BAGAIMANA BISA BERSYUKUR KALAU TIDAK CUKUP?
Juni 30, 2020
Mungkin sebagian kita ada yang
bertanya “Bagaimana bisa bersyukur kalau tidak cukup?”
Sahabatku… Syukur itu akan selalu
cukup. Saat kita bersyukur kita pasti selalu merasa cukup. Tidak mungkin merasa
‘tidak cukup’ sambil merasa bersyukur. Karena syukur yang tulus adalah rasa
kecukupan itu sendiri.
Syukur yang tulus itu bukan
sesuatu yang disebut, melainkan sesuatu yang dirasa. Saat mulut kita
mengucapkan rasa syukur, tapi tidak disertai dengan rasa cukup. Maka pada saat
itu kita telah membohongi segalanya.
Rasa itu adalah sesuatu yang
tidak bisa dibohongi. DIA SANG MAHA MERASA tahu betul rasa-rasa makhlukNYA.
Rasa itu adalah koneksi kita denganNYA.
Saat kita merasa cukup dengan
segalanya. Berarti kita sudah menerima dan percaya bahwa segala sesuatu adalah
anugerahNYA. Saat kita menerima dan percaya, maka kita tidak akan meragu. Jadi
rasa cukup kita adalah cerminan dari rasa ketidak raguan kita kepadaNYA. Kita
tidak ragu DIA MAHA MENYANYANGI, Kita tidak ragu DIA MAHA MEMBERI, dan Kita
tidak ragu DIA MAHA MENCUKUPI.
Jadi kuncinya syukur yang tulus
adalah merasa cukup. Untuk merasa cukup, maka langkah kita hanya satu, yaitu MENERIMA.
Kita menerima hidup dengan tulus
dan tidak membandingkan hidup yang kita jalani dengan hidup orang lain. Kita
menerima apapun dalam hidup sebagai anugerahNYA, bukan sekedar hasil kerja
keras pribadi. Kita menghadapi apapun yang ada dihadapan sebagai pelajaran bagi
diri.
Sahabatku… Pada moment kita sudah
mampu merasa cukup, maka syukur yang tulus itu pun akan muncul. Syukur yang
tulus tidak memiliki kalimat. Syukur yang tulus tidak lain selain ungkapan rasa
kebahagiaan yang tertulus dari jiwa yang berbahagia. Inilah inti dari segala
cita-cita.
Jadi sahabatku… Kalau kita mau
berbahagia dengan segala keadaan, cobalah untuk selalu memunculkan syukur yang
tulus. Dan untuk memunculkan syukur yang tulus, cobalah untuk menerima. Karena penerimaan
bukanlah akhir, melainkah awal dari aksi kita bersamaNYA.
Sahabatku… Mari terus beraksi
agar kebahagiaan selalu menyertai kita. Mari terus beraksi agar rasa syukur
yang tulus selalu berbunga dihati kita, dan mari terus beraksi agar selalu
merasa cukup dengan segala anugerahNYA.
Salam Semesta
Copyright 2020 ©
www.pesansemesta.com
MEMANFAATKAN ENERGI JANTUNG UNTUK MENYEBAR RAHMAT & KESEJAHTERAAN
Juni 28, 2020
Rasakanlah denyutan ini, hiduplah
didalamnya dan gunakanlah energinya untuk menyebar kasih sayang dan
kesejahteraan bagi semesta.
Sahabatku… Tanpa disadari jantung
kita berdenyut rata-rata sebanyak 100.000 kali setiap hari dan 36.000.000 kali
selama setahun. Memang ini bukan angka pasti, tapi ada TIGA hal yang pasti dari
setiap denyutan ini.
#Pertama,
setiap denyutan jantung menghasilkan energy medan magnet dan energy medan listrik
yang sangat powerfull.
Mengejutkannya ternyata jantung
adalah sumber energi yang paling kuat dalam tubuh manusia.
Jantung menghasilkan energy medan
listrik sekitar 60 kali lebih besar dalam amplitudo daripada aktivitas listrik
yang dihasilkan oleh otak. Bidang ini, diukur dalam bentuk elektrokardiogram
(EKG) dan dapat dideteksi di mana saja di permukaan tubuh.
Begitu juga dengan energy medan
magnet yang diproduksi oleh jantung memiliki kekuatan lebih dari 100 kali lebih
besar daripada medan yang dihasilkan oleh otak dan dapat dideteksi hingga 3
kaki dari tubuh, ke segala arah, menggunakan magnetometer berbasis SQUID
#Kedua,
setiap denyutan jantung ritmenya berubah-ubah sesuai dengan emosi yang kita
buat.
Sahabatku… Dahulu para psikolog
pernah berpendapat bahwa emosi adalah murni ekspresi mental yang dihasilkan
oleh otak saja. Kita sekarang tahu bahwa ini tidak benar - emosi berkaitan
dengan hati dan tubuh seperti halnya dengan otak.
Dari organ-organ tubuh, jantung
memainkan peran yang sangat penting dalam pengalaman emosional kita. Pengalaman
suatu emosi dihasilkan dari otak, jantung, dan tubuh yang bertindak bersama. Itulah
kenapa ritme denyutan jantung manusia senantiasa dipengaruhi oleh bagaimana dia
turut mengelola emosinya.
Saat kita mengalami emosi
negatif, seperti kemarahan atau frustrasi, pola detak jantung menjadi tidak
menentu, tidak teratur, dan tidak koheren dalam ritme jantung.
Sebaliknya, saat mengalami emosi
positif, seperti cinta atau kedamaian, pola detak jantung yang terjadi lebih
halus, teratur, dan koheren dalam aktivitas ritme jantung. Pola ini bukan
terkaan belaka, karena bisa diukur dengan teknik yang disebut analisis
spektral.
Ketiga,
setiap ritme denyutan jantung adalah energy elektromagnetik yang memancar.
Kalau kita mau memperhatikan,
ternyata tubuh manusia penuh dengan mekanisme untuk mendeteksi lingkungan eksternalnya.
Organ-organ indera adalah contoh yang paling jelas. Secara khusus indera kita diarahkan
untuk bereaksi terhadap sentuhan, suhu, pilih rentang cahaya, gelombang suara,
dll.
Sudah terbukti kalau organ-organ
ini sangat sensitif terhadap rangsangan eksternal. Hidung, misalnya, dapat
mendeteksi satu molekul gas, sedangkan sel di retina mata dapat mendeteksi satu
foton cahaya. Dan hebatnya jika telinga lebih sensitif, ia akan menangkap suara
getaran acak dari molekulnya sendiri.
Nah, dari canggihnya organ indera
ini kita justru lebih mudah mengesampingkan jantung sebagai organ indera. Padahal
jantung sangatlah powerfull untuk mendeteksi lingkungan eksternal dan juga
sangat sensitive terhadapnya.
Sahabatku… Penelitian dalam
neurokardiologi telah menunjukkan bahwa jantung adalah organ sensorik dan pusat
canggih untuk menerima dan memproses informasi.
Selain jaringan komunikasi saraf
yang luas yang menghubungkan jantung dengan otak dan jasad, jantung juga
mengkomunikasikan informasi ke otak dan seluruh tubuh melalui interaksi medan
elektromagnetik. Penelitian menunjukkan bidang jantung adalah pembawa informasi
yang penting.
Namun ternyata medan magnetic yang
dihasilkan jantung tidak hanya menyelimuti setiap sel tubuh, tetapi juga meluas
ke segala arah ke dalam ruang di sekitar kita. Medan magnet jantung dapat
diukur beberapa meter dari tubuh dengan magnetometer sensitif.
Artinya, pesan energy ini tidak
hanya berputar dan menyebar didalam diri kita. Namun juga keluar diri kita
juga. Dimana ini berlangsung setiap, baik kita sadari atau tidak. Selama jantung
ini berdenyut, selama itu pulalah dia akan terus memancarkan energinya.
setiap
energy yang memancar dari jantung adalah komunikasi antar semesta yang tidak
berbahasa namun memberi makna.
Apapun itu energinya, baik itu kasih
sayang ataupun itu adalah kebencian. Baik itu adalah ketakutan atau pun itu
adalah ketenangan. Baik itu adalah keraguan atau pun itu adalah kepercayaan. Apapun
itu energinya tetap akan terpancarkan sebegitu adanya.
Akhir kata sahabatku… Izinkan
jantung ini untuk menjadi pemancar alunan harmoni indah semesta yang tidak
mengenal syarat. Pemancar Rahmat dan kesejahteranNYA bagi semesta alam.
Salam Semesta
Copyright 2020 © www.pesansemesta.com
JASAD KITA DIBUAT DARI BAHAN BINTANG
Juni 25, 2020
“Kita adalah bintang redup yang
sedang menemukan asal usul sinarnya”
Sahabatku… Bintang telah menjadi
sumber dari banyak bentuk sastra dan seni selama ribuan tahun. Selama
berabad-abad nenek moyang kita menatap langit malam dengan kekaguman pada rasi bintang
yang mempesona dan menyulap cerita tentang asal-usul dan makna mereka.
Sayang sedikit yang kita tahu kalau
kita juga terbentuk dari bintang. Ada sains nyata yang mendukung hal ini. Tulisan
ini bukan hoax… Ini hanya tentang diri yang belum mengenal dirinya sendiri.
Sahabatku… Ambil contoh kecil
detakan jantung yang terabaikan ini. Sadarkah agar jantung ini terus berdetak,
jantung membutuhkan satu molekul rumit yang disebut Heme B yang sejatinya merupakan
satu atom besi.
Berkat Heme B ini jasad kita mengikat
oksigen dan memindahkannya melalui sistem peredaran darah kita. Bayangkan
sendiri kalau satu atom besi ini tidak ada. Dimana sebenarnya ini bukan sekedar
atom, melainkan adalah bagian sentral dari molekul hemoglobin.
Mari kita meninggalkan jantung
untuk melihat ke bawah pada pembuluh darah di pergelangan tangan kita. Tidak
ada yang terlalu menarik dipermukaannya bukan?
Kita mungkin hanya melihat
beberapa garis biru samar berlari ke telapak tangan kita. Tapi kami rasa kita
semua akan tertarik dengan apa yang ada didalam pembuluh darah itu, iya darah
kita. Sel darah kita mengandung hemoglobin.
Jelas ini penting. Tetapi satu
hal telah luput yaitu, bahwa satu-satunya cara atom besi dibuat di semesta ini adalah
melalui supernova dan melalui bintang supermasif. Hanya ini satu-satunya cara
bagi kita untuk mendapatkan Heme B didalam jasad ini.
Besi adalah unsur terberat yang
terbentuk di inti bintang. Sementara unsur yang lebih berat dari besi hanya
dapat diciptakan ketika bintang massa tinggi meledak (supernova).
Supernova terjadi pada akhir masa
hidup bintang. Begitu kehabisan bahan bakar nuklirnya, inti menjadi terlalu
berat untuk menahan gaya gravitasi dan runtuh, menghasilkan ledakan raksasa.
Ledakan supernova memainkan peran
penting dalam menyebarkan unsur-unsur di seluruh alam semesta, ini berlanjut
untuk menciptakan sistem tata surya, dan bahkan membentuk 96,2% elemen di dalam
diri kita.
