CARA MENULIS MASA DEPAN YANG INDAH
November 30, 2019
Sahabatku… Masa depan apa yang ingin kita tulis? Mereka bilang
masa depan adalah hal gaib, meski tidak sepenuhnya benar. Masa depan adalah
nyata senyata kita melakukan hal-hal yang kita lakukan sekarang. Ingin tahu
bagaimana caranya menulis masa depan yang indah? Baiklah… Semoga tulisan ini
mencerahkan.
Sahabatku… MASA DEPAN ITU BUKAN
CITA-CITA TAPI AKSI YANG KITA LAKUKAN SEKARANG.
Inilah definisi dari masa depan. Tidak selamanya masa depan menghadirkan cita-cita yang kita harapkan. Namun masa depan akan menghadirkan hasil dari aksi yang kita lakukan. DZAT Maha tidak akan mengingkari hukum semesta yang berlaku, dan beginilah adanya.
Masa depan kita akan tergantung dengan apa yang kita lakukan. Lalu apa aksi kita sekarang?
Waktu tidak membawa perubahan. Semestanya lah yang HARUS bergerak, berkembang dan berubah. Jadi semua tentang apa yang bisa kita lakukan didalam waktu, bukan apa yang waktu lakukan kepada kita.
Masa depan kita akan tergantung dengan apa yang kita lakukan. Lalu apa aksi kita sekarang?
Waktu tidak membawa perubahan. Semestanya lah yang HARUS bergerak, berkembang dan berubah. Jadi semua tentang apa yang bisa kita lakukan didalam waktu, bukan apa yang waktu lakukan kepada kita.
Waktu hanya melakukan satu hal
berharga yaitu memberi kita kesempatan ber-aksi, tapi waktu sendiri tidak
pernah mendikte aksi-aksi kita. Waktu akan terus menatap kita dalam kenetralan.
Apapun itu yang kita lakukan, bahkan saat kita tidak beraksi sama sekali.
Tentunya kita tidak akan sekedar
diam sampai masa depan yang kita tulis itu menghampiri karena waktu tidak bisa
melakukan apa-apa. Bumi harus mengejar matahari untuk mendapatkan terang. Lalu
bagaimana kita berharap cahaya datang kedalam hidup kita dan merubah gelapnya
kalau kita tidak pernah mau menyalahkan terangnya api.
Waktu tidak bisa melakukan
apa-apa. Waktu akan selalu menjadi anak penurut. Begitulah SANG PENCIPTA
menciptakannya, hanya agar kita tidak lupa untuk bergerak dalam pusaran kasih
sayangNYA.
Sahabatku… Satu terpenting : KITA
LUPA KALAU INI TENTANG MASA DEPAN KITA DAN MENCAMPUR ADUK RANAH UNIK YANG
DIANUGERAHINYA.
Inilah kenapa kita harus menulis
masa depan kita sendiri. Sendiri bukan karena kita egois dan tidak peduli. Namun
karena kita tercipta unik dan istimewa apa adanya. Karena kita mengenal diri
kita dan tahu batas mana itu masa depan yang harus digoresnya sendiri.
Kita mengenal diri kita. kita
tidak melakukannya karena dan untuk penilaian orang lain. Kita bertanggung jawab
terhadap diri sendiri. Kita memahami kalau diri adalah SANG PENCIPTA yang
menghidupi dan menggerakkan. Kita tahu akan berguru kepada SIAPA dalam hidup
ini. Kita tahu masa depan sempurna bukan karena apa yang kita tulis tapi karena
kita bersamaNYA, selalu bersamaNYA.
Disadari atau tidak, mengenal
diri yang sebenarnya memang akan selalu bermuara pada iman kita kepada SANG
PENCIPTA. Dengan nama apapun kita memanggilNYA faktanya memang hanya ada satu
pencipta. Jangan bertanya nama mana yang benar. Karena dibalik salah adalah
namaNYA – begitu juga dibalik benar adalah namaNYA. Kalau tidak percaya, coba
cari alasan lain dari sumber gerakan salah dan benar, kecuali jawabannya
hanyalah energiNYA.
Apakah ini berhubungan dengan
masa depan? Iya sahabatku… Dalam menulis masa depan kita tidak bergerak untuk
menjadi Maha tahu dan Maha benar. Tapi bergerak bersama DZAT Maha Tahu dan DZAT
Maha Benar. Kita adalah MuridNYA, sebagai murid apakah mungkin kita mendikte
kebenaran Maha guru?
Sahabatku… KESEMPURNAAN TERCIPTA
BUKAN KARENA KITA TAHU- JUSTRU KETIDAKTAHUAN KITA MENCIPTAKAN KESEMPURNAAN.
Tentunya kita bertanya-tanya
seperti apa nanti hasilnya? Tentunya kita berharap bisa mengintip kedalam tabir
gaib itu untuk melihat bagaimana jadinya masa depan yang kita tulis, bukan
begitu?
Tapi itu tidak perlu, kita tidak
perlu mengintip masa depan untuk menggapai kesempurnaan hasil. Kita hanya perlu
BERGERAK… BERAKSI DAN MEMBERI MAKNA PADA TIAP DETIK HIDUP KITA. Beginilah
seharusnya kita menulis masa depan kita.
Bukankah setelah masa depan ada
masa depan lagi? Waktu selalu sama bagi seluruh makhluk. Tidak ada yang
ditakdirkan memiliki masa depan lebih indah dari yang lain. Kalau pun ada, itu
bukan karena masa depannya. Tapi karena pemilik masa depannya telah menghabiskan
waktunya secara indah.
Masa depan itu bisa indah bisa
juga tidak indah. Namun bukan itu masalahnya. Point terpentingnya bagaimana
kita menghadapi indah atau tidak indahnya hidup bersamaNYA.
Sahabatku… Keindahan masa depan kita
adalah kebersamaan kita bersamaNYA. Gerbang masa depan itu tidak terbatas pada
kematian. Karena siapa yang sangka kalau kematian bisa menjadi pintu menuju
masa depan yang berbeda. Seberbeda apa tetap akan selalu indah karena
bersamaNYA.
Hari ini kita menulis masa depan yang indah karena kita
yakin telah bersama Dzat Maha Indah dan hidup kita akan senantiasa indah
bersamaNYA.
Salam Semesta
Copyright 2019 © www.PesanSemesta.com
#pesansemesta
KITA MEMILIKI KEMAMPUAN UNTUK TIDAK MENJADI KORBAN PERASAAN
November 29, 2019
Sahabatku… Siapa yang sedang
merasa menjadi korban perasaan? Atau selalu merasa menjadi korban perasaan?
Semoga tulisan ini mampu menjawab dan membantu.
Sahabatku… Sekarang kami hendak bertanya : Pernahkah ‘kita’ merasakan
perasaan? Apa itu perasaan? Siapa yang merasakan perasaan itu dan siapa yang
membuat perasaan itu? Siapa yang kita salahkan dari perasaan itu?
[ Pernahkah ‘kita’ merasakan
perasaan? ]
Anggaplah senang, sedih, benci, bahagia,
bangga, terpuruk, kecewa, dll sebagai sebuah perasaan. Anggaplah lembut, kasar,
panas, dingin, manis, kecut, pahit sebagai rasa.
Kita memiliki indra untuk
mengelola dan menerima rasa dari kesadaran. Ini bagian dari keniscayaan, saat
kita menyentuh es berjamaah kita akan merasakan rasanya dingin, saat menjilat
cuka berjamaah kita akan merasakan rasanya kecut, dan seterusnya.
Kita mengolah rasa yang sama
berdasarkan kesadaran yang diajarkan lalu mengolahnya menjadi taraf yang
tersandarkan, meski masih dalam sifat relatif. Seseorang yang biasa mengunyah
sirih akan berkata kalau pahitnya sirih tidak seberapa, sementara yang tidak
biasa akan berkata sebaliknya. Jadi keniscayaan pun sifatnya masih relatif.
[ Apa itu perasaan? ]
Coba bantu kami untuk
membayangkan apa itu membenci? Apa itu berbahagia? Apa itu bersedih? Apa itu
kekecawaan? Apa itu kebanggaan?
Pastinya kita pernah merasakan
perasaan-perasaan ini, tapi apa itu perasaan-perasaan ini kalau bukan hal yang
diajarkan – sesuatu yang sengaja diinputkan. Sesuatu yang dengan sengaja kita perintahkan
kepada jasad untuk diproses dan untuk menghasilkan rasanya.
Artinya, perasaan adalah reaksi
kimia jasad yang bekerja berdasarkan perintah dari pikiran. Diatur oleh otak berdasarkan tingkat pengalaman
yang diterima dan ajarkan oleh lingkungan.
