Ber-Zikir Dengan Akal dan Hati
Mei 31, 2019
Sahabatku… Apakah zikir
membutuhkan akal dan hati? Tentu. Silahkan kita mengumpulkan 1000 kali zikir
dengan mulut tapi itu tetap tidak akan sebanding dengan 1 kali zikir dengan
akal dan hati.
Ambil contoh; saat kita berkata
DIA MAHA BESAR 1000 kali dengan mulut, dan saat kita mulai berpikir DIA MAHA
BESAR 1 kali dengan akal. Maka akal akan membawa kita kepada memberpikirkan ke
MAHA BESARAN-NYA, hati kita akan membawa kepada merasakan ke MAHA BESARAN-NYA.
Sementara zikir mulut kita hanya akan menjadi sesuatu yang kita dengar, tapi
belum tentu kita berpikir-kan apalagi kita rasakan.
Itulah alasan kenapa kekhusyuan
dalam berzikir itu susah muncul. Karena memang lebih mudah mengejar target
angka, dibanding target memahami dan merasakan apa yang dizikirkan.
Memberpikirkan ke MAHA BESARAN-NYA, merasakan ke MAHA BESARAN-NYA berbeda
dengan menyebut ke MAHA BESARAN-NYA.
Kita bisa saja menyebut-nyebut dengan
mulut tanpa membawa serta hati dan akal. Tapi bukankah zikir itu adalah mengingat?
Tentunya kalau mengingat tidak cukup dengan mulut saja, tapi akal dan hati juga
harus ikut mengingat. Itulah kenapa kita selalu diajarkan agar zikir itu jangan
pernah diputus. Artinya, jangan sampai akal dan hati kita berhenti dari
mengingatNYA. Sampai disini kita akhirnya mengerti, memang kita harus lebih
banyak berzikir dengan akal dan hati. Dibanding berzikir dengan mulut. Karena
zikir akal dan hati adalah kemampuan melihat, mendengar, merasakan lalu
memberpikirkan semesta dan diri sebagai zikir itu sendiri.
Salam Semesta
Copyright © www.PesanSemesta.com
Resep Membuat Manusia Narsis
Mei 30, 2019
Secara singkat narsis bisa
disebut sebagai gangguan psikologis, di mana seseorang menganggap dirinya
sangatlah penting dan memiliki kebutuhan untuk dikagumi. Manusia narsis bukan
saja sangat percaya diri, namun juga tidak menghargai perasaan atau ide-ide serta
cenderung mengabaikan kebutuhan orang lain. Bagi orang narsis hanya ada satu pemeran
yang wajib diperhatikan dalam dunia ini, yaitu dirinya seorang.
Namun beda diluar, beda didalam. Sebenarnya
apa yang terjadi dibalik manusia narsis adalah keterbalikan dari apa yang
mereka tunjukkan diluar. Di dalam, manusia narsis berusaha berjuang dengan
super egonya. Manusia narsis memiliki cedera psikologis yang sulit diakui, tapi
butuh pelampiasan. Karena mereka memang butuh pelampiasan, maka sikap narsis
lah pelampiasan mereka. Narsis itu seperti rasa perih. Memang ada luka yang
membuat rasa perih itu muncul.
Sikap narsis seseorang adalah
hasil pelampiasan sesuatu yang tidak beres dari diri mereka sendiri. Karena sebenarnya
setiap manusia terlahir narsis. Anak-anak adalah manusia yang narsis.
Mereka hidup di alam narsis karena
mereka belum bisa membedakan antara ego, kepentingan atau kebutuhan. Sehingga
yang mereka tahu, apapun perasaan mereka itu adalah perasaan mereka.
Pada saat perkembangan itulah
orang tua harus membimbing anak mereka agar mampu membedakan antara diri mereka
dan diri yang diluar mereka. Sehingga mereka belajar empati dan kepedulian
terhadap dunia diluar diri mereka. Sehingga tidak hanya fokus kepada diri
mereka seorang.
Anak-anak menganut konsep bawaan “Me,
My self and I” yang sangat kental. Karena itu anak-anak akan terus menjadi
semakin narsis apabila tidak menerima arahan dari orang tua mereka. Jadi pada
masa kecil, setiap manusia wajib belajar untuk tidak tumbuh menjadi manusia
dewasa narsis.
Sayangnya proses pembelajaran
diri ini sering di gagalkan oleh para orang tua. Kebanyakan orang tua
mengabaikan anak mereka dan membiarkan anaknya untuk mengajar diri mereka
sendiri, tanpa memberi arahan. Akhirnya anak hanya mengandalkan dirinya sendiri
dan ini menjadi situasi patologis di mana, meskipun mereka bertambah tua dan mendapatkan
kecerdasan dan pengalaman orang dewasa, emosi dan ego tidak pernah matang.
Anak-anak yang narsis adalah sifat alamiah anak-anak. Sementara manusia dewasa
yang narsis adalah ketidak beresan, karena orang tuanya tidak melaksanakan
perannya untuk mendidik dan memberi arahan sewaktu mereka kecil.
Sahabatku… Secara fitrah anak
akan terus menjangkau orang tua untuk bimbingan, cinta, validasi atau
persetujuan. Intinya anak memiliki kebutuhan-kebutuhan psikologis yang harus
dipenuhi. Kebanyakan anak menjadi sangat labil apabila kebutuhan psikologis
mereka tidak terpenuhi atau terpenuhi tapi dengan cara yang tidak tepat.
Saat kebutuhan psikologis anak
tidak terpenuhi atau terpenuhi dengan cara yang tidak tepat, maka anak mulai
percaya ada sesuatu yang salah dengan diri mereka dan inilah awal dari bencana.
Untuk menembus kesalahan
alih-alih benar-benar menghabiskan waktu bersama anaknya, orang tua Putri
mencoba menebusnya dengan selalu memberikan Putri apa pun yang dia inginkan
setiap kali mereka bersamanya, terlepas dari bagaimana Putri berperilaku. Itu
mereka lakukan, karena mereka terlalu lelah untuk berurusan dengan emosi anak
mereka, jadi bagaimanapun Putri bersikap, Putri pasti akan selalu mendapatkan
apa yang dia mau.
Sahabatku… Jadi resep untuk
membuat manusia narsis hanya satu, yaitu pengabaian. Kita mengabaikan kebutuhan
bimbingan anak dan mengabaikan kebutuhan psikologis anak. Dari sini dapat kita
simpulkan, bahwa cara terbaik untuk tidak menciptakan manusia narsis adalah dengan
menjadi ibu yang baik dan ayah yang baik. Habiskan waktu bersama anak-anak
Anda. Dengarkan mereka. Bimbing mereka. Dan jangan mencoba membujuk mereka
keluar dari perasaan mereka dengan memberikan benda. Cukup penuhi kebutuhan
lahir batin mereka.
Terakhir, hargai sifat narsis bawaan
mereka sambil terus memberi pengertian, bahwa didalam hidup ini. Manusia adalah
satu yang bergabung menjadi kesatuan, karena manusia adalah kesatuan, jadi
manusia memang saling menghargai dan merasakan. “Kalau ade butuh istirahat mama
sama ayah juga butuh istirahat. Kalau dede sakit mama sama ayah juga sakit. Kalau
ade kangen mama sama ayah juga kangen”.
Sahabatku… Satu alasan kenapa
kita terlahir narsis adalah agar kita belajar untuk tidak narsis. Begitulah perjalanan
hidup. Kehidupan adalah guru bagi siapapun yang mau belajar. Bagian terindah
dari parenting adalah bagian dimana kita memang harus belajar menjadi orang tua.
Hasil dari pelajaran kita tidak lain adalah kehidupan itu sendiri. Jadi kalau sekarang
ke-narsisan menjadi hal yang lumrah, maka itu juga adalah hasil pelajaran para
orang tua juga. Tinggal kita diberi pilihan, apakah kita mau membiarkan
anak-anak kita mengisi tempat yang lumrah itu atau tidak. Tapi tentunya kita semua
akan memilih tidak. Karena Anda adalah orang tua bijaksana yang memang mau terus
belajar menjadi orang tua.
Salam Semesta
Copyright © www.PesanSemesta.com
MENG-INGKARI AKAL
Mei 30, 2019
Sahabatku… Memang kita butuh
mengakui diri bahwa kita jarang menggunakan akal sebelum merespon apapun yang
mengusik. Dengan menarik diri untuk kembali menggunakan akal. Kita akan mampu melihat
sesuatu yang belum terlihat. Karena
disitulah akal kita akan bermain, dan akhirnya kita akan mulai belajar untuk
tidak meng-ingkari akal lagi.
Karena memang tidak ada hal yang
lebih indah dari pada ber-akal. Satu-satunya senjata yang kita miliki adalah
kesadaran, kesadaran yang berakal tentunya. Dengan akal kita mampu berpikir.
Satu pekerjaan melelahkan yang sering kita skip.
Kita melihat segerombolan orang
mengejar domba dan kita ikut-ikutan mengejar domba itu tanpa berpikir ulang,
kenapa kita ikut-ikutan mengejar domba itu. Akhirnya kita tersadar, lalu kita
menengok ke kanan dan melihat segerombolan ikan berenang, lalu kita ikut
berenang bersama ikan-ikan itu. Ikan-ikan itu berhenti berenang dan bertanya “Kenapa
Anda berenang bersama kami?” Mendengar pertanyaan itu kita baru tersadar,
kenapa?
Kenapa kita hampir mengikuti
seluruh yang dilakukan oleh semua orang, tanpa pernah bertanya apakah benar
memang kita dihidupkan untuk melakukan itu semua? Apakah benar kita memang
dihidupkan untuk sekolah, bekerja, menikah, memiliki anak, lalu menikahkan
anak, lalu menimang cucu, lalu sakit dan meninggal. Apakah betul ini adalah
pola hidup yang memang harus kita jalani?