Besi adalah salah satu unsur
paling melimpah di semesta, bersama dengan unsur-unsur yang lebih ringan
seperti hidrogen, oksigen, dan karbon. Ketiga unsur ini pun ada didalam jasad
ini. Silahkan periksa sendiri. Dan kita akan paham kalau elemen-elemen didalam
jasad kita adalah hasil dari kehancuran bintang, sebuah ketidakteraturan yang
akhirnya menjadi keteraturan.
Sahabatku….
Betul bintang tidak membuat kita,
tapi kita dibuat dari bahan-bahan bintang. Didalam diri kita terdapat banyak
elemen-elemen debu bintang yang bergerak dalam kediaman dan senantiasa membentuk
organ kita dan memasok kebutuhannya. Ternyata di dalam jasad ini mengalir
materi dari bintang yang terpecah belah. Bukankah ini merupakan sebuah hal
besar yang nyata?
Sahabatku… Bukan tanpa tujuan Dzat
Maha Pembuat membuat ini sama. Bagaimana kalau ini memang sengaja dibuat sama
hanya agar kita TIDAK kehilangan arah akan jalan pulang.
“Kebenaran yang sebenar-benarnya
tentang manusia adalah manusia bukanlah bagian dari semesta. Manusia adalah
semesta itu sendiri” inilah jalan pulang kita, yaitu kita kembali menjadi
semesta.
Sampai disini harus diakui kalau
kita adalah semesta yang bahkan melupakan bagaimana jantungnya berdetak dan bagaimana
darahnya mengalir.
Sungguh memojokkan bukan? Tapi
ini belum usai, ini baru hanya permulaan untuk kita melihat bahwa dari
permukaan yang masih bisa kita sentuh saja, sudah terbukti bahwa kita adalah
semesta. Kalau ini belum memenuhi rasa puas kita – tidak apa. Akan kami
lanjutkan.
Kami akan lanjut membeberkan yang
tidak akan pernah bisa terbantahkan lagi. Kami beberkan sampai kita tidak lagi memandang
diri sangat rendah. Karena didalam diri ini terdapat segala keagungan semesta,
keagungan Dzat Maha Pembuat.
Akhir kata sahabatku…
Malam ini saat kita melihat
dengan kagum pada bintang-bintang yang bersinar di atas, ingatlah bahwa diriNYA
telah membuat kita dari gemerlapnya bintang-bintang itu juga. Renungkanlah
betapa sungguh sangat istimewa diriNYA membuat kita. Tidaklah renungan itu
selain alunan dzikir semesta yang terindah.
Salam Semesta
HOW TO FORGIVE? CUKUP SATU CARA TERDAHSYAT UNTUK MEMAAFKAN SEGALANYA
Juni 23, 2020
Seorang sahabat bertanya tentang
bagaimana caranya memafkan? Melalui izinNYA kami menjawab.
Sahabatku… Sadarkah kalau sebenarnya
kita bisa menjadi manusia yang mampu memaafkan segalanya, karena segalanya sudah
termaafkan bahkan sebelum memaafkan harus terjadi.
Percayalah… Betul kita bisa
melakukannya. Betul kita bisa menjadikan jiwa kita seringan helaian bulu angsa
atau mungkin lebih ringan. Yang perlu kita pahami diawal adalah, bahwa kemampuan
memaafkan bukan sekedar tentang pekerjaan mental dan spiritual. Melainkan juga pekerjaan
tubuh yang tentunya bisa dikontrol dengan lebih mudah.
Memaafkan juga adalah pekerjaan
tubuh dan dengan memahami ini maka kita akan mampu memaafkan segalanya. Lalu bagaimana
caranya?
Sahabatku… Dasar dari memafkan adalah self-acceptance
(penerimaan diri).
Entah itu memaafkan yang diluar
atau memaafkan diri sendiri, keduanya sebenarnya adalah hal yang mudah
dilakukan apabila seseorang memiliki tingkat penerimaan diri yang tinggi.
Kesulitan untuk memaafkan diri sendiri
dan orang lain terjadi karena diri masih belum terlatih untuk menerima. Sementara
menerima itu bukan sekedar menerima begitu saja lalu menyudutkan diri menjadi
korban.
Seseorang yang mampu membangun nilai
tinggi pada penerimaan diri akan memiliki sikap positif untuk mengakui dan
menerima semua aspek dari diri mereka sendiri (termasuk yang baik dan buruk).
Seseorang yang mampu membangun nilai
tinggi pada penerimaan diri tidak akan mengkritik diri sendiri atau bingung
tentang identitas dan keberadaan diri mereka sendiri. Mereka hanya akan
menghadapi apapun yang ada dihadapan tanpa berharap mereka berbeda dari siapa
mereka sebenarnya.
Jadi saat seseorang memiliki
self-acceptance yang tinggi mereka tidak pernah merasa menjadi korban dalam
arti yang menyudutkan dirinya dan orang lain. Mereka hanya sadar kalau kejadian
buruk atau baik telah terjadi dan konsekuensinya harus segera diterima.
Sahabatku… Self-acceptance
membawa seseorang untuk memaafkan apapun bahkan sebelum memaafkan harus
terjadi. Tentunya, self-acceptance bukan sekedar tentang mental atau spiritual tapi
juga tubuh.
Kita harus senantiasa paham kalau
jasad dan jiwa bekerja berbarengan. Penerimaan diri bukan tentang bagaimana
software kita bekerja namun tentang hardware kita juga. Untuk membangun dan
memiliki penerimaan diri yang tinggi kita butuh mengasah beberapa tentang jasad
kita sendiri.
Banyak psikolog percaya bahwa
tingkat penerimaan diri kita secara langsung berkorelasi dengan bagaimana kita
diterima oleh orang tua kita dan figur otoritas lainnya. Anak-anak melihat ke
orang tua mereka untuk memberikan penerimaan sebelum mereka mencapai usia di
mana mereka mulai membentuk pendapat tentang diri mereka sendiri. Jika pesannya
positif, maka mereka lebih cenderung untuk menerima diri mereka sendiri
daripada anak-anak yang diberi tahu bahwa mereka tidak cukup baik.
Memori yang bekerja dibalik layar
inilah yang akhirnya mempengaruhi tingkat tinggi atau rendahnya penerimaan
diri. Sementara memori apapun yang berhubungan dengan emosi atau penilaian tersimpan
rapih didalam amygdala.
Amigdala merupakan kumpulan
sel-sel dekat dasar otak. Ada dua, satu di setiap belahan atau sisi otak. Di
sinilah emosi diberi makna, diingat, dan melekat pada asosiasi dan respons
terhadapnya.
Dengan kata lain disini, apabila
kita mampu mengontrol bagaimana organ kecil ini bekerja, maka kita akan mampu
mengontrol ulang penerimaan diri sesuai dengan tingkat level yang kita
kehendaki. Masalahnya sekarang adalah bagaimana caranya - Bagaimana kita
mengontrol amigdala?
Sahabatku… Jawabannya terdapat
pada lobus frontal.
Lobus frontal adalah dua daerah
yang luas di depan otak kita. Mereka adalah bagian dari korteks serebral, yang
merupakan sistem otak yang lebih baru, rasional, dan lebih maju. Di sinilah
pemikiran, penalaran, pengambilan keputusan, dan perencanaan terjadi. Disinilah
akal manusia bekerja.
Lobus frontal memungkinkan kita
untuk memproses dan memikirkan emosi. Sehingga kita kemudian dapat mengelola memori
emosi dan menentukan respons yang logis. Berbeda dengan respons otomatis
amigdala, respons terhadap dari lobus frontal secara sadar dikendalikan oleh
diri kita sendiri.
Sayangnya lobus frontal tidak
pernah bekerja sendiri tanpa dipilih. Sayangnya kita belum terlalu pintar dalam
memilih. Padahal PILIHAN KITA MAMPU MERUBAH APAPUN DAN MEMBUAT APAPUN.
Memang penerimaan diri dipengaruhi
dari bagaimana dahulu kita diperlakukan dan dinilai. Tapi manusia memiliki
pilihan untuk menerima dirinya sendiri atau terus menerus mereject dirinya.
Jujur kita semua butuh memilih
untuk membangun self-acceptance untuk kesehatan mental yang baik dan kebahagiaan
hidup. Karena pastinya, hidup akan menjadi lebih berbahagia kalau kita mampu
memaafkan segalanya bukan?
Kebanyakan kita sekarang
memfokuskan diri membangun target kebahagiaan diri. Tapi lupa membangun
penerimaan diri. Fokus terhadap target kebahagiaan diri tidaklah salah selama
kita juga turut membangun self-acceptance. Karena jangan sampai target
kebahagiaan kita justru tidak lagi bisa membahagiakan akibat kita memiliki
tingkat penerimaan diri yang rendah.
Bukankah banyak orang-orang yang
sulit memaafkan kegagalan mereka sendiri? Sulit memaafkan cinta mereka sendiri?
Sulit memaafkan kekalahan mereka sendiri?
Padahal kesuksesaan butuh
kegagalan untuk menjadi sukses. Cinta membutuhkan benci untuk menjadi cinta. Menang
membutuhkan kalah untuk menjadi menang.
Kita harus mampu menerima posisi
yang bersebarangan hanya agar kita sadar kalau sudut yang kita inginkan itu
memang ada. Beginilah keniscyaan hidup dibuat olehNYA.
Sahabatku… Kita tidak memafkan
karena kasihan, kita juga tidak memaafkan karena memaafkan itu berpahala. Kita memaafkan
karena disudut manapun itu baik atau buruk, kita menerima sudut itu sebagai buatanNYA.
Kita menerima wujud buatanNYA
itulah kenapa kita menerima diri ini yang juga adalah wujud buatanNYA. Semenerima
itu kita menerimanya, sampai kita bahkan bisa begitu berbahagia karena sebenarnya
kita hanya menerimaNYA.
Penerimaan diri adalah kepuasan
atau kebahagiaan individu dengan diri sendiri yang tidak lain itu hanyalah
diriNYA.
Akhir kata sahabatku…
Maafkanlah gelap karena dengannya
ada terang. Maafkanlah pahit karena dengannya ada manis. Memaafkan hanya tentang
menerima wujud-NYA. Hanya saja wujud-NYA bukan tentang baik dan bukan juga
tentang buruk. Tapi tentang keduanya.
Salam Semesta
Copyright 2020 © www.pesansemesta.com
TIDAK ADA OTAK YANG BODOH! BEGINILAH CARA MENGASAH KELAMBANAN OTAK
Juni 21, 2020
“Apakah lamban dalam memahami
sesuatu itu bentuk dari kebodohan, apakah itu bisa di rubah??” Melalui
anugerahNYA izinkan kami menjawab.
Kecepatan pemrosesan yang lambat
atau buruk tidak terkait dengan kecerdasan. Apapun itu adalah kecerdasan! Kebodohan
hanyalah nilai karena seseorang atau sekelompok orang mulai membandingkan
tingkat kecerdasan tiap-tiap orang. Bukankah kita dibiasakan dengan ini?