Dalam jasad perasaan adalah
deretan molekul, kita bisa menyebutnya sebagai; Epinefrin / Adrenalin, Estrogen,
Asetilkolin, Melatonin, Dopamin, Oksitosin, Serotonin, Testosteron, Norepinefrin.
Ini adalah sederetan molekul yang
diolah dan dihasilkan oleh jasad kita untuk memberikan rasa dari perasaan yang kita
pilih, baik secara sengaja ataupun tidak sengaja. Nyata ataupun sekedar imajinasi.
Benar ataupun tidak benar. Tetap jasad akan mengolah molekul ini hanya agar
kita tahu perasaan kita.
Ajaib! Kita bisa melihat wujud
garam yang rasanya asin. Es yang rasanya dingin. Api yang rasanya panas. Tapi kita
tidak bisa melihat perasaan. Sederat emosi itu hanyalah molekul. Itulah kenapa
emosi kadang-kadang dianggap sebagai antitesis dari akal; Emosi adalah budak
pikiran kita, tapi apakah kita akan membiarkan diri menjadi budak emosi ? Tentunya
tidak!
[ Siapa yang merasakan perasaan
itu dan siapa yang membuat perasaan itu? ]
Sudah jelas jawabannya adalah
diri kita sendiri dan yang membuat perasaan itu adalah jasad kita sendiri juga.
Perasaan bukan tentang sikap seseorang yang sangat kita benci. Bukan tentang
goal yang tidak tercapai. Bukan tentang soal pasangan yang selingkuhan. Bukan pula
tentang sederet gelar yang kita miliki.
PERASAAN HANYA TENTANG MOLEKUL
YANG KITA BENTUK SENDIRI.
Kita membuatnya, kita
merasakannya, kita terpuruk karenanya atau kalau pun kita bisa berbahagia
karenannya juga adalah karena kita yang memilih membuatnya. Pertanyaannya: Apakah
sesuatu yang bisa dipilih masuk kategori takdir atau nasib?
Iya betul sahabatku… Jawabannya
adalah nasib. Jadi, kita sengaja menggores nasib dan menuntut nasib yang
sebaliknya. Mungkin kenyataan ini menjadikan kita sebagai makhluk semesta yang
ter-aneh.
Kita sengaja memikirkan
kebencian, membiarkan molekul benci terbentuk didalam jasad, lalu kita merana
karena kebencian dan berharap kebencian ini menyingkir. Namun kita tetap
memikirkan kebencian itu sendiri dan membuat sendiri perasaannya. Tidakkah ini
aneh – kenapa kita bisa seaneh ini sahabatku…?
[ Siapa yang kita salahkan dari perasaan
itu? ]
Kita menuntut rasa yang berbeda
dan terus membuat rasa yang sama. Padahal DZAT MAHA telah membuat segalanya
sangat sempurna didalam jasad kita. Kita memiliki kemampuan itu, yaitu kemampuan
untuk tidak menjadi korban perasaan.
Kita diberi kemampuan untuk
memilih dan membentuk nasib kita sendiri. Namun kita masih tetap berdoa agar gelap
cepat berlalu dan terang segera menghampiri ini. Padahal kita tidak pernah
bergerak untuk memencet tombol lampunya. Kita berharap ada energy besar untuk
memencet tombolnya. Padahal kita terus mensia-siakan energy kita sendiri.
Kita mengakui kalau energy ruh ini
adalah energiNYA. Kita menyebut namaNYA sebelum apapun. Kita mengakui telah bersaksi
dan mengakuiNYA. Namun kenyataan yang kita praktekkan berkata sebaliknya bukan?
Kita bahkan lupa bagaimana
mengatur apa yang telah dianugerahiNYA dengan terus mendikteNYA agar menurunkan
perasaan berlawanan yang menurut kita lebih indah dan sesuai. Tapi kita sendiri
bergerak untuk terus mengingkari itu semua.
Sahabatku… Apakah langit selalu
hitam? Tidak, kadang langit sangat indah untuk dipandang, sangat silau untuk ditatap
dan begitu gelap untuk dijajaki. Kita bisa merasakan banyak rasa hanya dari
menatap langit. Apalagi kalau langit tidak menurunkan hujannya atau selalu
menurunkan hujannya, menuntut rasa pun muncul.
Seberapa sering kita mengabaikan
langit hati kita dan menuntunnya paksa menuju bawah langit yang berbeda? Tidak menerima
perasaan ini dan menginginkan perasaan yang lain. Padahal kenapa kita ada
disini hanya karena kita membuat perasaan ini. Kita membuat langit kita dan
merana karena apa yang kita buat. Apakah kita telah mengingkari nikmatNYA
sahabatku…?
Mari kita memperbaiki diri. Besok
pada kesempatan yang teranugerahi pelan-pelan kita akan membahas tentang molekul-molekuk
perasaan dan bagaimana kita mengaturnya.
Akhir kata sahabatku… Kalau kami
boleh memberi saran: Pilihlah hanya satu perasaan yang terindah dan jangan pernah
menghapusnya. Teruslah memilih menjadi korban dari perasaan ini dan jangan
pernah berlari dari perasaan ini. Perasan apakah itu?
Perasaan menyanyangi dan disayang
oleh DZAT Maha Penyanyang. Bukankah itu perasaan terbaik yang membersamai
kebersamaan indah kita bersama SANG kekasih abadi? Rasakanlah sahabatku dan
berbahagialah selalu.
Ingatlah selalu kalau hal-hal
terbaik dan terindah di hidup ini tidak dapat dilihat atau bahkan disentuh. Mereka
harus dirasakan dan disaksikan.
Salam Semesta
Copyright 2019 © www.PesanSemesta.com
APA ITU ISTIMEWA ?
November 27, 2019
Mereka bilang semesta ini luas
dan tak terhingga. Sayangnya itu seakan tidak berlaku diatas Bumi. Diatas Bumi
ini manusia masih mengejar, membentuk dan meraih sesuatu yang sama untuk tujuan
yang sama.
Keunikan kita terhalang oleh kata
‘sama’. Kita menatap keluar dan mencari arti kata ‘sama’ hanya untuk
mencocokkannya kedalam diri. Meski jiwa kita tahu diri dalam kemeranaannya
kalau ‘sama’ yang diluar itu tidak akan pernah cocok dengan ‘sama’ yang
didalam.
Kita berpikir ‘sama’ akan membawa
kita kepada keistimewaan. Padahal ternyata jawaban-NYA tentang istimewa sangat
sederhana. Istimewa itu hanya tentang dua hal: Hal pertama, kita mengenal diri –
Hal kedua, kita bergerak sesuai diri
Sederhana bukan? Tidak perlu
melihat keluar cukup kedalam. Karena DZAT MAHA ada disana. Temuilah DZAT MAHA
dalam kebersamaan abadi. Lalu biarkan RUH yang menentukan ujung keabadian.
Sayangnya memang kita tidak
teringat akan hal ini. Kita lupa untuk mengenal diri. Kita lupa untuk bergerak
sesuai diri. Kita hanya fokus melihat keluar dan kita hanya fokus bergerak
sesuai perintah.
Bukankah kita tidak tahu lagi apa
yang istimewa? Kita tersesat mencari kata ‘istimewa’ didalam kubangan kata ‘sama’.
Padahal istimewa tidak pernah ada disana.
Sahabatku… Kembalilah menjadi makhluk
semesta yang istimewa. Saatnya membuat hidup baru. Menghapus kata sama dan
mencari keistimewaan unik dari mengenal diri. Lalu bergerak sesuai denganNYA.
Lihatlah langit sahabatku… Suatu
hari kita akan memandang langit yang berbeda dengan rasa yang berbeda dan hanya
ada satu yang sama. Kita memandangnya bersamaNYA... Selalu bersamaNYA.
Beruntung mereka yang mampu merasakan
kebersamaan ini. Rasa ini adalah nyata. Kita tidak sendirian. Seramai dan
seribut apapun hidup kita dalam potret canvas yang tercoret sama, tetap DZAT
MAHA Penyanyang senantiasa menyertai nafas kita.
Kita adalah diriNYA yang istimewa.
Hidup memang seistimewa diriNYA. Teruslah bergerak menggapai keistimewaan.
Salam Semesta
Copyright 2019 © www.PesanSemesta.com
#pesansemesta
.
6 CIRI EGO YANG TER-HACK
November 26, 2019
Setiap molekul air terbentuk dari
penggabungan dua atom hidrogen dan satu atom oksigen. Tidak lebih dan tidak
kurang. SANG PENCIPTA hanya memberikan satu atom oksigen dan tidak
melebihkannya. Apabila kita dengan sengaja merubah struktur atom air, maka air
tidak akan menjadi air.