Pernahkan kita bercermin dan berpikir
kenapa harus seperti itu? Apakah pola itu adalah memang pola yang DIA buatkan
untuk kita? Tapi bagaimana bisa kita dibuatkan pola? Kalau wajah kita saja berbeda,
kesadaran kita berbeda, tingkat penerimaan dan pemahaman kita berbeda, passion kita
pun berbeda. Jadi bagaimana mungkin kita dipolakan?
Sahabatku… Tanpa berpikir ulang
lagi, kita bisa menyerah dan menjawab kalau itu adalah kehendakNYA. Tapi kalau
kita mau menggunakan akal, itu tidak mungkin menjadi jawaban.
Jadi memang sudah saatnya kita
mundur, menarik diri kepojokan untuk berpikir ulang… Kenapa? Kenapa saya ada
disini? Kenapa saya dihidupkan? Kenapa saya masih bernafas? Apakah betul saya hidup
hanya untuk menjalani pola ini? Apakah betul saya bernafas hanya untuk bergerombol
dalam ketidak tahuan?
Sahabatku… Akhir kata memang sudah
saatnya kita menggunakan akal dan tidak lagi meng-ingkari akal kita sendiri. Bukankah
akal itu adalah anugerahNYA?
Salam Semesta
Satu Alasan Kenapa The Law Of Attraction Gagal
Mei 29, 2019
Apakah Anda sudah mencoba the law
of attraction, tapi tidak pernah berhasil. Anda merasa selalu gagal, dan penasaran
alasan dari kegagalan itu. Sebenarnya cukup satu alasan ini untuk menggagalkan
the law of attraction (LOA) yang sedang Anda jalani. Lalu apa satu alasan itu?
Satu alasan itu adalah “KETIDAK SELARASAN”
Sahabatku… Melalui LOA kita akhirnya
percaya bahwa pikiran adalah energy. Dengan memfokuskan pikiran untuk
memikirkan apa yang ingin dicapai, maka kita akan menerima energy timbal balik
yang sama. Jadi saat Anda memikirkan kemakmuran, Anda akan menerima kemakmuran.
Saat Anda memikirkan kemelaratan, Anda akan menerima kemelaratan.
Begitulah memang semesta bekerja.
Karena semesta seluruhnya adalah energy. Jadi kalau Anda berpikir LOA adalah
dongeng, sebenarnya tidak, karena memang begitulah energy bekerja. Kalau Anda
berpikir LOA tidak pernah berhasil didalam hidup Anda, sebenarnya tidak juga,
karena memang hanya kita saja yang tidak selaras dengan LOA itu sendiri.
Hidup ini adalah tentang
kemampuan menyelaraskan. SANG PEMBUAT telah membuat segala sesuatunya dengan
hukum keselarasan. Coba tengok apakah pipi Anda selaras dengan tengkorak muka Anda,
jawabannya iya. Kita tidak bisa melihat ada secelah tengkorak muka yeng
menonjol keluar dari pipi. Bahkan dari langit pun kita bisa belajar
keselarasan; Ada siang ada malam, tapi diantara itu terdapat transisi yang
selaras yaitu pagi dan sore.
Begitu juga saat mempraktekkan
LOA, maka kita harus selaras dengan hukum LOA itu sendiri. Karena LOA itu tidak
pernah salah, dia tetap bekerja meskipun seumur hidup kita sama sekali tidak
mengetahui apa itu LOA. Kalau hasil LOA salah, berarti kita memang harus
menunjuk kedalam, yaitu diri kita yang menjalani LOA itu sendiri.
Namun sekarang kita sudah
mengetahui, bahwa kegagalan LOA kita hanya disebabkan karena ketidak selarasan.
Lalu apa saja ketidak selarasan yang telah kita lakukan?
# KETIDAK SELARASAN PERTAMA
Sahabatku… LOA itu tentang teritunggal,
yaitu pikiran, perasaan dan keinginan. Tugas kita adalah menyelaraskan ketiga
hal ini. Menyelaraskan pikiran, perasaan dan keinginan artinya membuat ketiga
hal ini bekerja sama bersama-sama dalam arah yang sama bukan arah yang
berlawanan.
Saat ketiga hal ini bekerja
bersama-sama dalam arah yang berlawanan, maka muncullah ketidak selarasan
pertama. Ketidak selarasan ini kami sebut diurutan pertama bukan karena sebab,
ini berada diurutan pertama, karena ini sering sekali dilakukan. Kita seringkali,
disadari atau tidak disadari melakukan ketidak selarasan ini.
Contoh kecilnya mungkin baru
terjadi kemarin. Anda bangun sepagi mungkin untuk menyiapkan interview super penting.
Anda menginginkan interview ini berjalan semulus mungkin. Tapi alih-alih
memikirkan interview yang mulus. Anda mulai memikirkan jalanan yang macet, data
yang tertinggal, interview yang gagal. Lalu akhirnya Anda mulai merasakan kekecewaan,
kekhawatiran dan kesedihan dari interview yang gagal. Padahal interview itu
belum dimulai, dan Anda masih menginginkan interview yang berjalan mulus.
Jadi sambil terus menginginkan
sesuatu, Anda juga terus memikirkan dan merasakan sesuatu yang bertolak
belakang dengan keinginan Anda sendiri. Inilah ketidak selarasan pertama yang
Anda buat. Bukankah itu seperti mengharapkan air kolam yang tenang, tapi tangan
Anda secara sengaja terus mengaduk-aduk air itu. Pertanyaanya : Apakah air
kolam itu akan tenang kalau diaduk-aduk terus?
Sahabatku… Budi menginginkan
rumah, lalu budi memikirkan rumah yang dia inginkan. Budi mengetahui hukum LOA,
kalau dia memikirkan rumah, maka dia akan mendapatkan rumah. Selama setahun
Budi menunggu hasil LOA nya tapi tidak kunjung berhasil. Akhirnya Budi berintrospeksi
diri tentang ketidak selarasan yang dia lakukan. Oh ternyata jawabannya adalah;
benar memang Budi selalu memikirkan rumah, tapi selama memikirkan rumah. Budi juga
memikirkan bagaimana caranya membeli rumah dengan gajinya yang pas-pasan yang bahkan
kalau pun dicicil itu tidak akan cukup. Perasaan Budi akhirnya ikut menga-amini
kemustahilan Budi.
Betul memang Budi menginginkan
rumah, tapi pikiran dan perasaan Budi sama sekali tidak selaras dengan
keinginan Budi. Akhirnya meski Budi selalu memikirkan keinginannya, Budi tidak
pernah sampai ke state mendapatkan keinginannya. Karena pikiran dan perasaan
Budi selalu menghalangi dirinya sendiri.
# KETIDAK SELARASAN KEDUA
Sahabatku… LOA sebenarnya adalah mempercayai
kekuatan dan bekerja sama dengan kekuatan itu sendiri. Jadi Anda memang harus
mempercayai kekuatan itu terlebih dahulu sebelum bekerja sama dengan kekuatan
itu sendiri.
Sayangnya percaya itu berbeda
dengan mengetahui. Anda boleh mengetahui bahwa hukum LOA bisa memberikan apapun
kebutuhan Anda. Tapi belum tentu Anda mempercayainya bukan?
Ketidak selarasan kedua adalah; Tidak
adanya kepercayaan. Contoh : Joko menginginkan mobil, lalu dia mencoba hukum
LOA. Namun selama mencoba LOA Joko tetap saja tidak mempercayai bahwa LOA akan
benar-benar berhasil. Dia tidak percaya kepada hukum energy, dia tidak percaya
kalau hidup ini tentang timbal balik, dia juga tidak percaya kalau dia akan
memenangkan mobil karena LOA.
SANG PEMBUAT sudah membuat sebuah
system yang sangat nyaman, yang memang membutuhkan kenyamanan penggunanya. Keselarasan
kedua yang Anda buat adalah menjadi nyaman dengan diri Anda sendiri. LOA adalah
diri Anda sendiri, karena memang kita adalah energy dan energy bekerja sebagaimana
energy bekerja. Apakah ketidak-percayaan kita tentang diri kita sendiri adalah sesuatu
yang nyaman? Kita bisa menjawabnya dengan kata tidak. Sebuah keniscayaan bahwa
rasa percaya menghasilkan kenyamanan. Kita nyaman dengan semesta yang bekerja
dengan diri kita. Kita nyaman dengan system yang dibuatkan olehNYA sendiri.
Jadi kalau Anda ingin dengan sadar
menggunakan LOA, Anda memang harus percaya dengan LOA itu sendiri. Bukan hanya
percaya bahwa hukum ketertarikan itu berfungsi, tapi percaya kepada siapa yang
membuat system itu sendiri. Karena LOA adalah bagian dari system semesta (the
law of universe) bukan system buatan manusia.
# KETIDAK SELARASAN KETIGA
Sahabatku… DIA MAHA ADIL, MAHA
MENGETAHUI, MAHA MENCUKUPI. Segala kemahaan adalah milik SANG PEMBUAT. Karena keadilanNYA
DIA mampu memenuhi keinginan Anda. Karena kemengetahuanNYA DIA mengetahui
keinginan Anda. Karena kemaha mencukupiNYA DIA mencukupi kebutuhan Anda. Ini selalu
dan selalu, baik Anda sadar menjalani hukum LOA ataupun Anda tidak sadar
menjalani hukum LOA. Karena sekali lagi hukum LOA tetap berjalan, baik kita
sadar menjalaninya ataupun tidak sadar. Hanya saja kita akan selalu mendapatkan
hasil yang maksimal dari sebuah kesadaran.
