Pesan Semesta.
melampaui batas menjadi satu

APA YANG HARUS KITA LAKUKAN UNTUK MULAI MEMPERBAIKI KESADARAN?




Sahabatku…. Sayangnya, untuk memilih kesadaran yang lebih baik bukan seperti melepas jubah untuk diganti dengan jubah yang baru. Tapi secara sadar memperbaiki jubah yang sekarang, agar menjadi lebih baik untuk secara terus menerus kita gunakan. [Silahkan baca artikel sebelumnya]

Kebaikan sendiri adalah hal paling dinamis dari sistem yang dibuat oleh Dzat Maha. Jadi, gerakan memperbaiki kesadaran ini tidak akan pernah padam. Terus menerus kita akan bervibrasi untuk memperbaiki kesadaran lama yang terbarukan untuk menjadi bentuk sistem kebaikanNYA yang dinamis.

Pertanyaannya : Bagaimana memulainya – Apa yang harus pertama kali dilakukan untuk MULAI memperbaiki kesadaran ini?

Sahabatku… Kami tidak bermaksud membuat tulisan ini rumit, jadi sebelumnya pahamilah! Apabila Anda sedang membaca tulisan ini, maka Anda sudah memulainya!

Kita sering berpikir yang rumit untuk sesuatu yang sederhana. Kesadaran adalah hal yang cukup sederhana. Bagaimana diri kita sekarang, maka itulah seutuhnya kesadaran. Bagaimana kita melihat, mendengar, merasa, lalu dengannya kita berpikir; itulah kesadaran. Bagaimana kita memilih berpikir, dan bagaimana otak kita mengelola pikiran yang dengannya menggerakan jasad, itu juga adalah kesadaran. Keberadaan dan pengetahuan kita adalah kesadaran.

Kesadaran adalah keseluruhan gerakan jasadi dan rohani manusia. Dari pengertian sederhana ini lanjut tiap kita akan mengintrospeksi dan mengenali diri untuk menyibak kesadaran-kesadaran yang meningkat.

Jadi sahabatku… Jawaban dari pertanyaannya kita adalah : MENGINTROSPEKSI  & MENGENALI DIRI – beginilah cara manusia untuk mulai memperbaiki kesadarannya. Kalau kita bertanya kenapa? Izinkan kami sebentar saja menjelaskan.


#PERTAMA adalah MENGINTROSPEKSI

“Ia yang mengintrospeksi diri, maka telah beruntung dan yang lalai akan diri, maka telah merugi” Ali bin Abi Thalib

Sahabatku… Tahapan pertama intropeksi adalah mengenali dan mengukur tingkat keadaan diri. Biasanya ini diawali dengan rasa yang sama sekali tidak nyaman. Kekecewaan, kesedihan, amarah yang tidak habis, keinginan yang tidak pernah terpenuhi, kepuasaan yang tidak kunjung puas.

Saat diri ini mulai tidak nyaman dengan kesadaran dirinya, maka sebenarnya itu adalah tanda bagi seseorang untuk mulai melakukan introspeksi. Kenapa?

Pertama, karena dirinya sudah tidak nyaman dengan kesadarannya yang sekarang. Diri terdalam sudah tidak nyaman dengan bagaimana dirinya melihat, mendengar, berpikir dan bertindak. Kedua, karena hanya dengan diri yang mau mengenali dan mengukur tingkat keadaan dirinyalah yang mampu memperbaiki kesadaran dirinya.

Introspeksi adalah kunci pembuka menuju perbaikan kesadaran diri. Logikanya sederhana; kalau diri tidak tahu apa yang harus diperbaiki, maka bagaimana memperbaiki?

Sahabatku… Introspeksi diri dilakukan bukan untuk mencari kesalahan, namun untuk belajar jujur kepada diri sendiri. Bukan untuk menyesal namun memperbaiki.

Menyesali segala sesuatu harus dilakukan dengan cara yang benar dan bijak. Bukan dengan meratapinya, tapi memperbaikinya. Jadi, sekarang kita sudah siap untuk memperbaiki point-point dari hidup yang telah membuat kita menyesal.

Sayangnya, kebanyakan yang mengalami fase awal ketidaknyamanan ini gugur untuk memperbaiki kesadarannya. Ini terjadi dikarenakan sedikitnya dari mereka yang memilih mau mengintrospeksi diri. Kebanyakan dari mereka justru berlari keluar untuk mencari pengalihan dan bukan berlari kedalam untuk memperbaiki.

Kenapa ini terjadi? Sahabatku… Manusia begitu tergugah untuk tampil sempurna. Ini wajar, karena kita memang dibuat olehNYA begitu sempurna. Meski begitu, manusia harus belajar merendah sebentar untuk melihat dan memperbaiki. Dari proses melihat dan memperbaiki inilah nantinya manusia akan meraih kesempurnaan buatanNYA.

Lalu bagaimana cara terbaik untuk berintrospeksi diri?

Cara melakukan introspeksi adalah dengan mengambil waktu tenang. Rahasiannya ketenangan adalah kenetralaan. Dengan mencoba menelaah keadaan diri dengan sudut pandang yang putih dan tidak menghakimi untuk perlahan mengaktifkan akal untuk menganalisa tiap keadaan secara logis dan teratur.

Lakukan introspeksI dengan perlahan-lahan saja. Ingat! Jangan buru-buru tampil sempurna. Lakukan saja setahap demi setahap, sambil ditelusuri kembali kesadarannya.

Sekali lagi, setiap manusia memiliki kesadaran. Tidak ada yang namanya ketidaksadaran diri. Setiap manusia adalah sadar dan memiliki kesadaran. Apabila kita mau memperbaiki kesadaran, maka kesadaran kita yang sekarang harus sadar betul dengan kondisinya. Agar kesadaran yang sekarang ini mau bergerak untuk memperbaiki.

