MENGGAPAI LEVEL KEBAHAGIAAN MURNI
Desember 26, 2019
Kita tidak akan tahu rasanya
kenyang tanpa rasa lapar. Kita juga tidak akan tahu rasanya lelah tanpa rasa
santai. Begitulah sahabatku… Itulah hidup… Kita harus tahu gagal tanpa menang,
untuk benar-benar menang.
Senang memiliki sedih, menang
memiliki gagal, kenyang memiliki lapar, kanan memiliki kiri. Semua begitu
seimbang. Inilah sistem keseimbangan hidup, segalanya diciptakan
berpasang-pasangan. Hanya ada satu rasa yang tidak memiliki pasangan, yaitu
rasa berbahagia.
Tapi kenapa berbahagia tidak
memiliki pasangan? Karena pasangannya adalah segalanya. Saat kita mampu
menjadikan segala rasa sebagai sebuah kebahagiaan, maka kitalah pemenang sejati
kehidupan. Kita akan menjalani alur kehidupan sebagaimana sebab akibat yang
kita torehkan, tapi kita tidak akan terombang-ambing karenanya.
Sekali lagi segala rasa adalah kebahagiaan,
dan inilah yang kami maksud dengan kebahagiaan murni. Dimana kebahagiaan yang terasa
tidak mengenal syarat apa-apa yang dibawa dari luar kedalam. Hanya dari dalam
keluar.
Disaat kita mengenal rasa kebahagiaan
murni itulah kita bisa benar-benar berterimakasih. Matur nuwun gusti bukan
sebuah keharusan hanya saat kita menerima kebaikan, tidak ada yang mewajibkan
kita untuk berterimakasih kepadaNYA. Ini hanya bagian dari keindahan
kebersamaan kita bersamaNYA. Bagian dari pemahaman kita kalau segalanya memang
nikmatNYA. Dan matur nuwun gusti adalah hasil dari kebahagiaan murni.
Sahabatku… Apalagi yang kita
harapkan selain rasa yang berbunga-bunga karena rasa terimakasih yang
membahagiakan? Bukankah begitu? Bagian apa lagi yang lebih indah dalam
menjalani kehidupan ini selain saat susah tidak lagi memiliki nilai susah. Saat
sedih tidak memiliki nilai sedih. Saat merana tidak lagi memiliki nilai merana.
Saat segala nilai-nilai hanyalah kebahagiaan murni?
Tidak masuk akal memang. Namun hati
kita akan berbunga-bunga selamanya tanpa syarat apa-apa dari dunia, karena kita
telah menggenggamNYA. Kita hanya menjadikan genggaman itu sebagai satu-satunya
syarat kebahagiaan kita. Sementara kita tahu kalau genggaman ini tidak pernah
putus. Kita hanya akan senantiasa menggengamNYA dalam segala sebab akibat yang
kita torehkan.
Kita tentu ingin seperti ini
sahabatku… Pasti kita ingin seperti ini! Kita ingin kebahagiaan tanpa syarat,
kebahagiaan tanpa alasan, kebahagiaan murni yang tidak terputus. Kita ingin
menjadi berbahagia, tapi bagaimana caranya?
Sahabatku… Dzat Maha tidak akan
merubah sebuah kaum, kecuali kaum itu merubah dirinya sendiri. sebuah perubahan
butuh pelajaran, kita butuh senantiasa belajar untuk berubah.
Lalu apa yang harus kita pelajari
untuk menggapai level kebahagiaan murni?
TIGA PELAJARAN UTAMA KITA AGAR
MENGGAPAI KEBAHAGIAAN MURNI ADALAH : BELAJAR MERASA CUKUP, BELAJAR HANYA
BERAKSI & BELAJAR TIDAK MENDIKTE.
Manusia yang cukup adalah manusia
yang mengingat kebaikan yang diterimanya sangat banyak. Sama seperti juga dia
mengingat bahwa kebaikan yang akan diterimanya sangat banyak.
Manusia yang cukup percaya bahwa
cukup Dzat Maha-lah sumber kebaikan hidupnya, dan dia memang sudah selalu
bersamaNYA. Jadi karenaNYA dia sudah merasa cukup.
Jadi tugas kita bukan menunjuk
keluar dan berkata “hal itu, hal itu dan hal itu akan membuat saya berbahagia”
Tidak lagi sahabatku… Mulai sekarang tunjuklah diri kita sendiri dan ucapkanlah
“Hari ini dan seterusnya saya percaya dan menyakini bahwa pemilik diri inilah
sumber segala rasa berbahagia saya. Cukuplah DIA bagi saya”
Hanya kita memiliki masalah
klasik disini. Masalah utama kita adalah, kita masih melihat segala hal sebagai
baik dan buruk, dan kita memilih salah satunya. Pastinya kita memilih baik,
meski kita belum memiliki cukup alasan untuk menerima baik. Hasilnya sudah
pasti adalah kehampaan. Jadi kita harus belajar satu pelajaran lagi, yaitu
belajar hanya beraksi.
Sahabatku… Sudah menjadi
kodratnya, manusia menjadi makhluk yang bergelimang keinginan dan pengharapan. Ini
tidak akan hilang, karena kita memang ditakdirkan menjadi manusia yang
senantiasa ber-DOA. Sementara ‘D’ dalam DOA adalah DINAMIS.
Dinamis adalah kita senantiasa
bergerak dalam perubahan ke arah yang lebih baik. Ini terjadi karena memang
sudah tugas kitalah sebagai penyampai-penyampai kebaikan Dzat Maha Baik.
Melalui aksi-aksi kita lah kebaikan Dzat Maha Baik terpancar dan tersebar
diseluruh alam semesta raya ini. Kebaikan yang utama adalah aksi sekecil
apapun.
Sahabatku… Mulai sekarang jangan
menjadikan doa sebatas mantra-mantra agar DIA mengabulkannya tanpa kita
melakukan apa-apa. Berdoa artinya dinamis, dengan kata lain penuh dengan
harapan-harapan menuju perbaikan. Berdoa bukan sekumpulan bait-bait mantra yang
hampa. Tapi sekumpulan harapan yang hidup.
Harapan yang hidup adalah harapan
yang di-aksikan. Mana yang lebih hampa; orang yang menyerahkan harapannya
didepanNYA begitu saja, atau mereka yang menempatkan harapannya ditempat yang
benar dan terus beraksi bersamaNYA untuk mewujudkan harapan-harapan itu ?
Dzat Maha membiarkan kita membuat
harapan-harapan bukan untuk membiarkan kita berdiam diri dalam kesendirian.
Tapi untuk menemani kita mewujudkannya. Membantu kita memunculkan sifat optimis
didalamnya. Memberikan ide-ide aksi tentangnya. Lalu membuat kita tersenyum dan
berkata “Terimakasih telah telah
menemaniku dalam berharap, menemaniku dalam beraksi, lalu membuat
harapan-harapanku menjadi nyata. Aku sangat ber-bahagia”
Sahabatku… Tidak ada kebahagiaan
yang lebih berbahagia lagi kalau kita mampu merasakan kebersamaanNYA dalam tiap
aksi-aksi yang kita aksikan. Hanya memang saat beraksi kita memiliki satu musuh
yang terus mengintai. Musuh itu adalah ego yang terus mendikte. Karena inilah
kita harus juga belajar untuk tidak mendikte.
Kami yakin Dzat Maha hanya akan
tersenyum melihat sikap mendikte kita. Sebuah bentuk pemahaman, betapa manusia
sangat tidak sabaran dengan harapan dan keinginanannya sendiri. Dzat Maha
sangat mengerti akan sikap kita yang seperti ini, hanya kita yang tidak
mengerti dengan sikapNYA.
Sahabatku… Sebenarnya kita hanya
harus berproses tanpa pendiktean apa-apa. Terus saja ikuti alur proses itu,
meski hasil akhir sama sekali belum tampak. Alasan betapa banyak orang yang
senantiasa mengulang pendiktean harapan dan keinginan mereka setiap hari,
adalah karena sebenarnya mereka malas untuk mengikuti proses. Padahal proses
yang mereka jalani adalah pengabulan doa dariNYA.