Kembali ke topik, lalu apa itu
keselarasan yang ketiga. Keselarasan ketiga adalah tentang menyelaraskan
keinginan itu sendiri.
Sahabatku… Keinginan manusia itu
ibarat keran bocor apabila tidak diselaraskan. Betul memang kita menginginkan
mobil dan bisa mendapat mobil dengan LOA. Betul memang kita menginginkan sejuta
hektar tanah dan bisa juga mendapatkannya dengan LOA. SANG MAHA PEMBERI tidak
akan pernah kekurangan apapun untuk memenuhi keinginan manusia.
Hanya sahabatku… Kadang keinginan
kita tidak selaras dengan kebutuhan kita sendiri. Saat keinginan tidak selaras
dengan kebutuhan, maka muncullah ketidak selarasan ketiga. Hanya saja memang kita
sangat amat buta dengan ketidak selarasan yang ketiga ini. Karena kadang
keinginan manusia membutakan dirinya sendiri untuk melihat dan berpikir ulang
dengan akal, apakah keinginan ini adalah sesuatu yang dibutuhkan atau tidak.
DIA sudah pasti akan memenuhi
kebutuhan makhlukNYA. Tapi untuk keinginan perlu dipikir ulang. Karena DIA tahu
dibalik keinginan kita apakah hasilnya akan baik atau buruk. DIA MAHA
MENGETAHUI sahabatku… Bahkan untuk keinginan kita sendiri. Boleh jadi kita
menginginkan sesuatu yang baik, dan ternyata itu buruk. Bisa jadi juga kita
tidak menginginkan sesuatu padahal itu baik bagi kita.
Jadi apabila Anda merasa gagal
dengan LOA Anda, coba perhatikan ketidak selarasan yang ketiga ini. Coba pikirkan
ulang apakah keinginan Anda memang sudah selaras dengan kebutuhan Anda. Contohkan
saja seperti ini; Anda memiliki anak yang sangat Anda sayangi dan cintai. Anak Anda
merengek meminta permen, apakah Anda akan membiarkan anak Anda merengek? Anda
akan memberikannya permen. Berapa banyak permen yang Anda berikan? Apakah Anda
akan memberikannya sebox besar permen? Tentunya tidak, Anda menyanyanginya. Anda
tahu kalau sebox besar permen akan merusak dirinya, dan Anda tidak mau dia
rusak, karena Anda menyanyanginya, maka Anda melindunginya.
Begitu juga dengan SANG MAHA
sahabatku… Bukan berarti LOA Anda gagal DIA tidak menyanyangi Anda. Kita memang
hanya belum cukup bijaksana untuk mengerti alasannya saja. Kita belum cukup
bijaksana untuk membedakan keinginan dan kebutuhan.
Karenanya sahabatku… Cobalah sejenak
untuk menyelaraskan antara keinginan dengan kebutuhan melalui akal dan
kejernihan penilaian kita. Lalu setelah itu serahkanlah kepadaNYA. DIA SANG
MAHA MEMENUHI akan memenuhi segala kebutuhan Anda sahabatku… Kalau ternyata
ketidak selarasan terjadi dalam praktek LOA Anda maka dengan kasih sayangNYA
DIA akan meluruskannya untuk Anda.
Sahabatku… Menyelaraskan diri
dengan hukum the law of attraction seperti memiliki lampu aladin yang mampu
mengabulkan permintaan. Tapi sama juga seperti lampu aladin yang harus digosok.
Hukum LOA tidak bergerak begitu saja. Energy yang menarik energy tidak serta
merta bergerak begitu saja. Menggerakan hukum LOA berarti menggerakan bagian
diri kita yang percaya bahwa diri kita memang menyatu dengan pencipta dan
penggerak energy itu sendiri. Itulah alasan kenapa hukum LOA akan bekerja sangat
powerfull bagi mereka yang mampu menyelaraskan pikiran, perasaan dan
keingiannya. Dan bagi mereka yang memiliki kepercayaan. Dan bagi mereka yang
mampu membedakan dengan akal antara kebutuhan dengan keingiannnya sendiri.
Akhir kata sahabatku… Apakah kita
butuh berdoa kalau kita sudah menjadi DOA itu sendiri? Pikirkan kembali… Kalau
Anda sudah meresapi dan bergerak sesuai doa Anda sendiri, maka Anda memang
tidak perlu lagi duduk sambil merengek dan mendikteNYA. Karena memang Anda
percaya DIA MAHA ADIL, MAHA MENGETAHUI, MAHA MENCUKUPI. DIA bersama Anda, dan
Anda sudah bersama doa Anda. Lalu bagian mana yang tidak selaras dengan ini? Kalau
begitu, jagalah keselarasan Anda sebagaimana yang telah DIA ajarkan. Hukum the law of attraction akan bekerja seperti lampu ajaib dalam hidup Anda kalau Anda bisa selaras dengan pembuat hukum itu sendiri.
Salam Semesta
Meditasi Lebih Positif Dengan Mode MOVE IN
Mei 26, 2019
Sahabatku… Bagaimana caranya
bermeditasi itu tidak terlalu penting. Jawabannya sama seperti bagaimana
caranya kita mandi. Karena bagaimana pun caranya kita mandi tujuannya tetap
sama yaitu untuk membersihkan tubuh. Begitu juga dengan meditasi, dengan teknik
apapun itu dilakukan, tujuannya sama, yaitu agar kita kembali menjadi positif. Mengembalikan
energy yang positif, pikiran yang positif dan perasaan yang positif. Sehingga menghasilkan
aksi-aksi yang positif.
Teknik boleh bebas, hanya memang
ada syarat tertentu yang perlu diperhatikan dari cara kita bermeditasi agar
mendapat hasil yang positif. Jadi memang meditasi bukan sekedar duduk, relaks,
menutup mata dan mengosongkan pikiran. Tapi ada teknik Neuroscience yang harus kita pelajari dan aktifkan saat
bermeditasi.
Jadi begini… Sebagaimana kita
ketahui, ada lima kategori utama gelombang otak, masing-masing bekerja sesuai
dengan aktivitas yang berbeda. Meditasi memungkinkan kita untuk berpindah dari
gelombang otak frekuensi tinggi ke frekuensi lebih rendah, sehingga
mengaktifkan berbagai pusat di otak. Hanya perpindahan gelombang ini kadang
bukan menjadi hal yang mudah bagi sebagian orang. Padahal ini adalah syarat
tertentu tersebut.
Kadang sebagian yang bermeditasi
mengeluhkan susahnya mengosongkan pikiran. Akhirnya mereka mencoba menahan laju
pikiran mereka, tapi tetap juga tidak berhasil. Si pelaku meditasi tidak
berhasil berpindah frekuensi gelombang otak ke tingkat yang lebih rendah. Akhirnya
meditasi yang dilakukan selama beberapa menit pun menjadi hambar karena si
pelaku kelelahan, yaitu lelah menahan pikirannya sendiri.
Padahal keindahan setelah bermeditasi
adalah agar meringankan pikiran. Maksudnya setelah bermeditasi, pikiran-pikiran
yang menggangu kita sebelumnya, menjadi tidak menggangu kita lagi. inilah yang
dimaksud dengan mengembalikan kepositifan. Disinilah arti meditasi menjadi
bermakna. Karena bermakna atau tidak bermaknanya meditasi itu bukan dinilai dari
lama atau sebentarnya meditasi dilakukan. Tapi dari seberapa berhasil meditasi
itu mengembalikan kepositifan diri kita.
Lama atau cepat itu relative tergantung
siapa yang mengukurnya. Tapi positif itu adalah keniscayaan. Hanya masalahnya,
tidak selalu meditasi yang kita lakukan baik itu lama ataupun cepat membuahkan
kepositifan instan. Lalu pertanyaannya, bagaimana caranya?
Cara sederhana yang digunakan
untuk memulai transisi dari gelombang Beta menuju gelombang Alpha atau gelombang
Theta State adalah fokus pada nafas. Nafas dan pikiran bekerja bersamaan,
sehingga ketika nafas mulai memanjang, gelombang otak mulai melambat.
Singkatnya agar mendapat hasil
yang positif dari meditasi, maka awasi napas kita. Cukup perhatikan napas kita
mengalir masuk. Mengalir keluar. Hanya perhatikan. Saat pikiran kita mulai
mengembara, fokus kembali ke napas kita. Perhatikan bahwa ketika napas kita
mulai memanjang dan mengisi tubuh kita, maka pikiran kita mulai tenang.
Cukup sederhana bukan? Jadi agar
mendapat hasil yang positif dari meditasi Anda tidak perlu terlalu menekan diri
untuk berhenti berpikir, tidak semua orang mampu menghentikan laju pikiran yang
melaju diotaknya. Karena memang pada dasarnya pikiran tidak bisa berhenti. Yang
harus kita garis bawahi; memang pikiran tidak bisa berhenti, tapi pikiran bisa
berubah fokus. Untuk merubah fokus dari pikiran menjadi fokus pada meditasi. Maka
fokuskan pikiran Anda bukan untuk berhenti atau menahan pikiran, tapi alihkan
fokus pikiran untuk masuk ke mode MOVE IN.
Apa itu mode MOVE IN? Yaitu mode mengkoneksikan
kesadaran untuk merasakan hal-hal yang sedang berlangsung didalam jasad. Merasakan
proses jantung yang berdetak, aliran nafas yang berproses, aliran darah yang
mengalir, organ-organ yang bekerja, sel yang bergetar, terus sampai ke titik
merasakan bagaimana SANG PENGHIDUP bervibrasi didalam tiap sudut jasad ini
untuk menghidupkan. Latihan awalnya adalah dengan cara memperhatikan nafas
seperti diatas. Jadi selama meditasi pikiran kita mencoba menjadi satu dengan
diri kita sendiri.