Contoh seringnya adalah ketika seseorang
melihat keluar dan menyaksikan kalau teman atau orang lain begitu cepat
memahami atau memproses informasi sementara dirinya tidak. Lalu akhirnya dia
merasa tidak berdaya dengan dirinya sendiri dan men-cap kalau dirinya lamban.
Tapi, betulkah dirinya lamban? Bukankah
dirinya menjadi lamban, karena dia berhasil membandingkan dirinya dengan yang
lebih cepat. Bagaimana kalau tidak ada pembanding, apakah dia masih bisa
menilai kalau dirinya lamban?
Faktanya kita dibiasakan untuk mengkompetisikan
kecerdasan kita sendiri untuk sebuah penilaian. Akhirnya ada orang-orang yang harus
merasa bodoh. Mereka merasa bodoh karena mulai membandingkan diri mereka
sendiri.
Sahabatku… Berhentilah
membandingkan diri keluar untuk mencari sebuah penilaian. Diri kita sudah
sempurna apa adanya. Kebodohan dan kelambanan yang kita rasakan ini hanyalah
tentang diri yang belum menggunakan otaknya sendiri secara maksimal.
Jadi
apakah kelambanan otak dalam memahami bisa dirubah?
Jawabannya adalah iya. Selalu sahabatku…
Kita selalu memiliki pilihan untuk merubah apapun energy yang sudah terlanjur
terbentuk.
Kalau kita bertanya apakah merubah
kelambanan otak butuh kerja keras? Tentulah iya, kita tidak pernah bisa
mengasah pedang dengan kapas – begitu juga dengan otak kita sendiri. Otak kita
harus dilatih secara terus menerus agar tajam, cepat dan tepat sasaran.
Lalu
bagaimanakah caranya?
“SATU CARA UNTUK MENGASAH
KELAMBANAN OTAK ADALAH DENGAN MEMPERBANYAK DAN MEMPERTEBAL SINAPSIS”
Sahabatku… Sekarang didalam otak
kita mungkin terdapat ratusan atau jutaan sinapsis untuk setiap kegiatan,
informasi atau kebisaan.
Sinapsis secara singkat bisa
disebut sebagai simpul neuron. Uniknya, otak manusia terdiri dari 10% neuron
dengan sisa 90% sel glial. Kita memiliki sel glial lebih banyak dari sel
neuron. Sel glial memiliki fungsi yang lebih penting didalam otak ketimbang
neuron karena ternyata sel glial mampu menghalangi atau mengaktifkan neuron.
Lalu apa hubungannya ini dengan kelambanan
otak?
Jadi begini kunci untuk
meningkatkan kecepatan pemrosesan didasarkan pada membuat koneksi sinapsi yang
lebih solid, yang memungkinkan sinyal untuk bergerak lebih cepat satu sama
lain.
Masalahnya otak ini adalah organ
pemilih yang tidak suka membuang-buang energy. Meski apapun itu adalah
sinapsis, tapi sel glial tidak akan membiarkan otak kita menyimpan sinapsi yang
tidak atau jarang terpakai. Dengan canggihnya sel glial ini akan mematikan sinapsis
yang jarang terpakai.
Hal yang sebaliknya juga akan
terjadi apabila kita sering mengaktifkan sinapsis yang sudah terjalin, maka sel
glial justru akan membuat sinapsis ini semakin tebal.
Kabar gembiranya, semakin tebal
sinapsis artinya semakin cerdas atau jago kita dalam bidang itu. Inilah kenapa
ada istilah practice makes perfect.
Jadi apabila kita merasa lamban
disatu bidang, maka satu cara yang bisa kita lakukan adalah dengan mengaktifkan
sinapsisnya secara terus menerus. Karena tanpa sepengetahuan, otak ini akan terus
mendukung usaha kita 100% untuk meningkatkan kecepatan pemrosesan apapun.
LALU BAGAIMANA CARA MENGAKTIFKAN
SINAPSISNYA?
Tentu caranya adalah dengan terus
berlatih dan melakukan banyak aksi. Artinya, teruslah belajar dan janganlah
terlebih dahulu menilai diri bodoh.
Pahamilah kalau masing-masing manusia
dianugerahi dengan porsinya masing-masing. Porsi ini bisa kita lampaui atau
bisa kita biarkan begitu saja. Kita memiliki pilihan. Apapun itu yang kita
pilih, maka pilihlah yang terbaik menurut diri sendiri. Bukan menurut orang
lain.
Karena kalau setiap kita memiliki
porsi, berarti setiap kita juga memiliki fungsi dan tujuan. Itulah kenapa
kecerdasan itu memiliki banyak wajah.
Selama ini kita hanya menyamakan
kecerdasan dengan satu wajah. Sampai kita sendiri lupa kalau bahkan wajah kita
itu berbeda dan unik. Kecerdasan juga memiliki keunikan, tidaklah keunikan ini kecuali
hanya agar masing-masing kita melakukan fungsi dan tujuan hidupnya diatas bumi
ini.
Tidak harus ada kesetaraan dalam
kecerdasan. Karena kecerdasan tiap manusia hadir untuk saling memakmurkan bukan
untuk saling membandingkan.
Lagi pula bagaimana kita bisa
membandingkan kalau segala ini hanyalah buatan diriNYA?
Salam Semesta
Copyright 2020 © www.pesansemesta.com
TIGA METODE SEDERHANA YANG POWERFULL UNTUK MENGENAL DIRI
Juni 16, 2020
Mengenal diri adalah perjalanan yang
abadi, keabadiaan yang tidak pernah berujung pada kematian. Boleh dibilang
mengenal diri adalah tugas manusia yang tidak akan pernah berkesudahan. Hanya saja
sekarang kita terjebak dengan satu pertanyaan “BAGAIMANA?”.
Iya, bagaimana caranya kita mulai
mengenal diri?
Ketidakmengetahuan kita saat ini
karena mengenal diri menjadi topik asing yang sengaja dihindarkan. Selama ini
dunia dan segala yang berlangsung di dalamnya, berlangsung untuk terus membuat
kita menghindari diri untuk mempertanyakan diri sendiri.
Alasan khusus untuk ini adalah karena
semakin manusia mengenal dirinya, maka akan semakin paham dia dengan dirinya
sendiri. Dan sudah kodratnya kalau sulit untuk membodohi mereka yang paham. Inilah
kenapa kita seakan tidak diberi kesempatan untuk belajar mengenal diri, yaitu
agar sekelompok yang paham ini bisa menguasai kebodohan kita guna mengambil
keuntungan yang berpihak.
Percayalah, dengan mengenal diri kita
tidak akan mendapati hal apa-apa selain manfaat yang teramat banyak. Mengenal
diri hanya akan membuat manusia cerdas menggunakan dirinya. Mengenal diri hanya
akan membuat manusia bijak dengan apa yang berlangsung di dalam hidupnya. Mengenal
diri hanya akan membuat manusia mendekat kepada inti dirinya sendiri (self
core).
Pilihan itu masih kita genggam. Tidak
pernah ada kata terlambat untuk mengenal diri. Kalau kita masih bingung
bagaimana metodenya, maka semoga apa yang kami sampaikan disini berguna. Jujur metode
ini sangat sederhana, tanpa biaya, namun sangat powerfull apabila kita mau
memaksimalkannya.
1# KEMBALILAH MEMPERHATIKAN DAN
MENGAMATI
Sahabatku… Masih ingat dahulu sewaktu
kita masih kecil, begitu sering kita bertanya ‘kenapa’ dan ‘apa’. Pada waktu
itu kita bertanya dengan kepolosan karena kebutuhan kita untuk mengenal apa
yang berhasil kita amati dan perhatikan. Dari pertanyaan-pertanyaan polos itulah
akhirnya kita mulai menerima jawaban.
Beranjak dewasa, kita semakin sulit
untuk bertanya, alasannya bisa macam-macam. Tapi alasan yang paling utama
sebenarnya adalah karena kita berhenti memperhatikan dan mengamati. Harusnya semakin
beranjak dewas pertanyaan kita menjadi semakin rumit dan kompleks.
Namun nyatanya tidak demikian. Beranjak
dewasa itu semua teralihkan, menjaga fokus untuk terus memperhatikan dan
mengamati sambil terus menyelesaikan kewajiban lainnya memang butuh seni manajemen
yang unik, tapi bukan berarti tidak bisa dilakukan.
Sahabatku… Memperhatikan dan
mengamati merupakan metode paling mudah dan hampir 100% gratis untuk mulai kita
terapkan sekarang guna kembali mengenal diri. Kalau kita bertanya, apa yang
harus kita amati? Maka untuk tahap awal, jawabannya adalah 3.
Pertama: Perhatikan dan amati jasad
fisik kita dan segala pergerakan yang berlangsung didalamnya.
Kedua: Perhatikan dan amati
bagaimana kesadaran kita bergerak. Dari mulai berpikir, mengambil keputusan,
berperasaan, berinteraksi dan segalanya.
Ketiga: Perhatikan dan amati dengan
‘apa’ kemampuan fisik diri kita mampu bekerja dan dengan ‘apa’ kemampuan
kesadaran kita bergerak.
Intinya, mulailah dengan diri
terlebih dahulu. Dahulu seorang Socrates dalam hidupnya pernah berkata “Manusia hendaknya mengenal diri dengan
dirinya sendiri, jangan membahas yang diluar diri, hanya kembalilah kepada
diri. Manusia selama ini mencari pengetahuan di luar diri. Kadang – kadang dicarinya
pengetahuan itu di dalam bumi, kadang – kadang diatas langit, kadang – kadang
di dalam air, kadang – kadang di udara. Alangkah baiknya kalau kita mencari
pengetahuan itu pada diri sendiri. Dia memang tidak mengetahui dirinya, maka
seharusnya dirinya itulah yang lebih dahulu dipelajarinya, nanti kalau dia
telah selesai dari mempelajari dirinya, barulah dia berkisar mempelajari yang
lain. Dan dia tidak akan selesai selama – lamanya dari mempelajari dirinya.
Karena pada dirinya itu akan didapatnya segala sesuatu, dalam dirinya itu
tersimpul alam yang luas ini.”
Sahabatku… Apa yang diucapkan
Socrates adalah benar adanya, itu karena manusia adalah miniature semesta. Begitu
unik dan menakjubkan diri kita ini. Mengenal diri dapat dilihat dari berbagai
perspektif. Dimulai dari mengenal komponen dasar manusia, mengenal akal dan
hati, mengenal ego diri, mengenal keterhubungan diri dengan semesta, sampai
kepada mengenal pembuat dan pencipta diri – sampai mengenal bahwa tidak ada
ketidakterhubungan antara diri dengan semesta, serta dengan pencipta dan
pembuatNYA.
Namun kita tidak akan pernah
sampai kepada jawaban kecuali kita mau mulai memperhatikan dan mengamati.
2# BERSIAPLAH MENERIMA JAWABAN
Sahabatku… Saat kita mulai
memperhatikan dan mengamati, maka mau tidak mau pertanyaan akan mulai bermunculan.
Jangan terkecoh disini, kebanyakan kita begitu meragu untuk bertanya. Ini wajar,
selama ini kita dibiasakan untuk mampu menjawab pertanyaan hanya untuk dinilai dengan
benar atau salah.
