paru-parunya sendiri sampai kelahiran, sehingga sistem peredarannya berbeda dari bayi yang baru lahir. Sebelum lahir, jantung janin tidak harus memompa darah ke paru-paru untuk mengambil oksigen. Dengan kata lain, jantung janin tidak membutuhkan arteri pulmonalis dan aorta yang terpisah. Di jantung janin, kedua pembuluh darah ini dihubungkan oleh pembuluh darah yang disebut ductus arteriosus . Setelah lahir, duktus menutup dan membentuk arteri pulmonalis kiri dan bentuk aorta.

Jantung janin juga memiliki celah antara ruang atas (atrium kanan dan kiri) yang disebut foramen ovale . Ini memungkinkan aliran darah langsung dari atrium kanan ke atrium kiri selama perkembangan janin, tetapi menutup setelah lahir. Jadi ductus arteriosus dan foramen ovale adalah bagian dari sistem peredaran darah janin sebelum lahir tetapi menghilang segera setelah kelahiran.
Sahabatku… Jadi dahulu kita menggunakan jantung dan sistem pernafasan ibu kita secara eksklusif, sampai akhirnya kita belajar melakukannya secara mandiri. Bukankah ini adalah sebuah ikatan?


3# Kita Memiliki Satu Sinkronisasi Jantung Dengan Ibu

Memang ibu dan bayi mereka sering dikatakan berbagi hubungan yang mendalam dan intim. Tetapi meskipun demikian, penemuan baru ini aneh. Karena dibuktikan cukup dengan melihat dan tersenyum satu sama lain, ibu dan bayi menyinkronkan detak jantung mereka ke dalam milidetik satu sama lain

Jadi seorang ibu yang memandang anaknya sedang  mensikronisasikan irama jantung dengan anaknya. Meski sebenarnya ini mirip dengan mamalia lain. Namun, selama periode pengaruh atau sinkronisasi vokal, tingkat sinkronisasi biologis antara irama jantung ibu dan bayi meningkat secara substansial. Tidak seperti mamalia lain, manusia dapat memengaruhi proses fisiologis dari proses perlekatan tidak hanya melalui sentuhan fisik tetapi melalui sinkronisasi sosial yang efektif.

Seorang ibu hanya perlu melihat bayinya dengan penuh kasih sayang agar detak jantung dapat disinkronkan. Belum diuji apakah bayi dapat membentuk tingkat keterikatan yang sama dengan orang lain, seperti ayah mereka. Jadi ini masih menjadi keterhubungan yang terbentuk antara bayi dan Ibu.
Sahabatku… Kalau sebuah tatapan mampu menghubungkan sebuah sinkronisasi jantung, lalu apa artinya ini kalau bukan sebuah ikatan?


4# Kita Mega Network Otak Dengan Ibu

Otak ibu dan bayi dapat bekerja bersama sebagai 'mega-network' dengan menyinkronkan gelombang otak ketika mereka berinteraksi. Tingkat konektivitas gelombang otak bervariasi sesuai dengan keadaan emosi ibu: ketika ibu mengekspresikan lebih banyak emosi positif, otak mereka menjadi jauh lebih kuat terhubung dengan otak bayi mereka. Ini dapat membantu bayi belajar dan otaknya berkembang.

Penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal NeuroImage. Dimana para peneliti menggunakan metode yang disebut dual electroencephalograhy (EEG) untuk melihat sinyal otak pada ibu dan bayi saat mereka berinteraksi satu sama lain. Mereka menemukan bahwa ibu dan bayi cenderung menyinkronkan gelombang otak mereka - sebuah efek yang dikenal sebagai konektivitas saraf antarpribadi - khususnya dalam frekuensi 6-9 hertz, kisaran alpha bayi.

Dengan melihat kualitas dan struktur konektivitas saraf antarpribadi menggunakan metode matematika analisis jaringan, para peneliti dapat melihat bagaimana informasi mengalir dalam setiap otak yang terpisah, dan juga bagaimana kedua otak dioperasikan bersama sebagai sebuah jaringan.

Sahabatku… Terbukti kalau dua otak yang berbeda mampu saling terhubung dan tersinkronisasi, lalu apa artinya ini kalau bukan sebuah ikatan?
________________________________

Sahabatku… Apakah ikatan-ikatan ini masih berlangsung? Sayangnya sebagian akan menjawab TIDAK, kita tidak merasakan ke-empat koneksi diatas lagi dengan ibu kita. Meski sebenarnya ikatan itu tidak akan hilang. Karena segala yang terikat akan senantiasa terikat, kalaupun ikatan itu menjadi tidak lagi nyata, memudar atau bahkan menjadi sangat transparant sekalipun.

Ikatan itu adalah nyata dan ada. Sekarang tinggal bagaimana seorang ibu dan anak mengkoneksikan kembali sebuah ikatan yang terkoyak oleh ego, kepentingan atau mungkin hal selain ini.

Sahabatku… Kita mengkoneksikan kembali sebuah ikatan karena kita menghargai koneksi yang sengaja dibuatkan oleh Dzat Maha Penghubung.

Akhir kata pesan kami untuk para ibu dan anak… Mari sahabatku bukan kembali koneksi itu. Tataplah lagi dengan pandangan rahmah itu. Hubunglah kembali ikatan hati itu. Hembuskanlah ikatan nafas itu lagi. Ikatlah lagi aliran pikiran itu. Tidaklah ikatan-ikatan itu kecuali ikatan istimewa dari Dzat yang Maha mengikat.