Konsistensi adalah kuncinya. Coba
lakukan meditasi MOVE IN ini secara teratur, tidak perlu waktu yang lama,
sebentar saja kita duduk dan masuk kedalam diri kita sendiri. Lima menit sehari
sudah cukup, dibanding melakukan meditasi tiga puluh menit sehari tapi penuh
tekanan untuk menahan laju pikiran, yang memang tidak bisa ditahan, melainkan hanya
dibelokkan fokusnya. Sementara fokus mana lagi yang lebih indah dari pada fokus
kepada diri, untuk meresapi seluruh yang ada didalam diri sendiri.
Sahabatku… Kita memang jarang
menyibukkan diri untuk merasakan yang didalam, dibanding merasakan yang diluar.
Padahal semua itu berawal dari dalam menuju luar. Dengan bermeditasi sambil masuk
ke mode MOVE IN ini kita mulai merasakan kembali diri kita. Kembali mengenal
yang didalam, agar mampu mengatur yang diluar. Bukan hanya itu, dengan meditasi
mode MOVE IN kita mengenal kembali dengan SIAPA kita bergerak. Kita semakin
mengenal lagi bahwa kasih sayang penghidupanNYA yang tidak terbatas, ada ditiap
inci diri kita. Semakin sering kita melakukan ini, maka kita semakin sadar
dengan SIAPA kita bergerak.
Akhir kata sahabatku… Kalau kita sudah
mampu menyadari dengan SIAPA kita bergerak, apakah mungkin kita tidak bertambah
positif?
Salam Semesta
Copyright © www.PesanSemesta.com
Penjelasan Scientific “Ketidak Terhubungan” Itu Tidak Ada
Mei 25, 2019
Lalu apa yang mampu menyatukan
kita? Apa yang mampu menyatukan ketidak terhubungan ini…
“Ketidak terhubungan” adalah rasa
ketidak koneksian sebagaimana yang sekarang kita rasakan. Meski sebenarnya didalam
kehidupan ini tidak pernah ada sesuatu yang disebut “ketidak terhubungan”
karena semuanya terhubung dan menyatu dalam wujud asli yang sebenarnya. Sayangnya
cara kita melihat masih terlalu dangkal untuk melihat wujud asli yang
sebenarnya. Akhirnya wujud itu tidak terasa dan akhirnya kita menyebut kata “ketidak
terhubungan” untuk segala sesuatu yang terhubung dan menyatu.
Sahabatku… Manusia terhubung satu
sama lain antar seluruh manusia. Manusia terhubung dengan seluruh isi alam
semesta. Manusia terhubung dengan SANG PEMBUAT alam semesta. Dan manusia
terhubung dengan SANG PENGHIDUP adalah keniscayaan. Kita tidak sedang
membicarakan ilmu filsafat atau ilmu agama. Kita sedang membicarakan ilmu
pengetahuan. Sesuatu yang sudah terbuktikan, sesuatu yang sudah terlihat. Jadi yang
kita bicarakana adalah jawaban akal berdasarkan fakta, bahwa tidak ada “ketidak
terhubungan” didalam kehidupan ini. Semua adalah kesatuan.
Sahabatku… “Kesatuan” apakah
kesatuan itu “satu”, jawabannya tidak bukan. Kesatuan itu adalah sifat tunggal.
Tunggal bukanlah satu, tapi satu-satu yang berkumpul. Manusia, kehidupan dan
sumber kehidupan adalah kesatuan itu sendiri.
Lalu bagaimana ilmu pengetahuan menjawabnya ?
Sahabatku… Kembali lagi kepada
cermin. Saat bercermin apa yang kita lihat secara kasat mata biasa hanyalah
hasil akhir dari begitu banyak energi yang duduk didalam satu atom. Mari kita
merunut mundur diri kita sendiri : Sebagai organisme, didalam tubuh manusia
terdapat organ sistem. Organ sistem terdiri dari banyak jaringan. Jaringan
tersusun dari ribuan juta sel-sel. Sel-sel itu tersusun dari molekul. Molekul
terbentuk dari atom dan atom terbentuk dari energi. Jadi wujud inti manusia
adalah energi.
Energi-energi itu dengan
cerdasnya terus menerus bervibrasi untuk membentuk sesuatu yang kita lihat
sebagai materi. Seluruh diri kita terlihat dicermin, cermin itu sendiri, dan
bahkan segala yang berada di ruangan itu sendiri. Jadi sebenarnya manusia
adalah energi yang berada didalam energi. Kita tercipta dari materi energi.
Semesta dan segala isinya juga tercipta dari materi energi.
Sahabatku… Kita memang tidak
memiliki alasan untuk tidak berkata, bahwa manusia memanglah satu kesatuan
dengan semesta, atau kita juga bisa mengatakan bahwa manusia adalah semesta itu
sendiri. Sekali lagi ini bukan ilmu filsafat atau ilmu agama. Tapi ini ilmu
pengetahuan yang terbukti ilmiah, bisa dilihat dan diberpikirkan oleh akal yang
mau berpikir.
Semua materi yang diteliti dan
dilihat mundur hanya tersusun dari molekul. Molekul terbentuk dari atom. Jika
kita mengamati lebih dalam komposisi atom dengan mikroskop yang lebih canggih
lagi, kita akan melihat pusaran kecil seperti tornado, dengan sejumlah pusaran
energi yang sangat kecil yang saling bervibrasi (bergetar) tanpa henti. Para
peneliti menyebuatnya dengan istilah quark.
Jadi energy bervibrasi inilah yang menggerakan atom.
Sampai disini para peneliti tidak
bisa menjelaskan apa dan bagaimana energy-energi itu bisa terus bervibrasi
untuk menggerakan atom. Atau dengan pertanyaan lain bagaimana energy yang tidak
kasat mata itu hidup memenuhi kehidupan itu sendiri? Salahkah kalau disebut
energy bervibrasi inilah penghidup semesta raya. Karena kalau energy-energy itu
berhenti bervibrasi, maka dalam sekejap apa yang kita sebut materi baik yang
terlihat atau tidak terlihat akan lenyap. Lenyap tanpa bekas apapun yang mampu
kita lihat lagi. Baik oleh mata telanjang ataupun dibawah mikroskop.
Sahabatku… Bukankah ini membuat
kita membayangkan betapa kita sekarang tersudut dengan yang namanya koneksi. Kita
merasakan ketidak terhubungan dengan diri kita sendiri, ketidak terhubungan
dengan semesta, ketidak terhubungan dengan PEMBUAT dan PENCIPTA PENGHIDUP
kehidupan kita sendiri. Ketidak terhubungan yang terasa karena memang tidak
adanya koneksi.
Pertanyaan selanjutnya sangat
simpel : Kenapa kita tidak memiliki
koneksi padahal koneksi itu ada? Seperti ruangan yang full sinyal wifi tapi
perangkat android kita tidak mampu menangkap sinyal wifi yang berlimpah itu. Berarti
ada yang salah bukan dengan android kita?
Apakah kesalahan itu akan
dibiarkan terus tanpa perbaikan? Apakah ketidak terhubungan yang terjadi hanya
karena tidak memiliki koneksi akan dibiarkan begitu saja? Jawabannya kami serahkan
kepada diri Anda sahabatku…
Memang pembahasan kita kali ini
masih sangat-sangat minim dan perlu dilanjutkan ke tingkat yang lebih mendalam.
Kami akan terus membahasnya, agar pelan tapi pasti ketidak terhubungan itu
menjadi tidak ada. Koneksi itu muncul, dan kesatuan itu terasa.
Salam semesta
Copyright © www.PesanSemesta.com
Merongrong Kebaikan
Mei 22, 2019
Sahabatku… Selalu ada kesempatan
dalam hidup ini. Kesempatan untuk memilih kebaikan. Sayangnya kita tidak begitu
mengerti jelas, tentang kebaikan kecuali itu adalah hal yang menurut kita
menguntungkan.
Bagi manusia baik adalah
menguntungkan. Tidak menguntungkan adalah tidak baik. Kalau kita mau memutar
akal kita untuk menemukan pengertian baik, maka menjadi rancu sendiri
definisinya. Bagi yang kalah itu tidak baik, bagi yang menang itu baik. Bagi yang
kenyang itu baik, bagi yang lapar itu tidak baik. Jadi benar mungkin selama
kita tidak diuntungkan, selama itu juga kita tidak diberi kebaikan.
Sahabatku… Paragraf diatas adalah
saat ego manusia ditanya tentang apa itu baik baginya. Bukan bagiNYA. Saat kita
berdoa “Ya Tuhan berikanlah kami yang
terbaik menurutMU” Lalu doa kita dijawab dengan sesuatu yang menurut
definisi kita tidak baik bagi kita. Apakah disaat itu kita akan kecewa? Sebuah tantangan
bukan meminta Tuhan mendefinisikan kebaikan menurutNYA, tetapi sambil terus
membawa definisi kebaikan peribadi?
Sahabatku… Apabila kita memang
sudah mampu berdoa dengan kalimat “yang
terbaik menurutMU” berarti kita sudah bisa menanggalkan satu ego yang
senantiasa merongrong, yaitu ego kebaikan. Bahkan kebaikan pun memiliki egonya
sendiri.
Ego kebaikan adalah keinginan
menerima keuntungan yang menguntungkan dari kebaikan itu sendiri.
Sahabatku… Mungkin mulai sekarang
kita bisa berhati-hati dengan yang namanya kata ‘baik’ selain kebaikanNYA. Karena
definisi kebaikan Tuhan adalah tanpa ego kebaikan itu sendiri, itu kenapa meski
kita selalu percaya bahwa DIA itu MAHA BAIK, tetap saja kita merongrong
kebaikan.