Hal ini mengingatkan kita bahwa
segala dalam hidup ini memiliki takaran. Begitu pun juga dengan ego manusia.
Ego kita pun memiliki takaran. Saat kita melebihi takarannya, maka struktur
kita akan berubah, keseimbangan tidak terjadi, akhirnya manfaat dari ego tidak
terasa baik, justru memusnahkan. Inilah ego yang ter-hack.
Hal pertama untuk mengembalikan
kedamaian diri adalah dengan mengembalikan takaran ego kita pada angka yang
seharusnya. Sehingga kita kembali kepada struktur asal, kepada keseimbangan
asli, lalu ego pun akan berdamai dan memberi kedamaian sebagaimana fungsi
awalnya dibuatkan untuk manusia. Karena pada lapisan takdir yang sesungguhnya
ego dibuat bukan untuk menyakiti, melainkan untuk melindungi manusia.
Kalau diumpamakan ego itu awalnya
terkode seperti air. Sama seperti air, tawar, jernih, dan bening. Dibuat sesuai
kebutuhan manusia. Tapi air juga netral dan bisa menyatu dengan apa saja untuk
berubah.
Begitu juga dengan ego saat dia
sudah menyatu dengan ego yang lain, maka ego berubah – ego terhack. Sayangnya
98.9% manusia tidak sadar kalau egonya telah terhack. Kita merasa ego yang
terus merong-rong itu adalah ego kita yang sebenarnya, namun tidaklah demikian.
Ego tidaklah dibuat untuk
menyusahkan manusia. Apabila manusia sudah mulai kesusahan dengan egonya, berarti
itu adalah pertanda bagi kita untuk kembali memurnikan ego. Memurnikan ego
artinya mengembalikan kode-kode kita yang telah terhack sehingga ego kita
kembali menjadi ego murni.
Ego murni adalah ego jernih tanpa
hacking apapun, ego semesta begitulah kami menyebutnya. Ego semesta adalah satu
juta bundel kode pemrograman awal yang dibuat jernih, bersih, bening untuk
manusia. Tidak ada sedikit pun kesalahan dalam ego semesta. Jelas DZAT MAHA
tidak akan pernah salah membuat atau memberi. Segala takaran pastinya sudah pas
dan sesuai.
Apabila sekarang ego menjadi
suatu masalah bagi manusia, itu hanya karena ego manusia telah terhack. Hidup
adalah lingkaran sebab dan akibat. Manusia sering dengan sengaja melakukan
sebab-sebab yang menjauhkannya dari takdirnya sendiri. Padahal manusia memang
sudah ditakdirkan menjadi fitrah ego yang murni.
Jadi kita memang harus melakukan
langkah-langkah pemurnian kembali. Langkah pertama kita sebelum memurnikan ego
adalah menyadari diri dulu kalau ego telah terhack.
Kami menghadirkan 6 ciri-ciri ego
yang ter-hack. Pengetahuan kita akan ciri-ciri ini akan menjadi tolak ukur kita
dalam menilai diri sendiri untuk memperbaiki diri sendiri. Setiap semesta
memiliki kesadaran dan kemampuan untuk memperbaiki semestanya sendiri.
Pengetahuan adalah dasar dari segala kesadaran dan kemampuan.
1# Ego berada di atas akal:
Ego berada
diatas akal adalah saat ego sudah mulai mengabaikan akal. Ego adalah dorongan
pemenuhan, tanpa akal.
2# Ego menjadi keran bocor:
Manusia mulai menjadi budak ego. Seperti keran
bocor, Kita harus mencari wadah yang banyak untuk menampung segalanya. Tidak
terkendali. Akhirnya Kita menjadi budak dari pemenuhan ego-ego Kita.
3# Ego menghilangkan identitas:
Identitas
manusia bukannya ego, melainkan kesadaran. Kesadaran manusia akan dirinya
sendiri. Ego yang terhack akan menghilang kan identitas atau kesadaran manusia
itu sendiri. Manusia tidak lagi menjadi manusia. Karena itu ada istilah manusia
iblis. Bukan berarti ego manusianya yang salah. Tapi manusiannya yang
membiarkan kesadarannya terhack, sehingga ego menghilang kan identitasnnya.
Contohnya seseorang yang sudah tidak lagi menggunakan akal untuk men-filter
egonya, maka egonya akan menjadi keran bocor. Dia akan terus menerus menampung
egonya, sampai orang itu mulai kehilangan kesadaran diri yang sebenarnya, yang
ada di dalam kesadaran diri hanyalah, bagaimana agar goal (rasa pemenuhan ego)
terpenuhi. Dari sinilah muncul ciri yang ke -empat.
4# Ego menjadi keburukan bagi diluar dirinya:
Apabila
ke-tiga ciri di atas sudah dimiliki oleh
manusia, maka manusia tinggal menunggu yang keempat, yaitu ego menjadi
keburukan bagi yang diluar dirinya. Lingkungan mulai merasakan efek negatif
dari egonya. Misal seorang perokok, yang menjadikan lingkungannya perokok
pasif. Ini adalah ciri ke empat.
5# Ego memanipulasi keburukan:
Ego
memanipulasi keburukan yang diluar dirinya dengan kata-kata. Ini baik bagi
saya, akhirnya manusia lupa kalau mereka adalah semesta. Manusia mulai berpikir
ini adalah kebaikan baginya dan manusia mulai menghiraukan keburukan yang
dirasakan oleh yang di luar dirinya. Contoh ringan, membuang sampah di laut.
Mengambil terumbu karang, menjual binatang. Ego manusia memanipulasi keburukan
yang dirasakan oleh korban. Menjadi kebaikan bagi diri.
6# Ego menjadikan diri egois:
Ciri terakhir
dari nomor lima hanya akan menjadikan ciri keenam menjadi nyata. Manusia hanya
peduli dengan dirinya sendiri, tanpa mempedulikan sesama. Manusia menjadi
egosentris. Mementingkan diri, keluarga dan kelompoknya. Kepedulian sesama
hanya akan menjadi sesuatu yang menguntungkan baginya. Begitu juga saat
berhadapan dengan SANG MAHA dia menuntut apa yang bagi dirinya. Selalu tentang
dirinya, baginya, dan untuknya segala yang menyenangkan, menguntungkan, tanpa
mempedulikan orang lain.
Sahabatku… 1-6 adalah sebuah
proses. Dimanakah kita berada?
Sampai dimana-kah ego kita
berhasil ter-hack. Ingat bukan ego yang meng-hack diri Kita. Ego itu ibarat air
yang dibutuhkan untuk menghilang kan haus. Tidak ada yang buruk dari ego.
Sistem operasi manusia adalah kesempurnaan dan kebaikan buat manusia itu
sendiri.
Bagaimana ego kita ter-hack bukan
suratan takdir melainkan aliran sebab akibat yang mengalir dalam beberapa masa.
Lalu apa itu atau siapa itu yang meng-hack ego manusia? Kita akan membahas ini
lebih lanjut pada kesempatan berikutnya.
Akhir kata sahabatku… Kalau
berdiri didalam ujung lorong tanpa cahaya adalah menakutkan. Maka berdiri
diatas diri yang tidak mengenal dirinya justru lebih menakutkan. Tidak ada hal
yang lebih menakutkan dari diri yang tidak mengenal dirinya sendiri.
Ego adalah bagian diri yang tidak
akan pernah terhapus, namun hanya bisa terkendalikan. Kita butuh ilmu untuk
mengendalikannya. Dimulai dari pengetahuan menuju aksi dalam pemahaman. Teruslah
melangkah dan belajar bersamaNYA.
Salam Semesta
Copyright 2019 © www.PesanSemesta.com
#pesansemesta
3 TIPS AMPUH AGAR TIDAK DIPERMAINKAN PIKIRAN
November 25, 2019
“Bagaiamana caranya agar tidak
terus-terusan dipermainkan pikiran???” Melalui anugerahNYA izinkan kami
menjawab.
Sahabatku… Boleh dibilang manusia
memang selalu akan hidup didalam pikirannya. Pikiran menangkap kesadaran, lalu
jasad mengelola pikiran yang menangkap kesadaran tersebut. Jadi ini seperti
roda yang akan selalu berputar ke arah yang sama.
Manusia tidak bisa menghentikan
arus pikirannya, namun bukan berarti manusia selalu harus bersedia diri menjadi
korban pikirannya sendiri. Penggunaan kata ‘korban’ disini bukan tanpa alasan. Karena
betul memang pikiran kita senang mempermainkan diri kita sendiri.