Percayalah! Energi yang kita
curahkan sepenuhnya dalam proses tanpa pendiktean, akan semakin mendekatkan
diri kepada wujud utuh pengabulan doa. Kita hanya perlu mematuhi alurnya untuk
menerima hasilnya.
----------------------------------------------------------
Sahabatku…. Bukankah pelajaran
kita untuk berbahagia adalah banyak?
Jangan lupa juga untuk berbahagi
saat susah menghinggapi proses pelajaran kita.. Karena saat itu Dzat Maha hanya
ingin melihat kita belajar. Tidak ada yang mustahil bagiNYA, Dzat Maha bisa
saja langsung menghadirkan harapan kebahagiaan kecil kita itu. Tapi segala
sesuatu tetap harus melalui alurnya. Karena didalam alur ini kita menjadi
manusia yang terpelajar.
Hidup di bumi adalah pelajaran
bagi mereka yang mau mengambil pelajaran. Harapan dan keinginan yang muncul
adalah salah satu gerbang pembelajaran. Lalu ‘proses’ itu adalah pembelajaran
itu sendiri. Semakin kita terfokus kepada proses, semakin kita banyak belajar.
Dengan berproses kita akan
mengenal kemampuan diri dengan baik. Mengetahui kelemahan yang harus
diperbaiki. Lalu menghargai tiap titik pencapaian diri. Inilah yang ingin
diajarkan oleh Dzat Maha, yaitu pelajaran dan pengalaman berharga yang akan
terlewat begitu saja, kalau kita berhenti berproses.
Memang susah pasti akan
menghinggapi. Tapi tidaklah kita belajar kecuali karenaNYA dan bersamaNYA.
Kesempurnaan pelajaran kita adalah kesempurnaanNYA. Hasil pelajaran kita pun
adalah hasil dariNYA.
Akhir kata, lagi-lagi jujur kita
butuh spiritualitas untuk belajar MERASA CUKUP, BELAJAR HANYA BERAKSI &
BELAJAR TIDAK MENDIKTE.
Spiritualitas bukanlah sebait DOA
yang kita panjatkan setiap hari mendikte Dzat Maha agar kita berbahagia.
Melainkan sebuah keterikatan batin antara kita dengan-NYA. Dimana kita merasa
selalu bersamaNYA. Dimana kita merasa tidak perlu membutuhkan apapun selain
diriNYA. Dimana kita percaya harapan kita adalah harapanNYA. Dimana kita
menyakini bahwa DIA-lah sumber kebahagian kita. DIA-lah alasan kita tersenyum
dan DIA-lah alasan kita terus hidup.
Renungkanlah dan pelajarilah
sahabatku… dan kebahagiaan murni akan senantiasa menyertai nafas kita.
Salam Semesta
Copyright © www.PesanSemesta.com
MEMOLES IMAN YANG JERNIH DENGAN AGAMA, MUNGKINKAH?
Desember 25, 2019
Hari ini hujan bergerimntik
ringan diatas jiwa yang kosong. Gemerintikannya seakan melayang dan mengambang
di dasar jiwa terdalam. Meski jiwa ini merintih dalam kerinduan yang dalam,
namun kesadaran ini seperti menjauh dalam ketuliannya.
Sahabatku… Betapa sering kita menjadi
tuli untuk diri kita sendiri? Kita tidak mendengar desahan jiwa kita yang terus
menerus merintihkan kerinduan. Kerinduan jiwa yang merindu untuk menyaksikan
pemiliknya. Dzat Maha Pemilik dan Pengikat Jiwa-jiwa.
Sahabatku… Padahal apabila kita
mau mendengar jiwa ini, maka kita akan paham kalau ternyata kita begitu dekat
tapi berlagak menjauhiNYA, betapa kita bersama tapi terus memberi jarak
denganNYA, betapa kita saling melihat tapi tidak mau menatapNYA.
Salahnya ini terjadi saat kita dengan
sengaja mengakui telah menyaksikanNYA sebagai Tuhan Semesta Alam. Kita mengakui
telah beribadah atas namaNYA sebagai Tuhan Semesta Alam. Kita mengakui hanya
DIA-lah satu-satunya Tuhan Semesta Alam tempat kembali, namun kesadaran kita
berlagak sebaliknya dari ini semua.
Apa yang salah dengan kesadaran yang
berlagak sebaliknya ini sahabatku…?
Apa yang membuat kesadaran ini
begitu tuli untuk mendengar rintihan jiwa yang jujur… ?
Apa yang membuat gemerintikan
iman hanya mengambang namun tidak mampu memblending menjadi kesadaran untuk
mendekatiNYA, untuk membersamaiNYA, untuk melihatNYA?
Sahabatku…
Jelas kita butuh lebih dari
sekedar label agama untuk sampai pada tahap ini. Kita butuh memahami agama yang
telah kita pilih. Agama adalah jembatan yang dibuat tapi kadang kita terjebak
ditengah-tengah agama kita sendiri, sampai akhirnya kesadaran kita menjadi
begitu tuli untuk mendengar jiwa kita yang berbisik “Hai jalan berhentimu bukan disini.. teruslah melangkah..jembatan ini
tidak akan menyampaikan dirimu ke tempat tujuan kalau kau berhenti disini. Kenapa
kau berhenti disini?”
Sahabatku… Anggap tempat tujuan
kita dalam agama adalah untuk hidup sambil mendekatiNYA, membersamaiNYA, melihatNYA.
Tentunya kita penasaran ingin tahu alasan kenapa sekarang kita malah berhenti untuk
tidak pernah sampai kepada tempat tujuan?
PERTAMA: Kita hanya menjadikan
agama sebagai cap keturunan dan tidak pernah memahami agama kita sendiri untuk
sampai ke sebuah tujuan. Kita seperti sengaja menyebrangi jembatan hanya untuk
melaju dalam kerumunan ramai rombongan yang bahkan tidak mengerti kenapa berada
didalam jembatan itu kecuali karena mereka sedang menarik benang yang sama
dengan benang yang ditarik oleh manusia yang didepannya.
Sahabatku… Begitu banyak
jembatan, namun semuanya diisi oleh kerumunan yang ikut-ikutan. Kerumunan yang
akhirnya hanya memahami agama bukan sebagai sebuah jembatan, namun sebagai
tempat berhenti untuk berkumpul dalam gerombolan yang tidak mengerti tempat tujuan.
Mohon jangan tersinggung,
siapapun yang membaca ini mohon jangan tersinggung. Tulisan ini adalah
kenyataan bagi yang mau mengakui dirinya dalam kejujuran yang bersih. Bersih dari
rasa malu bahwa benar memang agama adalah proses keturunan yang diwajibkan,
akhirnya makna dari agama tidak terpahami dengan benar, dan betul iya semua
kenyataan ini menjadikan kita terlalu percaya diri dalam ketulian.
Sehingga betul memang kita sulit
melihat akhir dari jembatan agama ini. Kalau tulisan ini menyinggung kami mohon
maaf yang sebesar-besarnya, dan mohon jangan lanjut membaca alasan kedua
dibawah ini, karena akan lebih menyinggung.
KEDUA: Kalaupun agama telah
berhasil terpahami, kita hanya menjadikan pemahaman agama sebagai bahan
penilaian dan tidak pernah mengambil nilai karenaNYA.
Sesaat kita terjebak didalam
kerumunan yang bingung akhirnya kita mulai mencari-cari nilai kebaikan
didalamnya, dan begitulah manusia. Kita sebagai manusia Bumi begitu sangat suka
dengan dua hal, yaitu menilai yang diluar dan dinilai yang diluar. Akhirnya agama
pun bertransformasi untuk menjadi dua hal yang disukai ini.
Berbondong-bondong kita memborong
penilaian. Kita menunjuk-nunjuk nilai pahala dan menjadi gila untuk
mengumpulkannya dan mengagumi nilai-nilai itu sebagai polesan iman. Tapi akhirnya
kita memang terjebak sendiri. Sadarkah kita dengan jebakan pahala?
Izinkan kami sedikit membukanya,
jebakannya adalah saat polesan iman kita begitu tebal tapi yang terserap oleh kesadaran
jiwa kita sangat-sangat sedikit. Akhirnya?