Pertanyaannya : Kalau memang DIA
MAHA BAIK dan kita percaya kebaikanNYA meliputi alam ini, lalu kenapa… Kenapa
kita merasa doa kebaikan kita tidak terkabul? Kenapa kita merasa doa kebaikan kita
gugur seperti daun kering yang sengaja dilepas dari dahannya.
Renungkanlah sahabatku…
Renungkanlah
Copyright © www.PesanSemesta.com
IG : @pesansemesta.ig - FB: pesansemesta.7
Apakah Tuhan Butuh Pembelaan ?
Mei 21, 2019
Sahabatku… Tulisan ini bukan
bermaksud menyudutkan, tapi kami hendak membahas satu kalimat empat kata, yang
berkata “Kita harus membela Tuhan”. Disini kita hendak mencari titik terang,
melalui akal yang DIA anugerahkan sebagai pembeda dari makhluk lainnya.
Sehingga kita bisa mengambil jawaban yang BIJAKSANA dan PANTAS sebagai makhluk
yang mengaku ber-akal dan ber-Tuhan.
Apabila ada yang bertanya : Apakah Tuhan Butuh Pembelaan?
Maka… Melalui akal apabila kita
mau mengintrospeksi diri kita. Melalui akal apabila kita mau memikirkan dan melihat
kembali posisi kita. Melalui akal apabila kita mau bercermin kepada diri kita.
Maka sungguh kita tidak akan mampu berkata bahwa Tuhan butuh pembelaan kita.
Karena melalui akal kita
mengakui, tanpa Tuhan kita bukanlah apa-apa, tanpa SANG PENGHIDUP kita tidaklah
mampu menghidupi diri sendiri, tanpa SANG PEMBUAT kita juga tidaklah mampu
mengatur urusan-urusan hidup kita sendiri. Jadi melalui akal kita mengakui,
kalau Tuhan adalah sumber segalanya bagi kita dan diri mereka. Akhirnya melalui
akal pula kita bisa mengukur dan membandingkan, seberapa besar diriNYA dan diri
kita serta diri mereka yang dihidupkan.
Kesimpulannya : Melalui akal diri
kita berkata “SANG PENCIPTA PENGHIDUP ALAM SEMESTA RAYA TIDAK BUTUH PEMBELAAN
APAPUN. KARENA SANG PENCIPTA BERDIRI DIATAS SELURUH KEHIDUPAN YANG DIA
CIPTAKAN”
Apabila kesimpulan diatas masih
kurang, maka terakhir izinkanlah akal kita untuk merenungkan kembali tentang
sejarah yang sudah berlalu. Kalau-lah akal kita mengakui bahwa yang menghidupi
seluruh tentara perang salib adalah satu PENGHIDUP yang sama dengan yang
menghidupi seluruh tentara muslimin. Lalu siapakah sebenarnya yang kita bela
sahabatku…?
Bukankah lebih bijak apabila kita
mengakui saja, bahwa pembelaan yang kita lakukan adalah pembelaan atas nama
kelompok dan atas nama kepentingan kelompok. Dari pada kita terus membawa-bawa
namaNYA sebagai sebuah pembelaan yang tidak ber-alasan untuk aksi-aksi dan
teriakan-teriakan keras kita.
Lagi pula bagaimana akal kita
mampu mengingkari, bahwa SANG PENCIPTA sendirilah yang masih menghidupi mereka-mereka
yang berbeda itu? Kalau-lah memang perbedaan itu dihidupi olehNYA, yang kita
sebut sebagai Tuhan yang satu, dan hanya ada satu Tuhan yang benar. Lalu dengan
alasan apa aksi-aksi pembelaan itu kita lakukan?
Apakah mungkin kita menyebutnya atas
alasan humanity (kemanusiaan). Karena
apabila pembelaan kita betul-betul atas nama humanity, maka kita akan selalu
berpihak untuk memanusiakan manusia. Tanpa kekerasan ataupun amarah kebencian,
melainkan hanya kedamaian. Bukan begitu?
Apakah mungkin kita menyebutnya atas nama jihad (berjuang dengan sungguh-sungguh). Karena apabila kita sudah benar-benar berjihad, maka jihad pertama kita adalah jihad untuk diri kita terlebih dahulu. Seseorang yang sudah berjihad dengan dirinya, tidak akan mungkin memasukkan amarah yang dipenuhi kekerasan dan ketidak sadaran diri didalam aksi jihadnya itu sendiri. Karena manusia yang sudah berjihad dengan dirinya, adalah manusia yang sudah mampu menetralkan dirinya sebagaimana yang dicontohkan Semesta.
Lihatlah Semesta, bukankah Semesta masih memberikan oksigen yang sama kepada seluruh makhluk hidup tanpa pandangan penilaian. Bayangkan sejenak kalau Semesta melihat kita dengan pandangan penilaian. Mungkinkah kita masih disini? Jadi kalau manusia sudah berjihad dengan dirinya, lalu dia berjihad keluar dirinya. Maka aksi jihadnya adalah aksi kenetralan untuk kemakmuran umat manusia. Bukan aksi-aksi menyakiti, membunuh apalagi memusnahkan umat manusia.
Apakah SANG MAHA PENYANYANG akan menyimpan kepentingan untuk menyakiti, membunuh atau memusnahkan manusia? Kalau seluruh diri yang kita bawa adalah ciptaanNYA dan kita hidup atas izin kehidupanNYA. Lalu apakah DIA masih butuh pembelaan kita? Lalu siapa yang kita bela? Perlu kita renungkan dari sini bahwa DIA tidak pernah berkelompok, karena DIA ada di setiap ciptaanNYA. Memang butuh kenetralan untuk merenungkan ini. Dan kenetralan inilah jihad pertama kita sahabatku... Di kelompok mana pun Anda berada.
Apakah mungkin kita menyebutnya atas nama jihad (berjuang dengan sungguh-sungguh). Karena apabila kita sudah benar-benar berjihad, maka jihad pertama kita adalah jihad untuk diri kita terlebih dahulu. Seseorang yang sudah berjihad dengan dirinya, tidak akan mungkin memasukkan amarah yang dipenuhi kekerasan dan ketidak sadaran diri didalam aksi jihadnya itu sendiri. Karena manusia yang sudah berjihad dengan dirinya, adalah manusia yang sudah mampu menetralkan dirinya sebagaimana yang dicontohkan Semesta.
Lihatlah Semesta, bukankah Semesta masih memberikan oksigen yang sama kepada seluruh makhluk hidup tanpa pandangan penilaian. Bayangkan sejenak kalau Semesta melihat kita dengan pandangan penilaian. Mungkinkah kita masih disini? Jadi kalau manusia sudah berjihad dengan dirinya, lalu dia berjihad keluar dirinya. Maka aksi jihadnya adalah aksi kenetralan untuk kemakmuran umat manusia. Bukan aksi-aksi menyakiti, membunuh apalagi memusnahkan umat manusia.
Apakah SANG MAHA PENYANYANG akan menyimpan kepentingan untuk menyakiti, membunuh atau memusnahkan manusia? Kalau seluruh diri yang kita bawa adalah ciptaanNYA dan kita hidup atas izin kehidupanNYA. Lalu apakah DIA masih butuh pembelaan kita? Lalu siapa yang kita bela? Perlu kita renungkan dari sini bahwa DIA tidak pernah berkelompok, karena DIA ada di setiap ciptaanNYA. Memang butuh kenetralan untuk merenungkan ini. Dan kenetralan inilah jihad pertama kita sahabatku... Di kelompok mana pun Anda berada.
Akhir kalimat sahabatku… Kita dibuatkan akal, agar kita tidak meng-ingkari akal kita sendiri. Jadi, apakah Tuhan butuh pembelaan? Biarkan akal kita menjawabnya sendiri.
Salam Semesta
Copyright © www.PesanSemesta.com
IG : @pesansemesta.ig - FB: pesansemesta.7
Menjernihkan Keinginan
Mei 21, 2019
Sahabatku… Selama ini kita
senantiasa berbicara tentang menjernihkan pikiran dan menjernihkan hati,
pembicaran yang sangat bagus bukan? Pada kesempatan kali ini kita akan
berbicara tentang menjernihkan keinginan.
Lalu apa itu menjernihkan keinginan?
Sebelum menjawabnya izinkan
kami bertanya tentang apa-apa saja yang terlintas sebagai sebuah keinginan di
pikiran Anda hari ini? Misal saja, siang yang terik tadi Anda ingin minum thai
tea dingin, sore hari yang mendung Anda ingin menyeruput kuah bakso hangat, memasuki
mall Anda ingin setelan pakaian baru, atau saat tadi kehujanan Anda ingin segera punya
mobil.
Seiring hari yang berlalu maka list keinginan pun hanya semakin panjang, panjang dan panjang. Jadi memang hampir 80% pikiran kita dipenuhi keinginan-keinginan. Baik itu yang tampak remeh seperti diatas, atau pun keinginan-keinginan besar lainnya.
Seiring hari yang berlalu maka list keinginan pun hanya semakin panjang, panjang dan panjang. Jadi memang hampir 80% pikiran kita dipenuhi keinginan-keinginan. Baik itu yang tampak remeh seperti diatas, atau pun keinginan-keinginan besar lainnya.
Salahkah pikiran kita dengan keinginannya? Jawabannya TIDAK, keinginan kita adalah kewajaran yang sangat dimaklumi olehNYA. Tapi tidak oleh kita sendiri, kadang diri kita tidak bisa memaklumi keinginannya sendiri, akhirnya kita selalu diburu oleh keinginan dan lupa akan kebutuhan.