Ambil contoh saat kita melamun dan
membiarkan otak kita menvisualisasikan apa yang terlintas oleh pikiran. Saat pikiran
menvisualisasikan sesuatu, maka bagian jasad otak merespon persis sebagaimana
yang divisualisasikan.
Misalnya jika kita membayangkan
diri bergelantungan di seutas tali dan melakukan lemparan bebas. Maka bahan
kimia yang diproduksi oleh otak kita dan impuls listrik yang dikirim ke otot-otot
kita, identik dengan yang akan dikirim jika kita benar-benar melakukannya.
Jadi sifat dan cara kerja pertama
otak adalah OTAK TIDAK MENGETAHUI PERBEDAAN
ANTARA PIKIRAN NYATA DENGAN PIKIRAN IMAGINASI.
Hanya saja dalam hidup ini sudah
menjadi keniscayaan kalau harus ada negatif dan positif. Begitu juga dengan
sifat dan cara kerja otak yang pertama ini, yaitu bisa menjadi sangat positif atau
sangat negatif.
Positif karena kalau kita bisa
mengendalikan lintasa pikiran kita sesuai dengan goal hidup, maka otak akan
mengerahkan seluruh anggota jasad kita tanpa terkecuali untuk hidup sesuai goal
hidup yang sengaja kita ciptakan. Kabar baiknya dari apa yang dilakukan oleh
otak ini adalah, vibrasi yang kita kelola dan kita pancarkan akan selaras
dengan goal hidup yang kita inginkan.
Jasad kita adalah energy, begitu
juga pikiran dan segala isinya adalah energy. Setiap energy akan menghasilkan
vibarsi yang menarik frekuensi. Kalau jasad kita beroperasi dalam energy baik
karena pikiran kita juga beroperasi dalam energy baik. Maka jasad dan pikiran
menghasilkan energy yang selaras, yaitu sama-sama baik. Energy yang selaras ini
akan membuat vibrasi yang selaras untuk menarik yang sama pula.
Ini disebut dengan hukum vibrasi (the law
of vibration) yang merupakan dasar dari cara kerja hukum Tarik menarik (the law of attraction). Kalau hukum Tarik menarik hanya tentang
bagaimana kita mengatur pikiran kita, maka hukum vibrasi lebih luas lagi,
karena mengatur bagaimana alur vibrasi yang dikeluarkan oleh pikiran diselaraskan
dengan vibrasi semesta.
Lalu bagaimana ini menjadi negatif adalah saat
pikiran melakukan yang sebaliknya. Sayangnya ini sering sekali kita lakukan dan
inilah yang dimaksud dengan pikiran yang mempermainkan kita.
Ambil contoh sederhana begini. Di
tengah lamunan, pikiran kita membayangkan hal buruk menimpa usaha yang sedang
kita jalankan. Bisa saja itu stock yang menumpuk karena barang tidak laku,
pegawai yang tidak amanah, atau omset yang tidak naik-naik. Apapun itu yang
pastinya bertolak belakang dengan apa yang diharapkan oleh goal sebenarnya.
Tentunya goal usaha kita
bersebarangan dengan semua yang
dibayangkan oleh pikiran. Hanya saja kita malah memikirkan yang sebaliknya. Akhirnya
otak kita beroperasi sesuai dengan apa isi pikiran kita. Hasilnya detak jantung
kita tidak stabil, hormone stress kita meningkat dan hormon kebahagian kita
berkurang. Organ hati kita juga bekerja lebih kuat karena hormone ketakutan
muncul dan itu adalah racun buat jasad.
Sebenarnya banyak lagi yang
terjadi didalam jasad, yang mana intinya energy negatiflah yang dipancarkan
oleh jasad sesuai dengan apa yang dipancarkan pula oleh pikiran kita. Hasilnya energy
negatif ini akan mencari frekuensi yang sesuai dengan vibrasinya. Alhasil energy
yang kita vibrasikan jauh dari energy yang sebenarnya sedang kita inginkan. Dan
jelas ini adalah masalah yang mempermainkan kita sendiri.
Sekarang kita akan memikirkan
solusi dari ini semua. Jelas kita butuh solusinya bukan? Solusi bagaimana cara
agar kita mampu mengharmonisasikan pikiran sehingga kita tidak dipermainkan
oleh pikiran kita sendiri.
Sahabatku… Kami memiliki tiga
tips ampuh disini semoga bisa membantu :
TIPS PERTAMA:
INPUT
– BELAJARLAH MEMILIH PIKIRAN
Pernahkah kita
memilih pikiran? Atau kita hanya membiarkan pikiran kita seperti semangkuk
penuh yang bisa diisi oleh apa saja?
Kita menerima
input dari kesadaran dan ini tidak akan pernah berhenti. Namun kita memiliki
andil untuk memilih input apa yang akan kita proses didalam pikiran. Kita juga
memiiki andil untuk memilih bagaimana memproses input itu untuk menghasilkan
output yang sesuai dengan apa yang kita pilih.
Jadi intinya, jangan
membom bardir diri dengan pikiran, namun buatlah skala prioritas pikiran. Pilihlah
pikiran sesuai kepentingan.
Terimalah
kesadaran dengan kesadaran. Jadilah waskita dengan apapun yang berlangsung
diluar dan jadilah waskita juga dengan apa yang dimasukkan kedalam.
Karena meski
semuanya dalam hidup ini bermakna, kadang mata kita tidak terlalu jeli dan hati
kita belum terlalu tajam untuk menjadikan semuanya bermakna.
Karenanya kita
harus mampu memilih input dari pikiran kita sendiri. Ingat saja, kalau kita
bukan korban pikiran, melainkan raja dari pikiran. Raja memiliki kuasa untuk
memilih apa yang terbaik baginya dan bagi apa yang dipimpinnya.
TIPS
KEDUA:
PROSES
– BERPIKIRLAH SECARA EFEKTIF BUKAN AKTIF
Sahabatku…
Aktif berpikir sebenarnya bukan hal yang buruk, bahkan tidak sama sekali. Hanya
saja kebanyakan kita saking aktifnya berpikir, maka kita sering mencampur aduk
pikiran tanpa sama sekali memprosesnnya menjadi apa-apa. Jasad kita pun
kelelahan dan kita pun merasa banyak pikiran.
Merasa banyak pikiran
adalah hasil dari diri yang terlalu bepikir secara aktif, bukan efektif. Lalu seperti
apakah berpikir secara efektif itu?
Bayangkan di
hadapan kita sekarang terdapat semangkok mie ayam komplit dengan segala
pelengkapnya. Pastinya sebelum menjadi semangkok mie ayam semuanya tidak
beraturan. Ada begitu banyak bahan baku diatas sebuah meja. Ada ketidakberaturan
yang menunggu diberaturkan. Bukan begitu?
Begitu pulalah
pikiran manusia. Pikiran adalah ketidakberaturan yang menunggu diberaturkan. Pastinya
kita memiliki keterbatasan kapasitas. Karena itu kita harus mampu memilih input
dan memproses inputan itu dengan baik dan benar, sehingga menghasilkan
keteraturan.
Ketarturan itu
adalah sebuah karya dari hasil pikiran manusia yang telah berproses. Saat
melodi tidak beraturan tentu sama sekali tidak enak didengar, tapi saat teratur
maka akan terdengar seperti harmoni yang indah.
Proseslah pikiran
kita agar menjadi output yang harmonis sesuai dengan goal yang diharapkan. Ada satu
hal dramatis disini yang suka muncul saat kita memproses pikiran. Satu hal
dramatis itu adalah ketidakpercayaan diri.
Kadang muncul
ketidakpercayaan diri saat kita berpikir. Bisa jadi kita tidak percaya bisa
menyelesaikan masalahnya, kita tidak percaya bisa menemukan idenya, kita tidak
percaya bisa menemukan kata kuncinya, dll. Apabila ini terjadi cobalah menarik energy
yang lebih besar dari pikiran kita sendiri. Apa itu?
Cobalah berproses,
bergerak dan berpikir dengan kesadaran penuh kalau kesadaran ini adalah anugerahNYA.
Gerakan ini adalah gerakanNYA. Pikiran ini adalah pikiranNYA. Proses ini adalah
prosesNYA. Diri ini adalah diriNYA.
Berserah diri
bukan berpasrah diri dalam berproses adalah kebaikan bagi pikiran yang sedang
berproses.