Akhirnya dialam bawah sadar kita
selalu menyimpan keraguan akan sebuah pertanyaan. Kita meragu karena menakuti ketidakhadiran
sebuah jawaban. Padahal pertanyaan adalah kunci menuju semesta.
Kami harus mengakui diri dengan
segala kerendahan hati, kalau sebuah jawaban selalu hadir lebih awal dibanding
pertanyaan. Jawaban hanya sedang menunggu ter-unlock dan pertanyaan kitalah
kuncinya.
Pertanyaan adalah kunci jawaban
dari segala yang terlupakan untuk ditanyakan. Begitulah memang Dzat Maha Guru
selalu hadir lebih awal dibanding muridNYA, senantiasa setia menanti sebuah
pertanyaan yang luput untuk ditanyakan.
Namun bergembiralah… Kesadaran
kita akan keluputan diri ini hanyalah awal untuk mengawali diri untuk bersiap
diri meraih jawaban.
Hal yang harus dijaga disini
adalah kenetralan kita saat meraih jawaban itu sendiri. Kebanyakan kita hanya mau
menerima jawaban berdasarkan apa yang ingin kita terima. Padahal jawaban kebenaran
tidak akan pernah berwujud benar atau salah.
Mengenal diri merupakan sebuah
perjalanan untuk menyelami diri sampai mengetahui diri pada hakikat yang
sebenarnya. Kebenaran, itulah jalan akhirnya.
Untuk sampai ke jalan akhir ini ibarat
berenang di dalam kubangan air suci. Kita harus terlebih dahulu mensucikan diri
untuk mampu menyelam ke dasar sumber. Karena ini bukan sekedar informasi yang
diterima oleh mata dan akal selama ini. Tapi menyelam jauh ke dalam jasad, lalu
menuju jiwa, lalu keluar dari keduanya. Sampai akhirnya kita menyadari kalau
diri kita lebih dari sekedar bagian manusia. Kita adalah bagian dari semesta,
dimana inti semesta hanyalah diriNYA.
Sekarang, sudah mampukah kita
menjadi netral dalam menerima jawaban? Ingat saja dahulu kalau kenetralan tidak
pernah berlari menjauhi akal.
3# IZINKANLAH akal UNTUK berpikir
Sahabatku… Pemahaman tidak hadir
dari sekedar menerima jawaban, namun memperhatikan dan mengamati setiap detail
jawaban dengan akal.
Mengenal diri adalah menarik informasi
dengan cara mulai memperhatikan dan mengamati, lalu menetralkan diri menerima
jawaban, agar jawaban itu mampu diberpikirkan kembali dengan akal. Sehingga akhirnya
kita paham lalu menjadi sadar. Kalau sudah sadar, maka kita pun akan berubah
sesuai dengan kesadaran yang berhasil kita bentuk itu.
Ambil contoh, kita memperhatikan
dan mengamati jantung yang sedang berdegup ini, lalu dari situ muncul
pertanyaan sederhana semisal “bagaimana jantung degupannya bisa berubah-ubah?”.
Lalu kita berhasil menerima jawaban kalau ternyata degupan jantung adalah
harmonisasi jasad dan jiwa. Setiap ketidakharmonisan yang terjadi akan membuat ritme
degupannya pun tidak harmonis.
Dari jawaban yang kita terima ini
lalu kita mengizinkan akal kita untuk memikirkannya. Sehingga kesadaran kita
pun mulai memahami sebab akibatnya, sampai akhirnya kita sadar betul untuk
mengharmonisasikan jasad dan jiwa, agar mesin jantung kita ini terus bekerja
stabil dan terus prima.
Sahabatku… Ini hanya satu contoh
saja, namun dari contoh kecil ini kita bisa paham rahasia besarnya. Andaikan semua
manusia tahu bagaimana jantungnya bekerja dan harus bekerja, maka akankah
manusia terkena serangan jantung dan perlu pergi ke dokter jantung? Ternyata kita
sudah mampu mengambil manfaatnya bukan dari mengenal diri, meskipun itu masih
satu contoh kecil saja.
Bayangkan kalau kita terus
menggali diri untuk memahami diri ini. Bukankah wujud ke MahaanNYA akan jelas
tersaksikan? Pastinya iya. Kami berani menjaminnya.
Akhir kata sahabatku…
Anggap hari ini kita ibarat
pengelana yang baru pertama kali menemukan potongan cermin ditengah perjalanan.
Melalui cermin kecil itu akhirnya kita belajar untuk mengenal diri kita
sendiri. Tentunya kita tetap memiliki pilihan. Kita bisa membuang potongan
cermin itu dan terus melaju, atau kita bisa menyimpannya untuk terus kita
gunakan untuk lebih mengenal diri yang sebelumnya tidak pernah kita kenal.
Tidaklah potongan cermin itu
kecuali adalah kemahaanNYA yang melekat didalam diri ini. Tersadari atau tidak disadari kita tidak akan pernah
mengenal diri ini, kecuali denganNYA kita mengenal diri ini. Sungguh netral
diriNYA mendampingi.
Begitulah SANG PEMBUAT tidak
pernah mendikte pilihan, DIA hanya memberikan pilihan. Tugas kita lah untuk
memilihnya. Pilihlah untuk mengenal diri sahabatku… dan temuilah diri-NYA di
tiap inti diri ini.
Salam Semesta
Copyright 2020 © www.pesansemesta.com
SELF CORE - SIAPA ITU INTI DIRI INI?
Juni 14, 2020
Sahabatku… Mereka berkata kalau inti
materi semesta hanyalah energy. Energi ini abadi, tidak terdefiniskan, tidak
dapat termunaskah dan hanya bisa berubah bentuk. Manusia, bagaimanapun
kesadarannya mengenali dan melabeli diri, tetap mereka merupakan bentukan dari energy
ini.
Inti materi semesta ini bukanlah
ilusi, tetapi inti materi semesta ini adalah sumber pembentuk segalanya. Diri
kita terbentuk dari segalanya ini. Planet-planet ini terbentuk dari segalanya
ini. Galaksi diujung multiverse manapun terbentuk dari segalanya ini. Segalanya
ini adalah segalanya.
Sayang, segalanya yang segalanya
ini tidak terdefinisikan. Segalanya ini merupakan kenetralan absolut yang
senantiasa memberi hidup tanpa memerlukan label dan pengakuan.
Bukti tentang ini tidaklah jauh,
kita memegangnya penuh. Jasad ini utuh buktinya. Pikirkanlah kembali sahabatku…
Perhatikanlah setiap inci jasad ini, lalu tersenyumlah. Ternyata diri ini memang
menjadi bukti jelas kalau ternyata DZAT MAHA lebih dekat dari urat nadi. Dimana
Dzat Maha senantiasa menjadi inti diri kita yang terhubung dengan segala energy
yang dibentukNYA.
Seharusnya ini sudah kita lakukan
jauh sebelum kita mengaku bertuhan. Bukankah selama ini kita telah mengaku
bertuhan tapi mengabaikan pemahaman kita akan inti diri kita yang sebenarnya?
Tanyakanlah kedalam diri, kita
melangkah sebagai siapa selama ini? Kita berbicara sebagai siapa selama ini?
Kita melihat sebagai siapa selama ini? Kita bahkan berani berkata kalau
kebaikan adalah dariNYA dan keburukan adalah dari diri kita sendiri. Tanda
kalau kita menganggap diri kita adalah diri kita, sementara DZAT MAHA yang kita
akui telah kita sembah adalah bagian lain dari diri kita.
Sahabatku… Sedih untuk diakui,
ternyata kita memang belum mampu menjadi ketunggalan sejati denganNYA padahal
itulah arti sesungguhnya dari bertuhan. Bertuhan adalah saat kita
memblendingkan diri utuh dengan inti diri kita yang sebenarnya.
Utuh tanpa retak sahabatku… Tapi
apalah itu keretakan terbesarnya kecuali kita masih belum menyadari siapa inti
diri ini. Padahal siapakah lagi inti diri ini selain hanyalah diriNYA?
Sahabatku…
Mari kita meluruskan kesombongan
diri ini, mari kita masuk kedalam untuk mengenal diri. Mengenal diri yang sebenarnya
hanyalah diriNYA.
Mengenal diri adalah penting. Tanpa
mengenal diri, kita sama sekali tidak akan pernah bisa memahami hal besar ini. Kalau
bukti yang begitu jelas kita genggam terlewat, maka bagaimana bisa kita
menggengam bukti yang lebih besar untuk meruntuhkan kebutaan ini?
Lihatlah diri kita ini, nyatanya
sekarang ini kita ibarat seorang buta yang berdiri di depan cermin tanpa pernah
sekalipun menyadari siapa dirinya sendiri. Haruskah kita terus menatap tanpa
menyaksikan?
Mari sahabatku… Mari kita
mengenal diri kita kembali. Mari kita melihat melalui akal untuk kembali
menyaksikanNYA.
Setelah nanti kita berhasil menyaksikanNYA
melalui akal yang melihat ini, maka kita akan mampu mengakui kalau ternyata inti
diri ini hanyalah diriNYA. Kita mengakui ini bukan sebagai wujud kesombongan
iman, melainkan sebagai wujud pemahaman akan inti diri yang sebenarnya.
Tidak ada nilai kesombongan saat
seseorang bersimpuh dan berbisik lirih kalau dirinya hanyalah diriNYA. Jelas ini
bukan tentang agama, bukan tentang keyakinan, apalagi filsafat murahan, atau
ilmiah yang brilian, ini hanya tentang segalanya. Inti diri ini hanyalah MAHA
SEGALA yang membentuk energy dan kesadaran semesta ini.
Salam semesta
Copyright 2020 © www.pesansemesta.com
MAMPUKAH KITA MENINGKATKAN KECERDASAN DENGAN MEDITASI ?
Juni 12, 2020
Kecerdasan adalah alunan langkah
yang mengiringi. Kecerdasan bukan angka yang mempesona. Kecerdasan hanyalah
nafas yang paham akan apa yang ada dihadapannya, lalu memberi makna terindah
bagi kehidupan semesta.
Jadi sahabatku… Apakah setiap
manusia memiliki kecerdasan?
Jawabannya tidak hanya manusia,
kecerdasan adalah milik seluruh semesta. Setiap semesta termasuk manusia
memiliki kecerdasan dan terikat erat dengan sumber pembentuk kecerdasan itu
sendiri.
Namun meski setiap makhluk
disempurnakan dengan kecerdasan, tetap kecerdasan adalah kemampuan jiwa dan
jasad yang harus dibentuk. Berarti harus ada pilihan yang harus kita pilih disini,
apakah kita mau membentuknya atau membiarkan sempurnanya kecerdasan ini
seadanya saja.
Hanya ada satu cara untuk
membentuk kecerdasan, yaitu BELAJAR. Tapi tidak pernah ada satu cara untuk
belajar. Terdapat begitu banyak jalan untuk belajar. Setiap cara adalah
pembelajaran.