Sahabatku… Menjernihkan keinginan
artinya kemampuan diri untuk memaklumi keinginannya dan menyaring keinginannya
menjadi kebutuhan. Artinya kita menjadi sangat sadar bahwa; keinginan dan kebutuhan adalah dua hal yang berbeda. Apa yang kita inginkan belum tentu apa yang kita butuhkan. Begitu juga sebaliknya, apa yang kita butuhkan belum tentu apa yang kita inginkan.
Filtrasi ini dilakukan harus dilakukan dalam kenetralan, tanpa tekanan
tapi dengan pemakluman. Karena diri ini sadar keinginan yang tidak kita penuhi
itu adalah bukan karena ketidak mampuan kita memenuhinya, melainkan karena itu bukanlah
kebutuhan kita. Akhirnya, tidak ada sedikit pun didalam diri kita yang merana saat keinginannya tidak terpenuhi. Karena secara sadar diri sudah mengenal keinginan dan kebutuhannya sendiri,
Tentunya kondisi
kebutuhan tiap-tiap kita berbeda. Jadi, tidak ada list baku tentang kebutuhan
manusia itu apa saja. Jadi untuk menjernihkan keinginan memang diperlukan
kebijaksaan serta kedewasaan akal pikiran kita dalam membuat pilihan. Karena apapun
itu pilihannya, hasilnya akan selalu bergulir menuju diri sendiri. DIA tidak
pernah menentukan pilihan makhlukNYA. Kita memang diberi kebebasan memilih
dalam hidup ini. Jadi pilihan kita untuk menjernihkan keinginan harus murni
dari diri sendiri.
Karena harusnya memang kita paham, bahwa segala kebutuhan harus terpenuhi lebih awal, ketimbang keinginan. Hanya saja kita lebih sering memaksakan diri untuk lebih mengutamakan keinginan ketimbang kebutuhan. Itu semua karena kita masih memandang kebutuhan dan keinginan dengan menggunakan kacamata yang sama, yaitu kacamata ego. Tidak ada yang salah dengan ego, jelas manusia tidak akan mampu hidup tanpa ego. Kebutuhan dan keinginan pun adalah bagian dari ego. Namun meski segala macam ego menuntut pemenuhan, sebagai pengendali ego kita harus mampu member-pikirkan segala ego kita dalam kenetralan.
Sahabatku... SANG MAHA MENGETAHUI tentu mengetahui betul secara detail segala kebutuhan kita. Begitu juga DIA memahami betul secara detail segala keinginan kita. Hadirkan kenetralan didalam diri dan biarkan DIA menuntun kita untuk mem-berpikirkan. Sehingga kita menjadi manusia-manusia yang mampu menjernihkan keinginannya sendiri.
Jelas kita membutuhkan kejernihan, karena kejernihan disegala aspek kehidupan akan memunculkan keseimbangan. Jadi dengan menjernihkan keinginan, kita akan menemukan titik keseimbangan didalam diri kita. Sehingga kita tidak selalu merasa diburu oleh keinginan diri sendiri. Keinginan tidak lagi memperbudak tuannya, dan tuannya bisa lebih bersyukur atas semua kebutuhan yang telah terpenuhi.
Akhir kata sahabatku... Renungkanlah, apa yang bisa kita syukuri dalam hidup ini, saat dengan sengaja kita membiarkan segala keinginan senantiasa merongrong dan memburu diri sendiri ?
Salam Semesta
Copyright © www.PesanSemesta.com
IG : @pesansemesta.ig - FB: pesansemesta.7
Ritual Ibadah Tanpa Spiritual Adalah Kejauhan
Mei 20, 2019
Setiap agama mengajarkan umatnya
untuk beribadah. Yahudi, Nasrani, Islam, Budha, Kristen, Hindu dan agama-agama
yang lain juga mengajarkan ibadah sebagai proses pendekatan kepada Tuhan. Hanya
terdapat masalah yang dihadapi oleh mereka yang menjalankan ibadah. Masalahnya adalah
ibadah-ibadah yang dilakukan, hanya dilakukan untuk sekedar pemenuhan kewajiban
belaka. Akhirnya ibadah dilakukan secara terpaksa tanpa apapun yang disebut
spiritualitas.
Sahabatku… Spiritual itu ibarat
garam dalam sup, dan sup adalah ibadah. Ibadah tanpa rasa spiritual akan
menjadi ibadah yang hambar bagi jiwa. Sembahyang tanpa spiritual hanya akan
menjadi gerakan belaka. Doa tanpa spiritual hanya akan menjadi mantra belaka.
Tanda kalau kita mendatangkan
spiritual didalam ritual ibadah adalah munculnya rasa khusyu, bukan sekedar
pura-pura khusyu. Tapi kita benar-benar merasakan kekhusyuan yang luar biasa bersahaja
dan khidmat. Bukan hanya khusyu, kita juga merasakan kedekatan denganNYA. Jiwa
kita mampu merasakan ketunggalan bersama Sang MAHA. Terakhir tejadinya koneksi
kebersamaan, seperti muncul energy timbal balik dalam setiap ritual ibadah yang
kita lakukan. Sehingga kita makin dan makin merasakan selalu kebersamaan
bersamaNYA.
Khusyu, kedekatan dan rasa
kebersamaan adalah tiga hal yang hanya bisa didapat apabila kita mampu
melakukan ibadah dengan spiritual. Kalaulah seseorang masih beribadah karena
mengharap imbalan, maka imbalan terbaik adalah tiga rasa ini. Tapi jujur saja, apabila
kita sudah mampu merasakan tiga hal ini. Maka seketika kita akan melupakan dan
tidak memerlukan lagi sesuatu yang disebut imbalan.
Namun apabila kita belum merasakan
ketiga hal ini, maka memang kita harus senantiasa melatih diri dan belajar, agar
jiwa mampu kembali mendapatkan tempat spiritualnya. Karena sesuai judul diatas,
ritual ibadah yang dilakukan tanpa spiritual akan menjadi membahayakan, kenapa?
Karena jiwa tidak mendapatkan
manfaat apa-apa dari ritual yang dilakukan. Akhirnya jiwa kita tetap hampa,
sikap kita tidak berubah, keburukan masih dilakukan, kedewasaan iman serta sikap
diri kita kepadaNYA pun bukannya bertambah bagus tapi malah terkikis. Bagian
yang terparah, kita kehilangan kesempatan untuk bisa merasakan apa itu rasa
khusyu, kedekatan apalagi rasa kebersamaan. Bukankah ini membahayakan
sahabatku? Seperti kita terus menggali kedalam tanah yang berisi magma, bukan
yang berisi berlian.
Sahabatku… Seyogyanya ritual
ibadah mampu menjauhkan manusia dari keburukan. Tapi Coba tengok negeri yang
mengaku mayoritas beragama, apakah ibadah-ibadah yang mereka lakukan mampu
mengendalikan amarah kebencian mereka, bahkan mereka pun belum bisa membawa
kedamaian. Apakah ini salah agamanya? Akan lebih bijak kalau kita sebut ini kekeliruan
ulah manusianya yang masih belum bisa melakukan ritual ibadah dengan spiritual.
Mohon maaf sahabatku… Ini hanya gambaran real saja. Bukan maksud kami
memojokkan. Tapi hanya ingin mengambil pelajaran.
Spiritual adalah akarnya jiwa
yang senantiasa ingin mendekat kepadaNYA. Agar ritual ibadah kita memiliki
spiritual, maka satu-satunya alasan (niat) kita melakukan ibadah adalah hanya
untuk mendekat kepadaNYA. Bukan karena dosa atau pahala, bukan karena penilaian
manusia, bukan karena penggugur kewajiban, bukan karena pencitraan diri, bukan
juga karena ketakutan. Tapi murni hanya agar ingin mendekat kepadaNYA
Sahabatku… Spiritual dalam ibadah
muncul dari ketulusan niat. Jadi sekarang waktunya kita berintrospeksi diri,
melihat kembali ketulusan niat kita, memeriksa kembali alasan ritual ibadah
yang kita lakukan, lalu mulai memperbaiki setiap ritual ibadah yang dilakukan,
dan selalu ingat selalu untuk melakukan sesuatunya karena ingin mendekat.
Bukankah kalau kita mendekat satu
langkah, maka DIA akan mendekat seribu langkah. Kalau begitu apa yang meragukan
niat tulus kita sahabatku… Renungkanlah… Sesungguhnya DIA memanglah DEKAT.
Letakkan tangan Anda ke atas jantung. Anda kah yang mendegupkannya atau DIA? Perhatikan bulu di lengan Anda, Anda kah yang menumbuhkannya atau DIA? Letakkan tangan Anda diurat nadi. Andakah yang mendenyutkannya atau DIA? Selalu dan selalu-lah meresapi kedekatan Anda denganNYA. Resapilah kedekatan itu dan akan melihat ternyata DIA jelas lebih dekat dari urat nadi Anda.
Kalau begitu, tanpa ibadah apapun yang dilakukan kita dan DIA memang dekat. Spiritual adalah hal pribadi yang seharusnya setiap spirit (jiwa) memiliki spiritual. Karena spiritualitas adalah hubungan seseorang dalam memaknai Tuhan didalam dirinya.
Hadirkan spiritual kita sahabatku… Dan kita tidak akan mendapatkan rasa ibadah selain dari rasa khusyu, kedekatan dan rasa kebersamaan. Karena memang rasa-rasa inilah yang kita butuhkan. Kita tidak membutuhkan pahala dan dosa dari sebuah ibadah, karena kita tidak sedang mengambil keuntungan dariNYA dan DIA SANG MAHA PENYANYANG tidak membutuhkan ibadah apapun, apalagi menghukum. Ibadah hanyalah sarana agar kita merasa dekat dan selalu bersama, bukan untuk sebuah keuntungan melainkan sebuah kesadaran bahwa kita adalah DIA dan tidak ada ke-aku-an kita didalam hidup ini. Segala hal dalam hidup ini adalah anugerah DIA SANG MAHA PENYANYANG dan bukan karena setitik pun dari badah kita.