Sahabatku… Bukankah memaknai ikatan adalah hadiah yang lebih indah ketimbang ucapan “selamat hari ibu”? Kalau iya, kenapa kita sengaja mengganti hadiah kita sendiri.

Salam Semesta

Copyright 2019 © www.pesansemesta.com


  •  
  •  
  • 0
  • Desember 21, 2019
admin16 admin16 Author

CARA MENGAKTIFKAN KEKUATAN SUPER HUMAN: INDRA KEENAM, MATA KETIGA ATAU MATA BATIN




Kita mengenal panca indra manusia yang terdiri dari indra peraba atau sentuhan, indra penciuman, indra pengecap, indra pendengaran, dan indra penglihatan. Nah, mata ketiga adalah indra keenam manusia terlepas dari lima indra itu. Ketika ada sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh panca indra penglihatan, frekuensi suara yang tidak dapat didengar oleh indra pendengaran, energy yang tidak terasa, atau rasa yang terlewat dari pengecapan. Maka mata ketiga atau indra keenam memiliki kemampuan untuk menjangkaunya.

Dengan mata ketiga atau indra keenam yang aktif kita bisa melihat yang tidak terlihat, mendengar yang tidak terdengar dan merasakan dan mengelolah yang tidak terasa dan tidak terkelola. Akhirnya mata ketiga sering dianggap sebagai sesuatu yang tabu dan mistis padahal itu adalah sesuatu yang seharusnya NORMAL dan WAJAR.

Dalam dunia medis, mata ketiga atau indra keenam dikenal sebagai Extrasensory Perception (ESP) pada saat kita masih balita indra ini berkembang sangat pesat jadi jangan heran banyak anak balita yang bisa melihat berbagai macam hal diluar nalar logika manusia awam.

Bukan hanya itu balita juga lebih peka dengan energy disekitarnya. Salah satu bukti yang sering terjadi, biasanya anak-anak balita  justru semakin rewel saat stress orang tuanya meningkat atau dalam lingkungan yang ramai, itu sebenarnya terjadi karena mereka tidak terlalu nyaman dengan segala elektromagnetik yang dipancarkan oleh orang-orang disekitar mereka.

Nah, pada saat kita beranjak dewasa Extrasensory Perception (ESP) kekuatannya akan berkurang sebanyak 60-75% lantaran berbagai macam faktor salah satunya yang paling umum adalah lingkungan yang berpikir itu merupakan ketidaknormalan yang tabu untuk dipertahankan.

Padahal segalanya memang energy dan manusia diciptakan dengan kekuatan untuk mengontrol, mengendalikan dan membentuk energy pada lapisan yang lebih dalam. Manusia diberi kemampuan untuk memahami segala informasi tanpa menggunakan panca indra lahiriahnya.

Berikut adalah beberapa jenis utama Extrasensory Perception (ESP) yang kami singkat :

-          Telepati, yaitu kemampuan membaca pikiran orang lain dan tahu apa yang mereka pikirkan.
-          Precognition atau Prekognisi, yaitu kemampuan untuk melihat ke masa depan.
-          Retrocognition, yaitu kemampuan untuk melihat ke masa lalu yang jauh.
-          Clairvoyance, yaitu kemampuan untuk melihat peristiwa tanpa kehadiran fisik.
-          Mediumship, yaitu kemampuan untuk berkomunikasi dengan makhluk antar dimensi.
-          Clairsentience, yaitu kemampuan untuk merasakan emosi orang lain.
-          Clairaudience, yaitu kemampuan untuk menerima pesan dan informasi melalui "pendengaran psikis".
-          Clairalience, yaitu kemampuan untuk mendapatkan kesan psikis dari indera penciuman.
-          Clairgustance, yaitu kemampuan untuk merasakan suatu zat tanpa memasukkannya ke dalam mulut.
-          Claircognizant, yaitu kemampuan pengetahuan tanpa batas secara instant tanpa berpikir.

Diatas ini sebenarnya bukan kumpulan kekuatan super. Diatas ini hanyalah beberapa kemampuan NORMAL dan WAJAR yang seharusnya dimiliki oleh setiap manusia Bumi. Indra keenam, mata ketiga atau mata batin adalah anugerahNYA kepada seluruh manusia agar sempurna menjadi pemimpin diatas muka Bumi, khalifah fil ardh. Agar juga sempurna dalam bergerak untuk memakmurkan dan menjaga ketersalingan. Karena sebenarnya dengan indra keenam, mata ketiga atau mata batin manusia dapat menjalani kehidupan lebih mudah.

Kalau sekarang kita bertanya kenapa kita tidak memiliki kemampuan-kemampuan normal dan wajar seperti diatas, alasannya adalah karena beberapa hal :
1.       Jasad yang kemampuannya terus menurun

Sahabatku… Jasad kita merosot dan ber-evolusi ke bentuk yang lebih buruk. Alasannya terlalu jelas; Makanan dan minuman yang diolah buruk, udara yang buruk, tanah yang kehilangan kualitasnya, kimia yang sengaja diciptakan untuk keuntungan, pola hidup dan keseimbangan jiwa yang tidak terarah.

Ini semua membuat kita merosot. Saat jasad kita merosot dalam kualitas, jangankan untuk melatih ESP bahkan memaksimalkan panca indra lahiriah pun susah. Mata yang merabun. Pendengaran yang melemah. Indra pengecap yang terkontaminasi dan indra perabaan yang kurang akurat.