Kunci untuk sukses mengintrospeksi diri adalah ketenangan jiwa dalam berfikir yang tidak condong kepada nafsu belaka. Gunakanlah akal yang tunduk pada kenetralan, bukan ego yang mengaung-ngaung kesempurnaan.


#KEDUA adalah MENGENAL DIRI

Sahabatku… Kita bahkan tidak bisa mengenal Tuhan tanpa mengenal diri. Jadi apabila kesadaran ini sudah mampu menyaksikan keburukan atau kekurangan dirinya yang mau diperbaikinya. Maka saatnya kesadaran ini untuk beraksi dan tidaklah aksi itu adalah mengenal diri.
Kenapa harus mengenal diri?

Sahabatku… Diri kita adalah keunikan penciptaan. Dzat Maha tidak membuat kita sama dan tidak pula untuk disamakan. Dzat Maha tidak membuat kita untuk melakukan yang sama dan tidak pula untuk menyamakan perbuatan. Setia manusia unik, memiliki keunikan yang harus terus dipelajarinya secara sabar dan teliti. Hasil pelajaran ini nanti akan kita bawa untuk melaksanan tujuan dan tugas kita diatas muka bumi ini.

Kalau kesadaran kita sadar; setiap kehidupan bukan kesiaan, setiap kehidupan memiliki tujuan dan tugas, maka kita akan terus mengasah kesadaran untuk memetik tujuan dan tugas itu.

Lagi pula bagaimana bisa kita mengharapkan keseimbangan kalau kita tidak bisa membuatnya??? Keberhasilan diri yang mengenal dirinya adalah harga mati dari keseimbangan semesta.

Jujur mengenal diri ini bukan perkara yang mudah memang. Selama ini kita didikte untuk membuat lingkaran hidup yang sama. Sampai akhirnya kesadaran kita sendiri bosan, lalu kita sekarang tergerak untuk mau mengintrospeksi diri. Sampai akhirnya nanti kita menemukan kalau ketidaknyamanan ini adalah karena kesadaran ini telah terbentuk tidak sesuai seharusnya – ada yang harus diperbaiki. Dan dengan kesabaran kita mau kembali mengenal dirinya. Perlahan-lahan terus dijalani sampai akhirnya kesadaran ini merekah indah dalam kebaikannya.

Kebaikan menurut siapa? – Jawabannya adalah kebaikan yang sudah digariskanNYA unik untuk diri kita sendiri. Lalu apakah setelah nanti kesadaran kita sudah merekah indah dalam kebaikan, berarti kita sudah sampai pada batas kesadaran yang baik?

Sahabatku… Bahkan semesta ini tidak memiliki batas. Jadi bagaimana bisa kita membatasi kesadaran ini? Siapa yang tahu sampai dimana – biarkan saja, izinkan saja agar kesadaran ini terus berkembang sampai nanti kesadaran ini menuju kepada inti kesadaran itu sendiri.

Memang ada banyak spiritualis yang membahas tentang layar-layar kesadaran. Ini tidak salah, hanya saja sulit mendikte gerakan Dzat Maha. Kalau kesadaran ini adalah anugerahNYA. Maka siapa yang berani mendikte sampai layar mana Dzat Maha mau membentuk kesadaran ini? Sangat sopan apabila kita terus bergerak tanpa mendikte.

Kesadaran tidak memiliki batas. Hanya Pembuat kesadaran inilah yang mampu membatasinya. Kita hanya perlu terus bergerak untuk menjadi anugerahNYA yang terbaik. MULAILAH SEKARANG!
Akhir kata sahabatku…

Tersenyumlah… Setiap langkah kita memperbaiki kesadaran ini ada Dzat Maha. Inilah kenyataan tersuci yang membuat kita terus melangkah maju dan membuat ikrar kebaikan baru dalam hidup ini.
Bersemangatlah… Setiap langkah kita memperbaiki kesadaran ini ada Dzat Maha. Inilah kenyataan tersuci yang membuat kita terus menggunakan segala potensi yang telah DIA berikan dengan sungguh-sungguh untuk menuju kebenaran kesadaran ini.

Ingat selalu untuk menuju inti kesadaran diri ini, maka kesadaran harus bangun di dalam bangun, bergerak di dalam bergerak, dan beraksi di dalam beraksi dan tidaklah kita melakukan ini memang kecuali bersama-NYA.

Kebersamaan ini karena dalam ketenangan yang hakiki diri ini hanyalah diriNYA. Memang makhluk tidak akan pernah sama dengan khaliq. Tidak pernah salah, itulah kenapa kita memang terlalu kecil untuk mengakui diri. Karena bahkan agar kesadaran ini mampu mengakui dirinya makhluk, tetap kesadaran ini butuh khaliqnya.

Kalau begitu, lalu apa sulitnya untuk mengakui kalau diri ini memang hanyalah diriNYA? Pahami pertanyaan ini pelan-pelan untuk mengintip inti kesadaran diri.


Salam Semesta
Copyright 2020 © www.pesansemesta.com
----------------------------------------------------------------

Untuk metode mengenal diri kami pernah mempostingnya disini:
https://www.facebook.com/pesan.semesta.7/posts/314760889691026


  • 0
  • Agustus 29, 2020
admin16 admin16 Author

APAKAH KITA ADALAH ORANG YANG SADAR?



Sahabatku… Kita boleh mengakui diri kalau saat ini kita adalah orang yang sadar. Kita hidup, kita bergerak, kita pun senantiasa beraktifitas. Sayangnya, sadar bukan hanya tentang bangun, bergerak dan beraktifitas. Lalu, apa itu orang yang sadar?