Belajar bukan sekedar tentang sekolah,
karena kalau kita mampu merubah setiap nafas kita sebagai pembelajaran, kalau
kita mampu menjadikan kehidupan ini sebagai sekolah seumur hidup, mungkin
kecerdasan setiap kita sudah mampu menjadikan Bumi ini planet yang lebih bergemerlap
dengan kemakmuran yang harmonis. Karena tahukah kita kalau kemakmuran satu
planet ditentukan penuh oleh penduduknya.
Lalu bagaimana dengan meditasi…
Apakah manusia meditasi bisa membuat cerdas?
Sahabatku… Meditasi tidak membuat
cerdas, tapi bisa menjadi salah satu proses kita belajar agar nantinya kita
bisa membentuk kecerdasan, dimana tentunya setiap bentukan hasil belajar akan
menggores langkah peningkatan kecerdasan.
Jadi harap dimengerti, kalau beribu-ribu
jam meditasi tidak akan pernah membuat seseorang setingkat lebih cerdas apabila
seseorang itu tidak berhasil mengambil pelajarannya.
Setiap langkah kita sebenarnya
adalah pelajaran, setiap apa yang kita lihat sebenarnya adalah pelajaran,
setiap apa yang kita aksikan adalah pelajaran. Masalahnya, berhasilkan kita
mengambil pelajarannya atau kita hanya melewatinya begitu saja.
Namun
disini tentunya kita penasaran, pelajaran apa saja yang bisa kita terima dari
meditasi yang berhubungan dengan peningkatan kecerdasan?
Sahabatku… semoga jawaban kami
ini mampu memotivasi kita terus untuk belajar (apapun itu) termasuk belajar meditasi.
1. Dari Meditasi Kita Belajar Untuk Mulai Mengenal Diri (MOVE IN)
“Kejarlah apapun yang diluarmu dengan
melangkah kedalam dirimu”
Sahabatku… Kita selalu diajarkan kalau meditasi harus dilakukan dalam keheningan pikiran. Padahal tidak seharusnya begitu, justru seharusnya kita bisa menggunakan waktu bermeditasi untuk mulai meluangkan pikiran untuk mengenali dirinya sendiri.
Kami berharap kita tidak melewatkan pelajaran ini, karena apabila kita mau belajar mengenal diri, maka berarti kita mau meningkatkan kecerdasan kita dalam mengenal diri.
Cobalah sesekali dalam bermeditasi belajar mengalihkan fokus pikiran untuk masuk ke mode MOVE IN, yaitu mode mengkoneksikan kesadaran untuk merasakan hal-hal yang sedang berlangsung didalam jasad. Misalnya, merasakan proses jantung yang berdetak, aliran nafas yang berproses, aliran darah yang mengalir, organ-organ yang bekerja, sel yang bergetar, terus sampai ke titik merasakan energi SANG PENGHIDUP bervibrasi didalam tiap sel-sel jasad ini dan menghidupkannya.
Sahabatku… Percayalah, kalau diri ini adalah keramaian pelajaran dalam hening dan dari sinilah seharusnya tiap kita belajar. Tentunya kalau kita berhasil mengambil pelajarannya, maka kita akan setingkat lebih cerdas.
Jadi intinya meditasi
bisa menjadi jalur awal kita untuk meningkatkan kecerdasan mengenali diri
sendiri.
2. Dari Meditasi Kita Belajar Untuk Mulai Mengasah Fokus
“Kecerdasan butuh fokus, sementara fokus adalah kecerdasan tersendiri”
Sahabatku… Pikiran adalah mesin berpikir yang kita gunakan untuk banyak tujuan, setiap menit, setiap detik, terlepas dari kita sadar atau tidak tentang prosesnya. Kita menggunakan pikiran dalam hampir semua yang kita lakukan.
Meski otak memiliki sistem konsetrasi untuk memusatkan pikiran. Tapi manusia tidak dilahirkan dengan kemampuan untuk memfokuskan pikiran mereka. Kita BELAJAR untuk menfokuskan pikiran kita.
Sahabatku sesama semesta… Pahamilah bahwa secanggih apapun otak, dia (otak) beroperasi sesuai pikiran. Otak adalah hamba pikiran. Otak kita adalah masterpiece, tetapi bagaimanapun karya besar akan selalu tergantung kepada user. Otak membutuhkan user yang memiliki pikiran yang fokus.
Meditasi bisa menjadi sarana bagi kita untuk belajar fokus. Jarang dari kita kurang paham, kalau fokus sebenarnya adalah kecerdasan tersendiri. Sebagian kita lebih banyak mengartikan fokus sebagai kata kerja. Padahal fokus adalah kecerdasan yang mahal harganya.
Jadi begini, fokus akan mengaktifkan bagian otak serebral dalam mentrasfer dan menterjemahkan informasi yang dikirim kesadaran. Artinya, semakin kita fokus dengan apa yang ada dihadapan, maka semakin kita menjadi sadar dengan akal pikiran kita sendiri.
Apakah ini akan
meningkatkan kecerdasan? Tentunya iya, kecerdasan adalah akal yang tajam.
3. Dari Meditasi Kita Belajar Untuk Mulai Membentuk Frekuensi
“Ini penting! Selama kita tidak paham tentang frekuensi yang kita bentuk. Maka selama itu kita menjadi korban yang tersesat”
Anggap saja kita memiliki radio, apakah kita akan membiarkan radio memutar setiap channelnya secara acak atau kita akan memilih satu channel untuk diputar? Tentunya kita akan memilih bukan?
Begitu juga manusia sahabatku…
Kita memiliki pilihan untuk memilih channel dalam hidup ini atau membiarkan diri terombang-ambing tanpa memilih channel apapun. Apakah itu channel kebahagian, kesedihan, ketenangan, kecemasan, kemakmuran atau channel lainnya lagi.
Sayangnya, kita tidak sadar kalau untuk memilih apalagi membentuk frekuensi kita butuh kecerdasan pula. Bahkan kecerdasan ini sangatlah kompleks. Kecerdasan ini meliputi membentuk energy yang didalam dan diluar. Nah, melalui meditasi kita bisa belajar dasarnya terdahulu.
Jadi begini, kita memiliki frekuensi otak yang selalu berpindah-pindah, tergantung dari aktifitas serta input dan output yang kita olah didalam. Gelombang otak listrik yang lambat hingga cepat (delta, theta, alpha, beta, gamma) masing-masing memberikan indikasi yang baik untuk aktivitas otak.
Selama meditasi, gelombang theta paling melimpah di bagian depan dan tengah otak. Studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa gelombang theta menunjukkan relaksasi yang dalam.
Artinya? Artinya dalam meditasi kita bisa masuk kedalam diri menenangkan jasad dan pikirannya, merubah gelombangnya, melepas frekuensinya dan menarik frekuensi yang sesuai dengannya.
Jangan berpikir kalau ini hal yang tidak masuk akal. Otak selalu memiliki beberapa tingkat aktivitas listrik. Kita bisa memantau frekuensi dan lokasi gelombang otak listrik melalui penggunaan EEG (electroencephalography).
----------------------------------------------
Sahabatku… Cukup tiga dulu
disini. Sebenarnya masih banyak lagi yang bisa kita pelajari dari meditasi. Namun
hal yang perlu kita pahami disini adalah begini, kecerdasan adalah kompleksitas
penciptaan.
Setiap orang pastinya mau
memiliki kecerdasan yang maksimal, masalah yang terjadi tidak pernah ada batas
maksimal dari kecerdasan, setiap manusia memiliki kapasitas yang berbeda-beda
untuk membentuk kecerdasannya sendiri. Meditasi sendiri hanya satu cara dari
beberapa cara yang bisa kita pilih.
Hal penting untuk kita pahami
adalah, saat kita mampu melepas diri dari menilai kecerdasan, maka segalanya
adalah pelajaran yang mencerdaskan. Melalui meditasi kita belajar, melalui
nafas kita belajar, melalui lintasan pikiran ini kita belajar, melalui
kerlingan mata ini kita belajar, bahkan melalui hembusan angin ini kita bisa
belajar.
Ingat saja satu hal sahabatku…
Seseorang tidak membutuhkan kecerdasan
untuk belajar, seseorang hanya membutuhkan akal yang mau menyaksikan
kecerdasan.
Salam semesta
Copyright 2020 © www.pesansemesta.com
HUBUNGAN ANTARA EGO DAN PIKIRAN BAWAH SADAR
Juni 09, 2020
Seorang sahabat bertanya “Apakah
ego bergerak berdasar data dari bawah sadar???” Melalui izinNYA kami menjawab.
Untuk menjawabnya mari kita
berkumpul duduk di meja lalu mengambil sepiring nasi dan lauk yang tersaji di hadapan.
Anggap kita bertiga sama-sama lapar, tapi dari ketiga kita pasti akan mengambil
porsi yang berbeda-beda bukan?
Jadi begini sahabatku… Manusia
memiliki insting dan ego. Untuk memahami hubungan antara ego dan pikiran bawah
sadar, maka kita harus memahami kedua hal ini terlebih dahulu.
Boleh di bilang insting kita pada
saat didepan meja ini adalah kita sama-sama lapar. Lalu ego kita sama-sama
mendorong diri untuk makan sebagai pemenuhan kebutuhan menghilangkan rasa
lapar. Namun bagaimana porsi yang kita ambil ditentukan oleh pikiran bawah
sadar kita masing-masing.
Setiap makhluk hidup memiliki
inting. Kita memiliki insting, insting merupakan kebutuhan mendasar akan
keberlangsungan hidup manusia. Namun bagaimana insting ini nantinya bisa
terpenuhi adalah tugas ego. Ego lah yang mendorong manusia untuk memenuhi
kebutuhan instingnya.
Insting diri ini sebenarnya
seimbang dan berlangsung netral. Hanya saja bagaimana netralnya insting menjadi
keputusan ego. Egolah yang nantinya menggerakkan harus seberapa liar atau damai
insting kita.
Jadi, apakah ego berhubungan dengan
data yang diinputkan oleh pikiran bawah sadar? Jawaban cepatnya adalah IYA.
Tapi kalau kita bertanya lagi dari
manakah pikiran bawah sadar kita menginputkan data ke ego? Maka jawabannya
adalah lingkungan.
Sejak kita lahir sampai berumur
tujuh tahun, kita hanya menggunakan pikiran bawah sadar. Segala inputan dari
lingkungan kitalah yang mengisi pikiran bawah sadar ini. Lalu lepas dari umur
tujuh tahun, baru pikiran sadar kita mulai terbentuk dari proses kita
memikirkan kembali segalanya.
Apabila seseorang di alam bawah
sadarnya terinput data untuk makan dalam porsi yang banyak saat lapar, maka
itulah yang akan dia lakukan terus menerus seumur hidupnya, sampai dia memilih
sendiri untuk mengganti data yang sudah terlanjur terinputkan itu.
Ini berlaku untuk semua program
apapun yang sedang kita jalani sekarang, oleh siapapun, dimana pun dan dalam
kondisi apapun. Intinya, selama kita tidak sadar dengan program yang sedang
berlangsung, maka itu adalah program bawah sadar.
HAL PENTING UNTUK DIPAHAMI!
PROGRAM BAWAH SADAR BUKAN PROGRAM GENETIS DAN TIDAK MENURUN SECARA GENETIKA. TETAPI
PROGRAM YANG TERINPUTKAN LINGKUNGAN DAN MAMPU MEMPENGARUHI GENETIKA SESEORANG.