Solusinya, cobalah perbaiki jasad ini ketahap normal yang seharusnya terlebih dahulu. Normalnya jasad kita adalah jasad terbaik. Begitu juga dengan jiwa yang mengoperasikan jasad, harusnya jiwa kita adalah jiwa yang terbaik juga. SANG PEMBUAT pada awalnya tidak memberikan dan membuatkan kita apa-apa selain kebaikan.

2.       Anggota dan komponen jasad yang tidak dikuasai dan tidak dilatih

Pengetahuan kita akan jasad kita masih terlalu minim, atau bahkan sangat minim. Jujur ini sangat wajar. Karena dalam masa belajar di sekolah kita hanya belajar untuk mendapatkan nilai A bukan untuk paham dan memanfaatkan kepahaman. Kalaupun paham, sebagian kita hanya menjual kepahaman kita untuk berlembar-lembar uang bukan kemakmuran.

Akhirnya, beginilah kita. Ibarat seseorang yang mengendarai mobil tanpa mengenal apa itu bedanya dan kapan menggunakan gigi 1-5 dan 6. Sehingga mobil yang kita tunggangi itu meluncur bebas dalam kebingungan arah dan tujuan.

Sahabatku… Kita semua harus belajar kembali untuk memakmurkan jasad ini. Lalu perlahan-lahan kita melatih kembali jasad ini agar kembali kedalam wujud terbaik yang dibuatNYA. Indra keenam dalam diri seseorang akan perlahan tertutup dan mata batinnya akan mati apabila terbengkalai dan tidak pernah dilatih untuk diaktifkan.

3.       Penilaian manusia yang salah

Apa itu mistis? Apakah bagi kita beberapa jenis utama Extrasensory Perception (ESP) yang kami singkat diatas adalah ke-anehan, sesuatu yang berhubungan dengan jin, sesuatu yang syirik, sesuatu yang tabu?

Sahabatku… Kita sering menilai sesuatu yang berbeda karena kita bahkan tidak mengetahui informasi apa-apa terhadap apa yang kita nilai.

Sebenarnya ini karena kita tabu untuk sesuatu yang tidak sama dengan diri kita. Padahal perbedaan adalah keniscayaan yang diciptakan. Akhirnya kita tidak netral dengan penilaian kita. Padahal penilaian kita itu adalah pengkerdilan diri kita sendiri. Kita mengkerdilkan kemampuan SANG PEMBUAT untuk membuat yang Maha Sempurna dan yang Maha Baik.

Sahabatku… Bukankah kita memang mengimani kalau Dzat Maha menciptakan kita dalam sebaik-baik rupa dan bentuk? Lalu apa itu penilaian-penilaian kita?

4.       Kehilangan arah untuk mengenal diri dan jati diri yang sebenarnya

“Siapa yang tidak mengenal dirinya maka tidak mengenal Tuhannya” bukankah kita terbiasa mendengarnya dan tetap saja menenggelamkan diri dalam aroma ketidakmengertian akan diri dan ketidakmengenalan akan jati diri.

Pertanyaannya menjadi sederhana: Bagaimana kita bisa mengetahui sebuah keagungan kalau kita jauh dari sumbernya?


Akhir kata sahabatku…      
                                
CARA MENGAKTIFKAN KEKUATAN SUPER MATA KETIGA ATAU INDRA KEENAM pada jasad adalah dengan kembali mengenal jati diri, mempelajari jasad, mengendalikan nafsu, mengendalikan pikiran dan ketenangan jiwa, meningkatkan spiritualitas dengan senantiasa membenahi iman dan ketakwaan diri, tidak menebar kebencian dan penilaian, membersihkan hati nurani dengan mengingat kembali keagungan penciptaan diri, terakhir mentafakurkan serta mentadaburkan kembali semesta yang ada didalam diri sambil merasakan kebersamaan bersamaNYA.

Sahabatku… Anugerah indra keenam sejak kita lahir sudah ada dalam diri kita tanpa perlu dicari keluar. Hanya perlu waktu untuk diri kita menemukan diri kita sendiri dan menerima diri kita atas apa yang kita miliki.

Setiap manusia mempunyai proses dan mempunyai pilihan juga apakah akan terus berproses atau berhenti berproses. Peningkatan jasad adalah sebuah pilihan, kita bebas memilihnya. Cukup pastikan kita memilih dalam kenetralan. Kita memilih untuk kembali menjadi super human bukan karena sebuah cap SUPER melainkan untuk sebuah manfaat yang bisa kita sebar sebagai semesta.


Salam Semesta

Copyright © www.pesansemesta.com



  •  
  •  
  •  
  • 0
  • Desember 18, 2019
admin16 admin16 Author

MEMBUAT JENDELA YANG KOKOH




Pagi yang menawan dari balik jendela yang usang. Siang yang terang dari balik jendela yang usang. Sore yang damai dari balik jendela yang usang. Malam yang gemerlap dari balik jendela yang usang.
Jendela yang usang, apakah itu sahabatku…. ?

Bagaimana kalau itu adalah kesadaran yang terbingkai rapi oleh kepolosan akal dan pikir manusia.
Coba kita berpikir sejenak dalam perenungan yang jujur, apakah kita adalah kaum yang tertinggal ataukah kita adalah kaum yang maju?

Ketertinggalan adalah sebuah jawaban yang malu untuk diakui. Karena kita senantiasa mengakui kelebihan diri yang bahkan belum seberapa. Akhirnya suara derik jendela yang usang tidak terdengar lagi. Serpihan dari kayu jendela usang yang rontok dipinggiran tidak terlihat lagi. Kita menutupi jendela itu dengan gordyn emas hanya agar tampak indah, namun tetap bau tuanya masih tercium.