#Orang yang sadar adalah seseorang yang waspada akan pikiran, perasaan, dan tindakannya. Dia tahu apa yang dia lakukan dan mengapa dia melakukannya. Artinya, orang yang sadar selalu membiarkan segala tindakannya selalu bergerak berdasarkan akal yang berpikir.

#Orang yang sadar adalah orang yang mengenal dan memperhatikan diri sendiri lebih dari apapun. Karena inilah orang yang sadar mampu mengendalikan pikiran mereka sendiri. Artinya, orang yang sadar selalu mampu mengendalikan ego mereka dan membiarkan akalnya yang menuntun dirinya.
#Orang yang sadar selalu waspada dengan segalanya, dan terus berusaha meningkatkan kesadaran dirinya. Senantiasa mengajak dirinya menuju layar kesadaran yang berikutnya. Artinya, orang yang sadar selalu membiarkan dirinya bergerak dinamis, optimis dan penuh aksi.

Jadi sahabatku… Sadar itu bukan sekedar membuka mata, tapi bagaimana kita mengelola apa yang kita lihat. Bukan sekedar berbicara, tapi bagaimana kita mengelola apa yang kita ucapkan. Bukan sekedar mendengar, tapi bagaimana kita mengelola apa yang kita dengar. Bukan sekedar bergerak, tapi bagaimana kita mengelola apa yang kita gerakkan.

Intinya: Menjadi sadar itu bukan hanya tentang bagaimana fisik kita sadar, tapi bagaimana seluruh komponen manusia kita bekerja bersama-sama secara harmonis sebagaimana fungsi dan tugas awalnya diciptakan.

Mari kita berpikir sejenak, apakah sudah seluruh komponen kita bekerja bersama-sama secara harmonis sebagaimana fungsi dan tugas awalnya diciptakan?

Bagaimanapun juga manusia diciptakan sebagai makhluk tritunggal. Kemanapun kita pergi, bagaimanapun kita berpikir, seperti apapun kita beraksi. Tetap keberadaan kita saat ini terbentuk berkat keterhubungan jasad, jiwa dan ruh.

Ketiganya ini akan senantiasa terhubung untuk menciptakan KESADARAN. Dengan kesadaran ini kita membuka jendela kehidupan. Akhirnya kita memiliki pikiran (jiwa). Hanya saja pikiran tidak akan pernah bisa berpikir tanpa otak (jasad). Begitu juga otak tidak bisa berpikir sendirian tanpa pikiran.  Sementara ruh adalah energi penghidup bersifat netral untuk menghidupi jiwa dan jasad kita.

Pertanyaan rumitnya: Apakah kita sudah sadar?

Baiklah sahabatku…  Pertanyaan ini sulit untuk dijawab dengan benar-benar sampai kita memahami tingkat kesadaran diri kita sendiri.  Setiap manusia memiliki layar kesadarannya masing-masing.

Layar kesadaran sendiri bukanlah bentuk yang baku. Setiap manusia memiliki pilihan untuk membentuk kesadarannya menjadi seperti apa dan bagaimana. Begitu juga kita memiliki pilihan untuk menggeser layar kesadaran diri sendiri.

Jadi kalau boleh dibilang sebenarnya tidak ada yang disebut ketidaksadaran. Setiap manusia adalah sadar dan memiliki kesadaran. Hanya saja, tingkat kesadaran tiap kita berbeda-beda. Bukan berarti saat ini kita tidaklah sadar. Hanya saja, ternyata ada layar kesadaran yang lebih tinggi yang sedang menunggu untuk kita lampaui. Dan pastinya kita tidak akan melampaui kesadaran yang lebih tinggi itu kecuali kita menggunakan kesadaran yang sekarang.

Untuk memilih layar kesadaran yang lebih tinggi bukan seperti melepas jubah untuk diganti dengan jubah yang baru. Tapi secara sadar memperbaiki jubah yang sekarang menjadi lebih indah untuk secara terus menerus kita gunakan.

Tidak ada kesadaran baru, yang ada hanyalah kesadaran lama yang terbarukan. Pada detik kita membaca kalimat ini, sebenarnya kita memang sudah memegang layar kesadaran itu. Sekali lagi, setiap manusia memiliki kesadaran. Tidak ada yang namanya ketidaksadaran diri.

Jadi sahabatku… Genggamlah! Eratkanlah cengkramannya dan jangan lepaskan. Bersama-sama, secara perlahan kita akan membawa komponen ini untuk berjalan menuju layar kesadaran yang lebih tinggi sampai nanti kita menuju inti kesadaran diri. 

Apakah itu inti kesadaran diri? – semoga ada waktu untuk kita membahasnya. Lagi pula waktu hanya ada berkat adanya energi yang berfluktuasi dalam ruang. Fluktuasi energi dalam ruang ini menghasilkan waktu. Jadi, waktu akan selalu ada selama kita (energi) ini terus bergerak dalam kesadaran.

Berhati-hatilah! Dan teruslah beraksi agar kita tidak mensia-siakan kesadaran ini, sampai nanti kita menuju inti kesadaran diri. 

Ingat saja dahulu untuk menuju inti kesadaran diri, maka kesadaran harus bangun di dalam bangun, bergerak di dalam bergerak, dan beraksi di dalam beraksi. Dan tidaklah kita melakukan ini kecuali bersama-NYA. 

Salam semesta

Copyright 2020 © www.pesansemesta.com

  • 0
  • Agustus 24, 2020
admin16 admin16 Author

APA MAKSUDNYA MENJADI SPIRITUAL SEJATI? DAN BAGAIMANA CARANYA?