Manusia dilahirkan suci dalam
fitrah, orang tua dan lingkunganlah yang membentuk dirinya. Pikiran bawah sadar
kita terprogramkan oleh orang tua dan lingkungan.
Sementara pikiran bawah sadar
memegang kendali 95% akan jasad biologis manusia. Artinya pikiran bawah sadar
kita lah yang bertanggung jawab dengan pergerakan segala organ dan
neurotransmitter didalamnya. Sementara setiap gerakan neurotransmitter meninggalkan
jejak perubahan kepada setiap sel yang membentuk diri kita. Itulah kenapa kita
kesulitan membedakan antara ketidaksadaran dengan kesadaran ego diri. Karena
memang ego ini begitu melekat disetiap sel-sel jasad kita.
Namun bukan berarti kita tidak
memiliki pilihan sahabatku… Dzat Maha menghidupkan kita dengan banyak pilihan
untuk dipilih.
Betul memang kita bergerak
berdasarkan ego. Tapi bagaimana ego bergerak, selalu berdasarkan data kebutuhan
yang terinputkan kedalamnya. Jadi jelas kita memiliki pilihan disini. Kita bisa
memilih untuk memikirkan ulang kembali setiap pilihan, karena kita telah
diberikan seperangkat alat (otak) untuk melakukan pekerjaan ini, atau kita juga
bisa memilih secara sadar membiarkan program pikiran bawah sadar ini mengambil
kendali.
Keduanya sama-sama pilihan. Apapun
itu pilihannya, tetap ego tidak mengerti apa itu ketidaksadaran atau kesadaran.
Ego kita hanya bergerak memenuhi data yang terinputkan. Apapun itu datanya, ego
akan menggerakan jasad dan kesadaran kita hanya untuk memenuhi kebutuhannya.
Jadi tanpa proses berpikir, apapun
itu yang sedang berlangsung adalah apapun yang terinput persis kedalam pikiran
bawah sadar. Itulah kenapa barometer kesadaran bukan hanya sekedar sadar,
melainkan tentang bagaimana akal pikiran kita sendiri mengelola setiap data
yang ada dihadapan.
Lalu apa solusinya sekarang?
Solusinya adalah dengan menginputkan
kembali data yang sesuai dengan kebaikan diri, lalu membiarkan ego untuk kembali
belajar. Detail caranya bisa kita baca kembali disini :
Karena apabila kita sudah mampu
menggunakan akal ini untuk menganalisa baik dan buruk berdasarkan porsi diri
kita sendiri, bukan berdasarkan lingkungan. Lalu dari hasil data itu kita membentuk
kesadaran kita guna mendidik ego untuk hanya memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang
baik, maka tanpa energy besar, ego pun akan secara suka rela memenuhinya.
Inilah arti dari mengendalikan
ego sahabatku… Dimana kita bukan lagi hidup untuk menahan ego, melainkan kita
sudah menjadi kesadaran yang sudah mampu mengontrol ego itu sendiri.
Akhir kata sahabatku…
Kalau kita mau sedikit merenung.
Ternyata, disetiap apapun pilihan manusia, maka disitu pulalah selalu ada Dzat
Maha yang terus membersamai dan menggerakan diri. Jadi kalau begini faktanya,
maka apakah itu kesadaran dan apakah itu ketidaksadaran sahabatku…?
Sungguh jawaban ini tidaklah
selain pelajaran kenetralan yang nantinya harus kita pelajari.
Salam semesta
Copyright 2020 © www.pesansemesta.com
BAGAIMANA CARA MEMAHAMI AYAT-AYATNYA ?
Juni 05, 2020
Sahabatku… Pemahaman tidak hadir
dari sekedar melihat dan membaca, namun memperhatikan dan mengamati apa yang yang
telah terlihat dan terbaca dengan akal yang mau berpikir dalam kenetralan.
Ayat-ayat semesta hanya akan
menjadi bukti keterhubungan penciptaan yang sia-sia apabila tidak pernah
terperhatikan dan teramati. Setumpuk
karya Agung Dzat Maha yang pada akhirnya sekedar menjadi gambar-gambar listrik
yang hanya bisa kita lihat tapi tidak kita saksiksan.
Renungkalah, apabila kita tidak
pernah menyaksikan keagungan buatanNYA, maka bagaimana kita telah dengan
sengaja mengakui diri telah bersaksi atas diriNYA – Sungguh kekhilafan yang
nyata bukan? Ayat-ayatNYA bergema untuk kita saksikan, namun bahkan gemaannya
pun telah luput kita saksikan.
Jelas dan nyata memang kalau Dzat
Maha Pembuat segalanya tidak membutuhkan kebersaksian ini. Kalau segala yang
kita gunakan untuk menyaksikanNYA adalah dari buatanNYA sendiri, maka bagaimana
bisa DIA membutuhkan apapun dari diri ini sahabatku…?
Hanya saja kita lah yang
membutuhkannya, ini hanya murni tentang kesadaran kita yang butuh kembali.
Kita kembali untuk menyaksikan wujud
keMahaan DzatNYA didalam setiap ayat yang bergema, di setiap sel yang berputar,
di setiap molekul yang bergerak, di setiap energy yang terbentuk.
Semuanya dimulai dari ayat yang
bergema dalam diri ini sampai yang diluarnya. Sementara dasar kita melakukan
ini hanya agar iman yang kita akui ini bisa menjadi terasa manis dan mempesona.
Untuk permulaannya, mari kita
mulai dengan membuka akal pikiran ini. Nantinya kebersaksian kita dalam
memahami ayat-ayatNYA akan menjadi proses dan alur pelajaran panjang yang indah
dan selama masa proses dan alur yang panjang itu kita akan senantiasa ikhlas untuk terus memperhatikan
dan mengamati.
Dan ini merupakan wujud tertinggi
akan jiwa yang mau mengimani keberadaanNYA. Ini tentang sesuatu yang lebih
manis dari gambaran apapun tentang surga. Dimana surga tidak lagi menjadi
sebuah tempat tujuan, melainkan rasa yang mengalun bersamaNYA, baik dalam kehidupan
ataupun kematian.
Tapi sebelumnya ketahuilah
sahabatku… Ikhlas belum dikatakan ikhlas sebelum kita terlebih dahulu
membiarkan ikhlas menghilang. Ikhlaslah tanpa membawa ikhlas, itu baru ikhlas
yang sejati.
Ikhlas sejati itu bukan sekedar
apa yang rela kita bagi atau apa yang rela kita terima. Namun seberapa rela
menghilangkan diri. Bergerak dalam ketulusan sebagai Semesta. Semesta yang
hanya mengikatkan diri denganNYA. Dengan nama apapun kita menyebutNYA… Hanya
ada gerakanNYA didalam gerakan kita. Hanya ada keinginanNYA didalam keinginan
kita. Hanya ada diriNYA didalam diri kita.
Saat seseorang berhasil dengan
ikhlas sejatinya. Maka setiap gerakan adalah kerelaan tapi tanpa kerelaan itu
sendiri. Seperti air yang masuk kedalam gelas atau masuk kedalam mangkuk.
Bukankah air tidak pernah berpikir apakah dia rela atau tidak rela membentuk
dirinya menjadi gelas atau mangkuk. Sebegitu saja dia mengikuti tempat yang
membentuknya. Itulah keikhlasan sejati, yaitu kita memblendingkan diri kita
dengan ayat-ayat semesta. Membiarkan Dzat Maha Pengatur Semesta ini yang menuntun
dan membiarkan diri dituntun.
Jadi sahabatku… Kalau kita
bertanya sekali lagi tentang apa itu ayat-ayat semesta? Maka jawabannya adalah
segalanya.
Ayat-ayatNYA berada disetiap inci
langkah yang kita pijak, dari apa yang kita pijak dan apa yang memijak. Dari
mulai mata yang kita gunakan sebagai mesin optic organik untuk menangkap segala
gambar-gambar listrik, sampai segala gambar-gambar listrik yang kita tangkap,
baik itu yang berhasil tertangkap penglihatan atau tidak berhasil.
Segalanya adalah ayat-ayatNYA
yang terangkum didalam segalanya. Segala yang luput dan segala yang teramati.
Segala yang terperhatikan dan segala yang terlewati. Pahamilah kalau
ayat-ayatNYA tidak pernah hanya sekedar tertulis didalam sebuah buku. Tidak
akan pernah ayat-ayatNYA tercetak sesempit lembaran-lembaran itu sahabatku…
Sibaklah dan bacalah ayat-ayatNYA
yang tidak pernah sempat tertulis sahabatku…
Sekali lagi karena ayat-ayatNYA adalah
setiap inci semesta yang terbentuk. Energy yang terbentuk disegalanya, itulah ayat-ayatNYA. Tidak ada satu
pun yang terlewat kecuali itu adalah ayatNYA yang dibuat oleh yang terciptakan.
Itulah kenapa membaca ayatNYA bukan sekedar alunan syair yang tertulis diatas
buku.
Membaca ayatNYA adalah
memperhatikan dan mengamati setiap inci dari apa yang membentuk diri dan
semesta. Disanalah wujud ayat-ayatNYA yang Agung bersemayam dan tidaklah kita
memperhatikan dan mengamati kecuali dengan menggunakan akal pikiran yang mau diberpikirkan.
Seharursnya proses dan alur
panjang kita dalam memperhatikan dan mengamati sudah menjadi pekerjaan utama
pikiran. Seharusnya kita terbiasa untuk hidup dan memperhatikan segala yang
tampak dihadapan, karena apapun itu yang tampak adalah ayat-ayatNYA. Sayang
memang kita sama sekali tidak terbiasa dengan ini. Bagi kita ayat-ayat hanyalah
kitab yang dibawa ajaran ke-agamaan. Dimana membaca ayat sama seperti membaca
kitab.
Padahal sebenarnya tidak pernah
seperti itu, seharusnya pikiran kita dengan akalnya sudah mau menjadi jendela yang
terus memperhatikan dan mengamati ayat-ayatNYA yang tertulis di segala yang
terciptakan. Karena pada kenyataannya kehadiran akal pikiran memang dibuat agar
kita mampu memperhatikan dan mengamati. Lalu memilih berdasarkan kesadaran yang
terhubung denganNYA sesuai dengan tingkat kesadaran dari apa yang kita
perhatikan dan amati.
Dzat Maha telah memberi kita
sepaket mesin canggih (jasad) untuk ini. Tapi apakah kita mau atau tidak mau…
Jelas butuh pilihan disini, sementara setiap pilihan adalah proses yang butuh
waktu dan pengabdian.
Pertanyaannya menjadi sederhana sahabatku…
Maukah kita memahami ayat-ayatNYA yang menggema dalam semesta dan diri ini?
Salam Semesta
Copyright 2020 © www.pesansemesta.com
MEMAHAMI KESEIMBANGAN ANTARA WANITA & PRIA YANG DIBUAT-NYA
Juni 04, 2020
They Says Women Are The Biggest Mystery In The Universe
Kalau kita bertanya, kenapa Dzat
Maha menciptakan perempuan dan laki-laki dengan perbedaan yang kental? Jawaban yang
bisa dicerna oleh akal kita adalah karena keseimbangan hanya akan terjadi
berkat adanya perbedaan.