Letakkan tangan Anda ke atas jantung. Anda kah yang mendegupkannya atau DIA? Perhatikan bulu di lengan Anda, Anda kah yang menumbuhkannya atau DIA? Letakkan tangan Anda diurat nadi. Andakah yang mendenyutkannya atau DIA? Selalu dan selalu-lah meresapi kedekatan Anda denganNYA. Resapilah kedekatan itu dan akan melihat ternyata DIA jelas lebih dekat dari urat nadi Anda.
Kalau begitu, tanpa ibadah apapun yang dilakukan kita dan DIA memang dekat. Spiritual adalah hal pribadi yang seharusnya setiap spirit (jiwa) memiliki spiritual. Karena spiritualitas adalah hubungan seseorang dalam memaknai Tuhan didalam dirinya.
Hadirkan spiritual kita sahabatku… Dan kita tidak akan mendapatkan rasa ibadah selain dari rasa khusyu, kedekatan dan rasa kebersamaan. Karena memang rasa-rasa inilah yang kita butuhkan. Kita tidak membutuhkan pahala dan dosa dari sebuah ibadah, karena kita tidak sedang mengambil keuntungan dariNYA dan DIA SANG MAHA PENYANYANG tidak membutuhkan ibadah apapun, apalagi menghukum. Ibadah hanyalah sarana agar kita merasa dekat dan selalu bersama, bukan untuk sebuah keuntungan melainkan sebuah kesadaran bahwa kita adalah DIA dan tidak ada ke-aku-an kita didalam hidup ini. Segala hal dalam hidup ini adalah anugerah DIA SANG MAHA PENYANYANG dan bukan karena setitik pun dari badah kita.
Akhir kata sahabatku... Ritual ibadah tanpa spiritual adalah kejauhan. Namun ritual ibadah dengan spiritual adalah kedekatan. Pilihalah yang terakhir sahabatku... Bukankah segala aktifitas adalah ibadah. Karena memang bagian mana lagi kah dalam hidup ini yang bisa kita lakukan sendirian tanpaNYA? Hiduplah tanpa ada setitik apa pun rasa ke-aku-an didalam diri, termasuk didalam ibadah. Begitulah caranya kita hidup dalam kedekatan dengaNYA.
Salam Semesta
Copyright © www.PesanSemesta.com
Belajar Kepada SANG PEMBUAT
Mei 20, 2019
Sahabatku... Tidak ada manusia yang akan merasa berilmu saat dia diberikan ilmu. Karena ilmu itu bukan miliknya, melainkan milik SANG PEMBUAT ILMU.
Kertas putih ini akan bernoda apabila diteteskan beberapa tinta merah dan hitam. Begitu juga dengan pelajaran dari semesta. Pelajaran itu akan ternodai oleh dua hal, yaitu penilaian dan ego. Manusia selalu mementingkan yang namanya penilaian. Dimulai dari siapa yang menyampaikan pelajaran itu, lalu bagaimana pelajaran itu disampaikan, lalu apa yang disampaikan. Begitu juga dengan ego yang selalu mementingkan dirinya sendiri. Pertanyaan; apakah pelajaran ini menguntungkan untuk kami pelajari? Hanya akan menjadi noda bagi pelajaran itu sendiri.
Kertas putih ini akan bernoda apabila diteteskan beberapa tinta merah dan hitam. Begitu juga dengan pelajaran dari semesta. Pelajaran itu akan ternodai oleh dua hal, yaitu penilaian dan ego. Manusia selalu mementingkan yang namanya penilaian. Dimulai dari siapa yang menyampaikan pelajaran itu, lalu bagaimana pelajaran itu disampaikan, lalu apa yang disampaikan. Begitu juga dengan ego yang selalu mementingkan dirinya sendiri. Pertanyaan; apakah pelajaran ini menguntungkan untuk kami pelajari? Hanya akan menjadi noda bagi pelajaran itu sendiri.
Apa yang kami maksud disini
adalah bahwa PEMILIK Semesta ini membawa pelajaran terindah, terlengkap dan terupdate. Hanya
kekurangan kita terletak dari bagaimana kita mengakses pelajaran itu sendiri. Untuk
dapat mengakses database Semesta kita harus mampu dulu mensucikan diri. Dua hal
utama yang harus disucikan adalah penilaian dan ego.
Mana yang lebih penting pembicara
atau apa yang dibicarakan? Lalu kenapa kita masih melihat pembicaranya. Mana yang
lebih penting pesan dari yang ditulis atau siapa yang menulis? Lalu kenapa kita
masih melihat penulisnya. Untuk mengakses database Semesta kita harus berhenti
melihat dari sisi penilaian manusia dan mulai masuk ke sisi kenetralan.
Begitu juga dengan ego. Betapa sering
kita melompati sebuah moment akal untuk berpikir, hanya karena merasa itu tidak terlalu
menguntungkan, atau hanya karena itu terlalu rumit untuk dibaca, atau hanya
karena itu sama sekali tidak menyenangkan dan sesuai. Padahal di moment itu Semesta ingin
menyampaikan pelajarannya.
Sahabatku... Manusia suci adalah mereka yang mampu menetralkan dirinya. Jadi manusia suci bukanlah manusia yang tidak melakukan kesalahan sama sekali, karena kesalahan adalah salah satu gerbang pembelajaran. Kenetralan adalah kepentingan, kalau kita memilih untuk mengambil pelajaran.
Semesta raya ini menyimpan database pelajaran ditiap sudut ruangNYA, dan itu adalah persembahanNYA untuk manusia. Mari mulai belajar kepada SANG PEMBUAT ILMU. Hidup ini adalah kamuflase tempat
manusia belajar. Bumi adalah tempat awal bagi kita untuk belajar. Begitu juga nanti dalam dimensi-dimensi yang lainnya. Semua adalah pelajaran-pelajaran. Kita hanya
mempelajari sedikit dari ilmu yang diberikan oleh SANG PEMBUAT ILMU. Sedikit saja
dan itu sudah sangat membuat seumur hidup kita sibuk.
Hal pertama untuk memulainya
adalah, jangan pernah mereject apapun pesan yang kebetulan masuk kedalam hidup
Anda. Karena kebetulan itu tidak pernah ada. Selalu ada makna dibalik apapun, selalu ada perencanaan yang tersistematis dan memiliki makna. Kebanyakan makna itu adalah pelajaran yang berharga bagi
mereka yang berpikir dengan akalnya, serta mampu mengendalikan penilaian dan ego diri. Artinya; pelajaran berharga bagi mereka yang mampu mensucikan dirinya dalam kenetralan.
Tidak ada kesombongan rasa saat menerima ilmuNYA, pengetahuanNYA bukan sesuatu yang dikejar atau diberpikirkan untuk dinilai oleh angka-angka manusia. PengetahuanNYA adalah kebenaran bagi mereka yang mampu menerima kebenaran. Setiap kita mampu menerima kebenaran. SANG PEMBUAT jiwa akan memanggil jiwa-jiwaNYA yang telah mensucikan diri.
Mensucikan diri itu bukan sekedar bersuci dengan basuhan air, tapi menjadikan diri sejernih dan senetral air. Sehingga diri kita mampu menerima sesuap demi sesuap kedalaman ilmuNYA yang tidak bertepi. Siapapun manusia bisa mensucikan diri. Tapi harap diingat! Manusia suci tidak perlu disucikan oleh manusia. Karena kesucian bukan penilaian manusia. Kita mensucikan diri bukan untuk dinilai suci, tapi untuk menerima ilmuNYA.
Ibarat anak kecil yang disuapi setetes demi setetes air dari dalam kolam. Akankah air didalam kolam itu habis diminumnya, sementara sumbernya terus menerus mengaliri air? Itulah diri kita yang sedang duduk untuk disuapi ilmuNYA. Tidak ada kepintaran, tidak ada pembuktian, tidak ada bagian diri yang bisa diberikan untuk ditunjukkan, tidak ada apa-apa yang bisa di aku-kan selain diriNYA. Hanya diriNYA. Tidak ada yang lain selain ke MAHA an NYA.
Bergegaslah untuk menemuiNYA dalam sucinya kenetralan dan Anda akan mengerti.
Salam Semesta
Copyright © www.PesanSemesta.com
3 Jurus Ampuh Menemukan Passion
Mei 19, 2019
Sahabatku… Memiliki passion
berbeda dengan memiliki pekerjaan. Pekerjaan adalah untuk pemenuhan nilai-nilai
manusia dan kebutuhan hidup. Sementara passion adalah pemenuhan jati diri,
tugas manusia diatas planet bumi yang harus ditemukan, dijalankan untuk menjaga
keseimbangan kehidupan. Oleh karena passion adalah panggilan kepada tugas
awalnya, maka passion tiap manusia bersifat unik dan apa adanya.
Kebanyakan kita salah mengartikan
passion (hasrat) sebagai cita-cita. Sebenarnya bukan, cita-cita adalah impian
yang belum berwujud. Sementara passion itu bukan impian, passion itu adalah
sesuatu yang nyata yang memang sudah melekat didalam tiap diri manusia. Hanya saja
bagi sebagian kita, passion itu belum ditemukan. Tapi meski belum ditemukan,
passion adalah nyata keberadaannya (bukan impian).