Sahabatku… Apakah ada yang berniat mengaku sebagai seorang spiritual sejati? Sayangnya spiritual sejati itu bukanlah sebuah pengakuan yang bisa dipublikasi. Bukan nama agama yang bisa ditulis. Bukan baju yang bisa memberi gelar.

Spiritual adalah jalinan khusus dimana seseorang telah berhasil menemui diriNYA didalam dirinya. Hasil dari penemuan ini adalah pembelajaran. Jadi seorang spiritual adalah seseorang yang sadar sedang belajar dan berguru. Itulah kenapa seorang spiritual sejati tidak akan bisa mengakui spiritualitasnya. Itu terjadi karena memang mereka sendiri masih menjadi seorang pelajar.

Sebagai seorang pelajar tidak ada lagi nilai yang mereka kejar, selain mereka terus berguru dalam penghambaan yang ikhlas, dan itulah wujud kesejatian.

Jadi spiritual sejati adalah seseorang yang belajar dan berguru kepadaNYA. Kalau kita mau bertanya, dengan apakah mereka belajar? Jawabannya adalah dengan segala apa yang diperlihatkan, diberasakan, didengarkan dan diberpikiran olehNYA.

Sahabatku… Saat akal ini sudah mampu menggiring pemiliknya untuk menemui Dzat PembuatNYA, maka akal ini akan paham betul kalau proses hidup ini detik demi detiknya tidak akan pernah terlepas dariNYA. Akhirnya iman itu muncul dan menguat, sehingga seseorang itu mampu memahami kalau segala apa yang dia lihat, dia rasa, dia dengar dan dia pikirkan selalu berhubungan denganNYA.

Tidak ada detik kecuali bersamaNYA. Seperti sepasang dua bilik jantung yang menyatu. Seperti dua belah otak yang menyatu. Tanpa sela dan tanpa halang kecuali bersamaNYA. Indah dan manis, begitulah apa adanya.

Diri ini sebenarnya sudah memendam kerinduan yang memuncak untuk hanya merasakan kebersamaan ini. Karenanya sahabatku… Janganlah memberi pengakuan terlebih dahulu, biarkan rasa ini muncul dan memuncak terlebih dahulu. Teruslah menjadi pelajar yang taat, seorang spiritual sejati tidak mungkin pernah bisa mengakui kesucian dirinya, karena memang dia sendiri masih menjadi seorang pelajar.

Sebagai seorang pelajar kesalahan adalah bagian dari sebuah pelajaran. Saat seseorang belajar, maka barang tentu dia memang harus salah untuk memperbaiki atau diperbaiki. Kadang seorang spiritual sejati justru memang harus terkotori oleh pekatnya tinta-tinta yang hitam. Namun apalah itu artinya hitam yang kotor kalau itu hanyalah pelajaran. Sang Maha Guru pasti lebih tahu takaran hitam yang kita butuhkan.

Sebagai orang yang menghamba, pastilah kita akan menurut kepada yang dituhankan. Inilah artinya kesucian spiritual, yaitu saat seseorang berguru kepadaNYA dalam penghambaan yang ikhlas. Dalam kenetralan yang penuh.

Jadi sahabatku… Setiap kita bisa sejatinya memang bisa menjadi spiritual sejati. Lalu bagaimana caranya?

Pertama, siapkan diri yang rela mau menemui diriNYA didalam dirinya.

Kedua, siapkan diri yang rela mau menghamba untuk menerima pelajaran.

Sederhana bukan? Sayang aplikasinya tidak pernah sesederhana ini. Kesulitan pertama, adalah karena kita masih meng-agungkan diri didalam diri. Ego kita belum kita kendalikan. Doa kita sendiri saja masih penuh dengan raungan pendiktean.

Kesulitan kedua, kita masih memfokuskan penghambaan untuk tujuan yang menyenangkan. Lihat saja kenapa kita menyembahNYA? Bukankah ujung dari penyembahan itu masih untuk kesenangan? Kita menyembah agar mendapat surga, kita menyembah agar menerima imbalan, kita menyembah agar diselamatkan, kita menyembah agar segala kebutuhan dan keinginan kita terkabul.

Padahal menyembah untuk sebuah pelajaran tidaklah semenyenangkan semua tujuan diatas. Menyembah untuk sebuah pelajaran, adalah senantia belajar untuk kembali bisa berfungsi dan bertugas sebagaimana Dzat Maha merancang fungsi dan tugas kehadiran kita diatas Bumi ini.

Itulah yang membuat spiritual sejati menjadi pelajaran yang teramat sulit. Pelajaran yang tidak menyenangkan dan tidak dipenuhi dengan kesenangan yang terlihat. Sampai akhirnya, mereka yang rela mau menerima pelajaran ini membuka peti busuknya. Ternyata didalam peti busuk itu terdapat harta kehidupan yang begitu teramat indah, mempesona dan manis.

Sahabatku… Adakah yang lebih manis, mempesona dan indah selain menyaksikan diriNYA didalam diri ini? Sayang, ego kita masih berlari untuk mengakui, meski akal kita sudah mengangguk.

Jadi cara pertamanya adalah kendalikan dahulu ego itu. Biarkan akal memimpin. Akal manusia akan menuntun menuju langkah pelajaran awal, sampai akhirnya kita menemukan peti busuknya dan membukanya.

Tersenyumlah sahabatku… Setiap kita adalah seorang spiritual sejati. Sebagian ada yang sudah kembali, sebagian lain ada yang sedang dalam perjalanan. Apapun itu tetaplah kita bersamaNYA.