TIPS KETIGA:
OUTPUT
– BERPIKIR ITU ADALAH BERAKSI
Sahabatku… Apa
itu hasil dari pikiran? Banyak! Bagaimana tulisan ringan ini mempengaruhi atau
tidak mempengaruhi hidup kita itu adalah hasil pikiran. Bagaimana masalah kita
selesai dengan berbagai modenya itu
adalah hasil dari pikiran. Bagaimana semangkok mie ayam berada dihadapan dan
bagaimana kita menghabiskannya adalah hasil dari pikiran.
Banyak hal
yang dihasilkan oleh pikiran bahkan saat kita merasa tidak beraksi apa-apa. Tetap
otak kita beraksi terhadap apa yang dibayangkan pikiran bukan? Jadi apa itu
hasil dari pikiran sebenarnya?
Hasil dari
pikiran adalah AKSI. Hasil dari pikiran adalah doa yang terjawab. Hidup ini
dibangun oleh aksi-aksi, inilah berdoa yang sebenarnya, bukan sekedar
harapan-harapan yang memenuhi pikiran dan dipanjatkan secara optimis karena DZAT
MAHA akan mengabulkan.
Apabila kita
benar-benar optimis bahwa DZAT MAHA akan mengabulkan segala harapan yang
dipikirkan, maka kita pasti akan ber-Aksi. Pikiran-pikiran kita tidak akan
berwujud apa-apa selain wujud nyata kehampaan, apabila kita tidak pernah
mengikuti ide-ide DZAT MAHA untuk mewujudkannya. Bukankah pikiran kita adalah
pikiranNYA?
Berdoa artinya
dinamis, dengan kata lain penuh dengan harapan-harapan menuju perbaikan. Berdoa
bukan sekumpulan bait-bait mantra yang hampa. Tapi sekumpulan pikiran yang
hidup.
Pikiran yang
hidup adalah pikiran yang di-aksikan. Mana yang lebih hampa; orang yang
menyerahkan pikirannya didepanNYA begitu saja, atau mereka yang menempatkan pikirannya
ditempat yang benar dan terus beraksi bersamaNYA untuk mewujudkan pikiran-pikiran
itu agar pantas untuk menerima frekuensi yang sudah disiapkan olehNYA?
Akhir kata sahabatku… DZAT Maha
bukan sengaja membuat pikiran untuk mengutuk manusia. DZAT Maha membuat
pikiran-pikiran bukan untuk membiarkan kita berdiam diri dalam kesendirian.
Tapi untuk menemani kita mewujudkannya. Membantu kita memunculkan sifat optimis
didalamnya. Memberikan ide-ide aksi tentangnya.
Lalu membuat kita tersenyum dan berkata “Terimakasih telah telah menemaniku dalam berpikir, menemaniku dalam beraksi, lalu membuat harapan-harapanku menjadi nyata. Aku sangat ber-bahagia”. - Kita bersyukur atas pikiran ini.
Lalu membuat kita tersenyum dan berkata “Terimakasih telah telah menemaniku dalam berpikir, menemaniku dalam beraksi, lalu membuat harapan-harapanku menjadi nyata. Aku sangat ber-bahagia”. - Kita bersyukur atas pikiran ini.
Ingatlah selalu kalau pikiran
adalah sekumpulan AKSI DINAMIS yang dijalankan secara OPTIMIS dan kepercayaan
bahwa diri ini selalu bersamaNYA.
Lalu apa yang kita pikirkan hari
ini?
Mari kita koreksi dulu pikiran-pikiran
itu. Proseslah pikiran untuk mencari kebaikannya, untuk menemukan sisi
dinamisnya. Lalu hadirkan optimisme nya dan lakukan aksi-aksinya.
Sahabatku… Pikiran tidak tercipta
untuk mempermainkan kita, pikiran kita tercipta agar kita mampu menghubungkan
diri kepada yang memberpikirkan kita. Teruslah berpikir dalam kebaikan untuk
terus terhubung denganNYA.
Salam Semesta
Copyright 2019 © www.PesanSemesta.com
#pesansemesta
KEHILANGAN CINTA
November 16, 2019
Hal yang tidak bisa dihindari dari
hati manusia adalah kesedihan. Air mata meluncur turun dengan dada sesak. Begitu
banyak alasan kesedihan, dan yang paling menyedihkan adalah kehilangan.
Kehilangan cinta, cinta orang
yang kita cintai baik itu pasangan atau orang tua. Kehilangan tidak harus
berpisah dalam kehidupan, bisa saja kita masih sama-sama hidup tapi jiwa mereka
yang kita cintai tidak bisa lagi tersentuh.
Kesepian karena kehilangan kedua cinta
diatas memang tidak bisa dibendung. Manusia suka memiliki yang dicintainya
karenanya mereka harus menanggung kesedihan karena kehilangan cinta. Sebuah sebab
akibat pahit yang mau tidak mau harus dirasakan akibat dari pilihan ini.
Logika kita merengek dan berkata “Kenapa
kita bersedih saat kehilangan – padahal tidak ada yang mampu kita miliki. Kita hanya
memiliki kekosongan fisik???”
Semesta ini adalah 9,9999999% energy.
Secinta apapun kita kepada mereka yang kita cintai. Sesedih apapun kehilangan
kita akan jiwa mereka. Tetap hanya wujudNYA lah yang kita puja. Kita tidak akan kehilangan wajahNYA.
Sahabatku… Cinta tidak memerlukan
kesombongan memiliki. Cintailah terus jiwa-jiwa yang tidak bisa kita miliki dalam ketulusan, karena wujudNYA tidak pernah hilang. Cinta ini ada karena wujudNYA
ada. Lalu mana yang lebih penting untuk dicintai?
Bangunlah pemakluman. Cinta
memang seperti itu, tapi paling tidak kita tidak akan pernah kehilangan
cintaNYA. Kita tidak kehilangan apa-apa dalam hidup ini. Tetaplah tersenyum
dalam kesedihan karenaNYA.
Salam Semesta
Copyright © www.PesanSemesta.com
KENAPA KITA MASIH TERJEBAK DIDALAM KEBURUKAN PADAHAL AKAL KITA MENGAKUINYA BURUK?
November 16, 2019
Sahabatku… Setiap manusia
memiliki kekurangan dan kesalahan berulang. Setiap manusia ingin move on dan
meninggalkan segala keburukan yang terus menerus dilakukan. Setiap manusia juga
inigin menjadi sempurna dan suci menurut versinya masing-masing.
Kita memiliki bayang-bayang
kesempurnaan dan kesucian itu didalam kepala kita. Namun itu semua seakan
menjadi tabu dan hanya menjadi segenggam harapan palsu yang terus kita kantongi
didalam jiwa. Kita membohongi diri dengan terus menerus bergerak untuk menjauhi
harapan-harapan itu.
Sahabatku… Apa yang sebenarnya telah terjadi?
Sebagian tetap melakukan
keburukan – padahal jelas tahu itu buruk. Kenapa akal kita berlari jauh untuk
mengamati setiap keburukan yang kita lakukan, sementara bagian lain dari diri
kita sendiri tetap membiarkan diri tenggelam didalamnya?
Sahabatku… Inilah sebuah
perjuangan diri yang terbesar dari yang terbesar, yaitu saat hidayah semesta sudah
mencapai ubun-ubun. Tapi tameng kita masih kuat untuk menghalaunya.
Sebelum menjawab ‘kenapa masih
ada tameng penghalau?’ – coba kami jelaskan sedikit tentang hidayah semesta. Sebagian
kita pasti sudah paham dengan makna hidayah, tapi izinkan kami sedikit
meluruskannya, sedikit saja agar kita tidak salah paham dengannya.
Sahabatku… Hidayah adalah sesuatu
yang sudah kita bawa. DZAT MAHA sudah menyebar hidayahnya kepada seluruh
semesta. Hanya saja hidayah semesta itu harus kita unlock. Seharusnya tidak
harus di unlock memang, sayangnya dogma-doktrin yang kita terima dari orang tua
dan lingkungan yang akhirnya menjadi ego pribadi telah lama mengunci hidayah semesta ini rapat-rapat.
Hidayah semesta adalah saat akal
yang diproses oleh jiwa dan hati yang dihidupkan oleh ruh menyatu dalam jasad
dan kesadaran manusia untuk memberi makna dan kontrol. Jadi hidayah semesta
akan hadir saat kita tidak membiarkan apapun mengkontrol diri ini selain diri
ini sendiri.
Lalu apa itu contohnya ‘apapun
yang mengkontrol diri’? Contohnya banyak; hampir seluruh yang kita lakukan. Kita
berpikir itu adalah ‘diri kita’ tapi identitas ‘diri kita’ sendiri tidak
sejelas yang terlihat.