Akhirnya rasa mendekatiNYA,
membersamaiNYA apalagi melihatNYA tidak pernah sampai. Tujuan kita musnah,
padahal hanya ini tujuan dari segala rasa iman. Tanpa tiga rasa ini, bagaimana
bisa dikatakan iman? Agama datang untuk menjadikan kita orang-orang yang
beriman, namun bahkan rasa iman pun masih jauh dari terasa.
Itu hanya karena kita hanya sibuk
menjadikan agama sebagai sebuah polesan untuk memoles nilai untuk nilai bukan
untuk sebuah tujuan.
Sahabatku… Bukankah alasan ini
lebih menyinggung dari pada alasan yang pertama?
Karenanya kami mohon maaf apabila
tulisan ini sampai terbaca oleh kita semua. Kami hanya menyampaikan yang perlu
disampaikan sebagai semesta. Karena sudah saatnya membenahi pemaknaan kita akan
agama yang kita kerumuni agar ajaran agama yang sudah terlanjut dipilih ini
berhasil membawa kita kepada tujuan iman yang sempurna, bukan iman polesan.
Sebenarnya agama tidak dibentuk untuk
membentuk iman polesan namun iman yang jernih. Ini hanya salah kita saja yang
tidak mampu memahaminya dengan baik dan benar. Kesalahan tafsir yang terlalu
mengedapkan keuntungan dan kekabutan ego.
Sahabatku… Kesadaran bisa
memanipulasi. Iman bisa memoles kebohongan dalam kentalnya penilaian… Namun jiwa
tidak bisa berbohong.
Gemerintikan hujan masih jatuh,
dan dentuman jiwa yang merindu ini masih kerasa mendentum dalam keheningan
pengakuan yang pasrah.
Pasrah untuk sekedar mendekatiNYA,
untuk membersamaiNYA, untuk melihatNYA. Namun tahukah sahabatku… Kalau Dzat
Maha Lembut berbisik indah ditiap gemerintikan hujan yang mendawai ini, Dzat
Maha Berbisik “Bangunlah dan janganlah pasrah. AKU bersamaMU selalu dalam rasa
yang kau bangun”
Rasa yang dibangun? Hmm… kami
akan simpan ini untuk pembahasan yang selanjutnya.
Salam semesta
Copyright © www.PesanSemesta.com
IBU & ANAK ADALAH IKATAN YANG DIHIDUPKAN SANG PENCIPTA ( SEBUAH BUKTI ILMIAH)
Desember 21, 2019
Sebelumnya selamat hari ibu. Terimakasih
tulus dari kami karena telah menjaga ikatan antar semesta.
Sahabatku… Pahamilah paragraph-paragraf
dibawah ini dalam kenetralan dan kita akan menyadari kembali kalau ternyata IBU
& ANAK adalah sebuah kemuliaan ikatan yang agung antar semesta. Ikatan yang
selamanya terikat dan tidak terpisahkan asal usulnya.
Sampai disini ilmu pengetahuan
telah membuktikan kalau memang iya betul dan nyata ikatan antara IBU & ANAK
itu terjalin dengan sangat erat. Berikut kami menyampaikan beberapa diantaranya
:
1# Kita Memiliki DNA Mitokondria Ibu
Sahabatku… Tahukah kita kalau
seluruh sel mitokondria manusia hanya diambil dari gen wanita? Iya, seorang ibu
bertanggung jawab penuh atas bagus atau tidak bagusnya asupan energy sel. Bagus
tidaknya pembentukan jasad janin tergantung dari bagaimana ibu merekayasa DNA
mitokondria anaknya.
DNA mitokondria (mtDNA) adalah
materi genetik yang ditemukan di mitokondria. Ini diturunkan dari ibu ke anak
laki-laki dan perempuan, tetapi anak laki-laki tidak bisa meneruskan mtDNA ibu
mereka kepada anak-anak mereka. Ini karena mtDNA ditularkan melalui sel telur
wanita. MtDNA yang ditemukan dalam telur adalah non-rekombinan, artinya ia
tidak bergabung dengan DNA lain sehingga diturunkan secara virtual tidak
berubah melalui garis ibu langsung selama beberapa generasi.
Sahabatku…
Jadi kita mewarisi mtDNA Anda secara eksklusif dari ibu kita. Bukankah ini
adalah sebuah ikatan?
2# Kita Satu Nafas Dengan Ibu
Sahabatku…
Janin tidak menggunakan paru-parunya sendiri sampai kelahiran. Dahulu kita
tidak pernah bernafas secara mandiri kecuali dengan satu nafas bersama ibu
kita.
Janin tidak menggunakan
paru-parunya sendiri sampai kelahiran, sehingga sistem peredarannya berbeda
dari bayi yang baru lahir. Sebelum lahir, jantung janin tidak harus memompa
darah ke paru-paru untuk mengambil oksigen. Dengan kata lain, jantung janin tidak
membutuhkan arteri pulmonalis dan aorta yang terpisah. Di jantung janin, kedua
pembuluh darah ini dihubungkan oleh pembuluh darah yang disebut ductus
arteriosus . Setelah lahir, duktus menutup dan membentuk arteri pulmonalis kiri
dan bentuk aorta.
Jantung janin juga memiliki celah
antara ruang atas (atrium kanan dan kiri) yang disebut foramen ovale . Ini
memungkinkan aliran darah langsung dari atrium kanan ke atrium kiri selama
perkembangan janin, tetapi menutup setelah lahir. Jadi ductus arteriosus dan foramen
ovale adalah bagian dari sistem peredaran darah janin sebelum lahir tetapi
menghilang segera setelah kelahiran.
Sahabatku… Jadi dahulu kita
menggunakan jantung dan sistem pernafasan ibu kita secara eksklusif, sampai
akhirnya kita belajar melakukannya secara mandiri. Bukankah ini adalah sebuah
ikatan?
3# Kita Memiliki Satu Sinkronisasi Jantung
Dengan Ibu
Memang ibu dan bayi mereka sering
dikatakan berbagi hubungan yang mendalam dan intim. Tetapi meskipun demikian,
penemuan baru ini aneh. Karena dibuktikan cukup dengan melihat dan tersenyum
satu sama lain, ibu dan bayi menyinkronkan detak jantung mereka ke dalam
milidetik satu sama lain
Jadi seorang ibu yang memandang
anaknya sedang mensikronisasikan irama
jantung dengan anaknya. Meski sebenarnya ini mirip dengan mamalia lain. Namun,
selama periode pengaruh atau sinkronisasi vokal, tingkat sinkronisasi biologis
antara irama jantung ibu dan bayi meningkat secara substansial. Tidak seperti
mamalia lain, manusia dapat memengaruhi proses fisiologis dari proses
perlekatan tidak hanya melalui sentuhan fisik tetapi melalui sinkronisasi
sosial yang efektif.
Seorang ibu hanya perlu melihat
bayinya dengan penuh kasih sayang agar detak jantung dapat disinkronkan. Belum
diuji apakah bayi dapat membentuk tingkat keterikatan yang sama dengan orang
lain, seperti ayah mereka. Jadi ini masih menjadi keterhubungan yang terbentuk
antara bayi dan Ibu.
Sahabatku… Kalau sebuah tatapan
mampu menghubungkan sebuah sinkronisasi jantung, lalu apa artinya ini kalau
bukan sebuah ikatan?
4# Kita Mega Network Otak Dengan Ibu
Otak ibu dan bayi dapat bekerja
bersama sebagai 'mega-network' dengan menyinkronkan gelombang otak ketika
mereka berinteraksi. Tingkat konektivitas gelombang otak bervariasi sesuai
dengan keadaan emosi ibu: ketika ibu mengekspresikan lebih banyak emosi
positif, otak mereka menjadi jauh lebih kuat terhubung dengan otak bayi mereka.
Ini dapat membantu bayi belajar dan otaknya berkembang.