Salam semesta

Copyright 2020 © www.pesansemesta.com

  •  
  •  
  •  
  •  
  • 0
  • Agustus 18, 2020
admin16 admin16 Author

3 HAL BERAT YANG AKAN KITA HADAPI SAAT MELAKUKAN SISTEM LOA DENGAN BENAR





Sahabatku… LOA sebenarnya hanyalah pelajaran lama yang kita lupakan. Bagi yang sedang mempraktekkannya saat ini, maka pahami saja dahulu kalau LOA (Law of Attraction) itu bukan sebuah metode, melainkan bagian dari sistem. Memang dalam sistem hidup ini kita akan selalu menarik apapun yang kita tarik.

Dalam hidup ini energi hanya akan membentuk energi. Energi hanya akan menarik energi. Energi hanya akan memancarkan energi. Karena memang segalanya hanyalah ENERGI. Manusia dan semesta ini hanyalah energi yang terbentuk didalam energi.

Setiap energi yang tebentuk senantiasa diatur didalam sebuah sistem. Menjalani hidup ini sebenarnya hanya untuk belajar memahami sistem yang diaturNYA.

Bagi sebagian kita LOA masih menjadi salah satu sistem besar yang penuh dengan angan-angan kosong. Mereka mempraktekan LOA karena menyukai konsep energi praktis yang menyenangkan. Mereka masih berpikir cukup dengan memikirkan apa yang kita inginkan lalu diujung sana muncul energi yang menariknya.

Jujur saja, LOA yang seperti ini hanyalah angan-angan anak kecil yang berharap orangtuanya mau memenuhi segala keinginannya. Bahkan kebanyakan anak kecil pun akan merengek karena ternyata harapannya tidak lah terwujud. Lalu haruskah kita merengek kalau ternyata LOA yang kita praktekan dalam sistem ini tidak ada yang berhasil sesuai harapan?

Pikirkan kembali, ternyata rengekan kita tidak lebih dari diri yang belum memahami dengan betul bagaimana sistemNYA bekerja, dan hanya tentang diri yang terburu-buru mengejar bagian yang enak dari yang terberat.

Diri yang berpikir kalau berat akan hilang dengan LOA. Diri yang berpikir kalau dengan LOA dirinya tidak perlu mendaki gunung untuk mencapai puncak.

Sahabatku… Kami tidak bermaksud untuk sinis kepada siapapun yang mempraktekan LOA. HANYA SAJA MOHON JANGAN MELUPAKAN 3 HAL BERAT YANG JUSTRU AKAN KITA HADAPI KALAU LOA BERHASIL BERJALAN SESUAI SISTEM.

Lalu apa saja kah 3 hal berat yang akan kita hadapi kalau telah melakukan LOA dengan benar?

1.      MENGUBAH SITUASI

Sahabatku… Setiap kita memiliki goal yang ingin diraih, kita memiliki cita-cita yang ingin dicapai, kita memiliki mimpi yang ingin dilewati. Hanya saja itu bukan kita saat ini? itu hanyalah goal, itu hanyalah cita-cita, dan itu hanyalah mimpi.

Nyatanya, memang itu bukanlah situasi kita berada sekarang. Kalau kita memasukan goal, cita-cita dan mimpi menjadi LOA, maka bersiap-siaplah untuk mengubah situasi.

Mengubah situasi adalah tanda kalau kita telah memasuki sistem LOA dengan benar. Dan jujur saja, ini adalah tugas berat pertama yang kita lupakan dalam LOA, yaitu AKSI.

Jangan berpikir kita bisa melewati bagian ini untuk melihat LOA kita berhasil. Apabila seseorang berpikir kalau LOA hanyalah memikirkan goal dan berdiam. Maka tidaklah dirinya hanya menunggu wujud kehampaan. Karena bahkan untuk mengubah setumpuk baju kotor menjadi sebaris baju bersih nan harum pun butuh yang namanya aksi.

Apabila kita bersikeras untuk hanya melepas energi untuk menarik energi tanpa sedikit pun mencurahkan AKSI didalam LOA itu sendiri. Maka tidak akan ada hasil apa-apa selain kehampaan. Begitulah sistem ini bekerja. Kita boleh membuktikannya.

Sahabatku…. Kecepatan tidak diraih dari roda yang tidak berputar. Kecepatan hanya diraih dari roda yang terus berputar. Hanya saja roda tidak berputar sendiri, butuh seorang pengendara yang handal. Jadilah pengendara energi yang handal itu. BERAKSILAH!

Berputar memang akan lelah dan jatuh memang akan sakit. Tapi tetap tidak lebih sakit dari kehampaan. Kehampaan manusia akan menjadi kulit yang mengikis segala keindahan hidupnya sendiri.

Beraksilah untuk menghilangkan kehampaan itu. Bangkitlah dan jadilah energi itu.


2.       MENFILTER KEINGINAN MENJADI KEBUTUHAN

Hampir 80% pikiran kita dipenuhi keinginan-keinginan. Baik itu yang tampak remeh seperti diatas, ataupun keinginan yang besar.. Salahkah pikiran kita dengan keinginannya? Tidak juga, keinginan adalah starter segala AKSI. Bahkan LOA hampir sepenuhnya berawal dari keinginan

Keinginan kita adalah kewajaran yang sangat dimaklumi olehNYA. Meski kadang tidak oleh kita sendiri, kadang diri kita tidak bisa memaklumi keinginannya sendiri, akhirnya kita selalu diburu oleh keinginan dan lupa akan kebutuhan.