Coba kita bertanya “Apakah diri yang
sekarang ini adalah benar diri saya yang sebenarnya atau hanya bentukan dari
orang tua dan lingkungan???” Kami tidak akan menjawab bagian ini, kami akan
menyerahkannya kepada masing-masing kita untuk menjawabnya. Silahkan dijawab.
Dari pertanyaan ini sudah
terjawab bukan “kenapa masih ada tameng penghalau?”.
Sahabatku… Temukanlah ‘diri kita’
didalam ‘diri kita’. Hidayah semesta itu ada disana. Tanyakan diri kita apakah
keburukan ini adalah diri kita? Apakah kita ditakdirkan untuk menggengam segenggam
harapan palsu yang terus kita kantongi didalam jiwa? Apakah aksi kita membohongi
diri dengan terus menerus bergerak untuk menjauhi harapan-harapan itu adalah
benar aksi kita?
Sahabatku… Akal kita menjawab “TIDAK”
terdengar sangat jelas bukan? Tidaklah itu yang menjawab selain hidayah semesta
yang sedang memberi arah awal. Kenapa kita tidak mulai mendengarkanNYA? SuaraNYA akan berbicara saat kita benar-benar
mau mendengarkan.
Salam Semesta
CARA UNTUK MENCINTAI DAN MEMPERCAYAI SANG KEKASIH
November 11, 2019
Seorang Rumi berkata “Ketahuilah,
apapun yang menjadikanmu tergetar, itulah yang terbaik untukmu! Dan karena
itulah, qalbu seorang kekasih-NYA lebih besar daripada Singgasana-NYA” – Rumi
Pertanyaannya… Beranikah kita
mematahkan sayap hanya untuk menemui SANG KEKASIH?
Sahabatku… Anggaplah mencintaiNYA
adalah menjadi kekasihNYA. kita adalah kekasihNYA dan DZAT MAHA adalah Kekasih kita.
Lalu apakah seorang kekasih akan
memanfaatkan kekasihnya hanya untuk memenuhi kebutuhannya? Jawabannya TIDAK. Di
lain pihak apakah seorang kekasih akan membiarkan kekasihnya dalam kebutuhan?
Jawabannya juga TIDAK.
Sahabatku… Inilah arti dari
mencintaiNYA tanpa membutuhkanNYA. Karena sebagai kekasih kita percaya Kekasih
kita akan memenuhi segala kebutuhan kita. Dan kita juga tidak mau menggunakan
Kekasih kita hanya sebatas pemenuh kebutuhan belaka, karena kita mencintaiNYA.
Dengan ketulusan kita
mencintaiNYA. Ketulusan kita kepadaNYA adalah awal dari rasa cinta kita. Cinta
tanpa dasar kebutuhan, melainkan cinta atas dasar kepercayaan.
Jadi kalau kita mau mengukur
seberapa dalam rasa cinta kita kepadaNYA, maka ukurlah terlebih dahulu
ketulusan kita kepadaNYA. Dan kalau kita mau mengukur ketulusan kita kepadaNYA,
maka ukurlah terlebih dahulu kepercayaan kita kepadaNYA. Terakhir, kalau kita
mau mengukur kepercayaan kita kepadaNYA, maka lihatlah isi kepala dan hati kita
saat ini juga.
Isi kepala dan hati kita akan
memberi jawaban tepatnya seperti apa dan bagaimana rasa cinta ini. Bisa saja
isi kepala kita dipenuhi oleh kebimbangan hidup, kekosongan jiwa, keluhan tiada
tara, impian yang digerakkan ketakutan dan banyak hal yang justru meragukan
kepercayaan kita sendiri.
Padahal mempercayai memiliki
makna yang begitu mendalam. Kita tidak pernah sampai diposisi mempercayai,
sampai kita menutup mata rapat-rapat dan membiarkan yang kita percayai menuntun
kita secara penuh.
Kita menutup mata lalu melangkah
dan mempersilahkan DZAT MAHA yang kita percayai menuntun kita. Itu kita lakukan
karena kita menyakini setiap langkah kita akan tetap aman meski kita tidak
melihat apapun yang akan kita hadapi didepan. Ini hanya karena saking besar dan
penuhnya rasa percaya kita kepadaNYA. Begitulah mempercayai yang sebenarnya.
Itulah kenapa DIA menjanjikan
bahwa tidak akan ada kesedihan atau pun ketakutan bagi mereka yang mempercayai
(beriman). Hanya saja masalahnya apakah kita mencitaiNYA karena mempercayai
atau kita hanya karena membutuhkanNYA?
Jelas kita memang membutuhkanNYA.
Namun kalau kita percaya DZAT MAHA adalah segala kemahaan yang Maha mengetahui,
Maha mengasihi, Maha memberi, Maha mencukupi…. Haruskah kita meragukanNYA? Haruskah
kita membisikiNYA kebutuhan kita, padahal DZAT MAHA adalah kesatuan dengan
kita? Pikirkan begini, kalau tangan kita bergerak ke arah kanan – akankah punggung
kita tidak mengetahuinya? Lalu bagaimana bisa kita mengakui kebersamaan kita
bersamaNYA, namun masih mendikte segala kebutuhan kita?
Sampai disini pastinya seharusnya
rasa cinta kepadaNYA adalah perjalanan indah yang penuh kepercayaan. Kita percayakan
hidup dan mati kita kepadaNYA. Getar nafas kita hanyalah nafasNYA.
Butuh waktu pendekatan yang
berbeda-beda ditiap masing-masing kita untuk belajar mempercayai DZAT MAHA yang
kita cintai. Rasa percaya sama sekali tidak seperti cinta langsung pada
pandangan pertama, meski seharusnya seperti itu.
Tapi tidak apa, kalau cinta kita
kepada SANG KEKASIH belum sebesar cintaNYA, maka tidak apa. Kalau rasa percaya
kita kepada SANG KEKASIH belum seperti seharusnya, maka tidak apa.
Izinkan saja diri ini untuk
senantiasa mencintaiNYA. Ajarkan saja pikiran dan hati ini tertuntun oleh
kepercayaan kepadaNYA.
Satu tips kecil dari kami untuk
hal ini adalah; Cinta dipupuk dengan kebersamaan, begitu juga dengan
kepercayaan. Semakin lama bersama bisa membuat rasa cinta semakin bersemi. Semakin
lama bersama bisa membuat rasa percaya menguat.
Sahabatku… Rasakanlah selalu
kebersamaan kita bersamaNYA dan begitulah awal rasa cinta dan percaya akan
bersemi. Sebuah langkah kecil menemui SANG KEKASIH.
Untuk langkah awal perhatikan
saja dahulu detak jantung kita dan tanyakan, SIAPA yang membuatnya berdegup dan
SIAPA yang mengatur degupannya? – Bukankah kebersamaan itu sangat dekat?
Salam Semesta
ANUGERAH NEURON CERMIN & KEPEMIMPINAN DIRI
November 11, 2019
Manusia diturunkan diatas Bumi
untuk menjadi khalifah (Pemimpin). Ini bukan sembarang tugas. Pada manusia
ada neuron (sel otak) yang disebut Neuron Cermin dan ini merupakan anugerah untuk melengkapi tugas. Neuron Cermin dapat
didefinisikan sebagai sekelompok neuron yang aktif ketika kita melakukan suatu
tindakan atau ketika kita melihat suatu tindakan sedang dilakukan.
Neuron Cermin sangat penting
untuk peniruan yang merupakan kunci dalam proses pembelajaran dan kepemimpinan
diri. Sejak lahir, kelompok neuron ini aktif dan memungkinkan kita belajar
makan, berpakaian, berbicara dan meng-copy seluruh pengetahuan dasar kita dari
lingkungan untuk diolah kembali dan dipilih berdasarkan kesesuaian dengan diri.
Neuron cermin juga penting dalam
merencanakan tindakan kita serta memahami niat di balik tindakan. Misal ketika
kita melihat orang asing menyapa kita dan tersenyum kepada kita, kita akan
ingin membalas budi, menyapa dan mengembalikan senyum itu juga. Ini adalah berkat
neuron cermin yang bekerja di pikiran kita.
Contoh sederhananya; Apakah kita merasa bahagia ketika orang-orang
di sekitar kita bahagia? Apakah kita merasa sedih atau tertekan di sekitar
orang-orang yang negatif dan pesimistis? Ini disebabkan oleh penularan
emosional yang dihasilkan oleh neuron cermin.
Penularan Emosional adalah suatu
proses di mana seseorang atau suatu kelompok memengaruhi emosi dan perilaku
emosional orang atau kelompok lain. Ini dapat dilakukan melalui induksi
emosional sadar atau tidak sadar.