Sahabatku… kalau jendela yang usang itu adalah diri kita, maka apa yang akan kita lakukan?

Kalau kita tertinggal karena kesadaran yang usang akibat akal dan pikiran yang terlalu polos karena tidak mau digunakan lalu siapa yang akan disalahkan?
Siapa yang salah kalau ilmu adalah nilai diatas kertas dan nilai diatas rekening?
Siapa yang salah kalau ilmu adalah ladang harta bukan ladang kemakmuran?
Siapa yang salah kalau kita bukan belajar, tapi hanya pamer?
Siapa yang salah saat generasi-generasi kita harus dicetak sama persis seperti diatas. Dicetak hanya untuk menjadi jendela yang usang?
Siapa sahabatku…?

Tulisan ini hanya sedikit renungan agar kita sedikit bergerak untuk tidak mencetak jendela yang sama. Kesadaran yang kokoh dalam alam pikir yang netral dan suci harus segera kita bangun kembali.

Gordyn emas itu harus segera dicopot, agar segala keusangannya terlihat dan nyata. Agar keusangan kita tampil senyata itu didepan pandangan, dan membuat kita tidak nyaman. Paling tidak ketidaknyamanan ini akan menyemangati diri kita yang usang dan tertinggal untuk segera mengakui diri sambil terus bergerak membenahi diri.

Hidup ini senantiasa Dinamis, Optimis dan penuh dengan Aksi. Tidak ada DOA yang tidak terkabul kalau kita mau membuat DOA kita sendiri. Bukankah Dzat Maha bukan hanya mendengar, namun juga membersamai?

Kalau begitu, kita tentu mau menatap kehidupanNYA, bersamaNYA dari balik jendela baru yang lebih kokoh. Kalau begitu mari sahabatku… Masih ada waktu untuk membuat jendela yang kokoh.


Salam Semesta

Copyright 2019 © www.pesansemesta.com

  •  
  • 0
  • Desember 18, 2019
admin16 admin16 Author

TIGA AKSI PENGOBATAN TERBAIK TANPA OBAT & DOKTER



Seorang sahabat bertanya “Mau nanya ni akang teteh,,gimana cara ngobati jasad ini,,tanpa obat kimia dan dokter,, Bisa kah ,,cara nya gimana,,,?” Melalui anugerahNYA izinkan kami menjawab.

Sahabatku… Kami menghormati dengan sangat tulus profesi dan keilmuan kedokteran dan teknologi obat-obatan yang canggih saat ini. Namun apabila kita bertanya ‘apakah bisa berobat tanpa obat dan dokter?’ maka jawabannya adalah BISA.

Setiap saat jasad kita terus menerus bekerja untuk mengelola kesadaran kita, bahkan saat kita tidur atau koma sekalipun. Ibarat sebuah mesin atau perangkat keras sebuah Komputer. Apabila ada salah satu dari hardware ini rusak atau error, maka kinerjanya pun tidak akan maksimal.

Saat kinerja jasad tidak maksimal akhirnya kita merasakan yang namanya sakit. Rasa sakit adalah sebuah pertanda kalau ada bagian jasad yang rusak atau error. Bisa juga tanpa rasa sakit, namun melalui perubahan. Kulit yang bersisik, rambut yang berwarna kusam, garis kehitaman dibawah mata, selulit, dll. Semua tanda-tanda ini tidak memberi rasa sakit, namun tetap itu adalah sebuah tanda dari jasad.
Seperti sebuah sapaan agar kita menyadari kalau ternyata ada yang tidak beres dengan jasad kita. Sayangnya, kita manusia Bumi lebih senang mengobati dari pada mencegah, dan yang terparah kita lebih senang merencanakan dan membuat kerusakan jasad kita sendiri. Akhirnya, kita menjadi lebih sibuk mengobati jasad setelah rusak atau errornya, ketimbang mencegah kerusakan atau errornya.

Karena pertanyaan kita kali ini tentang bagaimana mengobati, maka kami hanya akan fokus dengan pertanyaannya. Pada artikel selanjutnya kami akan sedikit berbagi untuk bagaimana kita maintenance jasad agar tidak pernah sampai pada tahap mengobati.

Baiklah, pertama-tama pengobatan tanpa obat kimia dan dokter adalah BISA. Kami menghormati dengan sangat tulus profesi dan keilmuan kedokteran dan teknologi obat-obatan yang canggih saat ini. Namun apabila kita bertanya ‘apakah bisa berobat tanpa obat dan dokter?’ maka jawabannya adalah BISA.

Lalu bagaimana caranya?


1# KENALI LALU PAHAMILAH JASAD KITA

Sahabatku… Kenalkah kita dengan jasad kita sendiri? Kesalahan terbesar pendidikan kita adalah, kita mempelajari anatomi jasad hanya untuk sekedar angka diatas kertas, namun bukan untuk sebuah ilmu yang dipahami. Akibatnya kita menjadi buta dengan jasad kita sendiri. Lalu saat jasad kita rusak, kita membawa jasad ini ke seseorang untuk mengobservasinya. Padahal pada saat yang bersamaan sebenarnya kita bisa berkomunikasi dengan jasad untuk mengetahui apa yang dibutuhkannya. Dan apa yang telah kita lakukan sehingga membuatnya menjadi rusak dan error.

Kami tahu, banyak yang akan komplain dan berkata ‘kita kan tidak bisa berkomunikasi dengan jasad, lalu bagaimana kita bisa tahu?’