Menfilter keinginan artinya memampukan diri untuk memaklumi keinginannya dan menyaring keinginannya menjadi kebutuhan. Ini bukan bagian yang nyaman, percayalah ini adalah bagian yang berat! Karena tidak semua kebutuhan kita sukses menjadi keinginan kita sendiri. Kita lebih sering gagal menjernihkan keinginan kita, untuk melupakan kebutuhan. Akhirnya LOA berhasil membuat kita menjadi budak-budak keinginan, bukan pemenuh kebutuhan.
Apabila kita menengok tubuh kita sendiri, maka kita akan menemukan banyak contoh sistemNYA untuk memberi contoh. Misalkan yang sederhananya saja sistem kenyang dan lapar. Sederhana bukan, kita lapar lalu kita kenyang.

Rasa lapar merupakan hasil dari serangkaian proses yang terjadi ketika kadar glukosa atau gula dalam darah menipis. Ketika kadar glukosa menipis, system pencernaan melepaskan berbagai jenis hormon, termasuk insulin. Pelepasan hormon-hormon tersebut merupakan sinyal bahwa tubuh membutuhkan asupan bahan bakar. Di otak, sinyal ini diterjemahkan sebagai rasa lapar.

Berarti tubuh kita memberi tahu kebutuhan yang kita butuhkan. Sehingga akhirnya kita dipaksa untuk memenuhi kebetuhan dengan makan. Saat kita makan tubuh kita mengendalikan aksi kita juga dengan rasa kenyang.

Kenyang adalah kondisi dimana perut memberi tahu otak bahwa sudah penuh. Kenyang sendiri dikendalikan oleh hipotalamus, gula darah dan adanya makanan di perut dan usus. Bayangkan kalau tidak ada kenyang. Apakah keseimbangan tubuh akan terpenuhi? Justru tubuh akan sakit karena harus memenuhi kebutuhannya sendiri bukan?

Jadi tugas berat saat praktek LOA adalah membuka akal untuk menyeimbangkan antara keinginan dengan kebutuhan. Akal manusia mampu menakar kebutuhannya dan ego manusia mampu menakar keinginannya. Sekarang pilihan ada ditangan kita sendiri, Tools apa yang akan kita gunakan untuk membentuk energi ini?

Apapun toolsnya, keduanya sama-sama energi. Jangan ada yang dikesampingkan, cukup mencari titik seimbangnya dan semua akan baik-baik saja. Begitulah cara kita melakukannya. Untuk menjernihkan keinginan memang diperlukan kebijaksaan serta kedewasaan akal pikiran kita dalam membuat pilihan. Karena apapun itu pilihannya, hasilnya akan selalu bergulir menuju diri sendiri.

Dzat Maha tidak pernah menentukan pilihan makhlukNYA. Kita memang diberi kebebasan memilih dalam hidup ini. Jadi pilihan kita untuk menjernihkan keinginan adalah murni dari diri kita sendiri. Energi yang sedang belajar membentuk energi, itulah diri kita sekarang. Mari kita membentuknya dengan kebijaksanaan akal.

3.       MEMAKLUMI DENGAN ENERGI POSITIF

Sahabatku… Jangan pernah meremehkan hal terakhir ini. Memaklumi berbeda arti dengan menyerah dalam penerimaan. Memaklumi berarti menyaksikan energi yang kita bentuk dengan kenetralan.

Ilmu tingkat tinggi karena kebanyakan kita gagal untuk memaklumi energi yang terbentuk dengan energi yang positif, padahal jelas energi itu terbentuk karena kita membentuknya seperti itu.

Setiap orang yang mempraktekan LOA untuk menarik kesejahteraan, akan membentuk kesejahteraan yang berbeda. Tidak pernah sama. Hidup adalah perbedaan yang sengaja dibentuk oleh Dzat Maha pembentuk. Seseorang harus mengumpulkan energi yang positif untuk melihat perbedaan.

Kalau kita positif, pasti kita hanya akan menerima positif juga. Alhasil tidak akan ada hal yang mampu menggangu kita dari apapun hasil energi yang kita bentuk. Apabila tidak sempurna, maka kita akan berlari untuk mengubah situasi.

Namun ini hanya akan terjadi apabila kita mampu memaklumi dengan energi positif. Apabila yang kita bentuk negatif, maka kita akan menerima negatif juga. Alhasil ketidaksempurnaan yang kita bentuk akan terus mengganggu.

Kekecewaan, kesedihan, ketidakpuasaan. Ini semua terjadi karena manusia tidak mampu memaklumi energi yang dibentuknya sendiri dengan positif. Cukup sederhana untuk dicerna. Hanya saja, apa itu positif tanpa negatif?

Hidup selalu tentang bagaimana persepsi kita melihatnya. Bagi si A itu jelek, bagi B itu bagus, tapi kalau bagi C itu sangat tidak bagus. Kalau seperti ini cara kerjanya, berarti bukan masalah yang dilihat bukan, namun yang melihat itu adalah yang terpenting.

Seberapa positif diri kita, jawabannya akan sangat menentukan pemakluman kita. Karena pemakluman adalah refleksi dari positif yang sengaja kita tanam. “Yang sengaja kita tanam” garis bawahi hal ini sahabatku… Karena kita hanya menanam apapun yang kita bentuk.

Kekecewaan, kesedihan, ketidakpuasaan hanyalah tentang apa yang kita bentuk. Sama halnya dengan rasa puas, syukur, semangat itu juga hanya tentang apa yang kita bentuk.

Positif atau negatif adalah energi apa yang kita pilih untuk kita bentuk menjadi diri kita. Cara kita  berpikir, berperasaan dan bersikap adalah pilihan diri kita. Agama apapun tidak akan ada yang bisa menentukannya, sepositif apapun orang tua tidak juga bisa menenetukannya, karena hanya kitalah penentu dari bagaimana energi ini terbentuk. Setiap energi membentuk energinya sendiri.