Penelitian ini dipublikasikan
dalam jurnal NeuroImage. Dimana para peneliti menggunakan metode yang disebut
dual electroencephalograhy (EEG) untuk melihat sinyal otak pada ibu dan bayi
saat mereka berinteraksi satu sama lain. Mereka menemukan bahwa ibu dan bayi
cenderung menyinkronkan gelombang otak mereka - sebuah efek yang dikenal
sebagai konektivitas saraf antarpribadi - khususnya dalam frekuensi 6-9 hertz,
kisaran alpha bayi.
Dengan melihat kualitas dan
struktur konektivitas saraf antarpribadi menggunakan metode matematika analisis
jaringan, para peneliti dapat melihat bagaimana informasi mengalir dalam setiap
otak yang terpisah, dan juga bagaimana kedua otak dioperasikan bersama sebagai
sebuah jaringan.
Sahabatku… Terbukti kalau dua
otak yang berbeda mampu saling terhubung dan tersinkronisasi, lalu apa artinya ini
kalau bukan sebuah ikatan?
________________________________
Sahabatku… Apakah ikatan-ikatan ini
masih berlangsung? Sayangnya sebagian akan menjawab TIDAK, kita tidak merasakan
ke-empat koneksi diatas lagi dengan ibu kita. Meski sebenarnya ikatan itu tidak
akan hilang. Karena segala yang terikat akan senantiasa terikat, kalaupun ikatan
itu menjadi tidak lagi nyata, memudar atau bahkan menjadi sangat transparant sekalipun.
Ikatan itu adalah nyata dan ada. Sekarang
tinggal bagaimana seorang ibu dan anak mengkoneksikan kembali sebuah ikatan
yang terkoyak oleh ego, kepentingan atau mungkin hal selain ini.
Sahabatku… Kita mengkoneksikan
kembali sebuah ikatan karena kita menghargai koneksi yang sengaja dibuatkan
oleh Dzat Maha Penghubung.
Akhir kata pesan kami untuk para
ibu dan anak… Mari sahabatku bukan kembali koneksi itu. Tataplah lagi dengan
pandangan rahmah itu. Hubunglah kembali ikatan hati itu. Hembuskanlah ikatan nafas
itu lagi. Ikatlah lagi aliran pikiran itu. Tidaklah ikatan-ikatan itu kecuali
ikatan istimewa dari Dzat yang Maha mengikat.
Sahabatku… Bukankah memaknai ikatan
adalah hadiah yang lebih indah ketimbang ucapan “selamat hari ibu”? Kalau iya,
kenapa kita sengaja mengganti hadiah kita sendiri.
Salam Semesta
Copyright 2019 © www.pesansemesta.com
CARA MENGAKTIFKAN KEKUATAN SUPER HUMAN: INDRA KEENAM, MATA KETIGA ATAU MATA BATIN
Desember 18, 2019
Kita mengenal panca indra manusia
yang terdiri dari indra peraba atau sentuhan, indra penciuman, indra pengecap,
indra pendengaran, dan indra penglihatan. Nah, mata ketiga adalah indra keenam manusia
terlepas dari lima indra itu. Ketika ada sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh
panca indra penglihatan, frekuensi suara yang tidak dapat didengar oleh indra
pendengaran, energy yang tidak terasa, atau rasa yang terlewat dari pengecapan.
Maka mata ketiga atau indra keenam memiliki kemampuan untuk menjangkaunya.
Dengan mata ketiga atau indra
keenam yang aktif kita bisa melihat yang tidak terlihat, mendengar yang tidak
terdengar dan merasakan dan mengelolah yang tidak terasa dan tidak terkelola. Akhirnya
mata ketiga sering dianggap sebagai sesuatu yang tabu dan mistis padahal itu
adalah sesuatu yang seharusnya NORMAL dan WAJAR.
Dalam dunia medis, mata ketiga
atau indra keenam dikenal sebagai Extrasensory
Perception (ESP) pada saat kita masih balita indra ini berkembang sangat
pesat jadi jangan heran banyak anak balita yang bisa melihat berbagai macam hal
diluar nalar logika manusia awam.
Bukan hanya itu balita juga lebih
peka dengan energy disekitarnya. Salah satu bukti yang sering terjadi, biasanya
anak-anak balita justru semakin rewel
saat stress orang tuanya meningkat atau dalam lingkungan yang ramai, itu
sebenarnya terjadi karena mereka tidak terlalu nyaman dengan segala
elektromagnetik yang dipancarkan oleh orang-orang disekitar mereka.
Nah, pada saat kita beranjak
dewasa Extrasensory Perception (ESP) kekuatannya
akan berkurang sebanyak 60-75% lantaran berbagai macam faktor salah satunya yang
paling umum adalah lingkungan yang berpikir itu merupakan ketidaknormalan yang
tabu untuk dipertahankan.
Padahal segalanya memang energy dan
manusia diciptakan dengan kekuatan untuk mengontrol, mengendalikan dan
membentuk energy pada lapisan yang lebih dalam. Manusia diberi kemampuan untuk
memahami segala informasi tanpa menggunakan panca indra lahiriahnya.
Berikut adalah beberapa jenis
utama Extrasensory Perception (ESP)
yang kami singkat :
-
Telepati, yaitu kemampuan membaca pikiran orang
lain dan tahu apa yang mereka pikirkan.
-
Precognition atau Prekognisi, yaitu kemampuan
untuk melihat ke masa depan.
-
Retrocognition, yaitu kemampuan untuk melihat ke
masa lalu yang jauh.
-
Clairvoyance, yaitu kemampuan untuk melihat
peristiwa tanpa kehadiran fisik.
-
Mediumship, yaitu kemampuan untuk berkomunikasi
dengan makhluk antar dimensi.
-
Clairsentience, yaitu kemampuan untuk merasakan
emosi orang lain.
-
Clairaudience, yaitu kemampuan untuk menerima
pesan dan informasi melalui "pendengaran psikis".
-
Clairalience, yaitu kemampuan untuk mendapatkan
kesan psikis dari indera penciuman.
-
Clairgustance, yaitu kemampuan untuk merasakan
suatu zat tanpa memasukkannya ke dalam mulut.
-
Claircognizant, yaitu kemampuan pengetahuan
tanpa batas secara instant tanpa berpikir.
Diatas ini sebenarnya bukan
kumpulan kekuatan super. Diatas ini hanyalah beberapa kemampuan NORMAL dan WAJAR
yang seharusnya dimiliki oleh setiap manusia Bumi. Indra keenam, mata ketiga
atau mata batin adalah anugerahNYA kepada seluruh manusia agar sempurna menjadi
pemimpin diatas muka Bumi, khalifah fil ardh. Agar juga sempurna dalam bergerak
untuk memakmurkan dan menjaga ketersalingan. Karena sebenarnya dengan indra
keenam, mata ketiga atau mata batin manusia dapat menjalani kehidupan lebih
mudah.
Kalau sekarang kita bertanya kenapa
kita tidak memiliki kemampuan-kemampuan normal dan wajar seperti diatas,
alasannya adalah karena beberapa hal :
1. Jasad
yang kemampuannya terus menurun
Sahabatku… Jasad
kita merosot dan ber-evolusi ke bentuk yang lebih buruk. Alasannya terlalu
jelas; Makanan dan minuman yang diolah buruk, udara yang buruk, tanah yang kehilangan
kualitasnya, kimia yang sengaja diciptakan untuk keuntungan, pola hidup dan
keseimbangan jiwa yang tidak terarah.
Ini semua
membuat kita merosot. Saat jasad kita merosot dalam kualitas, jangankan untuk
melatih ESP bahkan memaksimalkan panca indra lahiriah pun susah. Mata yang
merabun. Pendengaran yang melemah. Indra pengecap yang terkontaminasi dan indra
perabaan yang kurang akurat.
Solusinya,
cobalah perbaiki jasad ini ketahap normal yang seharusnya terlebih dahulu. Normalnya
jasad kita adalah jasad terbaik. Begitu juga dengan jiwa yang mengoperasikan
jasad, harusnya jiwa kita adalah jiwa yang terbaik juga. SANG PEMBUAT pada
awalnya tidak memberikan dan membuatkan kita apa-apa selain kebaikan.