Sebenarnya ini sangat mudah, sebenarnya kita sangat tahu. Apabila kita waspada, maka kita bisa sangat tahu kalau kita telah merusak jasad ini dan kita juga bisa sangat tahu apa yang seharusnya kita lakukan.

Waspada adalah nama lain dari waskita. Ber-waskita adalah kita awas akan setiap pergerakan, dimulai dari dalam diri, menuju luar diri. Nah, kita tidak bisa waskita kalau kita tidak mengenal diri. Jadi mulailah mengenali jasad dan memahami jasad kita sendiri.

Apakah ini bisa mengobati jasad? Tentu, ini bisa mengobati jasad. Contoh kecilnya seperti ini; Kita sadar kalau kita senantiasa bernafas, tanpa nafas jasad kita tidak bisa bertahan lama untuk hidup. Jasad kita bernafas melalui sistem pernafasan. Ilmu pengetahuan dengan jelas menunjukkan bahwa udara yang tidak sehat itu berbahaya. Polusi udara, terutama polusi partikel udara yang tidak terlihat - dikenal sebagai PM 2.5 - meningkatkan risiko masalah kesehatan yang serius. Dan itu bisa membunuh. Bahkan kadar yang sangat rendah berperan dalam kematian akibat penyakit jantung dan paru-paru.

Pengetahuan akan membuka kunci kesadaran. Itulah kenapa kita diwajibkan belajar. Jadi mohon untuk tidak menjadikan peroses belajar hanya sebagai ajang pencapaian nilai dan uang. Jadikanlah proses belajar dalam hidup sebagai proses untuk memakmurkan diri dan sesama. Kemakmuran bukan tentang uang, namun tentang kebahagian yang tidak bisa terbayar oleh uang. Saat jiwa saling memakmurkan karena kesadaran yang meningkat, maka saat itupulalah kita akan saling menguntungkan, tanpa menyakiti siapapun, apalagi menyakiti jasad.

Solusi untuk mengobati jasad sendiri adalah dengan terlebih memasukkan ilmu pengetahuan yang benar tentangnya. Pengenalan dan pemahaman kita akan jasad sangat amat dibutuhkan. Tidak kenal, maka tidak sayang. Bagaimana kita telah mengakui menyanyangi diri kita, kalau kita tidak mengenalnya? Sayang itu artinya menjaga, melindungi dan menghargai. Sudahkah kita menyanyangi jasad kita?


2# COBALAH SEKALI-KALI MASUK KE DUNIA MIKROKOSMOS

Sahabatku… Kenyataan memiliki beberapa lapisan. Kita melihat jasad dan itu adalah lapisan terluar dari kenyataan yang kita lihat. Tentu ada sesuatu dibalik lapisan terluar itu. Sesuatu yang mungkin jarang terjamah atau mungkin tidak pernah kita pedulikan. Padahal apa yang kita lakukan pada bagian terluar mempengaruhi bagian terdalam, begitu juga sebaliknya. Apa yang terjadi dibagian dalam mempengaruhi bagian terluar.

Yang kami maksud dari bagian terdalam itu bukan organ dalam manusia, namun apa yang membentuknya. Jadi begini, sebagaimana yang kita ketahui, ilmu pengetahuan tidak meragukan lagi bahwa seluruh materi di dalam semesta ini tidak lain terbentuk dari molekul.  Molekul adalah kumpulan atom-atom yang saling berikatan kuat satu sama lainnya. Atom terbentuk dari partikel sub-atomik. Sementara partikel-partikel sub-atomik ini hanya terbuat dari energy.

Berarti Kalau disimpulkan secara singkat, seluruh inti dari setiap materi yang terlihat atau tidak terlihat, tanpa terkecuali adalah energy. Cara kerja energy adalah vibrasi (bergetar) lalu menghasilkan frekuensi.  Inilah wujud inti materi semesta. Termasuk diri kita, manusia.

Mari kita merunut mundur diri kita sendiri : Sebagai organisme, didalam tubuh manusia terdapat organ sistem. Organ sistem terdiri dari banyak jaringan. Jaringan tersusun dari ribuan juta sel-sel. Sel-sel itu tersusun dari molekul. Molekul terbentuk dari atom dan atom terbentuk dari energi. Jadi wujud inti manusia adalah energi.

Sahabatku… Apapun yang kita gerakkan. Apapun yang kita lihat, kelola, pengalaman apapun, fisik apapun itu semua tercipta dari dunia mikroskosmos. Tercipta dari energi. Energy atau bisa kita sebut mikrokosmos adalah pemeran utama dibalik terciptanya makrokosmos. Begitu juga sebaliknya.

Jadi saat jasad kita bermasalah, kita bisa memperbaiki energinya juga, dan ini sangat efektif. Sebenarnya bukan berarti saat jasad kita bermasalah, energy kita rusak atau jelek, hanya saja energy kita itu bersifat sangat netral dan hanya akan bervibrasi sesuai dengan gerakan yang kita bentuk melalui frekuensi. Contoh sederhana adalah dengan pikiran.

Pikiran adalah gerakan frekuensi yang bervibrasi untuk membentuk dan menarik frekuensi. Saat pikiran kita dipenuhi dengan kebahagiaan maka frekuensi yang bervibrasi akan melakukan hal yang sama. Akhirnya jasad kita pun bekerja untuk melakukan hal yang sama. Otak kita akan memerintahkan melalui neurotransmitter agar untuk mengeluarkan hormon dopamine, oxytocin, serotonin, and endorphins. Kalau keempat hormon ini aktif setiap saat, maka rasa sakit tidak muncul. Jasad akan bergerak lincah dan nyaman. Karena kenyamanan ini pun jasad kita bisa bergerak sesuai semestinya.