Ingat! Energi terbentuk didalam kesadaran. Jadi energi positif atau negatif bukan sebuah ketetapan takdir melainkan pilihan setiap kesadaran. Positif atau negative itu sudah menjadi takdir. Sekarang tetang takdir apa yang ingin kita pilih. Memilih takdir? Bukankah ini berat??

Dzat Maha tidak pernah menentukan pilihan makhlukNYA. Kita memang diberi kebebasan memilih dalam hidup ini. Energi adalah kenetralan absoult. Sekarang bagaimana kita membentuknya saja. Dzat Maha memang sudah membentuk segalanya senetral itu.


Sahabatku… LOA sederhana tapi ternyata cukup panjang untuk dicerna, memang begitulah diri senantiasa belajar. Ternyata memang begitu banyak yang luput kita pelajari. Kita sering memulai sesuatu tanpa membaca ilmuNYA. Padahal pelajaran itu ibarat kaki yang menopang. Langkah manusia hanya akan menjadi kuat berkat apa yang telah dipelajarinya.

Senetral apa kita mau membaca ilmuNYA dalam semesta ini, begitulah cara kita belajar.  Apabila sekarang LOA menjadi tidak mudah, maka itu bukan masalah. Cukup pelajari segalanya dalam kenetralan.

Apabila kita sudah netral membaca ilmu-NYA, maka apapun itu narasi Law of attraction Yang kita buat tidak akan menjadi masalah. Tidaklah kita kecuali energi yang membentuk energi.

Salam Semesta

Copyright 2020 © www.pesansemesta.com



  •  
  •  
  •  
  • 0
  • Agustus 13, 2020
admin16 admin16 Author

AKAL, WAHYU DAN HIDAYAH

 

Sahabatku… Dzat Maha menganugerahkan akal bagi manusia agar manusia mampu menerima wahyu. Dan apabila manusia bersungguh-sungguh dalam memahami wahyu, maka Dzat Maha akan menurunkan hidayah.

Selama ini kita mengartikan wahyu sebagai pesan yang hanya diturunkan kepada para utusan. Betul memang, karena para utusan senantiasa memantaskan diri mereka, agar memiliki kemampuan untuk membangun kenetralan diri guna menangkap setiap wahyu-wahyuNYA.

Namun sebenarnya setiap manusia adalah utusan Dzat Maha bagi semesta. Jadi kalau manusia percaya kalau kehadirannya diatas muka Bumi ini bukan kebetulan, dimana manusia percaya kalau kehadiran dirinya karena diutus untuk memberi makna dalam lautan energi ini, maka kepercayaannya itu akan membangkitkan kesadaran akal yang senantiasa mencari wahyu.

Hidup ini memiliki satu cara unik, yaitu you become what you believe. Tugas awal kita adalah perlahan-lahan melepas belenggu-belenggu believe yang mengkerdilkan keberadaan dirinya sendiri.

Setiap yang ada memiliki makna, dan setiap makna menghadirkan fungsi. WahyuNYA tersebar agar setiap utusan (manusia) mampu menjalani hidup sesuai makna dan fungsinya masing-masing.

Manusia yang sudah menyadari makna dan fungsi kehadiran dirinya, maka akalnya akan terus bergetar sebagai radar penangkap wahyu. Lalu menjadi gerbang pembawa pesan hidayah bagi semesta. Manusia-manusia ini tidak perlu disebut sebagai utusan, karena kebanyakan mereka pun tidak menyadari hal itu.

Kita biasa menyebut mereka sebagai penemu, pendobrak, pembawa ide dan inovasi. Apapun sebutannya, mereka-mereka ini terus menerus beraksi, menyebar kemakmuran dan memperbaiki garis sejarah umat manusia di muka Bumi ini.

Jadi apakah itu sebenarnya wahyu?

Sahabatku… Wahyu itu adalah cahayanya akal. Akal manusia yang mau berpikir dalam kenetralan maka akan tersinari dengan wahyu, dan dengan sinar itulah akhirnya diri mampu menangkap hidayah untuk terus beraksi memperbaiki apapun yang ada dihadapannya.

Wahyu itu bisa hadir dalam wujud masalah, kebutuhan, keburukan, kesakitan, dan kekecewaan. Lalu seseorang yang menyaksikan wahyu itu dengan akalnya memilih mau memberpikirkan apapun yang ada di hadapan secara netral. Akhirnya seseorang itu lalu beraksi. Sampai akhirnya didalam aksinya itu Dzat Maha memberinya hidayah dalam bentuk sebuah solusi, jalan keluar, ide, maupun inovasi-inovasi.

Berkat hidayah dari Dzat Maha itulah muncul karya-karya nyata dari hasil manusia-manusia yang mau mewujudkan hidayaNYA menjadi kemakmuran bagi dirinya dan bagi sekitarnya.

Sahabatku… Dari perputaran proses ini akhirnya kita bisa memahami tiga hal penting :

Pertama, wahyu hanya bisa terlihat oleh akal yang mau beraksi.

Kedua, hidayah hanya bisa diterima oleh akal yang mau beraksi.

Ketiga, karya nyata hanya bisa tercapai oleh akal yang mau beraksi.

 

Ujung dari wahyu, hidayah dan karya nyata adalah AKAL yang beraksi. Kita tidak membicarakan hati disini. Karena bagaimana hati seseorang juga tergantung dengan seberapa ber-akalnya seseorang.

Memang sudah saatnya lah kita menggunakan akal dan tidak lagi meng-ingkari akal kita sendiri. Bukankah akal ini adalah anugerahNYA?