2. Anggota
dan komponen jasad yang tidak dikuasai dan tidak dilatih
Pengetahuan kita
akan jasad kita masih terlalu minim, atau bahkan sangat minim. Jujur ini sangat
wajar. Karena dalam masa belajar di sekolah kita hanya belajar untuk mendapatkan
nilai A bukan untuk paham dan memanfaatkan kepahaman. Kalaupun paham, sebagian
kita hanya menjual kepahaman kita untuk berlembar-lembar uang bukan kemakmuran.
Akhirnya,
beginilah kita. Ibarat seseorang yang mengendarai mobil tanpa mengenal apa itu
bedanya dan kapan menggunakan gigi 1-5 dan 6. Sehingga mobil yang kita
tunggangi itu meluncur bebas dalam kebingungan arah dan tujuan.
Sahabatku… Kita
semua harus belajar kembali untuk memakmurkan jasad ini. Lalu perlahan-lahan
kita melatih kembali jasad ini agar kembali kedalam wujud terbaik yang
dibuatNYA. Indra keenam dalam diri seseorang akan perlahan tertutup dan mata
batinnya akan mati apabila terbengkalai dan tidak pernah dilatih untuk
diaktifkan.
3. Penilaian
manusia yang salah
Apa itu mistis? Apakah
bagi kita beberapa jenis utama Extrasensory
Perception (ESP) yang kami singkat diatas adalah ke-anehan, sesuatu yang
berhubungan dengan jin, sesuatu yang syirik, sesuatu yang tabu?
Sahabatku… Kita
sering menilai sesuatu yang berbeda karena kita bahkan tidak mengetahui
informasi apa-apa terhadap apa yang kita nilai.
Sebenarnya ini
karena kita tabu untuk sesuatu yang tidak sama dengan diri kita. Padahal perbedaan
adalah keniscayaan yang diciptakan. Akhirnya kita tidak netral dengan penilaian
kita. Padahal penilaian kita itu adalah pengkerdilan diri kita sendiri. Kita
mengkerdilkan kemampuan SANG PEMBUAT untuk membuat yang Maha Sempurna dan yang
Maha Baik.
Sahabatku… Bukankah
kita memang mengimani kalau Dzat Maha menciptakan kita dalam sebaik-baik rupa
dan bentuk? Lalu apa itu penilaian-penilaian kita?
4. Kehilangan
arah untuk mengenal diri dan jati diri yang sebenarnya
“Siapa yang
tidak mengenal dirinya maka tidak mengenal Tuhannya” bukankah kita terbiasa
mendengarnya dan tetap saja menenggelamkan diri dalam aroma ketidakmengertian akan
diri dan ketidakmengenalan akan jati diri.
Pertanyaannya menjadi
sederhana: Bagaimana kita bisa mengetahui sebuah keagungan kalau kita jauh dari
sumbernya?
Akhir kata
sahabatku…
CARA MENGAKTIFKAN KEKUATAN SUPER MATA KETIGA ATAU INDRA KEENAM pada jasad adalah dengan kembali mengenal jati
diri, mempelajari jasad, mengendalikan nafsu, mengendalikan pikiran dan
ketenangan jiwa, meningkatkan spiritualitas dengan senantiasa membenahi iman
dan ketakwaan diri, tidak menebar kebencian dan penilaian, membersihkan hati
nurani dengan mengingat kembali keagungan penciptaan diri, terakhir
mentafakurkan serta mentadaburkan kembali semesta yang ada didalam diri sambil
merasakan kebersamaan bersamaNYA.
Sahabatku… Anugerah indra keenam sejak
kita lahir sudah ada dalam diri kita tanpa perlu dicari keluar. Hanya perlu
waktu untuk diri kita menemukan diri kita sendiri dan menerima diri kita atas
apa yang kita miliki.
Setiap manusia mempunyai proses
dan mempunyai pilihan juga apakah akan terus berproses atau berhenti berproses.
Peningkatan jasad adalah sebuah pilihan, kita bebas memilihnya. Cukup pastikan
kita memilih dalam kenetralan. Kita memilih untuk kembali menjadi super human
bukan karena sebuah cap SUPER melainkan untuk sebuah manfaat yang bisa kita
sebar sebagai semesta.
Salam Semesta
Copyright © www.pesansemesta.com
MEMBUAT JENDELA YANG KOKOH
Desember 18, 2019
Pagi yang menawan dari balik
jendela yang usang. Siang yang terang dari balik jendela yang usang. Sore yang
damai dari balik jendela yang usang. Malam yang gemerlap dari balik jendela
yang usang.
Jendela yang usang, apakah itu
sahabatku…. ?
Bagaimana kalau itu adalah
kesadaran yang terbingkai rapi oleh kepolosan akal dan pikir manusia.
Coba kita berpikir sejenak dalam
perenungan yang jujur, apakah kita adalah kaum yang tertinggal ataukah kita
adalah kaum yang maju?
Ketertinggalan adalah sebuah
jawaban yang malu untuk diakui. Karena kita senantiasa mengakui kelebihan diri
yang bahkan belum seberapa. Akhirnya suara derik jendela yang usang tidak
terdengar lagi. Serpihan dari kayu jendela usang yang rontok dipinggiran tidak
terlihat lagi. Kita menutupi jendela itu dengan gordyn emas hanya agar tampak
indah, namun tetap bau tuanya masih tercium.
Sahabatku… kalau jendela yang
usang itu adalah diri kita, maka apa yang akan kita lakukan?
Kalau kita tertinggal karena
kesadaran yang usang akibat akal dan pikiran yang terlalu polos karena tidak
mau digunakan lalu siapa yang akan disalahkan?
Siapa yang salah kalau ilmu
adalah nilai diatas kertas dan nilai diatas rekening?
Siapa yang salah kalau ilmu
adalah ladang harta bukan ladang kemakmuran?
Siapa yang salah kalau kita bukan
belajar, tapi hanya pamer?
Siapa yang salah saat
generasi-generasi kita harus dicetak sama persis seperti diatas. Dicetak hanya
untuk menjadi jendela yang usang?
Siapa sahabatku…?
Tulisan ini hanya sedikit
renungan agar kita sedikit bergerak untuk tidak mencetak jendela yang sama. Kesadaran
yang kokoh dalam alam pikir yang netral dan suci harus segera kita bangun
kembali.
Gordyn emas itu harus segera
dicopot, agar segala keusangannya terlihat dan nyata. Agar keusangan kita
tampil senyata itu didepan pandangan, dan membuat kita tidak nyaman. Paling tidak
ketidaknyamanan ini akan menyemangati diri kita yang usang dan tertinggal untuk
segera mengakui diri sambil terus bergerak membenahi diri.
Hidup ini senantiasa Dinamis,
Optimis dan penuh dengan Aksi. Tidak ada DOA yang tidak terkabul kalau kita mau
membuat DOA kita sendiri. Bukankah Dzat Maha bukan hanya mendengar, namun juga membersamai?
Kalau begitu, kita tentu mau
menatap kehidupanNYA, bersamaNYA dari balik jendela baru yang lebih kokoh. Kalau
begitu mari sahabatku… Masih ada waktu untuk membuat jendela yang kokoh.
Salam Semesta
Copyright 2019 © www.pesansemesta.com
TIGA AKSI PENGOBATAN TERBAIK TANPA OBAT & DOKTER
Desember 13, 2019
Seorang sahabat bertanya “Mau nanya
ni akang teteh,,gimana cara ngobati jasad ini,,tanpa obat kimia dan dokter,, Bisa
kah ,,cara nya gimana,,,?” Melalui anugerahNYA izinkan kami menjawab.
Sahabatku… Kami menghormati
dengan sangat tulus profesi dan keilmuan kedokteran dan teknologi obat-obatan
yang canggih saat ini. Namun apabila kita bertanya ‘apakah bisa berobat tanpa
obat dan dokter?’ maka jawabannya adalah BISA.
Setiap saat jasad kita terus
menerus bekerja untuk mengelola kesadaran kita, bahkan saat kita tidur atau
koma sekalipun. Ibarat sebuah mesin atau perangkat keras sebuah Komputer. Apabila
ada salah satu dari hardware ini rusak atau error, maka kinerjanya pun tidak akan
maksimal.