Sebenarnya tugas orang tua kita lah dahulu untuk membantu menemukan passion kita. Tapi kebanyakan orang tua
membesarkan dan mendidik anak-anaknya dengan penilaian ego mereka sepihak,
akhirnya sang anak tumbuh tanpa passion. Kebanyakan orang tua, berpikir mereka
adalah sang maha mengetahui kebaikan yang terbaik untuk anaknya, tanpa
mempedulikan hasrat si anak itu sendiri. Padahal hasrat atau passion itu adalah
tugas mulia sang anak dariNYA.
Karena itu, sekali lagi apabila
sekarang kita adalah orang tua, maka pastikan anak-anak kita hidup dengan
passionnya sendiri, bukan hidup dengan ego penilaian kita sebagai orangtua. Setiap
kita memang memiliki impian agar anaknya tumbuh menjadi normal, tapi jangan
sampai impian kita terlalu mendikte sehingga anak kehilangan jati diri dia yang
sesungguhnya.
Kembali lagi kepada passion, karena
passion itu adalah sesuatu yang sudah ada. Jadi kalau beberapa kita merasa
tidak memiliki passion, bukan berarti kita tidak memiliki passion, hanya saja
kita belum menemukan passion kita itu apa. Tugas kita lah bagi yang belum,
untuk mulai mencari passionnya. Tapi bagaimana caranya menemukan
passion? Bagaimana kalau sekarang misal kita sudah ber-umur 45 tahun tapi belum
juga merasa menemukan passion?
Sahabatku… Tidak ada kata
terlambat dalam hidup ini. Karena tidak ada kata kebetulan juga kita belum
menemukan passion kita, semua berjalan sebagai sistem sebab akibat yang terus
bergulir. Jadi kalau memang waktunya sekarang, mari kita mulai sekarang.
Disini Kami ingin berbagi 3 jurus ampuh untuk menemukan passion, semoga
bisa membantu sahabat semua dalam menemukan passion-nya :
1# Mengenal Diri Sendiri
Passion itu
adalah tentang mengenal diri sendiri. Kita tidak menanyakan keinginan orang
tua, pasangan, sahabat atau atasan untuk menemukan. Jadi passion adalah tentang
kita.
Namun sahabatku…
Seberapa diri kita mengenal dirinya sendiri? Jangan-jangan kita lebih mengenal
dengan orang-orang lain dari pada diri kita sendiri.
Kalau memang sekarang
passion itu belum terlihat, maka cobalah dengan mengenal diri sendiri. Mulailah
dengan berintrospeksi dan mulai membuat list tentang hal-hal apa yang membuat diri
nyaman dan juga membuat diri tidak nyaman. Dari mulai aktifitas, sikap, kondisi
dan visi misi.
Sahabatku… Apabila
kita mulai memikirkan sesuatu dengan akal, maka frekuensi kita akan bergetar
(bervibrasi) sesuai dengan frekuensi yang kita pancarkan. Fokuslah sebentar
kepada diri Anda untuk mengenal diri Anda sendiri. Dari sana Anda akan kembali
ke titik awal untuk menggali dan mengais-ngais dengan kaca pembesar untuk
mencari apa yang telah terlewat dari diri Anda, yang membuat Anda belum
menemukan passion itu. Percayalah, setelah ini, diri Anda akan sangat
berterimakasih karena telah diperhatikan.
Sahabatku… Betapa
sering kita memperhatikan yang diluar sementara mengabaikan yang didalam. Padahal
logikanya memang tidak mungkin ada seseorang yang mampu memperhatikan diri kita,
sebagaimana diri kita memperhatikan dirinya sendiri. Kalau memang ada, berarti
itu adalah tanda ketidak pedulian kita terhadap diri sendiri.
2# Mencoba Ber-Aksi
Setelah mengenal
diri sendiri maka jurus setelahnya adalah mencoba ber-aksi. Sahabatku… kita
membutuhkan pengalaman, experience makes
perfect itu bukan sekedar semboyan, tapi memang begitulah manusia
berproses. Anggaplah dari perenungan Anda diatas, Anda sangat nyaman dengan
makanan yang sehat dan menyehatkan. Jadi sekarang lah saatnya Anda mulai
mencoba membuat makanan yang sehat dan menyehatkan itu. Misal lagi hasil dari
perenungan Anda, tersimpulkan bahwa Anda sangat berhasrat dengan climbing. Berarti
sekarang saat Anda mencoba ber-aksi memanjat gunung. Misal hasil perenungan
Anda adalah Anda ingin membuat buku. Berarti sekarang saatnya Anda menulis.
Mungkin selama
ini Anda tidak pernah bergerak mengikuti hasrat hati Anda. Banyak alasan,
umumnya karena Anda terlalu peduli dengan penilaian orang lain, sehingga
aksi-aksi hidup Anda terbatasi.
Jadi sekaranglah
saatnya. Apakah Anda akan langsung berhasil, belum tentu. Proses yang panjang
justru akan membuat seseorang lebih sempurna. Dari proses-proses panjang Anda
itu, maka Anda mampu menghasilkan beberapa resep makanan yang sehat dan tetap
enak dimakan. Anda mampu jago climbing sampai menaklukkan gunung Himalaya. Dan Anda
mampu menulis buku bestseller.
Jadi memang
Anda harus memiliki kebulatan tekad dan keberanian untuk mencoba hal yang Anda
sukai. Hal yang anda nyaman untuk menjadi diri Anda sendiri tanpa memperdulikan
penilaian yang lain, selain diri Anda sendiri.
Tahap mencoba
ini memang harus melewati tahap yang pertama, karena sebelum mencoba anda
memang diharuskan mengenal diri sendiri terlebih dahulu.
Sahabatku…
Hidup bukanlah hidup kalau tidak pernah di-aksikan, di-coba dan diperjuangkan. Kita
adalah makhluk dinamis yang selalu membutuhkan pemenuhan.
3# Membuat Rencana Untuk Memakmurkan
Sahabatku… Passion
itu diinputkan untuk sesuatu yang disebut kemakmuran. Apa itu kemakmuran? Kemakmuran
adalah memfungsingkan diri untuk kehidupan, bukan untuk keuntungan. Anda
memakmurkan kalau Anda sudah bisa berperan untuk kehidupan semesta, bukan
sekedar mencari keuntungan bagi diri sendiri.
Iya memang
awalnya kita mencari passion dari dalam diri sendiri, tapi apabila yang dari
dalam itu sudah muncul kepermukaan, maka yang muncul bukan untuk keuntungan
peribadi tapi keuntungan bersama. Bukan hak tapi kewajiban. Hidup ini selalu
tentang kewajiban apa, bukan mana hak saya? Tapi apa kewajiban saya? Hidup itu
sendiri sudah menjadi hak yang sudah kita terima, dan sekarang tinggal
kewajiban kita saja.
Itulah kenapa
menemukan passion adalah titik kritis yang harus dilakukan, karena itu adalah
kewajiban yang tertunda bagi kehidupan. Jadi passion adalah peran kebermakmuran
Anda bagi kehidupan. Sangat mulia bukan? Dan sekali lagi, passion bukan sesuatu
yang tidak ada, karena setiap manusia sudah diinputkan passion yang mana dengan
passion masing-masing itu, mereka berperan. Berperan untuk kemakmuran bukan
keuntungan.
Sahabatku… seharusnya
kita menyadari kalau diri ini adalah bagian dari kesatuan semesta untuk saling
berperan secara sukarela, berdasarkan passion (hasrat bawaan) tanpa paksaan dan
penuh dengan kebahagiaan. Jadi memang SANG PEMBUAT tidak pernah melakukan
pemaksaan yang tidak adil kepada makhlukNYA. Justru sekarang kita ini dipaksa,
didikte untuk memenuhi penyamarataan penilaian-penilaian manusia lain, lingkungan,
kelompok yang malah menjauhkan kita dari tugas mulia ini.
Sekarang mari
kita merenung sebentar sahabatku… Bagaimana bisa kita menjadi seimbang kalau
kita menyamaratakan semuanya bukan? Kalau semua sekolah mencap anak-anak
muridnya yang tidak jago matimatika dan fisika adalah tidak pintar. Lalu mereka
mensyaratkan seluruh muridnya untuk memiliki nilai pintar yang seperti itu,
lalu siapakan yang akan menjadi sejarahwan, siapakah yang akan menjadi guru TK,
siapakah yang akan menjadi pelukis, penari dan lainnya. Artinya kita tidak bisa
menyamakan nilai untuk menjalani keseimbangan kehidupan.
Itulah kenapa
passion itu adalah sesuatu yang unik dan apa adanya, karena passion adalah untuk
keseimbangan, bukan pemenuhan nilai-nilai serta keuntungan manusia. Dari passion
maka manusia akan berperan dengan keahlian dan panggilan jiwanya, untuk saling
memakmurkan, saling melengkapi dan saling bahu membahu. Bukan untuk saling
bersaing, saling merendahkan apalagi saling berlomba untuk menentukan siapa
yang lebih unggul.
Sahabatku… Memakmurkan
itu sama seperti bangunan. Untuk menjadi bangunan yang sempurna, tidak mungkin bangunan
ituhanya terdiri dari satu bahan saja, tapi terdiri dari banyak bahan. Begitu juga
dengan kehidupan. Kita memang harus berbeda untuk sebuah keharmonisan dan
inilah fungsi DIA menginputkan passion didalam tiap buatanNYA.
Jadi, jurus
terakhir setelah passion ditemukan adalah membangun rencana untuk memakmurkan. Lagi-lagi
rencana itu pasti ada kalau kita mau berpikirkan.
Akhir kata sahabatku… Passion adalah
kunci untuk mengenal diri, dan berperan sebagaimana yang di amanahkan SANG
PEMBUAT untuk manusia. Mari kita temukan dan hidup bersama amanah yang
diberikanNYA.
Salam Semesta
Copyright © www.PesanSemesta.com