Keempat hormon ini hanya akan aktif kalau otak kita menerima getaran kebahagiaan. Dan ini getaran ini terjadi melalui pikiran bukan melalui sekoper uang. Kalau sekoper uang sudah tidak bisa membuat getaran kebahagiaan dalam pikiran, maka kita tidak akan menerima itu sebagai kebahagiaan. Jadi betul kebahagiaan bukan tentang ‘uang’ namun ‘pikiran yang bergetar dalam kebahagian’. Energy yang hidup dalam kebahagiaan, rahasianya ini adalah pilihan.

Sudahkah kita membenahi mikrokosmos kita? Ingat rahasianya; energy adalah netral, akan terbentuk sesuai dengan pilihan. Apa yang kita pilih sahabatku…?

Kalau kita memilih SEHAT, berarti akal kita bisa menyusun rencana-rencana untuk membuatnya terus sehat. Kita harus menyelipkan satu rencana besar diantara rencana-rencana itu, yaitu rencana untuk hanya memilih bergetar dalam kebaikan pikiran. Itulah kenapa kami senantiasa mengajak kita semua bersama-sama untuk belajar menjadi orang-orang yang bersyukur, orang-orang yang ikhlas, orang-orang yang connected (terhubung dengan pencipta dan pembuatnya). Ini hanya agar dunia mikrokomsos kita membaik.


3# KEMBALILAH KEPADA PRODUK YANG BAIK BAGI JASAD & BUMI

Sahabatku… Bagi sebagian kita ke halalan adalah yang sangat penting. Namun pahamilah, selain halal ada yang lebih penting lagi, yaitu BAIK (atau thoyyib). Mohon maaf karena segala produk dengan label halal belumlah tentu BAIK untuk jasad. Kami yakin bagian ketiga ini sudah sangat dipahami oleh kita semua. Sangat mudah kita menemukan sesuatu yang halal namun sangat susah kita menemukan sesuatu yang baik sekarang-sekarang ini.

Kami menyemangati kita semua untuk mulai mencari atau membuat produk yang baik bagi jasad dan bumi. Kenapa harus baik buat Bumi juga?

Sahabatku… Kita berdiri diatas planet Bumi. Kita ditakdirkan untuk menjadi PEMIMPIN DIATAS MUKA BUMI (khalifah fil ardh). Sudah seharusnya kemakmuran yang kita torehkan bukan hanya untuk sesama manusia, namun juga sesama makhluk Bumi dan planet Bumi juga. Inilah tugas utama kita disini.

Pikirkan saja begini, kalau planet Bumi kita baik, maka apa yang dihasilkan Bumi untuk manusia akan baik juga bukan? Air yang baik, udara yang baik, tanah yang baik dan menumbuhkan banyak tumbuhan yang baik. Lagi-lagi untuk siapa semua ini? Bukankah ini untuk kesehatan dan kesejahteraan manusia Bumi juga?

Sahabatku… Bagian ketiga ini adalah renungan bagi kita semua, untuk mulai memikirkan aksi terbaik kita untuk menjaga dan melindungi Bumi.

-----------------------------------
Sahabatku… Kalau disimpulkan kita akan mengobati diri sendiri dengan 3 hal,yaitu : Ilmu, energy, kembali kepada alam.
Sampai disini, hanya tiga, tapi kalau kita memahami tiga hal ini, maka kita memang tidak membutuhkan obat kimia dan dokter lagi. Kami sudah membuktikannya, tapi kami ingin kita semua membuktikannya juga. Pembuktian kita bukan karena kita tidak menghargai profesi dokter dan ilmu pengetahuan obat. Namun karena kita percaya kalau manusia memang tidak ditakdirkan untuk sakit. Penyakit itu bukan anugerah ujian.

Coba pikirkan : Kenapa pula Dzat Maha Baik harus menguji kita dengan penyakit dan rasa sakit? Jasad yang sakit hanyalah nasib yang kita bentuk dari pilihan sebab akibat yang kita pilih. Kalau kita sakit dan belum paham alasannya, maka itu bukan ujian, itu hanya karena kita belum paham alurnya.
Sekarang kita tidak akan menjadi orang-orang buta yang menyalahkan takdir lagi. Namun kita akan menjadi orang-orang yang memaksimalkan kebaikan Dzat Maha Baik untuk menerima kebaikan yang lebih besar lagi. Bukankah saat kita mensyukuri kebaikan, maka kebaikan akan ditambahkan? Lalu apa itu bersyukur kalau bukan memaksimalkan gerakan?

Kalau sebagian kita sudah ada yang terlanjur sakit saat ini, maka berusahalah untuk memperbaiki energy dan kembali ke alam. Ditambah dengan sedikit-sedikit memasukkan pengetahuan-pengetahuan tentang organ jasadnya yang sakit. Hal terpenting saat sakit adalah tidak berputus asa. Gerakan pengobatan sekecil apapun hanya akan mendekatkan kita pada perbaikan diri. Apalagi disertai kesadaran penuh dengan SIAPA kita bergerak dan digerakkan. Terimakasih untuk pertanyaannya.


Salam Semesta

Copyright 2019 © www.PesanSemesta.com


Berikut ini beberapa artikel yang pernah kami posting yang berhubungan dengan perbaikan jasad semoga bisa membantu :

>> MENJAGA JASAD – APA YANG DIBUTUHKAN JASAD ?