Pertanyaan uniknya : Apakah
keseimbangan antara perempuan dan laki-laki yang diciptakan Dzat Maha adalah seperti
yang tercermin pada generasi zaman kita sekarang?
Sahabatku… Jangan dahulu menjawab
iya.
Sebuah generasi terbentuk secara
genetis – dan ini sama sekali bukan takdir, melainkan nasib yang digores
sendiri sesuai dengan pilihan dari tiap generasi ke generasi. Setiap detik DNA
sel-sel manusia belajar dari apapun yang kita programkan, dan setiap program
bekerja berdasarkan pilihan. Meski terkesan sepele, apapun pilihan yang kita
pilih sekarang akan terekam oleh sel dan menurun secara genetis.
Genetika bukan tentang takdir,
melainkan hanya nasib. Kita terciptakan sebagai makhluk pemilih, energy ini
adalah kenetralan absolut. Bagaimana energy terbentuk adalah pilihan tiap
kesadaran. Sayangnya selama beberapa generasi kita kalah dalam pilihan kita
sendiri. Kita kalah menggunakan akal ini dan kita pun kalah dalam memperjuangkan
jasad ini sampai titik maksimalnya.
Sekarang apa yang kita saksikan
tentang keseimbangan antara laki-laki dan perempuan hanyalah tentang bagaimana generasi
pendahulu kita menggoresnya. Untuk memahami hal ini cobalah menjawab pertanyaan
berikut sahabatku…
Apakah dahulu Dzat Maha saat pertama
kali membuat Adam sengaja melebihkan Adam dari Hawa hanya agar Adam menguasai
Hawa? Benarkah Dzat Maha membuat Hawa seringkih kaca dan sebutuh itu kepada
Adam?
Dan, apakah Dzat Maha sengaja
membuat Hawa hanya agar Hawa merasa tersudut malu dengan bentuknya sendiri?
gar sekarang para Hawa merasa
dirinya tidak berharga, lalu marah sambil meneriaki gerakan pemerataan gender –
akankah Dzat Maha membuat tindakan diskriminatif dalam kenetralanNYA?
Pikirkan sahabatku…
Akal ini akan membawa kita berlari
menuju keseimbangan yang dibentuk langsung oleh Dzat Maha, bukan yang dibentuk
oleh generasi-generasi yang sengaja menguasai kesadaran ini agar seorang Hawa
hidup dalam kelemahan yang tidak menentu, dimana kekuatannya sendiri tersamar
oleh kelembutan hati yang mereka anggap sebagai kerendahan.
Apabila pertanyaan masih kurang
menyakinkan, maka cobalah memikirkan fakta-fakta ini dalam kenetralan….
#PIKIRKANLAH
kenapa Dzat Maha mensetting kalau seluruh sel mitokondria manusia hanya diambil
dari gen perempuan?
Iya, seorang perempuan
bertanggung jawab penuh atas bagus atau tidak bagusnya asupan energy sel. Bagus
tidaknya pembentukan jasad janin tergantung dari bagaimana perempuan merekayasa
DNA mitokondria anaknya.
DNA mitokondria (mtDNA) adalah
materi genetik yang ditemukan di mitokondria. Ini diturunkan dari ibu ke anak
laki-laki dan perempuan, tetapi anak laki-laki tidak bisa meneruskan mtDNA ibu
mereka kepada anak-anak mereka. Ini karena mtDNA ditularkan melalui sel telur
wanita. MtDNA yang ditemukan dalam telur adalah non-rekombinan, artinya ia
tidak bergabung dengan DNA lain sehingga diturunkan secara virtual tidak
berubah melalui garis ibu langsung selama beberapa generasi.
Sahabatku… Jadi kita mewarisi
mtDNA secara eksklusif dari seorang HAWA. Bukankah ini adalah sebuah kekuatan? Bayangkan
apa yang terjadi kalau perempuan mampu memaksimalkan mtDNA nya dan mewariskan
mtDNA yang maksimal kepada seluruh manusia?
Tapi kekuatan yang maksimal akan membuat
manusia sulit untuk dikendalikan bukan? Itulah kenapa perempuan terus dicekoki
dengan fakta manipulatif kalau dirinya telah dibuat lemah olehNYA.
Lagi-lagi adakah buatanNYA yang
lemah? Kalau plankton yang dibuatNYA di mata manusia tampak selemah itu, tapi ternyata
mampu menguasai oksigen Bumi, lalu apa itu lemah sahabatku…?
Jadi sebenarnya kelemahan hanyalah
titik dimana kita gagal belajar untuk memaksimalkan buatanNYA yang sempurna. Saat
setiap makhluk memahami kemaksimalan dirinya tanpa penilaian, maka tidak ada
kata lemah yang mampu tersemat untuk seluruh buatanNYA.
#PIKIRKANLAH KENAPA DZAT MAHA
MEMBUAT OTAK SEBAGAI ORGAN UNISEX?
Orang mengatakan pria berasal
dari Mars dan wanita berasal dari Venus, tetapi otak adalah organ unisex. Jadi tidak
ada perbedaan antara otak wanita dan otak pria. Otak ini tetap akan bekerja
sebagaimana seharusnya otak bekerja.
Tapi bagaimana dengan bentuk – Banyak
penelitian yang mengatakan kalau bentuk otak laki-laki 10% lebih besar daripada
otak perempuan? Jujur saja bentuk tidak berarti apa-apa. Semua organ pria
rata-rata memang lebih besar, tetapi itu tidak berarti fungsinya berbeda.
Perbedaan yang terjadi sekarang
adalah tentang bagaimana jasad kita digunakan/difungsikan. Sosialisasi memegang
kunci utama. Norma sosial berhasil menampar kekuatan perempuan agar menyingkir.
Berperang melawan kekuasaan
adalah hal yang biasa dari zaman dahulu sampai sekarang. Jadi memang harus ada
isu yang disebar untuk melemahkan lawan. Saat lawan begitu percaya kalau
dirinya memiliki kelemahan, maka lumpuhlah lawan begitu saja bukan?
Fakta standarnya adalah bahwa perbedaan-perbedaan
ini terprogram... Tetapi otak laki-laki dan perempuan tidak jauh lebih berbeda
satu sama lain daripada hati atau ginjal laki-laki atau perempuan. Intinya, baik
itu perempuan maupun laki-laki memiliki otak yang sama kuatnya.
Jadi, baik itu laki-laki atau perempuan
sama-sama diberi kesempatan untuk memaksimalkan otaknya dan seluruh jasadnya
masing-masing dalam porsi yang sama. Apabila porsi sekarang berbeda, itu
bukanlah takdir yang dibuatNYA, melainkan nasib yang kalah kita buat.
#PIKIRKANLAH
kenapa dzat maha membuat PRIA DAN WANITA tampil berbeda, tetapi memiliki fungsi
yang sama?
Sahabatku… Mari kita berbicara sebentar
tentang fungsi. Tidak ada satupun yang terlewat dari fungsinya, bahkan “tidak
berfungsi” pun sebenarnya adalah fungsi juga. Jadi apakah sebenarnya pria dan
wanita berfungsi sama?
Secara biologis jasad wanita memang
jelas terlihat tampil berbeda dengan pria. Ada bagian jasad wanita yang
berfungsi tidak sama dengan pria. Namun bagaimana pria dan wanita dalam hal
kepribadian, kecerdasan akal, kemampuan kognitif, spiritualitas dan
kepemimpinan adalah setara. Ini karena keduanya memiliki otak yang sama.
Salah satu fungsi otak adalah sebagai
pengendali jasad. Jadi baik itu pria atau wanita memiliki kemampuan untuk mengendalikan
jasadnya masing-masing. Lalu menghadirkan diri mereka untuk melaksanakan fungsi
utamanya. Jadi bukan berarti keduanya harus tampil sama untuk berfungsi.
PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI JUSTRU DIBUAT
TAMPIL BERBEDA UNTUK SALING BEKERJA SAMA MEMBERI KEMAKMURAN BAGI SEMESTA.
KARENA INILAH FUNGSI UTAMANYA.
Sayangnya, kemakmuran semesta tidak
akan tercapai apabila antara perempuan dan laki-laki masih menyaksikan perbedaan
mereka sebagai arena pertarungan. Kita tidak bertarung untuk gender, kita
bertarung untuk memaksimalkan diri kita masing-masing. Pertarungan ini pun
bukan pertarungan keluar, melainkan pertarungan kita ke dalam diri sendiri. Baik
itu pria atau wanita masing-masing bertarung untuk mampu mengendalikan dirinya
sendiri.
Sudah mampukah para pria
bertarung memaksimalkan dirinya sendiri? Dan
Sudah mampukah para wanita
bertarung memaksimalkan dirinya sendiri?
Sungguh diatas ini adalah dua
pertanyaan yang sama untuk dua makhluk yang dibuat tampil berbeda untuk
melakukan fungsi utama yang sama.
Ingat saja, kalau untuk mampu melaksanakan
fungsi utama manusia, kita memang harus berbeda. Tidak akan pernah ada jingga
apabila tidak ada merah dan kuning. Keseimbangan butuh perbedaan. Sementara perbedaan
bukan untuk disamakan, perbedaan hanya wujud bentukanNYA yang sempurna. Lalu kenapa
kita begitu sulit menerima dan menghargai kesempurnaanNYA?
Bukankah akan harmonis apabila Hawa
mampu menghargai Adam sebagaimana Adam mampu menghargai Hawa.
Akhir kata sahabatku… Perempuan
memiliki kelembutan hati seorang hawa, tapi itu tidak pernah menjadi garis
kalau mereka dibentuk selemah itu. Mengertilah dan kita memang telah dibuat
sekuat itu… Janganlah berhenti meraih kekuatanNYA dalam bentuk Hawa ini, meski kita
harus merangkak untuk meraihnya.
Salam Semesta
Copyright 2020 © www.pesansemesta.com
MEMBERI WAKTU BAGI DIRI UNTUK MENGAJARI EGONYA BELAJAR
Juni 01, 2020
Sahabatku… Pernahkan kita memberi
waktu bagi diri untuk mengajari egonya sendiri?
Kalau belum, maka setelah ini kita bisa memulainya. Ini merupakan awal pelajar dasar sebelum diri mampu mengendalikan egonya sendiri. Mari kita bertanya dan belajar dari jawabannya.
#Pertanyaan pertama : SIAPA ITU ‘DIRI’ YANG MENGAJARI EGONYA BELAJAR ?
Sahabatku… Diri kita terdiri dari
beberapa komponen yang saling bekerja untuk menghasilkan paket diri kita yang
utuh. Salah satunya manusia memiliki ego, tapi manusia bukan sekedar ego. Sama seperti
manusia memiliki jasad, tapi manusia bukan sekedar jasad. Manusia memiliki
jasad, jiwa dan energy ruh yang menghidupi.