Saat kinerja jasad tidak maksimal
akhirnya kita merasakan yang namanya sakit. Rasa sakit adalah sebuah pertanda
kalau ada bagian jasad yang rusak atau error. Bisa juga tanpa rasa sakit, namun
melalui perubahan. Kulit yang bersisik, rambut yang berwarna kusam, garis
kehitaman dibawah mata, selulit, dll. Semua tanda-tanda ini tidak memberi rasa
sakit, namun tetap itu adalah sebuah tanda dari jasad.
Seperti sebuah sapaan agar kita
menyadari kalau ternyata ada yang tidak beres dengan jasad kita. Sayangnya,
kita manusia Bumi lebih senang mengobati dari pada mencegah, dan yang terparah
kita lebih senang merencanakan dan membuat kerusakan jasad kita sendiri. Akhirnya,
kita menjadi lebih sibuk mengobati jasad setelah rusak atau errornya, ketimbang
mencegah kerusakan atau errornya.
Karena pertanyaan kita kali ini
tentang bagaimana mengobati, maka kami hanya akan fokus dengan pertanyaannya.
Pada artikel selanjutnya kami akan sedikit berbagi untuk bagaimana kita maintenance
jasad agar tidak pernah sampai pada tahap mengobati.
Baiklah, pertama-tama pengobatan
tanpa obat kimia dan dokter adalah BISA. Kami menghormati dengan sangat tulus
profesi dan keilmuan kedokteran dan teknologi obat-obatan yang canggih saat
ini. Namun apabila kita bertanya ‘apakah bisa berobat tanpa obat dan dokter?’
maka jawabannya adalah BISA.
Lalu bagaimana caranya?
1# KENALI LALU PAHAMILAH JASAD KITA
Sahabatku… Kenalkah kita dengan
jasad kita sendiri? Kesalahan terbesar pendidikan kita adalah, kita mempelajari
anatomi jasad hanya untuk sekedar angka diatas kertas, namun bukan untuk sebuah
ilmu yang dipahami. Akibatnya kita menjadi buta dengan jasad kita sendiri. Lalu
saat jasad kita rusak, kita membawa jasad ini ke seseorang untuk
mengobservasinya. Padahal pada saat yang bersamaan sebenarnya kita bisa
berkomunikasi dengan jasad untuk mengetahui apa yang dibutuhkannya. Dan apa
yang telah kita lakukan sehingga membuatnya menjadi rusak dan error.
Kami tahu, banyak yang akan
komplain dan berkata ‘kita kan tidak bisa berkomunikasi dengan jasad, lalu
bagaimana kita bisa tahu?’
Sebenarnya ini sangat mudah,
sebenarnya kita sangat tahu. Apabila kita waspada, maka kita bisa sangat tahu
kalau kita telah merusak jasad ini dan kita juga bisa sangat tahu apa yang
seharusnya kita lakukan.
Waspada adalah nama lain dari
waskita. Ber-waskita adalah kita awas akan setiap pergerakan, dimulai dari
dalam diri, menuju luar diri. Nah, kita tidak bisa waskita kalau kita tidak
mengenal diri. Jadi mulailah mengenali jasad dan memahami jasad kita sendiri.
Apakah ini bisa mengobati jasad?
Tentu, ini bisa mengobati jasad. Contoh kecilnya seperti ini; Kita sadar kalau
kita senantiasa bernafas, tanpa nafas jasad kita tidak bisa bertahan lama untuk
hidup. Jasad kita bernafas melalui sistem pernafasan. Ilmu pengetahuan dengan
jelas menunjukkan bahwa udara yang tidak sehat itu berbahaya. Polusi udara,
terutama polusi partikel udara yang tidak terlihat - dikenal sebagai PM 2.5 -
meningkatkan risiko masalah kesehatan yang serius. Dan itu bisa membunuh.
Bahkan kadar yang sangat rendah berperan dalam kematian akibat penyakit jantung
dan paru-paru.
Pengetahuan akan membuka kunci
kesadaran. Itulah kenapa kita diwajibkan belajar. Jadi mohon untuk tidak
menjadikan peroses belajar hanya sebagai ajang pencapaian nilai dan uang. Jadikanlah
proses belajar dalam hidup sebagai proses untuk memakmurkan diri dan sesama. Kemakmuran
bukan tentang uang, namun tentang kebahagian yang tidak bisa terbayar oleh
uang. Saat jiwa saling memakmurkan karena kesadaran yang meningkat, maka saat
itupulalah kita akan saling menguntungkan, tanpa menyakiti siapapun, apalagi
menyakiti jasad.
Solusi untuk mengobati jasad sendiri
adalah dengan terlebih memasukkan ilmu pengetahuan yang benar tentangnya. Pengenalan
dan pemahaman kita akan jasad sangat amat dibutuhkan. Tidak kenal, maka tidak
sayang. Bagaimana kita telah mengakui menyanyangi diri kita, kalau kita tidak
mengenalnya? Sayang itu artinya menjaga, melindungi dan menghargai. Sudahkah kita
menyanyangi jasad kita?
2# COBALAH SEKALI-KALI MASUK KE DUNIA MIKROKOSMOS
Sahabatku… Kenyataan memiliki
beberapa lapisan. Kita melihat jasad dan itu adalah lapisan terluar dari
kenyataan yang kita lihat. Tentu ada sesuatu dibalik lapisan terluar itu. Sesuatu
yang mungkin jarang terjamah atau mungkin tidak pernah kita pedulikan. Padahal apa
yang kita lakukan pada bagian terluar mempengaruhi bagian terdalam, begitu juga
sebaliknya. Apa yang terjadi dibagian dalam mempengaruhi bagian terluar.
Yang kami maksud dari bagian terdalam
itu bukan organ dalam manusia, namun apa yang membentuknya. Jadi begini, sebagaimana
yang kita ketahui, ilmu pengetahuan tidak meragukan lagi bahwa seluruh materi
di dalam semesta ini tidak lain terbentuk dari molekul. Molekul adalah kumpulan atom-atom yang saling
berikatan kuat satu sama lainnya. Atom terbentuk dari partikel sub-atomik. Sementara
partikel-partikel sub-atomik ini hanya terbuat dari energy.
Berarti Kalau disimpulkan secara
singkat, seluruh inti dari setiap materi yang terlihat atau tidak terlihat,
tanpa terkecuali adalah energy. Cara kerja energy adalah vibrasi (bergetar)
lalu menghasilkan frekuensi. Inilah wujud
inti materi semesta. Termasuk diri kita, manusia.
Mari kita merunut mundur diri
kita sendiri : Sebagai organisme, didalam tubuh manusia terdapat organ sistem.
Organ sistem terdiri dari banyak jaringan. Jaringan tersusun dari ribuan juta
sel-sel. Sel-sel itu tersusun dari molekul. Molekul terbentuk dari atom dan
atom terbentuk dari energi. Jadi wujud inti manusia adalah energi.
Sahabatku… Apapun yang kita
gerakkan. Apapun yang kita lihat, kelola, pengalaman apapun, fisik apapun itu semua
tercipta dari dunia mikroskosmos. Tercipta dari energi. Energy atau bisa kita
sebut mikrokosmos adalah pemeran utama dibalik terciptanya makrokosmos. Begitu
juga sebaliknya.
Jadi saat jasad kita bermasalah,
kita bisa memperbaiki energinya juga, dan ini sangat efektif. Sebenarnya bukan
berarti saat jasad kita bermasalah, energy kita rusak atau jelek, hanya saja energy
kita itu bersifat sangat netral dan hanya akan bervibrasi sesuai dengan gerakan
yang kita bentuk melalui frekuensi. Contoh sederhana adalah dengan pikiran.
Pikiran adalah gerakan frekuensi
yang bervibrasi untuk membentuk dan menarik frekuensi. Saat pikiran kita
dipenuhi dengan kebahagiaan maka frekuensi yang bervibrasi akan melakukan hal
yang sama. Akhirnya jasad kita pun bekerja untuk melakukan hal yang sama. Otak kita
akan memerintahkan melalui neurotransmitter agar untuk mengeluarkan hormon dopamine,
oxytocin, serotonin, and endorphins. Kalau keempat hormon ini aktif setiap
saat, maka rasa sakit tidak muncul. Jasad akan bergerak lincah dan nyaman. Karena
kenyamanan ini pun jasad kita bisa bergerak sesuai semestinya.