>> Penjelasan Scientific Bahwa Mitokondria Butuh Spiritualitas

>> Tidak Marah Adalah Proses Untuk Memperkuat Jasad dan Pikiran

>> Cara Makan Secara Spiritual

>>  Otak Jantung Yang Sensitif

>> Bagaimana Seharusnya Kita Berbicara Dengan Baik dan Benar Kepada Otak?

Dan masih banyak lagi artikel lainnya yang bisa langsung dibaca melalui :



  •  
  •  
  •  
  •  
  • 0
  • Desember 13, 2019
admin16 admin16 Author

APA ITU MATUR NUWUN GUSTI?



Seorang sahabat bertanya “Apakah menikmati nikmat sama dengan matur nuwun gusti??” Melalui anugerahNYA izinkan kami menjawab.

Sahabatku…

Berterimakasih kepada Dzat Maha memiliki tingkatan. Tingkatan pertama adalah apa yang biasa kita lakukan sekarang, yaitu mengucapkan ‘terimakasih’.

Masing-masing agama, keyakinan kepercayaan memiliki  banyak lafadz untuk mengucapakannya. Saat kita percaya kepada Dzat Maha Mendengar maka kita tidak akan menjadi terlalu sombong dan mengakui kalau hanya lafadz kita yang diterima dan didengarNYA. Tapi ini bukan masalah penting yang akan kami bahas, karena yang terpenting justru ada pada alasan sebuah pengucapan.

Sudah kita bahas sebelumnya, kalau kita hanya terbiasa mengucapkan ‘terimakasih’ sebagai ungkapan syukur atas segala hal yang menurut kita nikmat, kalau tidak nikmat maka kita tidak mengucapkannya.

Itulah kenapa kita harus membawa ucapan berterimakasih setingkat lebih tinggi, yaitu dengan merasakan berterimakasih, yaitu saat terimakasih bukan lagi sekedar ucapan basa-basi. Namun sebuah rasa penerimaan yang nyaman dalam segala suasana dan situasi.

Merasakan berterimakasih itu diungkapkan dengan melihat bahwa segala sesuatu dalam hidup ini adalah nikmatNYA, dan kita mengucapkan terimakasih dengan menikmati nikmatNYA tanpa memilah dan mendikte, tapi menerima dengan penuh kesadaran kalau hidup ini adalah alur sebab akibat dan Dzat Maha sudah memberi kita sebuah perangkat yang cukup untuk melampaui dan memilih sebab akibat dari alur hidup kita sendiri. Dzat Maha menyertai dan terus membimbingi kita melampaui dan memilih alur hidup kita.

Masalahnya, kesadaran kita akan ini terlalu tumpul akhirnya kita belum bisa membawa merasakan berterimakasih ke tingkat yang lebih tinggi lagi. Apakah tingkatan itu?

Yaitu tingkatan dimana kita tidak lagi mendikte nikmat karena kita segalanya adalah nikmatNYA. Tingkatan dimana kita sudah berwaskita, sadar betul dengan kewaspadaan akan segala tindakan kita memetakan alur hidup kita sendiri. Tingkatan dimana kita merasakan kesertaanNYA dan bimbinganNYA.

Sahabatku… Betapa sering kita lupa berterimakasih hanya karena kita lupa kalau sebenarnya Dzat Maha lah yang menyertai dan membimbing? Betapa sering kita lalai berterimakasih karena merasa ini adalah bagian yang ‘saya’ lakukan bukan yang ‘Dzat Maha’ lakukan? Betapa sering kita mengais-ngais nikmat ditengah segala nikmat yang tidak pernah bisa terhitung?

Tulisan ini hanya bahan renungan kita untuk memaknai hidup kita sendiri. Apa itu hidup kalau bukan hidupNYA? Apa itu gerakan kalau bukan gerakanNYA? Apa itu hidup kalau bukan bimbinganNYA?

Tapi sedihnya kita belum merasakan ini, padahal ini hanyalah terimakasih yang sesungguhnya. Matur Nuwun Gusti bukan sebuah ucapan namun sebuah rasa kebersamaan.

Kesadaran kita yang merasakan kebersamaan bersamaNYA. Selalu bersamaNYA dalam dekapan ikatan kasih sayang abadi, bukan ketakutan abadi… Itulah orang-orang yang bersyukur, mereka yang tidak lagi ‘mengucapkan terimakasih’ namun mereka ‘berterimakasih’ dalam kasih sayang dan dalam segala nikmatNYA. Semoga kita bisa menjadi bagian dari mereka.

Tapi kalau dipikir-pikir apakah Dzat Maha memerlukan dan membutuhkan terimakasih saat Dzat Maha dengan ketulusan yang tak lagi terucap sudah menganugerahi segalaNYA?

Sahabatku… Mungkin hanya kita yang memerlukan dan membutuhkan berterimakasih kepada-NYA untuk senantiasa terhubung.  Bukankah sebuah keterhubungan adalah sebuah kebersamaan?

Terimakasih untuk pertanyaannya…

Salam Semesta

Copyright 2019 © www.pesansemesta.com
#pesansemesta

  •  
  •  
  •  
  • 0
  • Desember 10, 2019
admin16 admin16 Author

SOLUSI UNTUK NIKMAT YANG TIDAK DINIKMATI




“Ya sudah syukuri saja…”

Sahabatku… Kalimat diatas tidak terlalu asing bukan? Mungkin kita pernah mendengarnya atau mengucapkannya. Biasanya kalimat itu diucapkan justru saat kita kecewa karena hasilnya tidak sesuai ekspektasi atau mungkin jauh dari yang ingin diraih. Akhirnya kita menghibur diri dengan berucap “Ya sudah syukuri saja…”

Sebenarnya kita tidak mau mengakui ini, karena kita ingin menjadi orang-orang yang senantiasa bersyukur. Hanya saja memang sebuah tantangan sendiri untuk bersyukur ditengah rasa kecewa.