Contohnya lagi ketika orang
berkomunikasi mereka cenderung meniru gerakan dan ekspresi wajah dan dalam
banyak kasus merasakan apa yang orang lain rasakan. Telah terbukti bahwa
penularan emosi berdampak tinggi dalam hubungan pribadi dan pekerjaan kita.
Itulah kenapa ketika seseorang
melihat kita memancarkan energi positif, respons yang sama ini tercermin dalam
otak pengamat dan mereka juga akan tertarik secara positif kepada kita. Begitu
juga sebaliknya. Itulah kenapa dinamakan cermin neuron, karena neuron ini mampu
merefleksikan diri terdalam kita bahkan tanpa kata-kata sekalipun. Energy kita
bisa terpantul otomatis karenanya.
Jujur saja kita masih tidak sadar
akan kemampuan berpengaruh yang kita miliki ini. Kemampuan timbal balik yang
saling menguntungkan ini. Dimana kita bisa masuk kedalam keadaan emosi orang
lain dan pada gilirannya orang lain juga bisa masuk pada keadaan emosi kita
sendiri.
Neuron Cermin memungkinkan kita
merasakan apa yang orang lain rasakan dan "menghayati" emosinya.
Neuron cermin didasarkan pada empati.
Empati adalah kemampuan untuk
berbagi perasaan atau pengalaman orang lain dengan membayangkan bagaimana
rasanya berada dalam situasi orang itu.
Ini bukti bahwa kita adalah
makhluk sosial. Empati sangat penting bagi kelangsungan hidup semesta dan
menunjukkan bagaimana tanpa keterikatan dan perlindungan kita tidak akan
selamat.
Empati bukan barang berharga yang
perlu kita cari, tapi itu sudah ada didalam tiap diri kita. Neuron cermin
adalah alat bagi setiap empati.
Neurorn cermin adalah bukti nyata
anugerah ini. Anugerah yang sengaja dibuatkan dan di pluginkan didalam jasad
kita. Dengan satu tujuan dari SANG PEMBUAT, yaitu agar kita paham, kalau
kehidupan ini adalah keterhubungan dan
keterikatan abadi dengan segalanya. Bukan hanya sesama manusia, namun sesama
semesta yang lain.
Kita diciptakan sebagai semesta
dalam keterikatan yang sakral. Bukan hanya terikat kepada SANG PENCIPTA namun
terikat pula kepada seluruh ciptaanNYA. Kita terikat untuk saling merasakan,
saling memberi, saling memperbaiki, saling melengkapi dan saling berbagi
kehidupan didalam kehidupan.
Kalau kita belum begitu percaya,
coba tanya kepada seluruh ahli biologi diseluruh dunia ini ‘apakah kita terikat
dengan air atau tidak?’ jawabannya pasti adalah iya. 70% tubuh kita adalah air,
yang mana artinya adalah air telah membentuk diri manusia. Kalau kita putus
keterikatan ini, maka akankah tubuh kita terbentuk sebagaimana mestinya?
Betul sudah ucapanNYA bahwa
kehidupan adalah keterikatan dan keterhubungan abadi. Sayangnya kita tidak
dibesarkan dengan kesadaran ini. Kita tumbuh menjauh dari takdir yang
seharusnya. Namun kemanapun manusia menjauh, pasti SANG PEMBUAT akan menggiring
kita menuju takdir kita sendiri dengan berbagai macam cara.
Salah satunya adalah saat hari ini
kita mulai memperhatikan kembali neuron cermin yang saat ini juga memang sedang
bekerja. Lalu apa hubungannya ini dengan kepemimpinan diri?
Perhatikan kalau konsep neuron
cermin muncul dari neuroleadership, bidang yang melibatkan penerapan temuan
dari neuroscience ke bidang kepemimpinan. Salah satu ekstensi dari
neuroleadership adalah ilmu saraf sosial.
Ilmu saraf sosial, yaitu studi
tentang aktivitas otak saat orang berinteraksi - menekankan perlunya seorang
pemimpin untuk cerdas secara sosial selain mencapai tingkat penguasaan diri
yang optimal.
Kecerdasan sosial adalah
seperangkat kompetensi interpersonal yang dibangun di atas sirkuit saraf
spesifik (dan sistem endokrin terkait) yang menginspirasi orang lain untuk
menjadi efektif.
Penguasaan diri yang termasuk
kesadaran diri dan kontrol diri sebagian besar berakar dalam psikologi individu
sedangkan kecerdasan sosial adalah konsep yang berorientasi hubungan untuk
penilaian kepemimpinan.
Neuron Cermin mendasari sirkuit
saraf yang terlibat dalam kecerdasan sosial. Menjelajahi dasar biologis di
balik keterampilan sosial adalah pendekatan yang relatif baru dalam dunia
kedokteran. Tapi dari sini kita bisa mulai mempertimbangkan peran penting yang
dimainkan neuron cermin dalam kepemimpinan diri. Dimana manusia memang
diciptakan untuk menjadi pemimpin diatas semesta bumi ini.
Sebagai pemimpin kita memang
harus mampu menjaga ketersalingan. Jadi sesukses apapun kita menjadi pemimpin
tetap kesuksesan utama kita adalah apabila kita mampu menularkan kesuksesan
juga.
Ketersalingan adalah bagian dari
memakmurkan. Sementara memakmurkan adalah bukan tentang keuntungan pribadi,
tapi lagi-lagi tentang saling menguntungkan.
Pemimpin adalah memimpin diri
masing-masing menuju tingkat ketersalingan yang harmonis. Kita tidak sedang
berkompetisi untuk menjadi pemimpin. Tapi kita sedang saling mendukung
kepemimpian kita masing-masing.
Bukankah ini adalah aroma
kedamaian dan keharmonisan yang tajam? Lalu sampai kapan kita akan mulai
menyadarinya. Mari kita sadari anugerah ini dari sekarang, dimulai dari diri
pribadi. Pimpinlah diri menuju kepemimpinan terbaiknya.
Akhir kata sahabatku… Tidak ada
satu pun anugerah yang kita terima dalam hidup ini yang melenceng dari takdir
kita sendiri. Neuron Cermin adalah buktinya. Kita memang telah diberi
kelengkapan yang selengkap-lengkapnya untuk menjadi pemimpin.
Kita adalah pemimpin diri untuk
menjadi semesta terbaikNYA. Hidup kita memang benar-benar hanya dipenuhi
anugerahNYA. Kehidupan adalah anugerah dan tetap diatur sedemikian rupa untuk
menjadi anugerah bahkan didalam satu sel yang mungkin tidak pernah kita lihat sekalipun.
Salam Semesta
Copyright © www.PesanSemesta.com
MENGHAPUS KARMA
November 10, 2019
“Bagaimana kalau kita terlanjur menoreh
karma buruk dalam hidup ini? Apa yang harus kita lakukan? Apakah karma bisa
dihapus ataukah karma akan terus dipikul begitu saja seumur hidup?” Melalui
anugerahNYA izinkan kami menjawab.
Apa itu Karma? Karma adalah kata
dalam bahasa Sansekerta untuk tindakan. Ini setara dengan hukum Newton tentang
'setiap tindakan harus memiliki reaksi'. Ketika kita berpikir, berbicara, atau
bertindak, kita memulai kekuatan yang akan bereaksi sesuai dengannya. Kekuatan
yang kembali ini mungkin dimodifikasi, diubah atau ditangguhkan sesuai dengan
kadarnya, tetapi kebanyakan orang tidak akan dapat memberantasnya.
Hukum sebab akibat ini bukanlah
hukuman, tetapi sepenuhnya untuk pendidikan atau pembelajaran. Karma itu bukan
dendam dari semesta yang dibawa, hanya sebab akibat dari setiap pilihan yang
dipilih. Baik dengan unsur kesengajaan ataupun dengan unsur ketidaksengajaan.
Contoh seseorang yang menebar
kebencian maka hidupnya pun akan dilingkupi dengan kebencian. Ini merupakan
karma. Sayangnya kadang karma ini tidak dirasakan dan dialami oleh perorangan. Efeknya
terbawa juga oleh lingkungan diluar. Kenapa demikian adalah karena setiap orang
adalah energy yang memancar dan mempengaruhi. Baik seseorang itu menyadarinya
atau tidak, demikianlah diri kita beroperasi.
Ketidaktahuan tentang hukum bukan
alasan apakah hukum itu luput atau tidak. Karena itu kita harus selalu waspada
dan awas dengannya.