Keempat hormon ini hanya akan
aktif kalau otak kita menerima getaran kebahagiaan. Dan ini getaran ini terjadi
melalui pikiran bukan melalui sekoper uang. Kalau sekoper uang sudah tidak bisa
membuat getaran kebahagiaan dalam pikiran, maka kita tidak akan menerima itu
sebagai kebahagiaan. Jadi betul kebahagiaan bukan tentang ‘uang’ namun ‘pikiran
yang bergetar dalam kebahagian’. Energy yang hidup dalam kebahagiaan,
rahasianya ini adalah pilihan.
Sudahkah kita membenahi
mikrokosmos kita? Ingat rahasianya; energy adalah netral, akan terbentuk sesuai
dengan pilihan. Apa yang kita pilih sahabatku…?
Kalau kita memilih SEHAT, berarti
akal kita bisa menyusun rencana-rencana untuk membuatnya terus sehat. Kita harus
menyelipkan satu rencana besar diantara rencana-rencana itu, yaitu rencana
untuk hanya memilih bergetar dalam kebaikan pikiran. Itulah kenapa kami
senantiasa mengajak kita semua bersama-sama untuk belajar menjadi orang-orang
yang bersyukur, orang-orang yang ikhlas, orang-orang yang connected (terhubung
dengan pencipta dan pembuatnya). Ini hanya agar dunia mikrokomsos kita membaik.
3# KEMBALILAH KEPADA PRODUK YANG BAIK BAGI JASAD & BUMI
Sahabatku… Bagi sebagian kita ke
halalan adalah yang sangat penting. Namun pahamilah, selain halal ada yang
lebih penting lagi, yaitu BAIK (atau thoyyib). Mohon maaf karena segala produk
dengan label halal belumlah tentu BAIK untuk jasad. Kami yakin bagian ketiga
ini sudah sangat dipahami oleh kita semua. Sangat mudah kita menemukan sesuatu
yang halal namun sangat susah kita menemukan sesuatu yang baik sekarang-sekarang
ini.
Kami menyemangati kita semua
untuk mulai mencari atau membuat produk yang baik bagi jasad dan bumi. Kenapa harus
baik buat Bumi juga?
Sahabatku… Kita berdiri diatas
planet Bumi. Kita ditakdirkan untuk menjadi PEMIMPIN DIATAS MUKA BUMI (khalifah fil ardh). Sudah seharusnya
kemakmuran yang kita torehkan bukan hanya untuk sesama manusia, namun juga sesama
makhluk Bumi dan planet Bumi juga. Inilah tugas utama kita disini.
Pikirkan saja begini, kalau
planet Bumi kita baik, maka apa yang dihasilkan Bumi untuk manusia akan baik
juga bukan? Air yang baik, udara yang baik, tanah yang baik dan menumbuhkan
banyak tumbuhan yang baik. Lagi-lagi untuk siapa semua ini? Bukankah ini untuk
kesehatan dan kesejahteraan manusia Bumi juga?
Sahabatku… Bagian ketiga ini
adalah renungan bagi kita semua, untuk mulai memikirkan aksi terbaik kita untuk
menjaga dan melindungi Bumi.
-----------------------------------
Sahabatku… Kalau disimpulkan kita
akan mengobati diri sendiri dengan 3 hal,yaitu : Ilmu, energy, kembali kepada
alam.
Sampai disini, hanya tiga, tapi
kalau kita memahami tiga hal ini, maka kita memang tidak membutuhkan obat kimia
dan dokter lagi. Kami sudah membuktikannya, tapi kami ingin kita semua
membuktikannya juga. Pembuktian kita bukan karena kita tidak menghargai profesi
dokter dan ilmu pengetahuan obat. Namun karena kita percaya kalau manusia
memang tidak ditakdirkan untuk sakit. Penyakit itu bukan anugerah ujian.
Coba pikirkan : Kenapa pula Dzat
Maha Baik harus menguji kita dengan penyakit dan rasa sakit? Jasad yang sakit
hanyalah nasib yang kita bentuk dari pilihan sebab akibat yang kita pilih. Kalau
kita sakit dan belum paham alasannya, maka itu bukan ujian, itu hanya karena
kita belum paham alurnya.
Sekarang kita tidak akan menjadi
orang-orang buta yang menyalahkan takdir lagi. Namun kita akan menjadi
orang-orang yang memaksimalkan kebaikan Dzat Maha Baik untuk menerima kebaikan
yang lebih besar lagi. Bukankah saat kita mensyukuri kebaikan, maka kebaikan akan
ditambahkan? Lalu apa itu bersyukur kalau bukan memaksimalkan gerakan?
Kalau sebagian kita sudah ada
yang terlanjur sakit saat ini, maka berusahalah untuk memperbaiki energy dan
kembali ke alam. Ditambah dengan sedikit-sedikit memasukkan pengetahuan-pengetahuan
tentang organ jasadnya yang sakit. Hal terpenting saat sakit adalah tidak
berputus asa. Gerakan pengobatan sekecil apapun hanya akan mendekatkan kita
pada perbaikan diri. Apalagi disertai kesadaran penuh dengan SIAPA kita
bergerak dan digerakkan. Terimakasih untuk pertanyaannya.
Salam Semesta
Copyright 2019 © www.PesanSemesta.com
Berikut ini beberapa artikel yang
pernah kami posting yang berhubungan dengan perbaikan jasad semoga bisa
membantu :
>> MENJAGA JASAD – APA YANG
DIBUTUHKAN JASAD ?
>>
Penjelasan Scientific Bahwa Mitokondria Butuh Spiritualitas
>>
Tidak Marah Adalah Proses Untuk Memperkuat Jasad dan Pikiran
>>
Cara Makan Secara Spiritual
>> Otak
Jantung Yang Sensitif
>>
Bagaimana Seharusnya Kita Berbicara Dengan Baik dan Benar Kepada Otak?
Dan masih banyak lagi artikel
lainnya yang bisa langsung dibaca melalui :
APA ITU MATUR NUWUN GUSTI?
Desember 10, 2019
Seorang sahabat bertanya “Apakah
menikmati nikmat sama dengan matur nuwun gusti??” Melalui anugerahNYA izinkan
kami menjawab.
Sahabatku…
Berterimakasih kepada Dzat Maha
memiliki tingkatan. Tingkatan pertama adalah apa yang biasa kita lakukan
sekarang, yaitu mengucapkan ‘terimakasih’.
Masing-masing agama, keyakinan
kepercayaan memiliki banyak lafadz untuk
mengucapakannya. Saat kita percaya kepada Dzat Maha Mendengar maka kita tidak
akan menjadi terlalu sombong dan mengakui kalau hanya lafadz kita yang diterima
dan didengarNYA. Tapi ini bukan masalah penting yang akan kami bahas, karena
yang terpenting justru ada pada alasan sebuah pengucapan.
Sudah kita bahas sebelumnya,
kalau kita hanya terbiasa mengucapkan ‘terimakasih’ sebagai ungkapan syukur
atas segala hal yang menurut kita nikmat, kalau tidak nikmat maka kita tidak
mengucapkannya.
Itulah kenapa kita harus membawa
ucapan berterimakasih setingkat lebih tinggi, yaitu dengan merasakan berterimakasih,
yaitu saat terimakasih bukan lagi sekedar ucapan basa-basi. Namun sebuah rasa
penerimaan yang nyaman dalam segala suasana dan situasi.
Merasakan berterimakasih itu
diungkapkan dengan melihat bahwa segala sesuatu dalam hidup ini adalah
nikmatNYA, dan kita mengucapkan terimakasih dengan menikmati nikmatNYA tanpa memilah
dan mendikte, tapi menerima dengan penuh kesadaran kalau hidup ini adalah alur
sebab akibat dan Dzat Maha sudah memberi kita sebuah perangkat yang cukup untuk
melampaui dan memilih sebab akibat dari alur hidup kita sendiri. Dzat Maha
menyertai dan terus membimbingi kita melampaui dan memilih alur hidup kita.