Betapa banyak wahyu-wahyuNYA yang tertulis yang mengajak umat manusia untuk berakal dan bukan sekedar beriman. Karena pada prakteknya, iman juga harus didukung oleh akal yang jernih. Sehingga iman kepadaNYA bukan sekedar pengakuan di mulut saja. Melainkan iman yang penuh dengan pembuktian aksi.

Manusia yang mengaku beriman juga membutuhkan akal, agar dirinya mampu mengendalikan ego-ego yang memenuhi otaknya, agar dirinya terarah sesuai dengan arahanNYA. Sehingga orang yang mengaku beriman itu bisa hidup lurus didalam ajaranNYA.

Jadi sahabatku… Memang kita harus memastikan kalau hanya akal-lah yang memimpin diri, sehingga diri bisa bergerak sesuai tugas dan fungsi awalnya diutus ke atas muka Bumi ini.

Detik ini mari kita masuk kedalam diri, untuk mengukur kejernihan akal kita masing-masing. Tutuplah dahulu tirai-tirai itu untuk melihat kenetralan akal kita sendiri. Janganlah menilai apapun yang kita lihat keluar.

Kenetralan akal tidak hadir dari seorang yang pintar menilai apa yang dia lihat. Melainkan hadir dari seseorang yang memberpikirkan bagaimana akalnya melihat penglihatannya.

Karena kenetralan tidak membutuhkan penilaian. Kenetralan adalah kesucian mata yang tidak menilai. Karena kalau mata ini dibuat olehnya untuk menyaksikan buatan-buatanNYA, maka bagian mana dari mata ini yang menyaksikan sesuatu yang selain buatanNYA.

Kalau segalanya hanyalah DIRINYA maka bagian mana lagi yang patut kita nilai, bukan begitu?

Akhirnya mata yang tidak lagi sibuk menilai, hanya menyibukkan diri menyaksikan wahyuNYA. Lalu merubahnya menjadi hidayah.

Lalu apakah mereka yang telah sibuk ini akan sibuk mencari penilaian-penilaian manusia?

Tidak perlu sahabatku… Dalam diri mereka yang sibuk ini sudah sadar kalau segalanya hanyalah bersumber dariNYA. Tidak lagi perlu nilai yang dinilai, kalau segalanya hanyalah diriNYA.

Semoga bisa kita praktekkan bersama sahabatku…

 

Salam Semesta

Copyright 2020 © www.pesansemesta.com

 

  • 0
  • Agustus 07, 2020
admin16 admin16 Author

MENEMUKAN ALUNAN MELODI DI DALAM DIRI


“I found my self in my melody”

Kemenangan terbesar manusia adalah saat dirinya sudah mampu menemukan alunannya di dalam melodinya sendiri. Lalu dia terus saja mengalun sesuai dengan melodinya sendiri.

Lihatlah diri kita sahabatku… Sudahkah kita menemukan diri ini mengalun di dalam alunan melodi kita sendiri? Sudahkah kita menjadi puzzle yang melengkapi melodi-melodi semesta ini? Ataukah kita masih menjadi manusia-manusia yang terdampar di dalam kesemerautan melodi yang dipaksa untuk hanya memiliki satu alunan lama yang sama?

Menemukan alunan melodi yang harus mengalun dari diri sendiri adalah tugas utama setiap semesta. Kalau apa yang dibuatNYA selalu memliki fungsi dan tujuan, maka begitu juga dengan kita.

Jujur saja melodi semesta ini akan serak dan berantakan kalau tiap diri kita terus melihat keluar untuk mencari alunan.

Hanya saja untuk menemukan alunan di dalam diri tidak dilakukan dengan cara mencari alunan di luar diri. Sebagai semesta kita tidak mengejar alunan kita membuat alunan. Kita tidak hidup untuk menemukan yang diluar dan mengikutinya secara utuh tanpa pernah bertanya “BETULKAH SAYA DIBUAT UNTUK INI?”

Kita hidup untuk menemukan alunan melodi semesta kita di dalam diri kita sendiri. Sudah saatnya menemukannya dan membuat melodi kita mengalun di tengah gemaan melodi-melodi semesta lainnya.

Pastinya nanti semua akan begitu gaduh dengan perbedaan-perbedaan. Namun begitulah harmoni. Harmoni tidak tercipta untuk sama. Harmoni tercipta untuk melengkapi keindahan. Kalau semesta ini adalah lautan melodi keindahan, maka izinkanlah diri ini untuk melengkapi keindahannya.

Akhir kata sahabatku… Satu tips sederhana dari kami untuk menemukan alunan melodi di dalam diri adalah dengan mencoba mencari dirimu didalam dirimu, lalu jadilah dirimu didalam dirimu.

Tutuplah rapat dan janganlah mengintip keluar untuk mencari melodi yang sama. Cukup kedalam dirimu dahulu. Dan selalu pastikan dirimu lebih kuat dari melodi-melodi yang memaksamu untuk mengalun dengan melodi lama yang sama.

Terakhir, percayalah kalau bersamaNYA lah kita akan menemukan alunan dan hanya bersamaNYA lah melodi ini mengalun…

 

Salam Semesta

Copyright 2020 © www.pesansemesta.com


  •  
  •  
  •  
  • 0
  • Agustus 03, 2020
admin16 admin16 Author

DATABASE

COPYRIGHT

Seluruh artikel didalam website ini ditulis orisinil oleh tim penulis Pesan Semesta. Artikel yang kami share melalui website ini bukan hasil jiplakan, kutipan atau terjemahan.

Bagi pembaca yang ingin menghubungi penulis silahkan mengrim pesan melalui email : pesansemesta@yahoo.com


SALAM SEMESTA