Tapi bagaimanapun karma tidak hadir untuk
menakut-nakuti manusia. Karma hanya hadir untuk membuat manusia setingkat lebih
waspada dan awas dengan segala pilihan dan konsekwensi yang didapat dari pilihanya
sendiri. Yang tidak kalah penting juga adalah, manusia juga harus menyadari
betul bahwa konsekwensi itu kemungkinan tidak hanya akan dirasakan oleh dirinya
sendiri, namun juga oleh orang-orang disekitarnya.
Pertanyaannya sekarang adalah
bagaimana kalau kita terlanjur menoreh karma buruk dalam hidup ini? Apa yang
harus kita lakukan? Apakah karma bisa dihapus ataukah karma akan terus dipikul
begitu saja seumur hidup?
Sahabatku… sekali lagi kami
ingatkan karma itu bukan dendam SANG PENCIPTA. Karma hanyalah hukum sebab
akibat. Hukum sebab akibat adalah hukum terlogis dari tiap tindakan manusia.
Dia tersusun berdasarkan kehendakNYA. Sistem agung yang menjadikan kehidupan
didalam semesta ini seimbang.
Kalau kita menyentuh air panas
kita akan kepanasan, air dingin kita akan kedinginan, air hangat kita akan
nyaman, air sejuk kita akan nyaman. Tapi segalanya hanya akan bersifat relatif.
Nah, hukum sebab akibat mampu membaca lavelnya dan menghasilkan akibat sesuai
dengan level sebabnya.
"Ketika manusia menabur,
demikian juga manusia akan menuai"
Jadi perinsip dalam hidup ini
sebenarnya sangat simpel; hindari sebabnya kalau tidak mau merasakan akibatnya.
Manusia harus mampu melihat segala tindakan dan kejadian dalam sudut pandang
hukum sebab akibat. Namun kenyatannya sekarang terbalik. Manusia kebanyakan
menghindari akibatnya dan tetap melakukan sebabnya.
Akhirnya kebanyakan orang tidak
selalu siap untuk menerima karma dari tindakannya sendiri. lalu saat menerima
karma manusia langsung berpikir kalau ini adalah hukuman SANG PENCIPTA. Padahal
kalau dipikir-pikir bagaimana bisa SANG MAHA menghukum – kemanakah KASIH
SAYANGNYA?
Akal kita mengingkari kalau kasih
sayang SANG MAHA bisa hilang dan menjadi kemurkaan. Sayangnya kita besar dengan
doktrin itu. Kita terdoktrin untuk menakuti hukuman SANG MAHA. Padahal hukuman
itu bukanlah hukuman langsung, melainkan sebuah pelajaran hidup agar manusia
lebih waskita.
Sekarang bagaimana caranya menghapus karma?
Kalau kita terlanjur melakukan
sebab yang mengakibatkan karma yang buruk maka satu-satunya jalan adalah
membersihkan karma. Membersihkan karma artinya berhenti melakukan sebab dan
memperbaiki sebab yang sudah terlanjur dibuat untuk memperbaiki akibat. Sehingga
sistem bergulir terbalik.
Sahabatku…
SANG MAHA membuatkan kita akal
untuk menentukan tindakan apa yang akan kita perbuat. Inilah gunanya akal itu
hadir, dimana dengan akal kita belajar membuat keputusan dan menentukan.
Menentukan adalah memilih. Lebih tepatnya memilih pilihan-pilihan yang sudah
diperhatikan dan diberpikirkan secara mendalam terlebih dahulu. Menentukan
berbeda dengan menetapkan. Menetapkan adalah tugasnyaNYA. Sementara menentukan
itu masih tugasnya manusia.
Kita diberi akal pikiran untuk
mampu menentukan mana yang baik dan mana yang buruk. Kita diberi akal pikiran untuk mampu mengolah
dan memikirkan hasil akhir dari sebuah tindakan. Kita diberi akal pikiran untuk
mampu memilih pilihan yang baik dan meninggalkan pilihan yang buruk.
Setiap kita menginginkan karma kebaikan
dan bukan karma keburukan, karena kita memang terlahir dengan fitrah kebaikan.
Fitrahnya SANG PENCIPTA. Biarkan akal dan jiwa kita benar-benar memahami hukum
sebab akibat dari segala tindakan yang akan kita aksikan. Gunakanlah akal kita
bukan ego kita untuk memilah segala pilihan yang akan diberaksikan.
Apabila kita terlanjut menoreh
karma yang buruk dalam hidup ini percayalah pada kasih sayangNYA yang tidak
terbatas. Percayalah kalau ini hanyalah pelajaran kehidupan. Kita belajar dari
setiap karma, baik itu karma baik ataupun karma buruk. Karma bukanlah hukuman,
karma hanyalah pelajaran yang belum kita pelajari.
Sahabatku… Ada banyak jalan untuk
memahami pelajaran. Jalan itu tidak perlu dinilai baik atau buruk. Namun hanya
perlu dilalui. Kita lalui untuk menjadi lebih baik dalam hidup ini.
Akhir kata, kita memang akan
selalu menerima pelajaran. Karena itu jangan terlalu percaya diri atau mencibir
mereka yang sedang menerima pelajaran. Kita tidak pernah lebih baik dari mereka
yang sedang menerima pelajaran dan mereka tidak pernah lebih buruk.
Salam semesta
Copyright © www.pesansemesta.com
HARUSKAH BERTAHAN ?
November 09, 2019
Bentangan padang sahara didepan itu
terlihat sangat tidak bertepi. Bahkan siraman udaranya pun sudah sangat
menyilaukan. Berdiri disini saja sudah sangat melelahkan. Entah berapa langkah
kedepan lagi akan mampu bertahan. Perbekalan sudah tipis. Air dikendi hanya
tinggal dua teguk dan roti tinggal sekunyahan saja. Kalau ini habis maka yang
tersisa hanya kuda kehausan dan tuannya yang sengsara.
Sahabatku… Apabila diatas adalah
gambaran hidup kita, maka mampukan kita bertahan? Seberapa kuat kita akan bertahan?
Dan apa yang membuat kita mampu bertahan?
BERTAHAN adalah satu kata yang
terdengar penuh dengan perjuangan, tetesan darah, air mata dan ribuan peluh
keringat.
Mungkin saat ini kita sedang
bertahan dengan atasan yang kejam, pasangan yang menyakiti, usaha yang bangkrut,
penyakit yang menyiksa, keuangan yang sangat miskin atau hanya sedang bertahan
dengan kesadaran yang terus meningkat.
Apapun itu kami mengucapkan
selamat. Kita membuktikan diri bahwa kekuatan itu memang ada. Bukan karena kita
kuat. Namun karena kita diberi kekuatan untuk mampu bertahan. Kekuatan kita
adalah anugerahNYA dan bukan perasaan kita.
Berapa banyak mereka yang merasa kuat
dengan apa yang mereka miliki. Lalu saat apa yang mereka miliki itu hilang,
maka sekoyong-koyong kekuatan mereka pun hilang.
Namun tidak dengan kita saat
ini. Saat ini kita bertahan karena kita percaya dengan apa itu yang disebut
kabar baik. Kita percaya dengan anugerahNYA. Karena itu kita masih berharap kepadaNYA.
Harapan adalah kado kekuatan yang
berbungkus rapi. Kita tidak tahu kapan waktu yang tepat untuk membuka bungkus
kadonya. Namun kita percaya, kita tidak akan kecewa. Karena kita percaya. Kita
mempercayaiNYA, karena itulah kita menjadi kuat dengan harapan itu, kado yang
berbungkus rapih itu.
Maka apabila kami bertanya …
Mampukah kita bertahan? Kita menjawab : IYA, kita mampu bertahan.
Maka apabila kami bertanya …
Seberapa kuat kita bertahan? Kita menjawab : Sekuat kita mampu bertahan.
Maka apabila kami bertanya… Apa
yang membuat kita mampu bertahan? Kita menjawab : Kepercayaan kita kepadaNYA.
Kepercayaan kita kepadaNYA adalah
nafas-nafas harapan terdalam kita. Diri ini
percaya kepadaNYA bukan kepada dirinya sendiri. diri ini bertahan dan bergerak
dalam harapan perubahan dengan aksi-aksi gerakan yang bukan bergerak karena
dirinya sendiri, melainkan karena diriNYA.
Untuk bertahan kita hanya perlu menaruh harapan pada tempat seharusnya harapan itu diletakkan. Kalau diri ini hanyalah diriNYA maka tempat harapan itu memang sudah seharusnya diletakkan kepadaNYA juga. Hanya karenaNYA kita berharap dan hanya kepadaNYA kita meletakkan harapan.
Salam Semesta
Copyright © www.pesansemesta.com