Masalahnya, kesadaran kita akan
ini terlalu tumpul akhirnya kita belum bisa membawa merasakan berterimakasih ke
tingkat yang lebih tinggi lagi. Apakah tingkatan itu?
Yaitu tingkatan dimana kita tidak
lagi mendikte nikmat karena kita segalanya adalah nikmatNYA. Tingkatan dimana
kita sudah berwaskita, sadar betul dengan kewaspadaan akan segala tindakan kita
memetakan alur hidup kita sendiri. Tingkatan dimana kita merasakan kesertaanNYA
dan bimbinganNYA.
Sahabatku… Betapa sering kita
lupa berterimakasih hanya karena kita lupa kalau sebenarnya Dzat Maha lah yang
menyertai dan membimbing? Betapa sering kita lalai berterimakasih karena merasa
ini adalah bagian yang ‘saya’ lakukan bukan yang ‘Dzat Maha’ lakukan? Betapa
sering kita mengais-ngais nikmat ditengah segala nikmat yang tidak pernah bisa
terhitung?
Tulisan ini hanya bahan renungan
kita untuk memaknai hidup kita sendiri. Apa itu hidup kalau bukan hidupNYA? Apa
itu gerakan kalau bukan gerakanNYA? Apa itu hidup kalau bukan bimbinganNYA?
Tapi sedihnya kita belum merasakan ini, padahal ini hanyalah terimakasih yang sesungguhnya. Matur Nuwun Gusti bukan sebuah ucapan namun sebuah rasa kebersamaan.
Kesadaran kita yang merasakan
kebersamaan bersamaNYA. Selalu bersamaNYA dalam dekapan ikatan kasih sayang
abadi, bukan ketakutan abadi… Itulah orang-orang yang bersyukur, mereka yang
tidak lagi ‘mengucapkan terimakasih’ namun mereka ‘berterimakasih’ dalam kasih
sayang dan dalam segala nikmatNYA. Semoga kita bisa menjadi bagian dari mereka.
Tapi kalau dipikir-pikir apakah
Dzat Maha memerlukan dan membutuhkan terimakasih saat Dzat Maha dengan
ketulusan yang tak lagi terucap sudah menganugerahi segalaNYA?
Sahabatku… Mungkin hanya kita
yang memerlukan dan membutuhkan berterimakasih kepada-NYA untuk senantiasa
terhubung. Bukankah sebuah keterhubungan
adalah sebuah kebersamaan?
Terimakasih untuk pertanyaannya…
Salam Semesta
Copyright 2019 © www.pesansemesta.com
#pesansemesta
SOLUSI UNTUK NIKMAT YANG TIDAK DINIKMATI
Desember 03, 2019
“Ya sudah syukuri saja…”
Sahabatku… Kalimat diatas tidak
terlalu asing bukan? Mungkin kita pernah mendengarnya atau mengucapkannya.
Biasanya kalimat itu diucapkan justru saat kita kecewa karena hasilnya tidak
sesuai ekspektasi atau mungkin jauh dari yang ingin diraih. Akhirnya kita
menghibur diri dengan berucap “Ya sudah syukuri saja…”
Sebenarnya kita tidak mau
mengakui ini, karena kita ingin menjadi orang-orang yang senantiasa bersyukur. Hanya
saja memang sebuah tantangan sendiri untuk bersyukur ditengah rasa kecewa.
Jujur saja kita sebenarnya ingin
menjadi orang-orang yang bersyukur. Tapi lagi-lagi apa itu bersyukur kalau
rasanya hambar dan hanya bertepuk sebelah tangan. Adakah solusi untuk ini?
Sahabatku… Satu-satunya hal yang
mampu merubah ini adalah pengetahuan kita tentang arti bersyukur itu sendiri. Sebagian
kita masih memegang tradisi kalau bersyukur adalah ucapan terimakasih kita
kepada Dzat Maha. Namun sebenarnya ini tidak terlalu pas.
Bersyukur yang pas adalah
menikmati. Dengan menikmati segala kondisi, apapun rasanya, maka itu adalah
pertanda kalau kita telah bersyukur. Betapa banyak mulut yang mengucapkan
terimakasih kepadaNYA namun hati masih memendam rasa kecewa.
Sahabatku… Saat kita mampu
menikmati meski mulut tidak berucap apakah Dzat Maha tidak mengetahui? Tidak mungkin
tidak bukan?
Kita bisa membohongi ucapan
syukur tapi tidak rasa syukur. Itulah kenapa bersyukur adalah menikmati.
Bersyukur adalah menjadikan segalanya
nikmat yang dinikmati. Apapun hal yang
terjadi kepada semesta kita, sikap kita tetap menyatu dan bergerak tanpa
penolakan namun penerimaan penuh yang terus disertai oleh dua hal :
Pertama : DISERTAI Oleh rasa
Artinya rasa kita menyadari penuh
bahwa kita ini adalah diriNYA. Energi SANG PENCIPTA yang terus berfluktuasi
dalam ruang dan waktu. Kita ini adalah kebersamaan abadi bersamaNYA. Sadar atau
tidak ini adalah nyata, bukan sekedar spiritualitas bukan sekedar ilmu
pengetahuan. Namun keagungan penciptaan.
KEDUA : DISERTAI OLEH GERAKAN
Pernahkah mendengar “apabila kita
bersyukur maka kita akan ditambah”. Bagaimana bisa demikian?
Tugas manusia adalah menghargai
setiap nikmatNYA. Segalanya adalah nikmat, hanya saja kita lebih sering meneropong
keluar dan terus menerus membandingkan kadar nikmat yang kita terima dengan
yang orang lain terima.
Padahal kita hanya perlu bergerak
melampaui mereka yang kita lihat. Salah satu caranya adalah dengan
mempertahankan nikmatNYA melalui banyak aksi, artinya banyak gerakan.
Coba pikirkan, nikmat apa yang
diberikan olehNYA kepada kita saat ini?
Kalau itu adalah sehat, maka
pertahankan kesehatan itu. Kalau itu nikmat harmonisasi cinta, maka pertahankan
harmonisasi cinta itu. Kalau itu kedamaian, maka pertahankan kedamaian itu.
Kalau itu ilmu, maka sebarkanlah ilmu itu agar tidak hilang. Kalau itu
kemakmuran, maka pertahankan dengan terus memakmurkan.
Hidup ini adalah sebab akibat
aksi. Terus beraksi dan tidak menyerah dalam mempertahankan nikmatNYA adalah
tanda bahwa kita tidak mengingkari dan mensia-siakan nikmatNYA. Dan tidaklah
ini kecuali bersyukur.
Coba bayangkan bila kita memberikan
sesuatu ke orang lain, lalu orang yang kita berikan itu sama sekali tidak
menjaga pemberian kita. Apakah kira-kira itu pantas dia lakukan? Pastilah tidak
bukan?
Kalau begitu bukankah sudah
menjadi keharusan kita sebagai hamba untuk terus mempertahankan
anugerah-anugerah nikmatNYA. Sebagai tanda bukti bahwa kita sama sekali tidak
mengingkari nikmatNYA dan kita menghargai serta berbahagia atas seluruh nikmat-nikmatNYA
dalam hidup ini?
Bahan renungannya sederhana;
bagaimana bisa kita meminta sesuatu ditambah kalau yang ada saja nikmatnya
tidak dihargai dan tidak dipertahankan?
[ LALU SUDAHKAH KITA BERSYUKUR ?]
Sahabatku… Jawaban dari
pertanyaan ini adalah pertanyaan juga, yaitu “sudahkah kita menikmati nikmat, ataukah
kita hanya menjadi pengumpul nikmat yang tidak pernah dinikmati?”
Kalau iya, lalu kapan kita akan bersyukur?
Untuk mulai bersyukur mari kita mencoba untuk menikmati nikmat-nikmatNYA ini
adalah solusiNYA.
Salam Semesta
Copyright 2019 © www.PesanSemesta.com
#pesansemesta