Jujur saja kita sebenarnya ingin menjadi orang-orang yang bersyukur. Tapi lagi-lagi apa itu bersyukur kalau rasanya hambar dan hanya bertepuk sebelah tangan. Adakah solusi untuk ini?

Sahabatku… Satu-satunya hal yang mampu merubah ini adalah pengetahuan kita tentang arti bersyukur itu sendiri. Sebagian kita masih memegang tradisi kalau bersyukur adalah ucapan terimakasih kita kepada Dzat Maha. Namun sebenarnya ini tidak terlalu pas.

Bersyukur yang pas adalah menikmati. Dengan menikmati segala kondisi, apapun rasanya, maka itu adalah pertanda kalau kita telah bersyukur. Betapa banyak mulut yang mengucapkan terimakasih kepadaNYA namun hati masih memendam rasa kecewa.

Sahabatku… Saat kita mampu menikmati meski mulut tidak berucap apakah Dzat Maha tidak mengetahui? Tidak mungkin tidak bukan?

Kita bisa membohongi ucapan syukur tapi tidak rasa syukur. Itulah kenapa bersyukur adalah menikmati.

Bersyukur adalah menjadikan segalanya nikmat yang dinikmati.  Apapun hal yang terjadi kepada semesta kita, sikap kita tetap menyatu dan bergerak tanpa penolakan namun penerimaan penuh yang terus disertai oleh dua hal :

Pertama : DISERTAI Oleh rasa
Artinya rasa kita menyadari penuh bahwa kita ini adalah diriNYA. Energi SANG PENCIPTA yang terus berfluktuasi dalam ruang dan waktu. Kita ini adalah kebersamaan abadi bersamaNYA. Sadar atau tidak ini adalah nyata, bukan sekedar spiritualitas bukan sekedar ilmu pengetahuan. Namun keagungan penciptaan.


KEDUA : DISERTAI OLEH GERAKAN
Pernahkah mendengar “apabila kita bersyukur maka kita akan ditambah”. Bagaimana bisa demikian?
Tugas manusia adalah menghargai setiap nikmatNYA. Segalanya adalah nikmat, hanya saja kita lebih sering meneropong keluar dan terus menerus membandingkan kadar nikmat yang kita terima dengan yang orang lain terima.

Padahal kita hanya perlu bergerak melampaui mereka yang kita lihat. Salah satu caranya adalah dengan mempertahankan nikmatNYA melalui banyak aksi, artinya banyak gerakan.

Coba pikirkan, nikmat apa yang diberikan olehNYA kepada kita saat ini?

Kalau itu adalah sehat, maka pertahankan kesehatan itu. Kalau itu nikmat harmonisasi cinta, maka pertahankan harmonisasi cinta itu. Kalau itu kedamaian, maka pertahankan kedamaian itu. Kalau itu ilmu, maka sebarkanlah ilmu itu agar tidak hilang. Kalau itu kemakmuran, maka pertahankan dengan terus memakmurkan.

Hidup ini adalah sebab akibat aksi. Terus beraksi dan tidak menyerah dalam mempertahankan nikmatNYA adalah tanda bahwa kita tidak mengingkari dan mensia-siakan nikmatNYA. Dan tidaklah ini kecuali bersyukur.

Coba bayangkan bila kita memberikan sesuatu ke orang lain, lalu orang yang kita berikan itu sama sekali tidak menjaga pemberian kita. Apakah kira-kira itu pantas dia lakukan? Pastilah tidak bukan?
Kalau begitu bukankah sudah menjadi keharusan kita sebagai hamba untuk terus mempertahankan anugerah-anugerah nikmatNYA. Sebagai tanda bukti bahwa kita sama sekali tidak mengingkari nikmatNYA dan kita menghargai serta berbahagia atas seluruh nikmat-nikmatNYA dalam hidup ini?

Bahan renungannya sederhana; bagaimana bisa kita meminta sesuatu ditambah kalau yang ada saja nikmatnya tidak dihargai dan tidak dipertahankan?


[ LALU SUDAHKAH KITA BERSYUKUR ?]
Sahabatku… Jawaban dari pertanyaan ini adalah pertanyaan juga, yaitu “sudahkah kita menikmati nikmat, ataukah kita hanya menjadi pengumpul nikmat yang tidak pernah dinikmati?”
Kalau iya, lalu kapan kita akan bersyukur? Untuk mulai bersyukur mari kita mencoba untuk menikmati nikmat-nikmatNYA ini adalah solusiNYA.


Salam Semesta

Copyright 2019 © www.PesanSemesta.com

#pesansemesta


  •  
  •  
  • 0
  • Desember 03, 2019
admin16 admin16 Author

DATABASE

COPYRIGHT

Seluruh artikel didalam website ini ditulis orisinil oleh tim penulis Pesan Semesta. Artikel yang kami share melalui website ini bukan hasil jiplakan, kutipan atau terjemahan.

Bagi pembaca yang ingin menghubungi penulis silahkan mengrim pesan melalui email : pesansemesta@yahoo.com


SALAM SEMESTA