Manusia adalah miniatur semesta,
karena itulah manusia terbentuk begitu kompleks. Tugas tiap kita adalah
memahami kompleksitas diri sendiri terlebih dahulu. Itulah kenapa pada hari ini
kita akan fokus untuk menjadi diri yang mampu mengajari egonya sendiri untuk
belajar, sampai nanti diri ini berhasil mengendalikan egonya.
Sama seperti belajar menunggangi
kuda liar. Menunggangi kuda liar bukan sekedar naik ke atas kuda itu, tapi
belajar mengendalikan kudanya, agar kuda liar ini tahu arahan penunggangnya. Begitu
juga dengan manusia, untuk mampu mengendalikan egonya, maka terlebih dahulu dia
harus mengajari egonya sendiri.
Jadi ‘diri’ ini adalah pemimpin
ego yang adalah ‘diri’ sendiri juga. Kita memiliki ego, tapi kita bukan sekedar
ego.
#Pertanyaan kedua : BAGAIMANA MENGAJARI EGO BELAJAR ?
Kalau ego adalah diri dan diri
memiliki ego, maka bagaimana mengajari ego belajar?
Jadi begini, ego adalah bagian
terorganisir dari struktur kepribadian yang mencakup fungsi defensif,
perseptual, intelektual-kognitif, dan eksekutif. Manusia tidak akan pernah
terpisah dari egonya sendiri, tapi manusia mampu mengendalikan egonya sendiri
atau terkendalikan oleh egonya.
Bagaimana bisa seperti ini adalah
karena ego tersistem di dalam anggota jasad kita sendiri, tepatnya di wilayah
otak. Sekali lagi jasad dan jiwa bekerja berbarengan. Ego bukan sekedar tentang
bagaimana software kita bekerja namun juga tentang bagaimana jasad kita juga
bekerja. Satu bagian khusus otak manusia yang bekerja mengatur sistem ego ini
adalah basal ganglia (striatum) dan batang otak.
Bagaimana ego belajar adalah
dengan mengajari kembali otak ego. Kita dapat mengatur ulang dan
mengintegrasikan kembali otak kita untuk memahami pilihan terbaik yang seharusnya
kita pilih. Jadi singkatnya sekarang kita mengajarkan otak ego kita untuk
belajar
#Pertanyaan ketiga : BAGAIMANA OTAK EGO BELAJAR ?
Sudah diketahui kalau otak
manusia tidak pernah bekerja sendiri perbagian-bagian. Setiap bagian otak kita
adalah keterhubungan raksasa dengan bagian-bagian lainnya termasuk ke seluruh
jasad manusia. Begitu juga basal ganglia (striatum) dan batang otak sangat
terkait dengan korteks serebral serta beberapa area otak lainnya.
Neocortex adalah bagian dari
korteks serebral (bersama dengan archicortex dan paleocortex - yang merupakan
bagian kortikal dari sistem limbik). Korteks serebral boleh juga kita panggil
otak logis, karena salah satu fungsi bagian otak ini adalah memproses kesadaran
manusia.
Otak logis ini belajar
berdasarkan tiap informasi yang berhasil dikelola oleh nalar akal pikiran. Hanya
saja bukan berarti otak ego juga belajar dengan cara yang sama dengan otak
logis. Bagaimana otak logis belajar ini tidak berlaku bagi otak ego manusia.
Kabar buruknya sejak dibentuk adalah
otak ego manusia tidak bisa belajar dari informasi yang terkelola langsung oleh
akal pikiran.
Itulah kenapa gambar foto seburuk
apapun yang disematkan pada sebungkus rokok tidak akan pernah berpengaruh
apa-apa apabila ego seorang perokok sudah menjerit membutuhkan rokok. Itulah juga
kenapa meskipun setiap manusia tahu kalau memaafkan adalah tindakan yang baik,
namun tidak serta merta sebagian ego manusia mau memaafkan sampai memaafkan
menjadi kebutuhannya.
Tapi dari fakta ini kami tidak
mengatakan kalau berarti otak ego tidak bisa belajar sama sekali. Otak ego
tetap bisa belajar, tapi dengan cara memasukkan informasi yang berbeda dari
otak logis.
Pahami rahasia kecil dibawah ini
sahabatku…
Sejak dilahirkan, otak ego kita
belajar dari segala kebutuhan kita. Otak ego belajar porsi makan yang membuat
kita keyang. Otak ego belajar sikap orang lain yang membuat kita terabaikan dan
bagaimana kita bersikap untuk memenuhinya. Otak ego belajar kata-kata yang
membuat kita terhargai dan banyak hal lainnya. Yang mana kalau disimpulkan,
apapun itu yang kita butuhkan, baik rohani atau jasmani maka otak ego akan
belajar untuk memenuhinya.
Otak ego belajar dari urgensi
pemenuhan kebutuhan diri. Kebutuhan diri sifatnya relatif dan berubah-ubah
seumur hidup manusia, dan selama itu pula lah otak ego terus mempelajari
kebutuhan diri yang berubah.
Itulah kenapa ego sering
dihubungkan dengan sikap egoisme, karena memang satu-satunya fokus otak ego
adalah diri. Mereka bergerak hanya untuk memenuhi kebutuhan diri. Tapi sekali
lagi, diri ini bukan sekedar ego. Jadi seharusnya kita adalah pengendali dari
ego kita sendiri, bukan sebaliknya.
#Pertanyaan keempat : KALAU BEGITU BAGAIMANA KITA MEMULAINYA ?
Sahabatku… Sebelum memulainya
ingat satu hal besar ini “ Kita sedang belajar mengendalikan ego bukan menahan
ego” untuk mengendalikan kita butuh untuk memaklumi.
Memaklumi artinya mengelola
kesadaran kita untuk memahami apa yang sedang terjadi. Lalu menerima dan
mengambil tindakan akan apa yang sudah dipahaminya dengan sadar dan konsekwen
akan sebab dan akibat yang akan terjadi.
Jadi kita harus mengaktifkan
korteks serebral (otak logis) untuk memahami diri kita sendiri. Kita perlu
menganalisa diri dalam kenetralan yang senetral-netralnya tanpa memberi
penilaian, melainkan hanya memberikan jatah bagi otak logis kita mencerna sebab
akibat dari yang sedang kita aksikan.
Dari hasil analisa korteks
serebral yang sengaja dibiarkan mengamati dan memahami dalam kenetralan, maka
akan terkumpulah data yang akan kita gunakan untuk mengajari otak ego.
Contoh aplikasi sederhananya seperti
ini : Cobalah mengambil moment jernih untuk menganalisa satu hal tentang ego
Anda yang paling mengganjal. Satu saja dahulu, lalu coba tanyakan dengan metode
5 W (WHAT, WHO, WHERE DAN WHEN). Anda boleh menulis jawabannya ke dalam jurnal kalau
diperlukan. Selanjutnya tanyakan +1 H (HOW)
Selama aplikasi ini, cobalah
untuk santai dan tenang untuk menjawabnya secara jujur. Dari jawaban ini maka
akan muncullah kebutuhan yang sesungguhnya.
Mari kita ambil contoh ringan
kalau ego Anda sulit memaafkan diri sendiri. Lalu dari hasil analisa korteks
serebral, Anda mendapati kalau sebenarnya Anda lebih membutuhkan kedamaian
ketimbang menyimpan rasa bersalah akan diri sendiri.
Lalu bagaimana kita mengajarkan
otak ego dari hasil analisa otak logis kita diatas?
Caranya adalah dengan memberikan gambaran
yang jelas. Otak ego tidak mengenal data seperti otak logis, melainkan otak ego
hanya mengenal gambar yang jelas. Sekarang tinggal bagaimana kita menginputkan
gambaran yang jelas kedalam otak ego sesuai dengan solusi nalar akal pikiran?
Nah, sebenarnya aplikasinya sangat
sederhana. Otak mengerti gambar sebagai informasi, gambar itu tidak harus
selalu berbentuk nyata, karena otak manusia tidak bisa membedakan kenyataan
atau tidak kecuali kesadaran kita memikirkannya.
Jadi disini Anda akan bermain
dengan visualisasi sederhana. Izinkan otak ego Anda untuk menerima gambaran
dari betapa butuhnya Anda untuk merasa damai. Sama saja seperti sebagian kita yang
membutuhkan kopi di pagi hari. Kita tidak pernah melewatkan kopi di pagi hari,
karena kita merasa itu adalah kebutuhan. Bangun tidur, kita merasa butuh
menghirup wangi dan hangatnya kopi.
Mengajari ego benar-benar memang sesimpel
itu, yang sulit adalah mengajari ego untuk memilih kebutuhan-kebutuhannya yang
baik.
Sebenarnya sulit karena sebagian
kita masih belum mau mengaktifkan akalnya untuk memperhatikan dan mengamati
dalam kenetralan.
Coba bayangkan, bagaimana kalau kita
mampu mengajarkan list kebutuhan akan hal-hal baik dalam hidup ini sebagai
pilihan bagi ego untuk memenuhinya?
Tentunnya list kebutuhan itu kita
buat dari hasil olah akal yang jernih dan netral. Bukan dari ego yang buta akan
akalnya sendiri. Inilah arti dari mengendalikan ego, yaitu dimana ego kita
masih bekerja tapi bekerja berdasarkan kesadaran akal pikiran kita.
#Pertanyaan akhirnya sahabatku… KENAPA KITA HARUS MENGENDALIKAN EGO?
Ego kita tidak mengerti apa itu
baik dan apa itu buruk. Ego kita hanya bergerak memenuhi kebutuhan kita, apapun
itu ego akan menggerakan jasad dan kesadara kita hanya untuk memenuhi kebutuhannya.
Jadi apabila kita sudah mampu
menggunakan akal ini untuk menganalisa baik dan buruk berdasarkan porsi diri kita
sendiri. Lalu dari data itu kita mendidik ego untuk hanya memenuhi
kebutuhan-kebutuhan yang baik, maka tanpa energy besar ego pun akan secara suka
rela memenuhinya.
Karena memang ego bergerak hanya
untuk memenuhi kebutuhan diri, baik itu diri yang mampu menganalisa ataupun
yang tidak. Inilah kenapa memang sudah seharusnya kita menjadi pengendali dari
ego kita sendiri, bukan sebaliknya. Sudah seharusnya kita menjadi satu-satunya
kesadaran yang mampu memilih kebaikan buat dirinya sendiri berdasarkan kejernihan
akalnya.
Akal manusia harus berada diatas
egonya. Bukan untuk menahan ego, melainkan hanya untuk mengendalikan menuju
kebaikan menurut akalnya sendiri.
Dari pelajaran ini kita bisa
melihat wujud sifat Dzat Maha Adil dimana Dzat Maha tidak pernah menyamaratakan
segalanya, bahkan menyamaratakan kebaikan. Karena kebaikan adalah segala yang
seimbang sesuai dengan porsinya masing-masing.
Dia-lah satu-satunya Dzat Maha
Penyeimbang, maka hubungkanlah selalu diri kita ini denganNYA, agar kita
senantiasa terbimbingi oleh Dzat Maha Pengatur Keseimbangan.
Sahabatku… Renungkanlah, bukankah
kalau akal ini sudah mengetahui takarannya, maka segalanya akan pas, meski segalanya
tidak pernah sama?
Salam Semesta
Copyright 2020 © www.pesansemesta.com